Anda di halaman 1dari 6

Laporan Praktikum Farmakodinamik

Disusun oleh :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.

Imama Rasyada
Latifatu Choirunnisa
Aisyah Pratiwi Maharini
Lutfiana Eka Sari
Yuke Aulia Novianti
Roni Handoyo
Intan Zhofir Asyur Lazuardi
Maulina Irianto
Risty Pradana Linggan Wangi

132010101001
132010101013
132010101016
132010101020
132010101021
132010101029
132010101037
132010101042
132010101043

Fakultas Kedokteran
Universitas Jember
2014
I.

Judul
Laporan Praktikum Farmakodinamik

II.

Tujuan
Menjelaskan prinsip kerja obat dalam menghasilkan efek
Menjelaskan hubungan antara dosis obat dengan efek
Menjelaskan hubungan antara waktu dengan efek
Menjelaskan perbedaan individu dalam respon terapi

III.Pendahuluan
Obat bekerja dalam tubuh pada dipengaruhi oleh dosis, waktu paruh, dan keadaan tiap
individu. Cara kerja obat ada yang menggunakan sifat fisikokimianya disebut kerja obat
nonspesifik. Sedangkan sebagian besar obat bekerja spesifik melalui sistem transpor,
enzim, atau bekerja padaa reseptor. Saat obat bekerja, tubuh akan mengeluarkan respon.
Efikasi adalah respon maksimal yang dihasilkan obat. Potensi adalah dosis yang
dibutuhkan untuk mencapai respon tertentu. Potensi diekspresikan seebagai dosis obat
dimana mencapai efek terapi pada 50% populasi (ED 50). Lethal Dose (LD50) adalah
dosis yang dibutuhkan untuk membunuh 50% hewan coba. Indeks terapi adalah ukuran
keamanan obat dimana cara hitungnya (LD50) dibagi (ED50).
Golongan obat NSAID digunakan sebagai pengobatan Inflamasi. NSAID tergolong
menjadi COX-1, COX-2, dan COX-3. Pada golongan NSAID memiliki fungsi sebagai
antiinflamasi, antipiretik, dan analgesik (Anti nyeri).

IV. Alat dan Bahan


Probandus (subyek yang diamati) semua anggota kelompok
Obat : NSAID sesuai dengan yang disediakan
Bak plastic besar
Sphygmomanometer air raksa
Stetoskop
Stopwatch

V. Langkah Kerja
Tetapkan pemimpin kelompok sebelum memulai bekerja
Pemimpin kelompok membagi tugas dalam kelompok
Setiap kelompok dipilih satu orang sebagai timer yang memegang stopwatch dan
satu orang yang melakukan pencatatan
Anggota kelompok lain menjadi probandus (4 orang)
Percobaan dengan manset
Lakukan pengukuran tekanan darah untuk masing-masing probandus dan dicatat
Manset dipasang pada probandus dan dipompa, tekanan sphygmomanometer
dipertahankan antara tekanan darah sistolik dan diastolic, aktifkan stopwatch
Pertahankan manset sampai probandus tidak tahan dan dilepas, catat waktunya

Lakukan hal ini kepada seluruh anggota kelompok


Percobaan diulangi di hari lain tetapi dengan menggunakan obat paracetamol 2 jam
sebelumnya.
Amati

VI.

Hasil Pengamatan

Berdasarkan percobaan terhadap 4 naracoba/probandus maka didapatkan data sebagai berikut


Tabel 1. Tekanan darah sebelum dan sesudah pemberian paracetamol
Probandus
I
II
III
IV

Tensi sebelum
110/70
110/80
110/70
100/70

Tensi sesudah
110/80
120/80
110/80
100/80

Tabel 2. Ketahanan terhadap nyeri sebelum dan sesudah diberikan paracetamol


Probandus
I
II
III
IV

Sebelum (dalam sekon)


94
120
118
71

Sesudah (dalam sekon)


114
147
134
95

Berdasarkan tabel :

Terjadi peningkatan waktu ketahanan probandus terhadap nyeri setelah mengonsumsi

parcetamol
Rata-rata terjadi peningkatan tekanan sistole setelah probandus mengonsumsi
paracetamol

Tabel 3. Selisih waktu ketahanan terhadap nyeri


Probandus
I
II
III
IV

Selisih
20
27
16
24

Rata-rata ketahanan probandus terhadap nyeri meningkat 22 detik dari sebelum


diberikan paracetamol

VII.

Pembahasan
NSAID bekerja dengan menghambat sintesis prostaglandin yang merupakan
penyebab sensitisasi reseptor nyeri. Paracetamol (acetaminophen) adalah obat COX-3
yang menghambat kerja system saraf pusat, terutama rasa nyeri dan demam. Jadi,
setelah penggunaan NSAID, seharusnya terdapat penambahan durasi ketahanan karena
NSAID berperan dalam menekan rasa nyeri.
Pada praktikum ini, dilakukan oleh 4 naracoba, dengan 1 laki-laki dan 3
perempuan. Terjadi peningkatan tekanan darah dan juga peningkatan ketahanan pada
setiap naracoba. NSAID yang dikonsumsi 2 jam sebelum percobaan, ternyata
memberikan efek peningkatan durasi ketahanan, yang terjadi tidak hanya pada satu
naracoba, tetapi pada semua naracoba yang mengonsumsi Paracetamol.
Pada 1 laki-laki dan 3 wanita yang mengalami peningkatan, hal ini disebabkan
selain karena efek dari NSAID, dapat juga diakibatkan persepsi nyeri yang subyektif
sehingga keempat orang tersebut mengalami peningkatan durasi.
Perbandingan hasil antara laki-laki dan perempuan ternyata tidak memiliki
perbedaan yang sangat jauh. Karena rata-rata peningkatan durasi itu sama 20, baik
laki-laki maupun perempuan. Hal ini menunjukkan bahwa persebaran percbaan yang
dilakukan kelompok H merata.
Persebaran yang merata ini sesuai dengan Gill (1990, dalam Perry & Potter, 2005)
yang menyatakan laki-laki dan perempuan tidak memiliki perbedaan yang signifikan
pada respon terhadap nyeri.
Dilihat dari data tersebut setiap probandus memiliki perbedaan waktu dalam
merespon terhadap air es maupun tekanan dari sphygmomanometer air raksa. Hal
tersebut dipengaruhi oleh beberapa factor antara lain:

1. Pengaruh umur
Umur penderita sangat memengaruhi kerja dan efek obat sebab metabolism obat dan
fungsi ginjal kurang efisien pada bayi yang sangat muda dan pada orang-orang lanjut
usia.
2. Pengaruh faktor genetic
Faktor genetic berperan dalam menentukan metabolism obat dalam tubuh manusia
3. Massa tubuh
Massa tubuh berkaitan dengan jumlah obat yang diberikan. Dosis harus disesuaikan
dengan massa tubuh, sehingga semakin besar ukuran/massa tubuh semakin besar pula
dosis yang diberikan.
4. Jenis kelamin
Jenis kelamin mempunyai pengruh terhadap efek obat karena perbedaan fisik antara
pria dan wanita. Pria biasanya mempunyai postur tubuh lebih besar dari pada wanita
sehingga bila suatu dosis yang sama diberikan, tubuh pria akan lebih lambat di dalam
melakukan metabolism obat. Tubuh pria lebih banyak mengandung air, sedangkan

tubuh wanita mengandung lemak dan obat-obat tertentu dapat lebih cepat bereaksi
dalam air atau dalam lemak.
5. Lingkungan
Lingkungan berpengaruh terhadap daya kerja obat terutama lingkungan yang dapat
merubah obat (missal cahaya), kepribadian pasien dan lingkungan pasien. Lingkungan
fisik dapat juga mempengaruhi daya kerja obat misalnya suhu lingkungan tinggi
sehingga menyebabkan pembuluh darah perifer melebar sehingga dapat meningkatkan
daya kerja vasodilator.
6. Penyakit
Penyakit merupakan salah satu pertimbangan dalam pemberian obat. Kondisi penyakit
merupakan dasar dalam menentukan jenis obat dan dosis yang diberikan . obat dapat
bereaksi secara efektif dalam keadaan sakit. Misalnya, suhu badan orang yang demam
dapat dirunkan dengan paracetamol namun apabila diberikan pada orang yang tidak
demam, paracetamol tidak akan menurunkan suhu.
7. Faktor psikologis
Berkaitan dengan keefektivitasan obat. Orang yang mempercayai bahwa obat yang
mereka gunakan dapat mengatasi gangguan kesehatannya akan lebih efektif daya kerja
obat yang dia minum dibanding orang yang tidak percaya. Disebut sebagai placebo
effect.

VIII. Kesimpulan
Obat yang diminum dalam percoboaan ini adalah Golongan obat NSAID dengan
memberikan efek analgesik, karena ketahanan probandus terhadap tekanan manset lebih
lama setelah meminum obat ini (timbulnya rasa nyeri lebih lama).

Anda mungkin juga menyukai