PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Kebutuhan dasar manusia merupakan unsur-unsur yang dibutuhkan oleh
manusia dalam mempertahankan keseimbangan fisiologis maupun psikologis,
yang bertujuan untuk mempertahankan kehidupan dan kesehatan. Manusia
memiliki kebutuhan dasar yang bersifat heterogen. Setiap orang pada dasarnya
memiliki kebutuhan yang sama, akan tetapi karena memiliki perbedaan
budaya, maka kebutuhan tersebut ikut berbeda. Kebutuhan dasar manusia
dipengaruhi oleh berbagai faktor diantaranya penyakit, hubungan keluarga,
konsep diri, dan tahap perkembangan. Konsep diri manusia memiliki peran
dalam pemenuhan kebutuhan dasar. Konsep diri yang positif memberikan
makna dan keutuhan (wholeness) bagi seseorang. Konsep diri yang sehat
menghasilkan perasaan positif terhadap diri. Ada beberapa komponen dalam
konsep diri yaitu, citra tubuh (body image), ideal diri, harga diri, peran diri,
identitas diri. Konsep diri memberikan rasa kontinuitas, keutuhan, dan
konsistensi pada seseorang. Konsep diri yang sehat mempunyai tingkat
kestabilan yang tinggi dan membangkitkan perasaan negatif atau positif yang
ditunjukkan pada diri (Perry & Potter, 2005). Konsep diri sendiri tersebut
merupakan cara individu memandang dirinya secara utuh baik fisik, emosi,
intelektual, sosial dan spiritual. Kemampuan intelektual bagi seseorang sangat
menentukan keberhasilan dalam memperoleh prestasi. Untuk mengetahui
berhasil tidaknya seseorang dalam belajar maka perlu dilakukan suatu
evaluasi, tujuannya untuk mengetahui prestasi yang diperoleh setelah proses
belajar mengajar berlangsung. Prestasi atau hasil belajar merupakan realisasi
atau pemekaran dari kecakapan-kecakapan potensial atau kapasitas yang
dimiliki seseorang. Penguasaan hasil belajar dapat dilihat dari perilakunya
baik perilaku dalam bentuk penguasaan pengetahuan keterampilan berfikir
maupun keterampilan motorik (Sukmadinata, 2005). Prestasi belajar
disebabkan oleh dua faktor yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor
internal meliputi kesehatan, intelegensi dan bakat, minat dan motivasi, serta
belajar.
Untuk mengetahui pengertian pembelajaran.
Untuk memahami landasan konsep pembelajaran.
Untuk memahami metode pembelajaran.
Untuk mengetahui kebutuhan pembelajaran bagi orang
dewasa.
10. Untuk mengetahui prinsip pembelajaran bagi orang dewasa.
1.4 MANFAAT PENULISAN
Manfaat penulisan dalam makalah ini adalah untuk menambah wawasan
pembaca agar mengetahui dan memahami konsep dasar kebutuhan belajar.
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1 PENGERTIAN KEBUTUHAN
Kebutuhan adalah segala sesuatu yang muncul secara naluriah dan
sangat
diperlukan
oleh
manusia
untuk
mempertahankan
hidupnya.
manusia
membutuhkan
bermacam-macam
kebutuhan.
Seperti:
banyak pula
pemahaman,
ketrampilan,
daya
pikir,
dan
kemampuan-
10. Whiterington
Belajar adalah suatu proses perubahan dalam kepribadian sebagaimana
dimanifestasikan
dalam
perubahan
penguasaan
pola-pola
Belajar
merupakan
perubahan
dalam
kepribadian
yang
Kemampuan membedakan
Konsep kongkrit
Konsep terdefinisi
Nilai
Nilai/aturan tingkat tinggi
Strategi kognitif
Informasi verbal
Sikap
Keterampilan motorik
bermakna
bahwa
perubahan
tersebut
senantiasa
merupakan
dalam
proses
belajar
seseorang,
karena
itu
sebagai
pengaruh
kebutuhan-kebutuhan
dan
10
2.
3.
orang penting,
5.
6.
7.
Minat
Secara sederhana, minat (interest) berarti kecenderungan dan
kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap
sesuatu. Menurut Reber (Syah, 2003), minat bukanlah istilah
yang populer dalam psikologi disebabkan ketergantungannya
11
belajar.
Sikap
Dalam proses belajar, sikap individu dapat memengaruhi
keberhasilan proses belajarnya. Sikap adalah gejala internal
yang berdimensi afektif berupa kecenderungan untuk mereaksi
atau merespons dengan cara yang relatif tetap terhadap objek,
orang, peristiwa dan sebagainya, baik secara positif maupun
12
yang dimilikinya.
Rasa percaya diri siswa
Rasa percaya diri timbul dari keinginan mewujudkan diri
bertindak dan berhasil. Dari segi perkembangan, rasa percaya
diri dapat timbul berkat adanya pengakuan dari lingkungan.
Makin sering berhasil menyelesaikan tugas, maka semakin
memperoleh pengakuan umum, dan selanjutnya rasa percaya
diri semakin kuat. Begitupun sebaliknya kegagalan yang
berulang kali dapat menimbulkan rasa tidak percaya diri. Bila
rasa tidak percaya diri sangat kuat, maka diduga seseorang
13
keterampilan
kognitif
yaitu
penguasaan
ilmu
dan
14
proses
pembelajaran
dapat
berlangsung
secara
efektif.
16
komplek
sekalipun
akan
pasti
ditemukansuatu
proseskomunikasi.
meliputi
pertanyaan
17
tertutup(pertanyaan
yang
penugasan
siswauntuk
melakukan
suatu
pekerjaan.
lanjuti
dengan presentasi oleh siswa dari satu kelompok dan ditanggapi oleh
siswa dari kelompok yanglain atau oleh guru yang bersangkutan,
serta 3) di akhir kegiatan ada kesimpulan yang didapat.
d) Metode Eksperimen
Metode eksperimen adalah suatu cara pengelolaan pembelajaran di
mana siswa melakukanaktivitas percobaan dengan mengalami dan
membuktikan sendiri suatu yang dipelajarinya.Dalam metode ini
siswa diberi kesempatan untuk mengalami sendiri atau melakukan
sendiridengan mengikuti suatu proses, mengamati suatu obyek,
menganalisis, membuktikan danmenarik kesimpulan sendiri tentang
18
kecil
19
pokok
bahasan
yang berbeda,
selanjutnya
teori,
dan
membimbing
mereka
untuk
memecahkan problemanya.
4) Dengan bantuan guru, para siswa memperoleh kebiasaan
tentang bagaimana mencari informasi yang diperlukan,
belajar sendiri dan berfikir sendiri. Perhatian guru dapat
diberikan
lebih
intensif
kepada
siswa
yang
sedang
20
21
itu terpenuhi, maka setiap individu perlu rasa aman jauh dan rasa sakit,
kecemasan,
dan
kekhawatiran
akan
keselamatan
dirinya,
sebab
22
tidak cukup dibeberkan dalam satu sessi seminar. Kata-kata itu tidak
lain adalah: Cukup lakukan saja! Pernyataan tersebut megandung
makna yang dalam dimana belajar merupakan bentuk transformasi visi
ke suatu tindakan lalu berakhir dengan achievement.
3. Charles Handy
Dalam bukunya Inside Organization (1999), Charles Handy
mengemukakan bahwa siklus belajar orang dewasa diawali dengan
mempertanyakan sesuatu dengan kuriositas tinggi; menemukan
jawaban-jawaban teoritis; melakukan testing di lapangan; dan terakhir
refleksi-sebuah pemahaman mengenai sesuatu yang bekerja dan yang
mandul di dalam diri. Thomas Edison, seorang penemu, adalah contoh
paling reliable sepanjang zaman. Dikisahkan bahwa secara pendidikan
formal akademik, Edison tergolong siswa yang tidak hebat tetapi ia
lebih
banyak
menggunakan
waktunya
untuk
mengunjungi
cara
atau
strategi
menghadapi
situasi
baru.
formal
yang
memberikan
23
stigma
bahwa
sekolah
Hal
inilah
yang
akhirnya
menjadi
dasar
mengapa
pribadi atau meneukan jati dirinya. Dalam hal belajar atau pendidikan
merupakan process of be coining a person. Bukan proses pembentukan
atau process of being shaped yaitu proses pengendalian dan manipulasi untuk
sesuai dengan orang lain; atau kalau meminjam istilah Maslow (1966), belajar
merupakan proses untuk mencapai aktualiasi diri (self-uchuslizatiun).
Seperti telah dikemukakan di atas bahwa dalam diri orang dewasa
sebagai siswa yang sudah tumbuh kematangan konsep dirinya timbul
kebutuhan psikologi yang mendalam yaitu keinginan dipandang dan
diperlakukan orang lain sebagai pribadi utuh yang mengarahkan dirinya
sendiri. Namun tidak hanay orang dewasa tetapi juga pemuda atau remaja
juga memiliki kebutuhan seperti itu. Sesuai teori Peaget (1959) mengenai
perkembangan psikologi dan kurang lebih 12 tahun keatas individu sudah
dapat berpikir dalam bentuk dewasa yaitu dalam istilah dia sudah mencapai
perkembangan pikir formal operation. Dalam tingkatan perkembangan ini
individu sudah dapat memecahkan segala persoalan secara logika, berpikir
secara ilmiah, dapat memecahkan masalah-masalah verbal yang kompleks
atau secara singkat sudah tercapai kematangan struktur kognitifnya.
Dalam periode ini individu muli mengembangkan pengertian akan diri
(self) atau identitas (identity) yang dapat dikonsepsikan terpisah dari dunia
luar di sekitarnya. Berbeda dengan anak-anak, di sini remaja (adolescence)
tidak hanya dapat mengerti keadaan benda-benda di dekatnya tetapi juga
kemungkinan keadaan benda-benda itu di duga. Dalam masalah nilai-nilai
remaja mulai mempertanyakan dan membanding-bandingkan. Nilai-nilai
yang diharapkan selalu dibandingkan dengan nilai yang aktual. Secara singkat
dapat dikatakan remaja adalah tingkatan kehidupan dimana proses semacam
itu terjadi, dan ini berjalan terus sampai mencapai kematangan.
Dengan begitu jelaslah kiranya bahwa pemuda (tidak hanya orang
dewasa) memiliki kemampuan memikirkan dirinya sendiri, dan menyadari
bahwa terdapat keadaan yang bertentangan antara nilai-nilai yang dianut dan
tingkah laku orang lain. Oleh karena itu, dapat dikatakan sejak pertengahan
masa remaja individu mengembangkan apa yang dikatakan pengertian diri
(sense of identity). Selanjutnya, Knowles (1970) mengembangkan konsep
25
andragogi atas empat asumsi pokok yang berbeda dengan pedagogi. Keempat
asumsi pokok itu adalah sebagai berikut. Asumsi Pertama, seseorang tumbuh
dan matang konsep dirinya bergerak dan ketergantungan total menuju kearah
pengarahan diri sendiri. Atau secara singkat dapat dikatakan pada anak-anak
konsep dirinya masih tergantung, sedang pada orang dewasa konsep dirinya
sudah mandiri. Karena kemandirian konsep dirinya inilah orang dewasa
membutuhkan penghargaan orang lain sebagai manusia yang dapat
mengarahkan diri sendiri. Apabila dia menghadapi situasi dimana dia tidak
memungkinkan dirinya menjadi self directing maka akan timbul reaksi tidak
senang atau menolak. Asumsi kedua, sebagaimana individu tumbuh matang
akan
mengumpulkan
sejumlah
besar
pengalaman
dimana
hal
ini
menyebabkan dirinya menjadi sumber belajar yang kaya, dan pada waktu
yang sama memberikan dia dasar yang luas untuk belajar sesuatu yang baru.
Oleh karena itu, dalam teknologi andragogi terjadi penurunan penggunaan
teknik transmittal seperti yang dipakai dalam pendidikan tradisional dan
lebih-lebih mengembangkan teknik pengalaman (experimental-technique).
Maka penggunaan teknik diskusi, kerja laboratory, simulasi, pengalaman
lapangan, dan lainnya lebih banyak dipakai. Asumsi ketiga, bahwa
pendidikan itu secara langsung atau tidak langsung, secara implisit atau
eksplisit, pasti memainkan peranan besar dalam mempersiapkan anak dan
orang dewasa untuk memperjuangkan eksistensinya di tengah masyarakat.
Karena itu, sekolah dan pendidikan menjadi sarana ampuh untuk melakukan
proses integrasi maupun disintegrasi sosial di tengah masyarakat (Kartini
Kartono, 1992). Sejalan dengan itu, kita berasumsi bahwa setiap individu
menjadi matang, maka kesiapan untuk belajar kurang ditentukan oleh paksaan
akademi dan perkembangan biologisnya, tetapi lebih ditentukan oleh
tuntutan-tuntutan tugas perkembangan untuk melakukan peranan sosialnya.
Dengan perkataan lain, orang dewasa belajar sesuatu karena membutuhkan
tingkatan perkembangan mereka yang harus menghadapi peranannya apakah
sebagai pekerja, orang tua, pimpinan suatu organisasi, dan lain-lain. Kesiapan
belajar mereka bukan semata-mata karena paksaan akademik, tetapi karena
kebutuhan hidup dan untuk melaksanakan tugas peran sosialnya. Hal ini
26
dengan baik,
27
baru, maka orang dewasa akan dengan senang hati terlibat dalam
proses belajar.
7. Berpartisipasi Secara Aktif
Orang dewasa akan belajar dengan baik, apabila ia turut ambil bagian
secara penuh. Suatu kegiatan belajar yang kurang melibatkan
pesertanya akan kurang menarik dan menjenuhkan pesertanya.
8. Kerja Sama
Orang dewasa akan belajar dengan baik, apabila situasi antar
tutor/fasilitator/pelatih dan pesertanya terdapat kerjasama dan saling
menghargai satu sama lain. Dalam situasi semacam ini, terdapat rasa
aman pada diri peserta dalam melakukan kegiatan.
1.
28
mudah
kehilangan
motivasi
jika
pelatih
gagal
dalam
mengenai
appropriateness:
Pelatih harus secara jelas mengidentifikasi satu kebutuhan
bagi peserta agar mengambil bagian dalam pelatihan.
Dengan kebutuhan yang teridentifikasi, pelatih harus yakin
bahwa sehala sesuatu yang berhubungan dengan sessi
29
Hukum
dari
motivasi
mengatakan
kepada
kita
bahwa
Jika
kita
gagal
menggunakan
hukum
kesesuaian
pelatih
suatu
hukum
kesesuaian
ketika
perlu
kebutuhan peserta.
Bergeraklah dari sisi tahu ke tidak tahu. Awali sessi dengan
hal-hal atau poin-poin yang sudah akrab atau familiar bagi
peserta. Secara perlahan-lahan bangun dan hubungkan
poin-poin bersama sehingga setiap tahu kemana arah
30
dalamnya.
Usahakan
agar
peserta
selalu
sadar
arah
dan
pertimbangan
mengenai
2-way
communication:
Bahasa tubuh anda juga berkaitan dengan komunikasi 2
arah: anda harus merasa yakin bahwa itu tidak bertentangan
31
bagi fasilitator
Pada saat peserta dites, mereka harus memperoleh umpan
yang
kelompok
Semua umpan balik tidak harus berupa yang positif, seperti
yang dipercaya banyak orang. Umpan balik positif hanya
setengah dari itu dan hampir tidak bermanfaat tanpa adanya
instruksi
Gunakan banyak pertanyaan selama memberikan instruksi
Sebuah kuis cepat dapat digunakan supaya peserta tetap
aktif
Jika memungkinkan, biarkan peserta melakukan apa yang
multiple-sense
learning:
Jika anda memberitah/mengatakan sesuatu kepada peserta,
bahwa
tidak
33
sulit
bagi
kelompok
untuk
meningkatkan latihan
Peserta harus mengulang latihannya sendiri, tetapi mencatat
kita
34
dari
kemampuan
pengembangan
untuk
sikap
ini
mengendalikan
yaitu
emosi
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Kebutuhan adalah segala sesuatu yang muncul secara naluriah dan
sangat diperlukan oleh manusia untuk mempertahankan hidupnya. Kebutuhan
merupakan salah satu aspek psikologis yang menggerakkan mahluk hidup
dalam aktivitas-aktivitasnya dan menjadi dasar (alasan) bagi setiap individu
untuk berusaha. Belajar adalah sebuah proses perubahan di dalam kepribadian
manusia dan perubahan tersebut ditampakkan dalam bentuk peningkatan
kualitas dan kuantitas tingkah laku seperti peningkatan kecakapan,
pengetahuan, sikap, kebiasaan, pemahaman, keterampilan, daya pikir, dan
kemampuan-kemampuan yang lain. Belajar pada hakekatnya adalah proses
interaksi terhadap semua situasi yang ada di sekitar individu. Belajar juga
merupakan proses melihat, mengamati dan memahami sesuatu (Sudjana,
1989:28). Setiap perilaku belajar selalu ditandai oleh ciri-ciri perubahan yang
spesifik. Karakteristik perilaku belajar ini dalam beberapa pustaka rujukan,
antara lain Psikologi Pendidikan oleh Surya (1982), disebut juga sebagai
prinsip-prinsip belajar. Secara umum faktor-faktor yang memengaruhi belajar
dibedakan atas dua kategori, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Kedua
faktor tersebut saling memengaruhi dalam proses belajar individu sehingga
menentukan kualitas hasil belajar. Pembelajaran adalah suatu kegiatan yang
dilakukan oleh guru atau pendidik sedemikian rupa, sehingga tingkah laku
siswa berubah ke arah yang lebih baik. Pembelajaran bertujuan membantu
siswa agar memperoleh berbagai pengalaman dan dengan pengalaman itu
tingkah laku siswa yang meliputi pengetahuan, keterampilan dan nilai atau
norma yang berfungsi sebagai pengendali sikap dan perilaku siswa. Dalam
roses pembelajaran terdapat landasan landasan yang diantaranya adalah
36
DAFTAR PUSTAKA
37
Available:
http://www.artikelsiana.com/2015/01/pengertian-macam-
38
https://umayaika.wordpress.com/2012/04/08/hakekat-pendidikan-orang-dewasa/
Diakses pada Rabu, 6 Mei 2015
Widayanti, Sri. 2014. Kebutuhan Belajar Orang Dewasa. (Online) Avaible:
http://www.g-excess.com/kebutuhan-belajar-orang-dewasa.html
Diakses
pada
Siti.
2011.
Ciri
Perilaku
Belajar
(Online).
Available:
http://sitizulaikah70.blogspot.com/2011/12/makalah-ciri-prilaku-belajar.html
Diakses pada Rabu, 6 Mei 2015 pukul 14.23 wita
39