Anda di halaman 1dari 39

BAB 1

PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Kebutuhan dasar manusia merupakan unsur-unsur yang dibutuhkan oleh
manusia dalam mempertahankan keseimbangan fisiologis maupun psikologis,
yang bertujuan untuk mempertahankan kehidupan dan kesehatan. Manusia
memiliki kebutuhan dasar yang bersifat heterogen. Setiap orang pada dasarnya
memiliki kebutuhan yang sama, akan tetapi karena memiliki perbedaan
budaya, maka kebutuhan tersebut ikut berbeda. Kebutuhan dasar manusia
dipengaruhi oleh berbagai faktor diantaranya penyakit, hubungan keluarga,
konsep diri, dan tahap perkembangan. Konsep diri manusia memiliki peran
dalam pemenuhan kebutuhan dasar. Konsep diri yang positif memberikan
makna dan keutuhan (wholeness) bagi seseorang. Konsep diri yang sehat
menghasilkan perasaan positif terhadap diri. Ada beberapa komponen dalam
konsep diri yaitu, citra tubuh (body image), ideal diri, harga diri, peran diri,
identitas diri. Konsep diri memberikan rasa kontinuitas, keutuhan, dan
konsistensi pada seseorang. Konsep diri yang sehat mempunyai tingkat
kestabilan yang tinggi dan membangkitkan perasaan negatif atau positif yang
ditunjukkan pada diri (Perry & Potter, 2005). Konsep diri sendiri tersebut
merupakan cara individu memandang dirinya secara utuh baik fisik, emosi,
intelektual, sosial dan spiritual. Kemampuan intelektual bagi seseorang sangat
menentukan keberhasilan dalam memperoleh prestasi. Untuk mengetahui
berhasil tidaknya seseorang dalam belajar maka perlu dilakukan suatu
evaluasi, tujuannya untuk mengetahui prestasi yang diperoleh setelah proses
belajar mengajar berlangsung. Prestasi atau hasil belajar merupakan realisasi
atau pemekaran dari kecakapan-kecakapan potensial atau kapasitas yang
dimiliki seseorang. Penguasaan hasil belajar dapat dilihat dari perilakunya
baik perilaku dalam bentuk penguasaan pengetahuan keterampilan berfikir
maupun keterampilan motorik (Sukmadinata, 2005). Prestasi belajar
disebabkan oleh dua faktor yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor
internal meliputi kesehatan, intelegensi dan bakat, minat dan motivasi, serta

cara belajar. Sedangkan faktor eksternal meliputi keluarga, sekolah,


masyarakat dan lingkungan sekitar.
1.2 RUMUSAN MASALAH
1.2.1 Apa pengertian kebutuhan?
1.2.2 Apa pengertian belajar?
1.2.3 Bagaimana hakikat belajar seseorang?
1.2.4 Bagaimana ciri ciri perilaku seseorang dalam belajar?
1.2.5 Apa saja faktor faktor yang mempengaruhi belajar?
1.2.6 Apa pengertian pembelajaran?
1.2.7 Bagaimana landasan konsep pembelajaran?
1.2.8 Bagaimana metode pembelajaran?
1.2.9 Bagaimana kebutuhan pembelajaran bagi orang dewasa?
1.2.10 Bagaimana prinsip pembelajaran orang dewasa?
1.3 TUJUAN PENULISAN
1.3.1 Tujuan Umum
Mampu memahami dan mengetahui konsep dasar kebutuhan
1.3.2

belajar secara umum.


Tujuan Khusus
Tujuan khusus dari penulisan makalah ini sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui pengertian kebutuhan.
2. Untuk mengetahui pengertian belajar.
3. Untuk memahami hakikat belajar seseorang.
4. Untuk memahami ciri ciri perilaku seseorang dalam belajar.
5. Untuk mengetahui faktor faktor yang mempengaruhi
6.
7.
8.
9.

belajar.
Untuk mengetahui pengertian pembelajaran.
Untuk memahami landasan konsep pembelajaran.
Untuk memahami metode pembelajaran.
Untuk mengetahui kebutuhan pembelajaran bagi orang

dewasa.
10. Untuk mengetahui prinsip pembelajaran bagi orang dewasa.
1.4 MANFAAT PENULISAN
Manfaat penulisan dalam makalah ini adalah untuk menambah wawasan
pembaca agar mengetahui dan memahami konsep dasar kebutuhan belajar.

BAB 2
PEMBAHASAN
2.1 PENGERTIAN KEBUTUHAN
Kebutuhan adalah segala sesuatu yang muncul secara naluriah dan
sangat

diperlukan

oleh

manusia

untuk

mempertahankan

hidupnya.

Beragamnya barang dan jasa yang dibutuhkan manusia membuktikan bahwa


kebutuhan manusia beragam juga. Kebutuhan adalah salah satu aspek
psikologis yang menggerakkan mahluk hidup dalam aktivitas-aktivitasnya
dan menjadi dasar (alasan) bagi setiap individu untuk berusaha. Pada
dasarnya, manusia bekerja mempunyai tujuan tertentu, yaitu memenuhi
kebutuhan. Kebutuhan tidak terlepas dari kehidupan sehari-hari. Selama
hidup

manusia

membutuhkan

bermacam-macam

kebutuhan.

Seperti:

makanan, pakaian, perumahan, pendidikan, dan kesehatan. Kebutuhan


dipengaruhi oleh kebudayaan, lingkungan, waktu, dan agama. Semakin tinggi
tingkat kebudayaan suatu masyarakat, semakin tinggi atau

banyak pula

macam kebutuhan yang harus dipenuhi.


Dengan kemampuan kita dalam memenuhi kebutuhan kelangsungan
hidup manusia terus berlanjut, dan dengan terpenuhinya semua kebutuhan
manusia, maka kelangsungan hidup manusia sejahtera pula. Dari uraian diatas

dapat disimbulkan bahwa kebutuhan mencerminkan adanya perasaan


kekurangan dalam diri manusia yang ingin dipuaskan. Orang membutuhkan
sesuatu karena tanpa sesuatu itu ia merasa dirinya memiliki kekurangan. Yang
lapar ingin makan, yang haus ingin minum dan yang sakit ingin sembuh serta
yang bodoh ingin menjadi pintar. Kebutuhan mencerminkan adanya perasaan
kekurangan yang ingin dipenuhi dalam diri manusia.
Model akademis kebutuhan yang paling terkenal adalah model yang
dikembangkan oleh Abraham Maslow, yaitu Teori hierarki kebutuhan
Maslow. Dalam model itu, ia menyatakan bahwa manusia memiliki berbagai
tingkat kebutuhan, mulai dari keamanan sampai aktualisasi diri. Model ini
kemudian dikembangkan lagi oleh Clayton Alderfer.
Studi akademis tentang kebutuhan mencapai puncaknya pada tahun
1950-an. Saat ini, studi tentang kebutuhan kurang banyak diminati. Meskipun
begitu, ada beberapa studi terkenal yang berhubungan dengan kebutuhan,
misalnya studi yang dilakukan oleh Richard Sennett yang meniliti tentang
pentingnya rasa hormat. Studi lain yang dipelajari adalah tentang konsep
kebutuhan intelektual yang teliti dalam kependidikan.
Model Compassionate Communication, dikenal juga dengan nama
Nonviolent Communication (NVC) buatan Marshall Rosenberg menyebutkan
tentang adanya perbedaan antara kebutuhan universal manusia (apa yang
menopang dan mendorong kehidupan manusia) dengan strategi tertentu untuk
memuaskan kebutuhan itu. Bertentangan dengan Maslow, model Rosenberg
tidak membagi kebutuhan ke dalam hierarki-hierarki tertentu. Dalam model
tersebut, perasaan dijadikan indikator apakah kebutuhan itu telah terpuaskan
atau belum. Salah satu tujuan dari model Rosenberg ini adalah mendorong
manusia untuk mengembangkan kesadaran bahwa kebutuhan makhluk hidup
akan terus bertambah sepanjang hidupnya sehingga manusia harus berusaha
mencari strategi yang lebih efektif untuk menutupi kebutuhannya itu.
2.2 PENGERTIAN BELAJAR
Belajar adalah sebuah proses perubahan di dalam kepribadian manusia
dan perubahan tersebut ditampakkan dalam bentuk peningkatan kualitas dan

kuantitas tingkah laku seperti peningkatan kecakapan, pengetahuan, sikap,


kebiasaan,

pemahaman,

ketrampilan,

daya

pikir,

dan

kemampuan-

kemampuan yang lain.


Berikut ini adalah pengertian dan definisi belajar menurut beberapa
ahli", yaitu :
1. Nasution
Belajar adalah menambah dan mengumpulkan sejumlah pengetahuan
2. Ernest H. Hilgard
Belajar adalah dapat melakukan sesuatu yang dilakukan sebelum ia
belajar atau bila kelakuannya berubah sehingga lain caranya
menghadapi sesuatu situasi daripada sebelum itu
3. Notoatmodjo
Belajar adalah usaha untuk menguasai segala sesuatu yang berguna
untuk hidup
4. Ahmadi A.
Belajar adalah proses perubahan dalam diri manusia
5. Oemar H.
Belajar adalah bentuk pertumbuhan atau perubahan dalam diri
seseorang yang dinyatakan dalam cara-cara berperilaku yang baru
berkat pengalaman dan latih
6. Cronbach
Belajar sebaik-baiknya adalah dengan mengalami dan dalam
mengalami itu menggunakan panca indranya
7. Winkel
Belajar adalah suatu aktivitas mental / psikis yang berlangsung dalam
interaksi aktif dengan lingkungan, yang menghasilakn perubahan perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, ketrampilan, dan sikapsikap
8. Noehi Nasution
Belajar adalah suatu proses yang memungkinkan timbulnya atau
berubahnya suatu tingkah laku sebagai hasil terbentuknya respon
utama, dengan syarat bahwa perubahan atau munculnya perilaku baru
itu bukan disebabkan oleh adanya kematangan atau adanya perubahan
sementara karena suatu hal
9. Snelbecker
Belajar adalah harus mencakup tingkah laku dari tingkat yang paling
sederhana sampai yang kompleks dimana proses perubahan tersebut
harus bisa dikontrol sendiri atau dikontrol oleh faktor-faktor eksternal.

10. Whiterington
Belajar adalah suatu proses perubahan dalam kepribadian sebagaimana
dimanifestasikan

dalam

perubahan

penguasaan

pola-pola

respontingkah laku yang baru nyata dalam perubahan ketrampilan,


kebiasaan, kesanggupan, dan sikap
Dapat disimpulkan bahwa belajar adalah proses perubahan di dalam diri
manusia. Apabila setelah belajar tidak terjadi perubahan dalam diri manusia,
maka tidaklah dapat dikatakan bahwa padanya telah berlangsung proses
belajar. Belajar adalah sebuah proses perubahan di dalam kepribadian
manusia dan perubahan tersebut ditampakkan dalam bentuk peningkatan
kualitas dan kuantitas tingkah laku seperti peningkatan kecakapan,
pengetahuan, sikap, kebiasaan, pemahaman, ketrampilan, daya pikir, dan
kemampuan-kemampuan yang lain.
2.3 HAKIKAT BELAJAR
Belajar pada hakekatnya adalah proses interaksi terhadap semua situasi
yang ada di sekitar individu. Belajar juga merupakan proses melihat,
mengamati dan memahami sesuatu (Sudjana, 1989:28). Sejalan dengan
konsepdi atas Cronbach (Surya, 1979:28) menyatakan, Learning may be
defined as the process by which a relavitely enduring change in behviour
occurs as result of experience or practice. Pernyataan tersebut menegaskan
bahwa indikator belajar ditujukan dengan perubahan dalam tingkah laku
sebagai hasil dari pengalaman. Sedangkan Witherington (1952) menyebutkan
bahwa

Belajar

merupakan

perubahan

dalam

kepribadian

yang

dimanifestasikan sebagai suatu pola pola respon yang berupa ketrampilan,


sikap, kebiasaan, kecakapan atau pemahaman.
Dari beberapa kutipan di atas dapat disimpulkan beberapa hal yang
menyangkut pengertian belajar sebagai berikut:
a) Belajar merupakan suatu proses
b) Dalam belajar terjadi adanya perubahan tingkah laku yang bersifat
relatif permanen
c) Hasil belajar ditujukan dengan aktivitas
d) Adanya peranan kepribadian dalam proses belajar

Terjadinya proses belajar dapat dipandang dari sisi kognitif, Menurut


Bigge (1982) yaitu berhubungan dengan perubahan-perubahan tentang
kekuatan variabel-variabel hipotesis, kekuatan-kekuatan, asosiasi, hubunganhubungan dan kebiasaan, atau kecenderungan perilaku. Bahwa proses belajar
terjadi apabila individu dihadapkan pada situasi dimana ia tidak dapat
menyesuaikan diri dengan cara biasa, atau apabila ia harus mengatasi
rintangan-rintangan yang terjadi secara tidak sadar. Dalam hal ini pelajar
mencoba melakukan kebiasaan atau tingkah laku yang telah terbentuk hingga
ia mencapai respon yang memuaskan.
Belajar merupakan suatu proses interaksi antara berbagai unsur yang
berkaitan. Unsur utama dalam belajar adalah individu sebagai peserta belajar,
kebutuhan sebagai sumber pendorong, situasi belajar yang memberikan
kemungkinan terjadinya kegiatan belajar. Dengan demikian maka manifestasi
belajar atau perbuatan belajar dinyatakan dalam bentuk perubahan tingkah
laku. Gagne dan Brigg, (1988:105), menyatakan bahwa perbuatan hasil belajar
menghasilkan perubahan dalam tingkah laku dalam aspek:
a)
b)
c)
d)
e)
f)
g)
h)
i)

Kemampuan membedakan
Konsep kongkrit
Konsep terdefinisi
Nilai
Nilai/aturan tingkat tinggi
Strategi kognitif
Informasi verbal
Sikap
Keterampilan motorik

2.4 CIRI CIRI PERILAKU BELAJAR


Setiap perilaku belajar selalu ditandai oleh ciri-ciri perubahan yang
spesifik. Karakteristik perilaku belajar ini dalam beberapa pustaka rujukan,
antara lain Psikologi Pendidikan oleh Surya (1982), disebut juga sebagai
prinsip-prinsip belajar. Di antara ciri-ciri perubahan khas yang menjadi
Karakteristik perilaku belajar yang terpenting adalah:
1. Perubahan Intensional
Perubahan yang terjadi dalam proses belajar adalah berkat
pengalaman atau praktik yang dilakukan dengan sengaja dan disadari, atau
dengan kata lain bukan kebetulan. Karakteristik inni mengandung konotasi
7

bahwa siswa menyadari akan adanya perubahan yang dialami atau


sekurang-kurangnya ia merasa adanya perubahan dalam dirinya, seperti
penambahan pengetahuan, kebiasaan, sikap, dan pandangan sesuatu,
keterampilan dan sebaginya. Maka dari itu, perubahan yang diakibatkan
mabuk, gila, dan lelah tidak termasuk dalam karakteristik belajar, karena
individu yang bersangkutan tidak menyadari keberadaannya.
Di samping perilaku belajar itu menghendaki perubahan yang disadari
juga diarahkan pada tercapainya perubahan tersebut. Namun demikiann,
perlu pula dicatat bahwa kesengajaan belajar itu, menurut Anderson (1990)
tidak penting, yang penting cara mengelola informasi yang diterima siswa
pada waktu pembelajaran terjadi. Di samping itu, dari kenyataan sehari-hari
juga menunjukkan bahwa tidak semua kecakapan yang kita peroleh
merupakann hasil kesengajaan belajar yang kita sadari.
2. Perubahan Positif dan Aktif
Positif artinya baik, bermanfaat, serta sesuai dengan harapan. Hal ini
juga

bermakna

bahwa

perubahan

tersebut

senantiasa

merupakan

penambahan, yaknni diperolehnya sesuatu yang baru (seperti pemahaman


dan keterampilan baru) yang lebih bak daripada apa yang telah ada
sebelumnya. Adapun perubahan aktif artinya tidak terjadi dengan
sendirinnya seperti proses kematangan (misalnya, bayi yang bisa merangkak
setelah bisa duduk), tetapi karena usaha siswa itu sendiri.
3. Perubahan Efektif dan Fungsional
Perubahan yang timbul karena belajar bersifat efektif, yakni berhasil
guna. Artinya, perubahan tersebut membawa pengaruh, makna dan manfaat
tertentu bagi siswa. Selain itu, perubahan dalam proses belajar bersifat
fungsional dalam arti bahwa ia relatif menetap dan setiap saat apabila
dibutuhkann, perubahan tersebut dapat direproduksi dan dimanfaatkan.
Perubahan fungsional dapat diharapkan memberi manfaat yang luas
(misalnya ketika siswa menempuh ujian dan menyesuaikan diri dengan
lingkungannya dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya).
Selain itu, perubahan yang efektif dan fungsional biasanya bersifat
dinamis dan mendorong timbulnya perubahan-perubahan positif lainnya.
Sebagai contoh. Jika seorang siswa belajar menulis, maka disamping akan
mampu merangkaikan kata dan kalimat dalam bentuk tulisan ia juga akan

memperoleh kecakapan lainnya seperti membuat catatan, mengarang surat


dan bahkan menyusun karya sastra atau karya ilmiah.
2.5 FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI BELAJAR
Secara umum faktor-faktor yang memengaruhi belajar dibedakan atas
dua kategori, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Kedua faktor tersebut
saling memengaruhi dalam proses belajar individu sehingga menentukan
kualitas hasil belajar.
a. Faktor Internal
Faktor internal adalah faktor-faktor yang berasal dari dalam diri individu
dan dapat memengaruhi hasil belajar individu. Faktor-faktor internal ini
meliputi faktor fisiologis dan psikologis.
1. Faktor fisiologis
Faktor-faktor fisiologis adalah faktor-faktor yang berhubungan
dengan kondisi fisik individu. Faktor-faktor ini dibedakan menjadi dua
macam. Pertama, keadaan tonus jasmani. Keadaan tonus jasmani pada
umumnya sangat memengaruhi aktivitas belajar seseorang. Kondisi
fisik yang sehat dan bugar akan memberikan pengaruh positif terhadap
kegiatan belajar individu. Sebaliknya, kondisi fisik yang lemah atau
sakit akan menghambat tercapainya hasil belajar yang maksimal. Oleh
karena keadaan tonus jasmani sangat memengaruhi proses belajar,
maka perlu ada usaha untuk menjaga kesehatan jasmani. Kedua,
keadaan fungsi jasmani/fisiologis. Selama proses belajar berlangsung,
peran fungsi fisiologi pada tubuh manusia sangat memengaruhi hasil
belajar, terutama pancaindra. Pancaindra yang berfungsi dengan baik
akan mempermudah aktivitas belajar dengan baik pula. Dalam proses
belajar, pancaindra merupakan pintu masuk bagi segala informasi yang
diterima dan ditangkap oleh manusia, sehingga manusia dapat
mengenal dunia luar. Pancaindra yang memiliki peran besar dalam
aktivitas belajar adalah mata dan telinga.
2. Faktor psikologis
Faktor-faktor psikologis adalah keadaan psikologis seseorang yang
dapat memengaruhi proses belajar. Beberapa faktor psikologis yang

utama memengaruhi proses belajar adalah kecerdasan seseorang,


motivasi, minat, sikap, bakat dan percaya diri.
Kecerdasan/intelegensi
Pada umumnya kecerdasan diartikan sebagai kemampuan
psiko-fisik dalam mereaksi rangsangan atau menyesuaikan diri
dengan lingkungan melalui cara yang tepat. Dengan demikian,
kecerdasan bukan hanya berkaitan dengan kualitas otak saja,
tetapi juga organ-organ tubuh yang lain. Namun bila dikaitkan
dengan kecerdasan, tentunya otak merupakan organ yang
penting dibandingkan organ yang lain, karena fungsi otak itu
sendiri sebagai pengendali tertinggi (executive control) dari
hampir seluruh aktivitas manusia.
Kecerdasan merupakan faktor psikologis yang paling
penting

dalam

proses

belajar

seseorang,

karena

itu

menenentukan kualitas belajar seseorang. Semakin tinggi


tingkat inteligensi seorang individu, semakin besar peluang
individu tersebut meraih sukses dalam belajar. Sebaliknya,
semakin rendah tingkat inteligensi individu, semakin sulit
individu itu mencapai kesuksesan belajar. Oleh karena itu,
perlu bimbingan belajar dari orang lain, seperti guru, orangtua,

dan lain sebagainya.


Motivasi
Motivasi adalah salah satu faktor yang memengaruhi
keefektifan kegiatan belajar seseorang. Motivasilah yang
mendorong seseorang ingin melakukan kegiatan belajar. Para
ahli psikologi mendefinisikan motivasi sebagai proses di dalam
diri individu yang aktif, mendorong, memberikan arah, dan
menjaga perilaku setiap saat (Slavin, 1994). Motivasi juga
diartikan

sebagai

pengaruh

kebutuhan-kebutuhan

dan

keinginan terhadap intensitas dan arah perilaku seseorang. Dari


sudut sumbernya, motivasi dibagi menjadi dua, yairu motivasi
intrinsik dan motivasi ekstrinsik. Motivasi intrinsik adalah
semua faktor yang berasal dari dalam diri individu dan

10

memberikan dorongan untuk melakukan sesuatu. Dalam proses


belajar, motivasi intrinsik memiliki pengaruh yang lebih
efektif, karena motivasi intrinsik relatif lebih lama dan tidak
tergantung pada motivasi dari luar (ekstrinsik). Menurut Arden
N. Frandsen (Hayinah, 1992), yang termasuk dalam motivasi
intrinsik untuk belajar antara lain adalah:
1.

Dorongan ingin tahu dan ingin menyelediki dunia

2.

yang lebih luas,


Adanya sifat positif dan kreatif yang ada pada

3.

manusia dan keinginan untuk maju,


Adanya keinginan untuk mencapai prestasi sehingga
mendapat dukungan dari orang-

orang penting,

misalkan orangtua, saudara, guru, atau teman-teman,


4.

dan lain sebagainya,


Adanya kebutuhan untuk menguasai ilmu atau

5.

pengetahuan yang berguna bagi dirinya, dan lain-lain,


Adanya keinginan untuk memperbaiki kegagalan
yang lalu dengan usaha yang baru, baik dengan

6.

koperasi maupun kompetisi,


Adanya keinginan untuk mendapatkan rasa aman bila

7.

menguasai pelajaran, dan


Adanya ganjaran atau hukuman sebagai akhir
daripada belajar.
Motivasi ekstrinsik adalah faktor yang datang dari

luar diri individu tetapi memberi pengaruh terhadap


kemauan untuk belajar. Seperti pujian, peraturan, tata tertib,
reladan guru orangtua, dan lain sebagainya. Kurangnya
respons dari lingkungan secara positif akan memengaruhi
semangat belajar seseorang menjadi lemah.

Minat
Secara sederhana, minat (interest) berarti kecenderungan dan
kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap
sesuatu. Menurut Reber (Syah, 2003), minat bukanlah istilah
yang populer dalam psikologi disebabkan ketergantungannya
11

terhadap berbagai faktor internal lainnya, seperti pemusatan


perhatian, keingintahuan, motivasi, dan kebutuhan. Namun
lepas dari kepopulerannya, minat sama halnya dengan
kecerdasan dan motivasi, karena memberi pengaruh terhadap
aktivitas belajar. Karena jika seseorang tidak memiliki minat
untuk belajar, ia akan tidak bersemangat atau bahkan tidak mau

belajar.
Sikap
Dalam proses belajar, sikap individu dapat memengaruhi
keberhasilan proses belajarnya. Sikap adalah gejala internal
yang berdimensi afektif berupa kecenderungan untuk mereaksi
atau merespons dengan cara yang relatif tetap terhadap objek,
orang, peristiwa dan sebagainya, baik secara positif maupun

negatif (Syah, 2003).


Bakat
Faktor psikologis lain yang memengaruhi proses belajar
adalah bakat. Secara umum, bakat (aptitude) didefinisikan
sebagai kemampuan potensial yang dimiliki seseorang untuk
mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang (Syah,
2003). Berkaitan dengan belajar, Slavin (1994) mendefinisikan
bakat sebagai kemampuan umum yang dimiliki seorang untuk
belajar. Dengan demikian, bakat adalah kemampuan seseorang
yang menjadi salah satu komponen yang diperlukan dalam
proses belajar seseorang. Apabila bakat seseorang sesuai
dengan bidang yang sedang dipelajarinya, maka bakat itu akan
mendukung proses belajarnya sehingga kemungkinan besar ia
akan berhasil. Pada dasarnya, setiap orang mempunyai bakat
atau potensi untuk mencapai prestasi belajar sesuai dengan
kemampuannya masing-masing. Karena itu, bakat juga
diartikan sebagai kemampuan dasar individu untuk melakukan
tugas tertentu tanpa tergantung upaya pendidikan dan latihan.
Individu yang telah memiliki bakat tertentu, akan lebih mudah

12

menyerap segala informasi yang berhubungan dengan bakat

yang dimilikinya.
Rasa percaya diri siswa
Rasa percaya diri timbul dari keinginan mewujudkan diri
bertindak dan berhasil. Dari segi perkembangan, rasa percaya
diri dapat timbul berkat adanya pengakuan dari lingkungan.
Makin sering berhasil menyelesaikan tugas, maka semakin
memperoleh pengakuan umum, dan selanjutnya rasa percaya
diri semakin kuat. Begitupun sebaliknya kegagalan yang
berulang kali dapat menimbulkan rasa tidak percaya diri. Bila
rasa tidak percaya diri sangat kuat, maka diduga seseorang

tersebut akan menjadi takut belajar.


b. Faktor-faktor eksogen/eksternal
Faktor-faktor eksternal juga dapat memengaruhi proses belajar
seseorang. Dalam hal ini, Syah (2003) menjelaskan bahwa faktor faktor
eksternal yang memengaruhi belajar dapat digolongkan menjadi dua
golongan, yaitu faktor lingkungan sosial dan faktor lingkungan nonsosial.
1. Lingkungan sosial
Lingkungan sosial keluarga. Lingkungan ini sangat memengaruhi
kegiatan belajar. Ketegangan keluarga, sifat-sifat orangtua, demografi
keluarga (letak rumah), pengelolaan keluarga, semuanya dapat
memberi dampak terhadap aktivitas belajar seseorang. Hubungan
antara anggota keluarga, orangtua, anak, kakak, atau adik yang
harmonis akan membantu seseorang melakukan aktivitas belajar
dengan baik.
Lingkungan sosial masyarakat. Kondisi lingkungan masyarakat tempat
tinggal seseorang akan memengaruhi belajar seseorang. Lingkungan
yang kumuh, banyak pengangguran dan anak telantar juga dapat
memengaruhi aktivitas belajar seseorang.
2. Lingkungan nonsosial.
Faktor faktor yang termasuk lingkungan nonsosial adalah:
Lingkungan alamiah, seperti kondisi udara yang segar, tidak
panas dan tidak dingin, sinar yang tidak terlalu silau/kuat, atau
tidak terlalu lemah/gelap, suasana yang sejuk dan tenang.
Lingkungan alamiah tersebut merupakan faktor-faktor yang

13

dapat memengaruhi aktivitas belajar seseorang. Sebaliknya,


bila kondisi lingkungan alam tidak mendukung, proses belajar

seseorang akan terhambat.


Faktor instrumental, yaitu perangkat belajar yang dapat
digolongkan dua macam. Pertama, hardware, seperti alat-alat
belajar, fasilitas belajar. Kedua, software, seperti buku panduan

dalam belajar dan lain sebagainya.


Faktor materi pelajaran. Faktor ini hendaknya disesuaikan
dengan usia perkembangan seseorang, begitu juga dengan
metode mengajar, disesuaikan dengan kondisi perkembangan
seseorang.

2.6 PENGERTIAN PEMBELAJARAN


Defnisi pembelajaran menurut para ahli :
1. Kownles, pembelajaran adalah cara pengorganisasian peserta didik untuk
mencapai tujuan pendidikan.
2. Slavin, pembelajaran didefinisikan sebagai perubahan tingkah laku
individu yang disebabkan oleh pengalaman.
3. Woolfolk, pembelajaran erlaku apabila sesuatu pengalaman secara
relatifnya menghasilkan perubahan kekal dalam pengetahuan dan tingkah
laku.
4. Crow dan Crow, pembelajaran adalah pemperoleh tabiat, pengetahuan dan
sikap.
5. Rahil Mahyuddin, pembelajaran adalah prubahan tingkah laku yang
melibatkan

keterampilan

kognitif

yaitu

penguasaan

ilmu

dan

perkembangan kemahiran intelek.


6. Achjar Chalil, pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan
pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.
7. Corey, pembelajaran adalah suatu proses dimana lingkungan seseorang
secara disengaja dikelola untuk memungkinkan ia turu serta dalam tingkah
laku tertentu dalam kondisi kondisi khusus.
8. G. A. Kimble, pembelajaran merupakan perubahan kekal secara relatif
dalam keupayaan kelakuan akibat latihan yang diperkukuh.
9. Munif Chatib, pembelajaran adalah proses transfer ilmu dua arah, antara
guru sebagai pemberi informasi dan siswa sebagai penerima informasi.

14

Dari pendapat beberapa ahli di atas dapat disimpulkan bahwa


pembelajaran adalah suatu kegiatan yang dilakukanoleh guru atau pendidik
sedemikian rupa, sehingga tingkah laku siswa berubah ke arah yang lebih
baik. Pembelajaran bertujuan membantu siswa agar memperoleh berbagai
pengalaman dan dengan pengalaman itu tingkah laku siswa yang meliputi
pengetahuan, keterampilan dan nilai atau norma yang berfungsi sebagai
pengendali sikap dan perilaku siswa yang menjadi bertambah baik kuantitas
maupun kualitasnya, dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah,
pembelajaran merupakan aktivitas yang paling utama. Ini berarti bahwa
keberhasilan pencapaian tujuan pendidikan banyak bergantung pada
bagaimana

proses

pembelajaran

dapat

berlangsung

secara

efektif.

Pemahaman seseorang guru terhadap pengertian pembelajaran akan sangat


mempengarahui cara guru itu mengajar.
2.7 LANDASAN KONSEP PEMBELAJARAN
Sejalan dengan pemikiran manusia bahwa proses pembelajaran dapat
diartikan dengan proses interaksi peserta didik dengan guru dan sumber
belajar pada suatu lingkungan belajar, hasil dari proses pembelajaran adalah
perubahan perilaku dan tingkah laku yang ditunjukan dalam aspek kognitif,
psikomotor dan afektif. Keberhasilan kegiatan pembelajaran tentunya banyak
dipengaruhi oleh beberapa faktor, mulai dari kondisi fisik maupun psikis
guru, peserta didik danlingkungan belajar, fasilitas atau alat bantu
pembelajaran dan lain-lain. Namun, tak kalah pentingnya juga kita harus
menyadari bahwa pembelajaran pun haruslah memiliki landasan-landasan
yang kokoh dan kuat agar segala perubahan didasarkan pada kajian-kajian
yang dapatdipertanggungjawabkan. Diantaranya adalah landasan fisiologis,
landasan psikologis dan landasan sosiologis dan yang terakhir adalah
landasan religious atau trasendental.
1) Landasan Filsafat
Proses belajar pada dasarnya melibatkan upaya yang hakiki dalam
membentuk dan menyempurnakan kepribadian manusia dengan berbagai
tuntutan kehidupannya. Secara filosofis belajar berarti mengingatkan
kembali pada manusia mengenai makna hidup yang bisa dilalui melalui
15

proses meniru, memahami, mengamati, merasakan, mengkaji, melakukan


dan melakukan segala sesuatu kebenaran sehungga semuanya memberikan
kemudahan dalam mencapai segala yang dicita-citakan manusia. Harapan
filosofis bahwa dengan belajar maka segala kebenaran di alam semesta ini
bisa dinikmati manusia yang pada akhirnya akan menyadari bahw alam
semesta ini ada yang menciptakannya.
2) Landasan Psikologis
Perilaku manusia itu bisa berubah karena belajar, akan tetapi
apakah manusia itu memahami perilakunya sendiri atau menyadari dia
harus berperilaku seperti apa jika berada, atau dihadapkan dalam situasi
dan kondisi yang berbeda. Maka perilaku yang masih dicari inilah dapat
dikaitkan dengan kajian ilmu psikologi. Psikologi sebagai ilmu kejiwaan
yang akhirnya mempelajari produk-produk dari kejiwaan ini dalam bentuk
perilaku-perilaku yang nampak dan sangat dibutuhkan dalam proses
belajar.
3) Landasan Sosiologis
Manusia adalah makhluk sosial dan individu maka melalui belajar
individu bisa mempelajari lawan bersosialisasi, teman hidup bersama dan
akhirnya melalui belajar manusia mampu membangun masyarakat sampai
Negara dan bangsa. Jika dalam belajar tanpa arah dan tujuan pada makna
hidup manusia sebagai makhluk sosial, maka belajar dijadikan cara saling
menguasai,memusnahkan karena segala sesuatu yang dipelajari diketahui,
dipahami melaui belajar tidak digunakan dalam menciptakan kondisi
kedamain dunia. Landasan sosiologis ini sangat penting dalam mengiringi
perkembangan inovasi pembelajaran yang banyak berimbas oleh
perubahan zaman yang semakin hedonistic. Maka pemahaman akan
belajar yang ditinjau dari aspek sosiologis inilah yang sangat dubutuhkan
dewasa ini.
4) Landasan Komunikasi
Pendidikan dan komunikasi ibarat setali tiga uang, yang satu
memberikan pemakaian terhadap yang lainnya. Dalam prakteknya proses
belajar atau pembelajaran akan menghasilkan kondisi dimana individu
dalam hal ini siswa dan guru, siswa dengan siswa atau interaksi yang

16

komplek

sekalipun

akan

pasti

ditemukansuatu

proseskomunikasi.

Landasan komunikasi ini banyak memberikan warna dalam bentuk


pendekatan, model, metode dan strategi pembelajaran serta pola-pola
inovasi pembelajaran.
5) Landasan Teknologi
Pembelajaran erat kaitannya dengan penggunaan teknologi
pendidikan, pembelajaran yang komperhensif harus memperhatikan
perbedaan interest siswa, dimana siswa ada yang tipe auditif, visual dan
kinestik. Penggunaan teknologi dalam pembelajaran akan menjembatani
keempat minat siswa tersebut, sehingga pembelajaran lebih akomodatif
dan menyenangkan, sehingga pada gilirannya akan meningkatkan kulitas
pembelajaran. Seorang guru dalam melakukan kegiatan pembelajaran
dapat menggunakan media pembelajaran, mulaidari yang sederhana,
seperti gambar, foto, lukisan sampai kepada teknologi yang canggih
seperti, LCD projektor, penggunaan komputer dalam e-learning,
pembelajaran online, pembelajaran berbasis computer.
2.8 METODE PEMBELAJARAN
Metode adalah cara yang digunakan oleh guru dalam melaksanakan
kegiatan belajar mengajar dikelas sebagai upaya untuk mencapai tujuan
pembelajaran yang telah ditetapkan.
1. Metode ceramah.
Dalam metode ceramah proses belajar mengajar yang dilaksanakan
oleh guru umumnya didominasi dengan cara ceramah.Dalam pembelajaran
Pendidikan Teknologi Dasar (TIK), ada beberapa motode yang umum
digunakan, diantaranya adalah :
a) Metode Tanya jawab
Metode tanya jawab adalah suatu cara mengelola pembelajaran
dengan menghasilkan pertanyaan- pertanyaan yang mengarahkan
siswa memahami materi tersebut. Metode tanya jawab akan menjadi
efektif bila materi yang menjadi topik bahasan menarik, menantang
danmemiliki nilai aplikasi tinggi. Pertanyaaan yang diajukan
bervariasi,

meliputi

pertanyaan

17

tertutup(pertanyaan

yang

jawabannya hanya satu kemungkinan) dan pertanyaan terbuka


(pertanyaandengan banyak kemungkinan jawaban), serta disajikan
dengan cara yang menarik.
b) Metode Diskusi
Metode diskusi adalah suatu cara mengelola pembelajaran dengan
penyajian materi melalui pemecahan masalah, atau analisis sistem
produk teknologi yang pemecahannya sangat terbuka. Suatu diskusi
dinilai menunjang keaktifan siswa bila diskusi itu melibatkan semua
anggotadiskusi dan menghasilkan suatu pemecahan masalah.Jika
metoda ini dikelola dengan baik, antusiasme siswa untuk terlibat
dalam forum ini sangattinggi. Tata caranya adalah sebagai berikut:
harus ada pimpinan diskusi, topik yang menjadi bahan diskusi harus
jelas dan menarik, peserta diskusi dapat menerima dan memberi,
dan suasana diskusi tanpa tekanan.
c)

Metode Pemberian Tugas


Metode pemberian tugas adalah cara mengajar atau penyajian materi
melalui

penugasan

siswauntuk

melakukan

suatu

pekerjaan.

Pemberian tugas dapat secara individual atau kelompok.Pemberian


tugas untuk setiap siswa atau kelompok dapat sama dan dapat pula
berbeda.Agar pemberian tugas dapat menunjang keberhasilan proses
pembelajaran, maka : 1) tugas harus bisa dikerjakan oleh siswa atau
kelompok siswa, 2) hasil dari kegiatan ini dapat ditindak

lanjuti

dengan presentasi oleh siswa dari satu kelompok dan ditanggapi oleh
siswa dari kelompok yanglain atau oleh guru yang bersangkutan,
serta 3) di akhir kegiatan ada kesimpulan yang didapat.
d) Metode Eksperimen
Metode eksperimen adalah suatu cara pengelolaan pembelajaran di
mana siswa melakukanaktivitas percobaan dengan mengalami dan
membuktikan sendiri suatu yang dipelajarinya.Dalam metode ini
siswa diberi kesempatan untuk mengalami sendiri atau melakukan
sendiridengan mengikuti suatu proses, mengamati suatu obyek,
menganalisis, membuktikan danmenarik kesimpulan sendiri tentang

18

obyek yang dipelajarinya. Di dalam TIK, percobaan banyak


dilakukan pada pendekatan pembelajaran analisis sistem terhadap
produk teknik atau bahan. Percobaan dapat dilakukan melalui
kegiatan individual atau kelompok. Hal ini tergantung daritujuan dan
makna percobaan atau jumlah alat yang tersedia. Percobaan ini dapat
dilakukandengan demonstrasi, bila alat yang tersedia hanya satu atau
dua perangkat saja.
e) Metode Demonstrasi
Metode demonstrasi adalah cara pengelolaan pembelajaran dengan
memperagakan ataumempertunjukkan kepada siswa suatu proses,
situasi, benda, atau cara kerja suatu produk teknologi yang sedang
dipelajari. Demontrasi dapat dilakukan dengan menunjukkan benda
baikyang sebenarnya, model, maupun tiruannya dan disertai dengan
penjelasan lisan. Demonstrasi akan menjadi aktif jika dilakukan
dengan baik oleh guru dan selanjutnya dilakukanoleh siswa. Metode
ini dapat dilakukan untuk kegiatan yang alatnya terbatas tetapi
akandilakukan terus-menerus dan berulang-ulang oleh siswa.
f) Metode Tutorial/Bimbingan
Metode tutorial adalah suatu proses pengelolaan pembelajaran yang
dilakukan melalui proses bimbingan yang diberikan/dilakukan
oleh guru kepada siswa baik secara perorangan ataukelompok

kecil

siswa. Disamping metode yang lain, dalam pembelajaran Pendidikan


Teknologi Dasar, metode ini banyak sekali digunakan, khususnya
pada saat siswa sudah terlibat dalam kerja kelompok. Peran guru
sebagi fasilitator, moderator, motivator dan pembimbing sangat
dibutuhkan oleh siswa untuk mendampingi mereka membahas dan
menyelesaikan tugas-tugasnya. Penyelenggaraan metode tutorial
dapat dilakukan seperti contoh berikut ini :
1) Misalkan sebuah kelas dalam bahan ajar Pengerjaan Kayu 2,
jam pelajaran pertama digunakan dalam bentuk kegiatan
klasikal untuk menjelaskan secara umum tentang teori
dan prinsip.

19

2) Kemudian para siswa dibagi menjadi empat kelompok untuk


membahas

pokok

bahasan

yang berbeda,

selanjutnya

dilakukan rotasi antar kelompok.


3) Sementara para siswa mempelajari maupun mengerjakan
tugas-tugas, guru berkeliling diantara para siswa, mendengar,
menjelaskan

teori,

dan

membimbing

mereka

untuk

memecahkan problemanya.
4) Dengan bantuan guru, para siswa memperoleh kebiasaan
tentang bagaimana mencari informasi yang diperlukan,
belajar sendiri dan berfikir sendiri. Perhatian guru dapat
diberikan

lebih

intensif

kepada

siswa

yang

sedang

mengoperasikan alat-alat yang belum biasa digunakan.


2.9 KEBUTUHAN PEMBELAJARAN ORANG DEWASA
Pendidikan orang dewasa dapat diartikan sebagai keseluruhan proses
pendidikan yang diorganisasikan, mengenai apapun bentuk isi, tingkatan
status dan metode apa yang digunakan dalam proses pendidikan tersebut, baik
formal maupun nonformal, baik dalam rangka kelanjutan pendidikan di
sekolah maupun sebagai pengganti pendidikan di sekolah, di tempat kursus,
pelatihan kerja maupun di perguruan tinggi, yang membuat orang dewasa
maupun mengembangkan kemampuan, keterampilan, memperkaya khasanah
pengetahuan, meningkatkan kualifikasi keteknisannya atau keprofesionalnya
dalam upaya mewujudkan kemampuan ganda yakni di suatu sisi mampu
mengembangkan pribadi secara utuh dan dapat mewujudkan keikutsertaannya
dalam perkembangan sosial budaya, ekonomi, dan teknologi secara bebas,
seimbang dan berkesinambungan. Dalam hal ini, terlihat adaya tekanan
rangkap bagi perwujudan yang ingin dikembangkan dalam aktivitas kegiatan
di lapangan, pertama untuk mewujudkan pencapaian perkembangan setiap
individu, dan kedua untuk mewujudkan peningkatan keterlibatannya
(partisipasinya) dalam aktivitas sosial dan setiap individu yang bersangkutan.
Begitu pula, bahwa pendidikan orang dewasa mencakup segala aspek
pengalaman belajar yang diperlukan oleh orang dewasa baik pria maupun
wanita, sesuai dengan bidang keahlian dan kemampuannya masing-masing.

20

Dengan demikian hal tersebut dapat berdampak positif terhadap


keberhasilan pembelajaran orang dewasa yang tampak pada adanya
perubahan perilaku ke arah pemenuhan pencapaian kemampuan atau
keterampilan yang memadai. Di sini, setiap individu yang berhadapan dengan
individu lain akan dapat belajar bersama dengan penuh keyakinan. Perubahan
perilaku dalam hal kerjasama dalam berbagai kegiatan, merupakan hasil dan
adanya perubahan setelah adanya proses belajar, yakni proses perubahan
sikap dan tadinya tidak percaya diri menjadi perubahan kepercayaan diri
secara penuh dengan menambah pengetahuan atau keterampilannya.
Perubahan perilaku terjadi karena adanya perubahan (penambahan)
pengetahuan atau keterampilan serta adanya perubahan sikap mental yang
sangat jelas, dalam hal pendidikan orang dewasa tidak cukup hanya dengan
memberi tambahan pengetahuan, tetapi harus dibekali juga dengan rasa
percaya yang kuat dalam pribadinya. Pertambahan pengetahuan saja tanpa
kepercayaan diri yang kuat, niscaya mampu melahirkan perubahan ke arah
positif berupa adanya pembaharuan baik fisik maupun mental secara nyata,
menyeluruh dan berkesinambungan.
Perubahan perilaku bagi orang dewasa terjadi melalui adanya proses
pendidikan yang berkaitan dengan perkembangan dirinya sebagai individu,
dan dalam hal ini, sangat memungkinkan adanya partisipasi dalam kehidupan
sosial untuk meningkatkan kesejahteraan diri sendiri, maupun kesejahteraan
bagi orang lain, disebabkan produktivitas yang lebih meningkat. Bagi orang
dewasa pemenuhan kebutuhannya sangat mendasar, sehingga setelah
kebutuhan itu terpenuhi ia dapat beralih kearah usaha pemenuhan kebutuhan
lain yang lebih diperlukannya sebagai penyempumaan hidupnya.
Setiap individu wajib terpenuhi kebutuhannya yang paling dasar
(sandang dan pangan), sebelum ia mampu merasakan kebutuhan yang lebih
tinggi sebagai penyempurnaan kebutuhan dasar tadi, yakni kebutuhan
keamanan, penghargaan, harga diri, dan aktualisasi dirinya. Bilamana
kebutuhan paling dasar yakni kebutuhan fisik berupa sandang, pangan, dan
papan belum terpenuhi, maka setiap individu belum membutuhkan atau
merasakan apa yang dinamakan sebagai harga diri. Setelah kebutuhan dasar

21

itu terpenuhi, maka setiap individu perlu rasa aman jauh dan rasa sakit,
kecemasan,

dan

kekhawatiran

akan

keselamatan

dirinya,

sebab

ketidakamanan hanya akan melahirkan kecemasan yang berkepanjangan.


Kemudian kalau rasa aman telah terpenuhi, maka setiap individu butuh
penghargaan terhadap hak asasi dirinya yang diakui oleh setiap individu di
luar dirinya. Jika kesemuanya itu terpenuhi barulah individu itu merasakan
mempunyai harga diri.
Dalam kaitan ini, tentunya pendidikan orang dewasa yang memiliki
harga diri dan dirinya membutuhkan pengakuan, dan itu akan sangat
berpengaruh dalam proses belajarnya. Secara psikologis, dengan mengetahui
kebutuhan orang dewasa sebagai peserta kegiatan pendidikan atau pelatihan,
maka akan dapat dengan mudah dan dapat ditentukan kondisi belajar yang
harus disediakan, isi materi apa yang harus diberikan, strategi, teknik serta
metode apa yang ccok digunakan. Menurut Lunandi (1987) yang terpenting
dalam pendidikan orang dewasa adalah: Apa yang dipelajari pelajar, bukan
apa yang diajarkan pengajar. Artinya, hasil akhir yang dinilai adalah apa yang
diperoleh orang dewasa dan pertemuan pendidikan atau pelatihan, bukan apa
yang dilakukan pengajar, pelatih atau penceramah dalam pertemuannya.
Belajar bagi orang dewasa adalah mencari untuk menemukan sesuatu tentang
hidup tidak sebagaimana anak-anak yang hanya menerima dan terkadang
masih jauh dari isu-isu kehidupan riilnya. Sejumlah definisi atau konsep yang
dikemukakan para ahli tentang definisi belajar bagi orang dewasa, antara lain:
1. Reg Revans (Penggagas Action Learning)
Belajar bagi orang dewasa, menurut Reg Revans (1998) adalah proses
menanyakan sesuatu bermula dari pengalaman ketidaktahuan tentang
apa yang akan dilakukan karena jawaban yang ditemukan saat itu
tidak lagi valid untuk mengatasi situasi yang sedang terjadi. Dengan
kata lain, Learning is experiencing by exploration and discovery.
2. Bob Sadino
Dalam banyak wawancara yang dikutip oleh sejumlah medi cetak,
Bob Sadino, seorang pakar di bidang agrobisnis, seringkali
melontarkan kata-kata pendek tetapi membutuhkan penjelasan yang

22

tidak cukup dibeberkan dalam satu sessi seminar. Kata-kata itu tidak
lain adalah: Cukup lakukan saja! Pernyataan tersebut megandung
makna yang dalam dimana belajar merupakan bentuk transformasi visi
ke suatu tindakan lalu berakhir dengan achievement.
3. Charles Handy
Dalam bukunya Inside Organization (1999), Charles Handy
mengemukakan bahwa siklus belajar orang dewasa diawali dengan
mempertanyakan sesuatu dengan kuriositas tinggi; menemukan
jawaban-jawaban teoritis; melakukan testing di lapangan; dan terakhir
refleksi-sebuah pemahaman mengenai sesuatu yang bekerja dan yang
mandul di dalam diri. Thomas Edison, seorang penemu, adalah contoh
paling reliable sepanjang zaman. Dikisahkan bahwa secara pendidikan
formal akademik, Edison tergolong siswa yang tidak hebat tetapi ia
lebih

banyak

menggunakan

waktunya

untuk

mengunjungi

perpustakaan publik karena Edison menemukan sesuatu yang lebih


bekerja terhadap hidupnya yang ia tidak dapatkan di bangku sekolah.
Dengan proses belajar di perpustakaan tersebut Edison menemukan
pelajaran tentang relaksasi mental. Meski tidak seorang guru pun yang
memahamkannya, tetapi naluri Edison tahu bahwa relaksasi mental
lah yang membantunya menciptakan temuan-temuan yang tercatat
lebih dari 1000 hak paten hingga ia wafat tahun 1931.
4. Alvin Toffler
Penulis buku terkenal ini mendefinisikan belajar sebagai proses
mempersiapkan

cara

atau

strategi

menghadapi

situasi

baru.

Perangkatnya meliputi pemahaman, aplikasi dari metodologi baru,


keahlian, sikap dan nilai.
Dari definisi-definisi di atas dapatlah diambil kesimpulan bahwa
belajar bagi orang dewasa, ternyata memiliki berbagai dimensi. Oleh
karena itu menjadikan pendidikan (education) sebagai representasi tunggal
dari proses belajar tidak jarang meninggalkan warisan mindset yang
kurang menguntungkan terutama bagi pihak atau individu yang
berkemampuan rata-rata atau minus. Lembaga sekolah, selain menciptakan
birokrasi

formal

yang

memberikan
23

stigma

bahwa

sekolah

adalah escalator tunggal yang mahal harganya, juga menunjukkan


ketertinggalannya dengan kemajuan yng dicapai oleh dunia luar, akibatnya
timbul gap antara pendidikan dengan tuntutan atau kebutuhan yang ada di
masyarakat.

Hal

inilah

yang

akhirnya

menjadi

dasar

mengapa

pengangguran tidak bisa dihindari lagi. Pendidikan belum sepenuhnya


menjadi media yang mampu menterjemahkan makna belajar. Hal ini
karena makna belajar yang sesungguhnya adalah melakukan sesuatu,
kemudian membebaskan diri dari situasi atau tekanan yang diakibatkan
ketidaktahuan. Cara terbaik untuk mempelajari sesuatu adalah dengan
melakukannya, seperti yang ditulis oleh Rex dan Carolyin: We learn
about a city from being there, not afrom a map or guide book. We learned
to walk and talk without reading instructions or following recipes.
Learning is doing something, then getting rid of the unwanted parasitic
movements.
Aplikasi Belajar
Merujuk pada sekian pandangan tentang belajar bagi orang dewasa,
maka yang perlu anda lakukan adalah menjadikannya sebagai konsep hidup
personal yang implementatif berdasarkan situasi dan kondisi yang anda
hadapi. Konsep tersebut harus diformulasikan ke dalam pemahaman khusus
yang anda rasakan bekerja mengubah hidup dan situasi, seperti yang dialami
Edison. Guru anda adalah situasi yang konkrit yang anda alami dengan
materinya berupa tantangan. Inilah makna esensial dari petuah yang sering
anda dengar bahwa mencari ilmu itu hukumnya wajib. Ilmu yang tidak
memiliki relevansi dengan situasi hidup anda oleh karena itu menjadi tidak
wajib.
Dalam kegiatan pendidikan atau belajar, orang dewasa bukan lagi
menjadi obyek sosialisasi yang seolah-olah dibentuk dan dipengaruhi untuk
menyesuaikan dirinya dengan keinginan-keinginan memegang otoritas di atas
dirinya sendiri, akan tetapi tujuan kegiatan belajar atau pendidikan orang
dewasa tentunya lebih mengarah kepada pencapaian pemantapan identitas
dirinya sendiri untu menjadi dirinya sendiri, istilah Roger dalam Knowles
(1979), kegiatan belajar bertujuan mengantarkan individu untuk menjadi
24

pribadi atau meneukan jati dirinya. Dalam hal belajar atau pendidikan
merupakan process of be coining a person. Bukan proses pembentukan
atau process of being shaped yaitu proses pengendalian dan manipulasi untuk
sesuai dengan orang lain; atau kalau meminjam istilah Maslow (1966), belajar
merupakan proses untuk mencapai aktualiasi diri (self-uchuslizatiun).
Seperti telah dikemukakan di atas bahwa dalam diri orang dewasa
sebagai siswa yang sudah tumbuh kematangan konsep dirinya timbul
kebutuhan psikologi yang mendalam yaitu keinginan dipandang dan
diperlakukan orang lain sebagai pribadi utuh yang mengarahkan dirinya
sendiri. Namun tidak hanay orang dewasa tetapi juga pemuda atau remaja
juga memiliki kebutuhan seperti itu. Sesuai teori Peaget (1959) mengenai
perkembangan psikologi dan kurang lebih 12 tahun keatas individu sudah
dapat berpikir dalam bentuk dewasa yaitu dalam istilah dia sudah mencapai
perkembangan pikir formal operation. Dalam tingkatan perkembangan ini
individu sudah dapat memecahkan segala persoalan secara logika, berpikir
secara ilmiah, dapat memecahkan masalah-masalah verbal yang kompleks
atau secara singkat sudah tercapai kematangan struktur kognitifnya.
Dalam periode ini individu muli mengembangkan pengertian akan diri
(self) atau identitas (identity) yang dapat dikonsepsikan terpisah dari dunia
luar di sekitarnya. Berbeda dengan anak-anak, di sini remaja (adolescence)
tidak hanya dapat mengerti keadaan benda-benda di dekatnya tetapi juga
kemungkinan keadaan benda-benda itu di duga. Dalam masalah nilai-nilai
remaja mulai mempertanyakan dan membanding-bandingkan. Nilai-nilai
yang diharapkan selalu dibandingkan dengan nilai yang aktual. Secara singkat
dapat dikatakan remaja adalah tingkatan kehidupan dimana proses semacam
itu terjadi, dan ini berjalan terus sampai mencapai kematangan.
Dengan begitu jelaslah kiranya bahwa pemuda (tidak hanya orang
dewasa) memiliki kemampuan memikirkan dirinya sendiri, dan menyadari
bahwa terdapat keadaan yang bertentangan antara nilai-nilai yang dianut dan
tingkah laku orang lain. Oleh karena itu, dapat dikatakan sejak pertengahan
masa remaja individu mengembangkan apa yang dikatakan pengertian diri
(sense of identity). Selanjutnya, Knowles (1970) mengembangkan konsep

25

andragogi atas empat asumsi pokok yang berbeda dengan pedagogi. Keempat
asumsi pokok itu adalah sebagai berikut. Asumsi Pertama, seseorang tumbuh
dan matang konsep dirinya bergerak dan ketergantungan total menuju kearah
pengarahan diri sendiri. Atau secara singkat dapat dikatakan pada anak-anak
konsep dirinya masih tergantung, sedang pada orang dewasa konsep dirinya
sudah mandiri. Karena kemandirian konsep dirinya inilah orang dewasa
membutuhkan penghargaan orang lain sebagai manusia yang dapat
mengarahkan diri sendiri. Apabila dia menghadapi situasi dimana dia tidak
memungkinkan dirinya menjadi self directing maka akan timbul reaksi tidak
senang atau menolak. Asumsi kedua, sebagaimana individu tumbuh matang
akan

mengumpulkan

sejumlah

besar

pengalaman

dimana

hal

ini

menyebabkan dirinya menjadi sumber belajar yang kaya, dan pada waktu
yang sama memberikan dia dasar yang luas untuk belajar sesuatu yang baru.
Oleh karena itu, dalam teknologi andragogi terjadi penurunan penggunaan
teknik transmittal seperti yang dipakai dalam pendidikan tradisional dan
lebih-lebih mengembangkan teknik pengalaman (experimental-technique).
Maka penggunaan teknik diskusi, kerja laboratory, simulasi, pengalaman
lapangan, dan lainnya lebih banyak dipakai. Asumsi ketiga, bahwa
pendidikan itu secara langsung atau tidak langsung, secara implisit atau
eksplisit, pasti memainkan peranan besar dalam mempersiapkan anak dan
orang dewasa untuk memperjuangkan eksistensinya di tengah masyarakat.
Karena itu, sekolah dan pendidikan menjadi sarana ampuh untuk melakukan
proses integrasi maupun disintegrasi sosial di tengah masyarakat (Kartini
Kartono, 1992). Sejalan dengan itu, kita berasumsi bahwa setiap individu
menjadi matang, maka kesiapan untuk belajar kurang ditentukan oleh paksaan
akademi dan perkembangan biologisnya, tetapi lebih ditentukan oleh
tuntutan-tuntutan tugas perkembangan untuk melakukan peranan sosialnya.
Dengan perkataan lain, orang dewasa belajar sesuatu karena membutuhkan
tingkatan perkembangan mereka yang harus menghadapi peranannya apakah
sebagai pekerja, orang tua, pimpinan suatu organisasi, dan lain-lain. Kesiapan
belajar mereka bukan semata-mata karena paksaan akademik, tetapi karena
kebutuhan hidup dan untuk melaksanakan tugas peran sosialnya. Hal ini

26

dikarenakan belajar bagi orang dewasa selah-olah merupakan kebutuhan


untuk menghadapi masalah hidupnya.
2.10 PRINSIP PEMBELAJARAN ORANG DEWASA
Orang dewasa sangat berbeda dalam hal belajar dengan anak usia
sekolah atau yang masih belia. Belajar orang dewasa lebih cenderug bersifat
mandiri, orang dewasa tidak ingin diajar tapi ingin belajar, dan orang dewasa
tidak ingin digurui, tetapi ingin berguru. Demikian ungkapan yang
menggambarkan tentang bagaimana sebenarnya belajar orang dewasa itu.
Berikut ini beberapa prinsip belajar orang dewasa yaitu :
1. Nilai Manfaat
Orang dewasa akan belajar dengan baik, apabila apa yang ia pelajari
mempunyai nilai manfaat bagi dirinya.
1. Sesuai Dengan Pengalaman
Orang dewasa akan belajar dengan baik, apabila apa yang dipelajari itu
sesuai atau sejalan dengan pengetahuan dan pengalaman yang ada
dalam dirinya.
2. Masalah Sehari-hari
Orang dewasa akan belajar

dengan baik,

apabila bahan yang

dipelajari itu berpusat di sekitar masalah sehari-hari dan ia mempunyai


kesempatan untuk mempraktekan, memecahkan permasalahan dengan
berbagai cara.
3. Paktis
Orang dewasa akan belajar dengan baik, apabila apa yang dipelajarinya
itu praktis dan mudah diterapkan. Ini berarti hal-hal yang sulit enggan
untuk dipelajarinya.
5. Sesuai Kebutuhan
Orang dewasa akan belajar dengan baik, apabila apa yang ia pelajari
sesuai dengan kebutuhannya. Setiap orang mempunyai kebutuhan dan
apabila kebutuhan itu dapat dipenuhi dengan cara belajar, maka ia akan
sangat bergairah untuk belajar.
6. Menarik
Orang dewasa akan belajar dengan baik, apabila apa yang dipelajari itu
menarik baginya. Jika pelajaran itu mudah dan merupakan hal yang

27

baru, maka orang dewasa akan dengan senang hati terlibat dalam
proses belajar.
7. Berpartisipasi Secara Aktif
Orang dewasa akan belajar dengan baik, apabila ia turut ambil bagian
secara penuh. Suatu kegiatan belajar yang kurang melibatkan
pesertanya akan kurang menarik dan menjenuhkan pesertanya.
8. Kerja Sama
Orang dewasa akan belajar dengan baik, apabila situasi antar
tutor/fasilitator/pelatih dan pesertanya terdapat kerjasama dan saling
menghargai satu sama lain. Dalam situasi semacam ini, terdapat rasa
aman pada diri peserta dalam melakukan kegiatan.
1.

PRINSIP BELAJAR MENURUT RAMP 2 FAME


Prinsip-prinsip ini dalam berbagai cara sangat penting, karena
memungkinkan Anda (pelatih) untuk menyiapkan satu sessi secara tepat
dan memadai, menyajikan sessi secara efektif dan efisien, juga
memungkinkan anda melakukan evaluasi untuk sessi tersebut. Mari kita
coba lihat ide-ide yang melatarbelakangi istilah RAMP 2 FAME. Penting
untuk dicatat bahwa prinsip-prinsip ini tidak disajikan dalam satu urutan.
Kedudukannya sama dalam satu kaitan antar hubungan.
1. R RECENCY
Hukum dari Recency menunjukkan kepada kita bahwa sesuatu
yang dipelajari atau diterima pada saat terakhir adalah yang paling
diingat oleh peserta/partisipan. Ini menunjukkan dua pengetian yang
terpisah di dalam pendidikan. Pertama, berkaitan dengan isi (materi)
pada akhir sessi dan kedua berkaitan dengan sesuatu yang segar
dalam ingatan peserta. Pada aplikasi yang pertama, penting bagi
pelatih untuk membuat ringkasan (summary) sesering mungkin dan
yakin bahwa pesan-pesan kunci/inti selalu ditekankan lagi di akhir
sessi. Pada aplikasi kedua, mengindikasikan kepada pelatih untuk
membuat rencana kaji ulang (review) per bagian di setiap
presentasinya.
Faktor-faktor untuk pertimbangan tentang recency

28

Usahakan agar tiap sessi yang diberikan berjangka waktu


yang relatif pendek, tidak lebih dari 20 menit (jika itu
memungkinkan).
Jika sessi lebih dari 20 menit, harus sering diringkas

(direkap). Sessi yang lebih panjangsebaiknya dibagi-bagi ke


dalam sessi-sessi yang lebih pendek dengan beberapa jeda
sehingga anda dapat membuat ringkasan.
Akhir dari tiap sessi merupakan suatu yang penting. Buatlah

ringkasan/rekap dari keseluruhan sessi dan beri penekanan


pada pesan-pesan atau poin-poin kunci.
Upayakan agar peserta/partisipan tetap sadar kemana arah

dan perkembangan dari belajar mereka


2. A : APPROPRIATENES (Kesesuaian)
Hukum dari appropriatenes atau kesesuaian mengatakan kepada
kita bahwa secara keseluruhan, baik itu pelatihan, informasi, alat-alat
bantu yang dipakai, studi kasus -studi kasus, dan material-material
lainnya harus disesuaikan dengan kebutuhan peserta/partisipan. Peserta
akan

mudah

kehilangan

motivasi

jika

pelatih

gagal

dalam

mengupayakan agar materi relevan dengan kebutuhan mereka. Selain


itu, pelatih harus secara terus menerus memberi kesempatan kepada
peserta untuk mengetahui bagaimana keterkaitan antara informasiinformasi baru dengan pengetahuan sebelumnya yang sudah diperolah
peserta, sehingga kita dapat menghilangkan kekhawatiran tentang
sesuatu yang masih samar atau tidak diketahui.
Faktor-faktor
yang
perlu
dipertimbangkan

mengenai

appropriateness:
Pelatih harus secara jelas mengidentifikasi satu kebutuhan
bagi peserta agar mengambil bagian dalam pelatihan.
Dengan kebutuhan yang teridentifikasi, pelatih harus yakin
bahwa sehala sesuatu yang berhubungan dengan sessi

sesuai dengan kebutuhan tersebut.


Gunakan deskripsi, contoh-contoh atau ilustrasi-ilustrasi

yang akrab (familiar) dengan peserta.


3. M: MOTIVATION (motivasi)

29

Hukum

dari

motivasi

mengatakan

kepada

kita

bahwa

pastisipan/peserta harus punya keinginan untuk belajar, dia harus siap


untuk belajar, dan harus punya alasan untuk belajar. Pelatih
menemukan bahwa jika peserta mempunyai motivasi yang kuat untuk
belajar atau rasa keinginan untuk berhasil, dia akan lebih baik
dibanding yang lainnya dalam belajar. Pertama-tama karena motivasi
dapat menciptakan lingkungan (atmosphere) belajar menjadi menyenangkan.

Jika

kita

gagal

menggunakan

hukum

kesesuaian

(appropriateness) tersebut dan mengabaikan untuk membuat material


relevan, kita akan secara pasti akan kehilangan motivasi peserta.
Faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan mengenai motivasi:
Material harus bermakna dan berharga bagi peserta, tidak

hanya bagi pelatih


Yang harus termotivasi bukan hanya peserta tetapi juga
pelatih itu sendiri. Sebab jika pelatih tidak termotivasi,
pelatihan mungkin akan tidak menarik dan bahkan tidak

mencapai tujuan yang diinginkan.


Seperti yang disebutkan dalam
(appropriateness),

pelatih

suatu

hukum

kesesuaian

ketika

perlu

mengidentifikasi satu kebutuhan kenapa peserta datang ke


pelatihan. Pelatih biasanya dapat menciptakan motivasi
dengan mengatakan bahwa sessi ini dapat memenuhi

kebutuhan peserta.
Bergeraklah dari sisi tahu ke tidak tahu. Awali sessi dengan
hal-hal atau poin-poin yang sudah akrab atau familiar bagi
peserta. Secara perlahan-lahan bangun dan hubungkan
poin-poin bersama sehingga setiap tahu kemana arah

mereka di dalam proses pelatihan.


4. P : PRIMACY (Menarik Perhatian di awal sessi)
Hukum dari primacy mengatakan kepada kita bahwa hal-hal yang
pertama bagi peserta biasanya dipelajari dengan baik, demikian pula
dengan kesan pertama atau serangkaian informasi yang diperoleh dari
pelatih betul-betul sangat penting. Untuk alasan ini, ada praktek yang
bagus yaitu dengan memasukkan seluruh poin-poin kunci pada

30

permulaan sessi. Selama sessi berjalan, poin-poin kunci berkembang


dan juga informasi-informasi lain yang berkaitan. Hal yang termasuk
dalam hukum primacy adalah fakta bahwa pada saat peserta
ditunjukkan bagaimana cara mengerjakan sesuatu, mereka harus
ditunjukkan cara yang benar di awalnya. Alasan untuk ini adalah
bahwa kadang-kadang sangat sulit untuk tidak mengajari peserta
pada saat mereka membuat kesalahan di permulaan latihan.
Faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan mengenai primacy:
Sekali lagi, upayakan sessi-sessi diberikan dalam jangka
waktu yang relatif singkat. Sebaiknya sekitar 20 menit

seperti yang disarankan dalam hukum recency.


Permulaan sessi anda akan sangat penting. Seperti yang
anda ketahui bahwa sebagian banyak peserta akan
mendengarkan, dan oleh karena itu buatlah semenarik
mungkin dan beri muatan informasi-informasi penting ke

dalamnya.
Usahakan

perkembangan dari belajarnya.


Yakinkan peserta akan memperoleh hal-hal yang tepat pada

agar

peserta

selalu

sadar

arah

dan

saat anda pertama kali meminta mereka melakukan sesuatu


5. 2 : 2- WAY COMMUNICATION (Komunikasi 2 arah)
Hukum dari 2-way-communication atau komunikasi 2 arah secara
jelas menekankan bahwa proses pelatihan meliputi komunikasi dengan
peserta, bukan pada mereka. Berbagai bentuk penyajian sebaiknya
menggunakan prinsip komunikasi 2 arah atau timbal balik. Ini tidak
harus bermakna bahwa seluruh sessi harus berbentuk diskusi, tetapi
yang memungkinkan terjadinya interaksi di antara pelatih/fasilitator
dan peserta/partisipan.
Faktor-faktor
untuk

pertimbangan

mengenai

2-way

communication:
Bahasa tubuh anda juga berkaitan dengan komunikasi 2
arah: anda harus merasa yakin bahwa itu tidak bertentangan

dengan apa yang anda katakan.


Rencana sessi anda sebaiknya memiliki interaksi dengan
siapa itu dirancang, yaitu tak lain adalah peserta.

31

6. F: FEEDBACK (Umpan Balik)


Hukum dari feedback atau umpan balik menunjukkan kepada kita,
baik fasilitator dan peserta membutuhkan informasi satu sama lain.
Fasilitator perlu mengetahui bahwa peserta mengikuti dan tetap
menaruh perhatian pada apa yang disampaikan, dan sebaliknya peserta
juga membutuhkan umpan balik sesuai dengan penampilan/kinerja
mereka.
Penguatan juga membutuhkan umpan balik. Jika kita menghargai
peserta (penguatan yang positif) untuk melakukan hal-hal yang tepat,
kita mempunyai kesempatan yang jauh lebih besar agar mereka
mengubah perilakunya seperti yang kita kehendaki. Waspada juga
bahwa terlalu banyak penguatan negatif mungkin akan menjauhkan
kita memperoleh respon yang kita harapakan.
Faktor-faktor untuk pertimbangan mengenai feedback:
Peserta harus diuji (dites) secara berkala untuk umpan balik

bagi fasilitator
Pada saat peserta dites, mereka harus memperoleh umpan

balik tentang penampilan mereka sesegera mungkin.


Tes bisa juga meliputi pertanyaan-pertanyaan

yang

diberikan fasilitator secara berkala mengenai kondisi

kelompok
Semua umpan balik tidak harus berupa yang positif, seperti
yang dipercaya banyak orang. Umpan balik positif hanya
setengah dari itu dan hampir tidak bermanfaat tanpa adanya

umpan balik negatif


Pada saat peserta berbuat atau berkata benar (misal
menjawab pertanyaan), sebut atau umumkan itu (di

hadapan kelompok/peserta lain jika itu mungkin).


Persiapkan penyajian anda sehingga ada penguatan positif

yang terbangun di awal sessi.


Perhatikan betul-betul peserta yang memberi umpan balik
positif (berbuat betul) sama halnya kepada mereka yang

memberi umpan balik negatif (melakukan kesalahan).


7. A : ACTIVE LEARNING (Belajar Aktif)
Hukum dari active learning menunjukkan kepada kita bahwa
peserta belajar lebih giat jika mereka secara aktif terlibat dalam proses
32

pelatihan. Ingatkah satu peribahasa yang mengatakan Belajar Sambil


Bekerja ? Ini penting dalam pelatihan orang dewasa. Jika anda ingin
memerintahkan kepada peserta agar menulis laporan, jangan hanya
memberitahu mereka bagaimana itu harus dibuat tetapi berikan
kesempatan agar mereka melakukannya. Keuntungan lain dari ini
adalah orang dewasa umumnya tidak terbiasa duduk seharian penuh di
ruangan kelas, oleh karena itu prinsip belajar aktif ini akan membantu
mereka supaya tidak jenuh.
Faktor-faktor untuk pertimbangan mengenai active learning:
Gunakan latihan-latihan atau praktek selama memberikan

instruksi
Gunakan banyak pertanyaan selama memberikan instruksi
Sebuah kuis cepat dapat digunakan supaya peserta tetap

aktif
Jika memungkinkan, biarkan peserta melakukan apa yang

ada dalam instruksi


Jika peserta dibiarkan duduk dalam jangka waktu lama tanpa
berpartisipasi atau diberi pertanyaan-pertanyaan, kemungkinan mereka
akan mengantuk /kehilangan perhatian.
8. M : MULTIPLE -SENSE LEARNING
Hukum dari multi- sense learning mengatakan bahwa belajar akan
jauh lebih efektif jika partisipan menggunakan lebih dari satu dari
kelima inderanya. Jika anda memberitahu trainee mengenai satu tipe
baru sandwich mereka mungkin akan mengingatnya. Jika anda
membiarkan mereka menyentuh, mencium dan merasakannya dengan
baik, tak ada jalan bagi mereka untuk melupakannya.
Faktor-faktor untuk pertimbangan mengenai

multiple-sense

learning:
Jika anda memberitah/mengatakan sesuatu kepada peserta,

cobalah untuk menunjukkannya dengan baik


Gunakan sebanyak mungkin indera peserta jika itu perlu
sebagai sarana belajar mereka, tetapi jangan sampai lupa

sasaran yang ingin dicapai


Ketika menggunakan multiple-sense learning, anda harus
yakin

bahwa

tidak

33

sulit

bagi

kelompok

untuk

mendengarnyaa, melihat dan menyentuh apapun yang anda


inginkan.
Saya dengar dan saya lupa
Saya lihat dan saya ingat
Saya lakukan dan saya paham
(Confusius, 450 SM)
9. E. EXERCISE (Latihan)
Hukum dari latihan mengindikasikan bahwa sesuatu yang diulangulang adalah yang paling diingat. Dengan membuat peserta melakukan
latihan atau mengulang informasi yang diberikan, kita dapat
meningkatkan kemungkinan mereka semakin mampu mengingat
informasi yang sudah diberikan. Yang terbaik adalah jika pelatih
menambah latihan atau mengulangi pelajaran dengan mengulang
informasi dalam berbagai cara yang berbeda. Mungkin pelatih dapat
membicarakan mengenai suatu proses baru, lalu menunjukkan
diagram/overhead, menunjukkan produk yang sudah jadi dan akhirnya
minta kepada peserta untuk menyelesaikan tugas yang diberikan.
Latihan juga menyangkut intensitas. Hukum dari latihan juga mengacu
pada pengulangan yang berarti atau belajar ulang.
Faktor-faktor untuk pertimbangan dalam exercise:
Semakin sering trainee mengulang sesuatu, semakin

mereka mengingat informasi yang diberikan


Dengan memberikan pertanyaan berulang-ulang

meningkatkan latihan
Peserta harus mengulang latihannya sendiri, tetapi mencatat

tidak termasuk di dalamnya


Ringkaslah sesering mungkin karena ini bentuk lain dari

latihan. Buatlah selalu ringkasan saat menyimpulkan sessi


Buat peserta selalu ingat secara berkala apa yang telah

sidajikan sedemikian jauh dalam presentasi


Sering disebutkan bahwa tanpa beberapa bentuk latihan,

kita

peserta akan melupakan 1/4 dari yang mereka pelajari


dalam 6 jam, 1/3 dalam 24 jam, dan sekitar 9 % dalam 6
minggu.
2. PRINSIP PENDIDIKAN ORANG DEWASA
Prinsip pendidikan orang dewasa terdiri dari :
1. Hukum Belajar

34

Hukum belajar berisi ketentuan tentang cara orang belajar dan


kondisi yang dapat meningkatkan hasil belajar. Terdiri dari 8 unsur
pokok yaitu :
a. keinginan belajar
b. pengertian terhadap tugas
c. hukum latihan
d. hukum akibat
e. hukum asosiasi
f. minat, keuletan, intensitas
g. ketetapan hati
h. pengetahuan akan keberahsilan dan kegagalan.
2. Penetapan Tujuan
Penentapan tujuan terdiri dari tujuan umum ( tregantung dari visi
dan misi suatu Negara), tujuan khusus (terdiri dari tiga ranah yaitu
kognitif, afektif, dan psikomotor).
3. Pemilihan Materi Pelajaran
Dalam memilih materi pelajaran harus menggunakan criteria
seperti materi harus menarik, dapat dimengerti, bermanfaat, dapat
membnatu tujuan pendidikan, dan sesuai dengan subjek yang telah
ditetapkan.
4. Pengembangan Sikap
Hal yang penting
mengembangkan

dari

kemampuan

pengembangan
untuk

sikap

ini

mengendalikan

yaitu
emosi

menghadapi situasi hidup sehari-hari. Emosi yang terkendali akan


dapat memberikan warna, semangat dan kebahagiaan hidup.
5. Idealisme
Idealisme disini adalah suatu standar kesempurnaan yang diterima
oleh individu atau kelompok. Prinsip utama dalam mengajarkan
idealism adalah peserta didik harus mengetahui idealism melalui
bacaan, diskusi, pengamatan, dan bimbingan.
6. Minat
Pengembangan minat diarahkan pada minat untuk belajar, dimana
makin besar minatnya , makin besar semangatnya dan makin besar
juga hasil kerjanya.
7. Pengajaran Pengetahuan
Pengetahuan dapat dibagi menjadi dua jenis yaitu :
a. pengetahuan yang harus diingat secra permanen seperti kebenaran,
prinsip umum, hkum dan teknik
b. pengetahuan yang cukup dipelajari dimana menemukan dan
bagimana menggunakannya.
35

BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Kebutuhan adalah segala sesuatu yang muncul secara naluriah dan
sangat diperlukan oleh manusia untuk mempertahankan hidupnya. Kebutuhan
merupakan salah satu aspek psikologis yang menggerakkan mahluk hidup
dalam aktivitas-aktivitasnya dan menjadi dasar (alasan) bagi setiap individu
untuk berusaha. Belajar adalah sebuah proses perubahan di dalam kepribadian
manusia dan perubahan tersebut ditampakkan dalam bentuk peningkatan
kualitas dan kuantitas tingkah laku seperti peningkatan kecakapan,
pengetahuan, sikap, kebiasaan, pemahaman, keterampilan, daya pikir, dan
kemampuan-kemampuan yang lain. Belajar pada hakekatnya adalah proses
interaksi terhadap semua situasi yang ada di sekitar individu. Belajar juga
merupakan proses melihat, mengamati dan memahami sesuatu (Sudjana,
1989:28). Setiap perilaku belajar selalu ditandai oleh ciri-ciri perubahan yang
spesifik. Karakteristik perilaku belajar ini dalam beberapa pustaka rujukan,
antara lain Psikologi Pendidikan oleh Surya (1982), disebut juga sebagai
prinsip-prinsip belajar. Secara umum faktor-faktor yang memengaruhi belajar
dibedakan atas dua kategori, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Kedua
faktor tersebut saling memengaruhi dalam proses belajar individu sehingga
menentukan kualitas hasil belajar. Pembelajaran adalah suatu kegiatan yang
dilakukan oleh guru atau pendidik sedemikian rupa, sehingga tingkah laku
siswa berubah ke arah yang lebih baik. Pembelajaran bertujuan membantu
siswa agar memperoleh berbagai pengalaman dan dengan pengalaman itu
tingkah laku siswa yang meliputi pengetahuan, keterampilan dan nilai atau
norma yang berfungsi sebagai pengendali sikap dan perilaku siswa. Dalam
roses pembelajaran terdapat landasan landasan yang diantaranya adalah

36

landasan fisiologis, landasan psikologis dan landasan sosiologis dan yang


terakhir adalah landasan religious atau trasendental. Pendidikan orang dewasa
dapat diartikan sebagai keseluruhan proses pendidikan yang diorganisasikan,
mengenai apapun bentuk isi, tingkatan status dan metode apa yang digunakan
dalam proses pendidikan tersebut, baik formal maupun nonformal, Orang
dewasa sangat berbeda dalam hal belajar dengan anak usia sekolah atau yang
masih belia. Belajar orang dewasa lebih cenderug bersifat mandiri, orang
dewasa tidak ingin diajar tapi ingin belajar, dan orang dewasa tidak ingin
digurui, tetapi ingin berguru. Prinsip-prinsip ini dalam berbagai cara sangat
penting, karena memungkinkan Anda (pelatih) untuk menyiapkan satu sessi
secara tepat dan memadai, menyajikan sessi secara efektif dan efisien, juga
memungkinkan anda melakukan evaluasi untuk sessi tersebut.
3.2 SARAN
Sebagai seorang perawat yang bermutu, profesional, kompetitif dan
berbudaya, hendaknya kita mengetahui dan memahami tentang konsep dasar
kebutuhan belajar. Agar kita mampu mengaplikasikannya ke masyarakat.

DAFTAR PUSTAKA

37

Academica.edu.2014.Macam-macam Metode Pembelajaran


(online).Available:http://www.academia.edu/6503141/MACAMMACAM_METODE_PEMBELAJARAN(6 Mei 2015)
Agus, Herdiansyah. 2012. Konsep Dasar Pembelajaran (Online). Available :
http://herdiansyahagus.blogspot.com/2012/03/konsep-dasar-pembelajaran.html
Diaskes pada Rabu, 6 Mei 2015 pukul 09.00 wita
Anonim. 2015. Kebutuhan. (Online). Available:
http://id.wikipedia.org/wiki/Kebutuhan Diakses pada Rabu, 6 Mei 2015 pukul
11.36 wita
Anonim. 2015. Pengertian dan Macam-macam Kebutuhan Serta Contoh.
(Online).

Available:

http://www.artikelsiana.com/2015/01/pengertian-macam-

macam-kebutuhan-contoh.html#_ Diakses pada Rabu, 6 Mei 2015 pukul 11. 46


Wita
Dimyanti dan Mudiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT Asdi
Mahasatya
Fajar,Mallajareng. 2013. Faktor yang Mempengaruhi Belajar. (Online). Available:
http://seputarkampusorange.blogspot.com/2013/04/faktor-yang-mempengaruhibelajar.html Diakses pada Rabu, 6 Mei 2015 pukul 08.00 wita
Membla, Ahmad. 2011. Ciri Khas Perilaku Belajar (Online), Available ;
http://www.scribd.com/doc/56063817/Ciri-Khas-Perilaku-Belajar#scribd Diakses
pada Rabu, 6 Mei 2015 pukul 14.23 wita
Perdana, Andre. 2014. Pengertian Belajar Mengajar Pembelajar. (Online).
Available: http://www.andreanperdana.com/2013/03/pengertian-belajar-mengajarpembelajar.html Diakses pada Rabu, 6 Mei pukul 10.45 wita

38

Risnandar. 2013. Makalah Landasan dan Konsep Teknologi Pembelajaran.


(Online).Available:http://www.academia.edu/6721599/Makalah_Landasan_dan_K
onsep_Teknologi_Pembelajaran. Diakses pada Rabu, 6 Mei 2015, pukul 10.30
wita
Suprijanto, 2007. Pendidikan Orang Dewasa : Dari Teori Hingga Aplikasi.Jakarta
: Bumi Aksara.
Sudrajat, Akhmad. 2009. Prinsip Pendidikan Orang Dewasa. (Online). Available:
https://akhmadsudrajat.wordpress.com/2009/02/15/9-prinsip-pendidikan-orangdewasa/ Diakses pada Rabu, 6 Mei 2015 pukul 09.41 wita
Syah, Muhibbin. 2003. Psikologi Belajar. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada
Umaya, Ika. 2012. Hakekat Pendidikan

Orang Dewasa. (Online) Avaible :

https://umayaika.wordpress.com/2012/04/08/hakekat-pendidikan-orang-dewasa/
Diakses pada Rabu, 6 Mei 2015
Widayanti, Sri. 2014. Kebutuhan Belajar Orang Dewasa. (Online) Avaible:
http://www.g-excess.com/kebutuhan-belajar-orang-dewasa.html

Diakses

pada

Selasa, 5 Mei 2015


Zulaikah,

Siti.

2011.

Ciri

Perilaku

Belajar

(Online).

Available:

http://sitizulaikah70.blogspot.com/2011/12/makalah-ciri-prilaku-belajar.html
Diakses pada Rabu, 6 Mei 2015 pukul 14.23 wita

39

Anda mungkin juga menyukai