OLEH :
ARIFAH SHABRINA
NIM : 1110103000020
ii
iii
iv
KATA PENGANTAR
VAGINA
KEHAMILAN 11-24
DENGAN
FLUOR
MINGGU DI RS
ALBUS
PADA
USIA
MEDIROSSA CIKARANG
yang
diberikan
untuk
menyemangati
saya
sehingga
saya
bisa
Peneliti
vi
ABSTRAK
Arifah Shabrina. Program Studi Pendidikan Dokter. Hubungan Perubahan
Keasaman Vagina dengan Fluor albus di Usia Kehamilan 11-24 minggu di RS
Medirossa Cikarang Periode April-Juni 2013. 2010.
Fluor albus ( Keputihan ) merupakan suatu hal yang fisiologis terjadi pada masa
kehamilan. Hal ini disebabkan oleh perubahan kadar estrogen dan progesteron
saat hamil. Hal ini menyebabkan terjadi perubahan kualitas dan kuantitas dari
sekret kelenjar serviks, sehingga mikroorganisme yang merugikan dapat tumbuh
dan mengganggu keseimbangan asam-basa di mukosa serviks-vagina (pH normal
saat hamil = 4,5-4,8). Mengetahui adanya perubahan pH serviks-vagina pada ibu
hamil menjadi sangat penting, mengingat pada masa kehamilan resiko terinfeksi
mikroorganisme via jalur servikovagina lebih besar. Metode cross sectional
digunakan dalam penelitian ini untuk mengetahui hubungan Perubahan keasaman
vagina dengan fluor albus pada usia kehamilan 11-24 minggu. Hasil yang
didapatkan adalah terjadi peningkatan kadar pH 1,5 kali menjadi 6,61 (basa) yang
menimbulkan 69,6% kejadian fluor albus patologis pada fluor albus yang terjadi
di usia 11-24 minggu kehamilan. Oleh karena itu, disarankan untuk lebih
memperhatikan adanya keputihan dan menjaga higienitas selama kehamilan.
Kata kunci
vii
DAFTAR ISI
JUDUL
LEMBAR PERNYATAAN....
ii
iii
LEMBAR PENGESAHAN....
iv
KATA PENGANTAR
ABSTRAK..........
vii
DAFTAR TABEL.......
xi
DAFTAR GAMBAR..............
xii
DAFTAR LAMPIRAN..
xiii
BAB 1 ..........................................
PENDAHULUAN.......
1.3 Hipotesis..............
BAB 2 ..
TINJAUAN PUSTAKA.........
viii
10
12
12
15
16
BAB 3 ..........
17
METODE PENELITIAN...........................................................................................
17
17
17
17
3.3.1 Populasi...........................................................................................................
17
3.3.2 Sampel.............................................................................................................
17
17
19
19
19
20
22
3.6 Etika............................
23
24
BAB 4 ..........
25
ix
25
25
29
32
BAB 5...................................................................
33
33
5.1 Kesimpulan.............
33
5.2 Saran.......
33
33
34
34
DAFTAR PUSTAKA.....
35
LAMPIRAN........
37
DAFTAR TABEL
12
26
27
27
Tabel 4.2.1 Distribusi Hasil Berdasarkan Nilai pH terhadap Fluor Albus ....
29
Tabel 4.2.2 Distribusi Rerata Usia Kehamilan terhadap Fluor Albus ...........
30
xi
DAFTAR GAMBAR
12
12
13
14
14
xii
DAFTAR LAMPIRAN
37
40
41
43
47
48
49
xiii
BAB 1
PENDAHULUAN
Bagi Masyarakat :
Khususnya bagi ibu hamil, penelitian ini mampu menjelaskan mengenai
pentingnya menjaga kebersihan serta keseimbangan pH vagina terutama
pada wanita hamil dan juga pentingnya melakukan
pemeriksaan
kandungan rutin
Bagi Institusi :
Penelitian ini sebagai syarat kelulusan Program Studi Pendidikan Dokter
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Dapat menjadi salah satu acuan untuk mengadakan dan mengembangkan
penelitian ini lebih lanjut
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Secara anatomi, ketika terjadi suatu kehamilan maka akan terjadi perubahan
anatomi organ reproduksi pada ibu sebagai suatu reaksi kompensasi terhadap
hadirnya makhluk hidup baru yang akan berkembang di dalam rahim.6 Dibawah
ini merupakan gambaran secara garis besar organ yang mengalami perubahan
anatomi pada masa kehamilan :
Gambar 2.1 Anatomi organ reproduksi wanita (uterus, serviks, vagina, dan klitoris)
dan batas-batasnya (rektum dan vesica urinaria)
Sumber : Sherwood, Lauralee. Human Physiology : From Cells to Systems.2010.7
Seperti yang di jelaskan pada gambar 2.1 diatas, organ-organ ini akan
mengalami perubahan yang sebagian besar dipengaruhi oleh hormon estrogen dan
progesteron secara langsung ataupun tidak langsung. Di jelaskan pula bahwa
vesika urinaria dan rektum akan terkena dampak dari perubahan organ-organ
reproduksi ini, salah satunya akibat pembesaran rongga uterus secara perlahanlahan yang akan menekan keduanya. Hal ini terjadi sesuai dengan letak uterus
4
pada umumnya yaitu posterior terhadap vesika urinaria dan anterior terhadap
rectum.7
Setelah melewati fimbriae, oosit ini akan menjadi ovum dan melewati tuba
falopii bagian ampulla. Bila di bagian ampulla ovum bertemu dengan sperma,
maka sperma dengan enzim dan badan akrosomal yang ia miliki akan menembus
dinding ovum yang terdiri dari korona radiata, zona pellucida, dan membran
plasma maka inti sel dari sperma akan di lepaskan ke dalam sitoplasma ovum dan
bertemu dengan inti sel ovum. Bila kedua inti sel ini berhasil menggabungkan
kode genetik yang mereka miliki, maka inilah yang akan berkembang menjadi
morulla, blastula dan seterusnya hingga terjadi implantasi di dinding uterus bagian
dalam (endometrium).7
Perubahan estrogen
Perubahan progesteron
dimana
oleh
kebersihan
ibu
selama
kehamilan,
contohnya
dalam
2.1.2.1 Lactobacillus sp
Bakteri ini adalah jenis bakteri anaerob yang hidup di beberapa organ pada
manusia. Sifatnya yang mampu menguraikan glikogen dalam proses fermentasi
dan menjadikannya asam laktat, menjadi faktor utama yang menjadikan bakteri
ini bakteri normal dalam tubuh kita. Selain itu, di duga hasil metabolisme dari
bakteri ini mampu menyingkirkan pertumbuhan bakteri patogen.15 Lactobacillus
sp banyak ditemukan pada saluran gastrointestinal dan saluran reproduksi
wanita.15
Menurut penelitian asosiasi ahli mikrobiologi tahun 1975, lactobacilli yang
sering ditemukan di dalam saluran reproduksi wanita adalah L.Crispatus dan
L.Jensenii13. Kedua bakteri ini dikatakan memberikan tingkat keasaman yang
hampir sama terhadap saluran vagina, namun untuk menghasilkan asam laktat
mereka memerlukan bahan yang berbeda dalam proses fermentasi nya.16
L.Acidophilus mampu menguraikan laktosa dan menjadikannya ikatan asam
laktat yang kuat maupun lemah, sedangkan L.Jensenii hanya mampu
menghasilkan ikatan asam laktat yang sederhana. Hal lain yang menguntungkan
10
dari bakteri ini adalah kemampuan dalam menghasilkan H2O2 yang berfungsi
mencegah pertumbuhan mikroorganisme lain dalam saluran reproduksi wanita.13
Dalam kondisi sehat dan sistem imun yang baik, jumlah H2O2 yang dihasilkan
bakteri batang ini diduga tidak memberikan efek korosif terhadap epitel saluran
reproduksi wanita.12
2.1.3 Fluor Albus
Fluor albus ( keputihan ) keluarnya cairan dari organ reproduksi wanita
melalui vagina (Wishnuwarhani, 2008). Pemeriksaan makroskopis , berupa warna,
bau dan kekentalan adalah cara untuk menilai dan mengkategorikan fluor albus,
Namun kekentalan dari fluor albus seringkali tidak di jadikan suatu tolak ukur
yang akurat mengingat besarnya kemungkinan terjadi subyektifitas pada sekret
yang diperiksa.11,14,15 Fluor albus ini bisa terjadi pada dua kondisi, yaitu :
2.1.3.1 Fisiologis
Dikatakan fisiologi, bila cairan tersebut berwarna bening, tidak berbau,
jumlahnya tidak berlebihan, dan tidak menimbulkan keluhan, seperti : gatal-gatal,
rasa panas, dan sebagainya. Fluor albus fisiologis ini sering terjadi pada wanita
menjelang haid, ketika stress secara emosional, ataupun saat terangsang secara
seksual.16
Secara fisiologis, sekret vagina memberikan proteksi alami terhadap
pertumbuhan bakteri aerob di sekitar serviks dan vagina. Pertahanan ini bersifat
asam yang dibantu dengan bakteri anaerob yang mengkonsumsi glikoprotein
sekret dan akan menghasilkan sisa metabolisme dengan fermentasi, sehingga
sekret vagina tetap terjaga keasamannya.16
2.1.3.2 Patologis
Seperti yang telah diuraikan sebelumnya, fluor albus dikatakan patologis, bila
cairan yang didapatkan berwarna hijau/kuning/keabu-abuan, berbau tidak sedap,
jumlahnya berlebihan, dan menimbulkan gejala gatal, rasa panas di daerah
kewanitaan, nyeri, dan sebagainya.14 Gambaran fluor albus patologis yang sering
ditemukan pada wanita15 :
11
a. Fluor albus yang cair dan berbusa, berwarna kuning kehijauan atau
keputih-putihan, berbau busuk dengan rasa gatal. Fluor albus semacam ini
akan memberi dampak bagi tubuh wanita, diantaranya rasa terbakar di
daerah kemaluan saat buang air kecil.
b.
Cairan fluor albus yang berwarna putih seperti keju lembut dan berbau
seperti jamur atau ragi roti. Keadaan ini menunjukan adanya infeksi yang
disebabkan jamur atau ragi yang di sistem reproduksi sekunder wanita,
terutama vagina dan serviks.
c. Cairan fluor albus yang kental seperti susu dengan bau yang amis.
Keadaan ini dimungkinkan karena infeksi yang disebabkan oleh bakteri
anaerob
oportunis
yang
menjadi
infeksi
sekunder
akibat
Fluor albus terjadi akibat adanya perubahan suasana pada mukosa vagina yang
disebabkan oleh faktor-faktor tertentu, misalnya perubahan hormon sehingga
mempengaruhi kerja kelenjar mukosa pada serviks dan faktor pertumbuhan
mikroorganisme anaerob pada saluran vagina dan serviks baik bagian endo
ataupun ektoserviks.14
Tak hanya faktor internal, faktor eksternal seperti pendidikan, higienitas diri,
pendapatan keluarga, dan juga kondisi pasangan seksual juga mempengaruhi
perubahan pH pada vagina melalui sikap dan perilaku higienis terhadap diri dan
lingkungan sekitar mereka.15
12
13
Penggunaan pakaian dalam dan juga cara membersihkan alat genitalia saat
mandi adalah salah satu contoh perilaku higienis yang memiliki pengaruh besar
dalam kesehatan alat reproduksi. Ibu dengan kelebihan glukosa dalam darah
(Diabetes Mellitus), juga akan mengalami hal serupa mengingat sekret vagina
dipengaruhi oleh susunan glikoprotein (ikatan antara glukosa dengan protein) di
dalamnya.15
2.1.4 Cara Diagnosis
Keadaan patologis pada fluor albus, seperti Bakterial Vaginosis ataupun fluor
albus akibat Infeksi Menular Seksual, membutuhkan uji laboratorium sesuai
dengan ketentuan yang telah di tetapkan baik uji sederhana, yaitu dengan
pemeriksaan makroskopis maupun yang menggunakan reagen kompleks.13,14
Pemeriksaan makroksopis terdiri dari pemeriksaan bau, warna, keasaman dan
kekentalan pada sekret vagina. Bau, warna, dan keasaman seringkali menjadi
penentu utama dalam kejadian fluor albus, sedangkan penilaian kekentalan yang
tidak menjadi prioritas dalam penentu fluor albus karena masih adanya
kemungkinan subyektifitas dari observer dalam penilaiannya.
2.1.4.1 Dipstick Test
Uji dipstick adalah uji semi kuantitatif menggunakan stick yang sudah
memiliki reagen untuk beberapa zat yang mungkin ditemukan di dalam sediaan
atau preparat. Sediaan yang dapat menggunakan uji ini adalah urine atau apusan
vagina, yaitu berupa sekret dari saluran vagina ataupun porsio serviks. Pada
apusan vagina, uji dipstick digunakan untuk mengukur pH yang didapatkan dari
apusan tersebut.14,15,16
14
15
Masa Gestasi
(Kehamilan)
Lonjakan
progesteron yang
signifikan
Meningkatkan jumlah
kelenjar mukosa pada
serviks dan dinding
rahim
Sekret lebih
banyak, kental,
dan keruh namun
tidak berbau
Mengalir hingga
ke saluran vagina
Menghasilkan
asam laktat dan
pH menjadi asam
Duh/pus sebagai
Hasil dari fagositosis
Peningkatan
metabolisme
tubuh ibu
Higienitas saat
kehamilan kurang
baik
Meningkatkan
glikogen dan
protein dalam darah
Meningkatkan
kadar glikoprotein
dalam sekret
kelenjar mukosa
serviks
Akan
difermentasikan oleh
mikroorganisme
anaerob (biasanya
Lactobacillus sp)
pada serviks dan
vagina
Peningkatan sekret untuk
proses fagositosis sebagai
mekanisme pertahanan
Kemungkinan
pertumbuhan
mikroorganisme lain di
dalam saluran vagina
hingga ke serviks
Kadar pH akan
berubah menjadi
lebih basa
Jamur mudah
berkembang biak
pada kondisi basa
16
Riwayat Infeksi
Saluran genitalia
atau Diabetes
melitus
sebelumnya
Higienitas Ibu
selama
Kehamilan
Peningkatan
fermentasi
glikoprotein oleh
Lactobacillus sp
Perubahan
hormonal yang
signifikan selama
kehamilan 11-24
minggu
Perubahan
kualitas sekret
vagina
Perubahan
bau dari
sekret vagina
Fluor Albus
Perubahan
keasaman (pH)
vagina
17
BAB 3
METODOLOGI PENELITIAN
17
18
Dengan :
Z
Diketahui
= 5% = 1,64
= 10% = 1, 28
(S) =
= 27,56
X1-X2 = Selisih minimal rerata dari laporan penelitian yang sama didapatkan dari
penelitian Ocviyanti (2009) Majelis Obstetri Ginekologi Indonesia adalah 2,5.
19
Jawab :
+ 10% dari sampel = 18 sampel
Setelah di hitung menggunakan rumus besar sampel di atas, di dapatkan sampel
minimal yang dibutuhkan adalah 18 sampel.
3.3.4
20
Cara
Skala
Hasil
Pengukuran
pengukuran
pengukuran
Variabel
Definisi
Pengukur
Alat Ukur
Warna
Warna
Peneliti dan
Dilihat
Diletakkan
Kategorik
Kualitatif
(Variabel
ditimbulkan
Spesialis
secara kasat
di atas
- Nominal
Putih
Dependen)
dari hasil
Kandungan
mata
object glass
metabolisme
dan dilihat
Bening
mikroorganis
Putih bening/
Keruh/
me normal
mata warna
ataupun
yang
Penilaian ini
anaerob yang
terlihat
berdasarkan
berkembang
(hijau,kuni
Penelitian
biak di
ng,merah,dl
Ocviyanti
mukosa
l)
(2009).11
Kuning
2 = Kuning
vagina
Bau (Variabel
Bau adalah
Peneliti dan
Uji KOH
sekret
Kategorik
Kualitatif
Dependen)
karbon hasil
Spesialis
10 %
diatas
- Nominal
Berbau/
metabolisme
Kandungan
sebagai
object glass
0 = Berbau
Tidak
mikroorganis
di RS
larutan
di teteskan
me normal
Medirossa
korosif
larutan
ataupun
Cikarang
yang dapat
KOH 10%
anaerob di
melisiskan
mukosa
epitel
vagina
jamur,
Tidak Berbau
berbau
Penilaian ini
sebanyak 2- berdasarkan
Penelitian
3 tetes, lalu
Ocviyanti
tunggu
(2009).11
sehingga
selama 1-2
bisa
menit untuk
dijadikan
mengetahui
indikasi
ada atau
peningkata
tidaknya
n pH
bau
21
Mengetahui
kadar keasaman
Spesialis
Kandungan
Dipstick
Test
(pH) pada
3 reagen
vagina (variabel
utk
Independen)
mengukur
-Kadar
Kualitatif
pH
(5, 6, >6)
Penilaian ini
5:
Normal
6:
berdasarkan
Curiga
pH,
penelitian
basa
Protein,
Ocviyanti
>6:
dan
(2009)
Positif
glukosa,
Majelis
Basa
dan akan di
Obstetri
tempelkan
Ginekologi
pada sekret
Indonesia.11
di mukosa
vagina
22
23
3.6 Etika
Sebelum melakukan penelitian, peneliti meminta izin secara tertulis
kepada subjek dan institusi yang terkait dengan penelitian ini.
Peneliti akan menjelaskan kepada subjek mengenai tujuan penelitian dan
hal apa saja yang akan dilakukan terhadap subjek.
Peneliti akan menjelaskan bahwa penelitian ini tidak akan memberi
dampak buruk apapun terhadap subjek, kecuali rasa sedikit tidak nyaman
ketika pengambilan swab vagina.
Subjek penelitian memiliki hak autonomy untuk menerima atau menolak
diikutsertakan dalam penelitian ini.
Setiap subjek akan dijamin kerahasiaannya atas data yang diperoleh dalam
penelitian.
Bila suatu saat subjek menyatakan diri tidak dapat terlibat lebih lanjut di
dalam penelitian ini, maka peneliti tidak akan menuntut atas hal apapun
dari subjek.
Ketika penelitian telah selesai dilakukan, subjek berhak mengetahui hasil
penelitian bila subjek meminta.
24
3.7.1
Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan merupakan data primer karena diisi
langsung oleh responden. Pengambilan sampel dilakukan dengan
cara non random sampling dan alat ukur penelitian. Identitas
responden akan dirahasiakan dan hanya diketahui oleh peneliti.
Responden akan terlebih dahulu diberi penjelasan mengenai
penelitian dan informed consent. Responden memiliki hak untuk
menolak keikutsertaan dalam penelitian ini dan juga dapat
mengundurkan diri tanpa ada sanksi yang ditujukan untuk
responden.
3.7.2
Pengolahan Data
Pengolahan
dan
analisis
data
dilakukan
dengan
25
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada bagian ini akan dijelaskan hasil penelitian mulai dari deskripsi data, uji
persyaratan analisis, pembahasan dan berbagai permasalahan yang ditemukan
dalam penelitian lapangan. Hasil penelitian ini berpedoman pada data hasil
pengambilan sampel di RS Medirossa Cikarang yang kemudian di olah dengan
bantuan komputer.
Penelitian ini membutuhkan sampel yang diperlukan sejumlah 18 sampel,
sesuai dengan perhitungan besar sampel dengan rumus analitik numerik tidak
berpasangan. Selama pengamatan yang dilakukan dalam 2 bulan, didapatkan
sampel berjumlah 23 dari 30 ibu hamil dalam populasi ibu hamil usia kehamilan
11-24 minggu dengan keputihan periode April-Juni 2013.
4.1 Analisis Univariat
Analisis univariat dilakukan untuk melihat gambaran distribusi homogenitas
data dan frekuensi pada variabel independen dan dependen pada 23 subyek
penelitian. Pada penelitian ini, didapatkan distribusi data yang homogen
(lampiran 5). Berikut ini penjelasan hasil analisis univariat yang terbagi atas
beberapa subab :
Tabel 4.1.1 Karakteristik Sampel Fluor Albus di Usia Kehamilan 11-24
minggu di RS Medirossa Cikarang periode April-Juni 2013
Variabel
Variabel
Valid Percent
Indikator
dependen
Usia Ibu
21-30 thn
19
82.6 %
31-40 thn
17.4 %
Pendidikan
SMP
8.7 %
Pekerjaan
SMA
18
78.3 %
S1
13.0 %
12
52.2 %
25
26
Karyawan Pabrik
10
43.5 %
PNS
4.3 %
Usia
11-16 minggu
14
60.8 %
Kehamilan
17-24 minggu
38.9 %
Kehamilan ke-
39,1 %
26,1 %
30,4 %
4.3 %
Berdasarkan tabel 4.1.1, diketahui sebagian besar usia ibu hamil yang
menjadi subjek penelitian adalah 21-30 tahun dengan rerata usia 27,13 tahun
dengan standar deviasi 3,74 (lampiran 4). Pada penelitian Munzila, dkk, (2007),
dari 80 sampel penelitian didapatkan 54 ibu (67,5%) dengan usia 21-30 tahun.
Sebanyak 52.5 % subjek penelitian adalah ibu rumah tangga dengan 78,3%
ibu merupakan lulusan SMA. Serupa dengan sampel penelitian Ocviyanti,
dkk,(2009), dimana sebagian besar sampelnya adalah ibu rumah tangga (69,1%)
dan merupakan lulusan SMA (46,3%). Penelitian tersebut juga menunjukkan
bahwa adanya faktor pendidikan kurang dari 13 tahun menjadi salah satu
pengaruh dalam kualitas fluor albus yang ditemukan.11,20
Usia kehamilan sebagian besar dalam kelompok 11-16 minggu dengan rerata
usia 16,34 minggu dengan standar deviasi 3, 97 (lampiran 4). Pada penelitian
Ocviyanti,dkk (2009), didapatkan bahwa ibu hamil yang mengalami keputihan
sebagian besar kurang dari 20 minggu kehamilan. Hal ini sesuai dengan usia
kehamilan sampel penelitian ini, meskipun terdapat keterbatasan dalam jumlah
sampel yang belum bisa mewakili masing-masing usia kehamilan.
27
Variabel
Valid Percent
Indikator
Independen
Nilai pH Vagina
21. 7 %
21.7 %
30.4 %
26.1 %
Variabel
Indikator
Dependen
Warna
Kekentalan
Uji KOH
Fluor albus
Valid Percent
Putih Bening
21.7 %
Kuning
14
60.9 %
Keruh
17.4 %
Negatif
30.4 %
Positif
16
69.6 %
Negatif
10
43.5 %
Positif
13
56.5 %
Fisiologis
30.4 %
Patologis
16
69.6 %
28
29
Variabel
Variabel
Independen
Dependen
Sig.(2
Mean
SD
tailed)
CI 95%
Lower
Upper
Bound Bound
1 pH vagina
Fisiologis
5,71
1,25
7,00
0,8
0,017
Patologis
16
2,44
33,24
Berdasarkan hasil uji statistik bivariat antara variabel pH dan fluor albus,
didapatkan nilai sebesar 0,017 ( p value < 0,05 ) . Hal ini dapat menunjukkan
bahwa secara statistik ada hubungan bermakna antara perubahan pH vagina
dengan kejadian fluor albus patologis pada ibu hamil usia 11-24 minggu di RS
Medirossa Cikarang. Menurut Cohen,et al (1969), perubahan
merupakan salah satu pemicu peningkatan pH akibat perubahan
kekentalan sekret vagina pada masa kehamilan.
17
hormonal
jumlah dan
30
Tabel 4.2.2 Distribusi Rerata Usia Kehamilan 11-24 minggu dengan Fluor
albus di RS Medirossa Cikarang
No
Variabel
Variabel
Independen
Dependen
Usia
Fisiologis
Mean
SD
18,71
3,49
Kehamilan
11-24
minggu
minggu
Patologis
16
15,31
3,8
Minggu
Pada tabel 4.2.2, terlihat bahwa kejadian fluor albus fisiologis sering terjadi
pada rerata usia kehamilan 18,71 minggu dan rerata usia kehamilan yang
mengalami fluor albus patologis adalah 15,31 minggu. Usia rerata yang
didapatkan dari masing-masing kategori fluor albus pada usia 11-24 minggu,
tidak sejalan dengan penelitian Baxendale, et al (2001), bahwa usia kehamilan 19
hingga 22 minggu adalah awal kenaikan yang signifikan dari estrogen dan
progesteron (gambar 2.4). Di usia kehamilan 15 minggu memang terjadi
kenaikan, namun tidak signifikan seperti yang terjadi pada usia 19 minggu,
sehingga apabila terjadi fluor albus patologis, cenderung akan terjadi pada usia
18-19 minggu atau lebih.8
Kesenjangan antara rerata dengan landasan teori pada hubungan antara usia
kehamilan dengan fluor albus patologis, kemungkinan terjadi akibat adanya faktor
eksternal yang mempengaruhi variabel, seperti faktor higienitas berupa
penggunaan sabun khusus vagina dan juga adanya pendidikan kurang dari 13
tahun. Pengaruh sabun khusus vagina dengan kadar pH dan fluor albus telah
dijelaskan oleh peneliti lain pada tema penelitian yang sama. Dalam penelitian
tersebut, dikatakan bahwa frekuensi penggunaan sabun khusus vagina menjadi
salah satu variabel yang mempengaruhi higienitas seorang wanita dikatakan
buruk.
Produksi estrogen dan progesteron yang tidak stabil selama kehamilan
membuat keseimbangan komponen dan produksi sekret serviks terganggu,
31
sehingga belum bisa ditentukan secara pasti usia ibu saat hamil dan juga usia
kehamilan yang rentan terhadap kejadian fluor albus patologis.3,8
Perubahan kualitas dan kuantitas sekret serviks akan mempengaruhi organ
sekitar serviks hingga vagina, sehingga bakteri anaerob akan dengan mudah
berkembang biak dan adanya kelembaban yang meningkat, menyebabkan jamur
yang mulanya bersifat oportunis terhadap mukosa vagina-serviks menjadi infeksi
sekunder akibat perubahan ini.21
Ketidakstabilan estrogen dan progesteron
torsio serviks ditambah dengan perilaku higienitas dari ibu. Hal ini terlihat saat di
lapangan, banyak ditemukan kecenderungan terjadi perubahan bentuk dan
pertumbuhan mukosa abnormal pada permukaan torsio serviks, seperti polip
serviks. Sayangnya, belum ada literatur ataupun penelitian yang menunjukkan
hubungan bermakna antara kejadian polip serviks dengan fluor albus pada masa
kehamilan. Kondisi ini menyebabkan beberapa subyek dengan polip serviks dari
populasi di masukkan ke dalam kriteria eksklusi, sehingga tidak didapatkan data
lebih lanjut.
Higienitas lingkungan ibu hamil, seperti air dan perilaku ibu terhadap
kebersihan organ genital eksternal, juga menjadi faktor risiko pada kejadian fluor
albus.15 Air merupakan alat utama untuk kebersihan individu ataupun masyarakat.
Sitorus,dkk (2004), menyatakan bahwa air adalah faktor terpenting dalam perilaku
dan sikap individu terhadap higienitas diri maupun lingkungan.22 higienitas diri
dan lingkungan merupakan penyebab sebagian besar penyakit dan penyebarannya
di Indonesia.22 Menurut penelitian Rahadi dan Kardena (2009), daerah industri
memiliki kandungan zat kimia organik yang cukup tinggi di dalam air tanah yang
biasa digunakan untuk kegiatan sehari-hari.22,23Hal ini sangat mungkin menjadi
faktor risiko yang menyebabkan perbedaan antara rerata usia kehamilan pada
kejadian fluor albus pada usia kehamilan 11-24 minggu pada penelitian ini
dengan penelitian Baxendale & Brett, (2001).8
Terjadinya
eliminasi
subyek
yang tidak
memungkinkan untuk diteliti ini terjadi akibat pengambilan data dilakukan hanya
pada saat itu saja dan tidak ada pengamatan lebih lanjut terhadap subyek
penelitian.
32
33
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Pada penelitian ini dapat disimpulkan beberapa hal mengenai perubahan pH
vagina dengan fluor albus yang terjadi di usia kehamilan 11-24 minggu, yaitu :
a. Terdapat hubungan yang bermakna antara kadar pH vagina dengan
perubahan kualitas fluor albus yang terjadi di usia kehamilan 11-24
minggu (p = 0,017)
b. Secara makroskopis, warna dan viskositas yang didapatkan dari fluor
albus pada sampel ibu hamil di usia kehamilan 11-24 minggu adalah 60,9
% sekret yang kuning dengan 69,6 % sekret positif kental dan negatif
kental sebesar 30,4 % .
c. Dari hasil uji KOH 10% didapatkan sebesar 56,5 % positif bau dan 43,5
% negatif terdapat bau.
5.2 Saran
5.2.1 Ibu Hamil
a. Perlunya perhatian yang lebih terhadap higienitas diri dan lingkungan ibu
selama kehamilan
b. Dianjurkan membersihkan fluor albus dengan bilasan air agar bersih,
terutama sebelum shalat. Hadits Shahih dari Imam Bukhari dan Muslim
menyatakan :
Cucilah kemaluanmu dan berwudhulah kamu.c. Kunjungan antenatal rutin dan teratur selama kehamilan sangat dianjurkan
untuk ibu
d. Penggunaan sabun untuk vagina dan spa vagina tidak disarankan untuk
dilakukan selama fluor albus masih terjadi
33
34
5.2.2
Petugas Medis
a. Pentingnya melakukan pemeriksaan fisik genitalia untuk
mendukung anamnesis pada keluhan fluor albus khususnya pada
ibu dengan usia awal dan pertengahan kehamilan
b. Diperlukan adanya perhatian dan penanganan lebih lanjut pada ibu
hamil yang datang dengan fluor albus
c. Perlunya edukasi mengenai personal hygiene selama kehamilan
kepada ibu oleh dokter ataupun bidan disertai pemantauan
pelaksanaannya.
5.2.3
Peneliti
35
DAFTAR PUSTAKA
1. Tjitra EDM. Karakteristik Penderita Fluor Albus di Puskesmas Cempaka Putih
Barat I. Pusat Penelitian Penyakit Menular DEPKES RI Jakarta. 1992.
2. Watson WJ, DeMarchi G. Vaginal Discharge : An Approach to Diagnosis
and Management. Department of Family Medicine Toronto University. 1987
August; 33.
3. Monalisa , Bubakar AR, Amirudin MD. Clinical Aspects Fluor Albus of
Female and Treatment. Departemen Dermatovenerologi FK Universitas
Hasanudin Makassar. 2012; 1.
4. Cunningham GF,Leveno KJ,Bloom SL,Hauth JL,Rouse DJ,Spong CY,et all.
William Obstetrics. 23rd ed.: McGraw-Hill Companies; 2010.
5. Brunton Laurence L,Chabner BA,Knollmann BC. Goodman and Gillmans
Pharmacological Basic of Therapeutics California: McGraw-Hill Companies;
2011.
6. Prawirohardjo S. Ilmu Kebidanan. 3rd ed. Jakarta: PT.Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo; 2010.
7. Sherwood L. Human Physiology:from cells to systems. 7th ed.: Cengage
Learning; 2010.
8. Brett M, Baxendale S. Motherhood and Memory : A review.
Psychoneuroendocrinology. 2001 April; 1.
9. Gustafsson R, Ahrne S, Jeppsson B, Benoni C, Olsson C, Stjernquist M. The
Lactobacillus Flora in Vagina and Rectum of Fertile and Postmenopausal
Healthy Swedish Women. 2011.
10. Brooks G, Carroll K, Butel J, editors. Jawetz, Melnick, and Adelberg's
Medical Microbiology United States: McGraw-Hill; 2010.
11. Ocviyanti D, Rosana Y,Wibowo N. Profil Flora Vagina dan Tingkat
Keasaman Vagina perempuan Indonesia. Majelis Obstetri Ginekologi
Indonesia. 2009.
12. Carlsson J, Gothefors L. Transmission of Lactobacillus jensenii and
Lactobacillus Acidophilus from Mother to Child at Time of Delivery.
American Society for Microbiology. 1975; 1.
36
37
LAMPIRAN 1
Menjadi Rumah Sakit Pilihan, Aman dan Bersahabat melalui F.A.C.E with a
Smile.
38
: 5 tempat tidur
39
Kepala
Thorax
Sternum
Abdomen
- Pelvis
- Columna Vertebralis
- Ekstremitas
b. CT-SCAN
c. USG ( Ultra Sonografi ) 3 Dimensi
d. TREADMILL
9. Instalasi Farmasi
10. Instalasi Dapur / Gizi
11. Instalasi Laundry
12. Instalasi Pemulasaraan Jenazah
13. Instalasi Pemeliharaan Sarana Rumah Sakit.
14. Unit Pelayanan Administrasi
- Humas Marketing
- Personalia
- Keuangan
- Administrasi
- Logistik
- EDP ( Electro Data Processing )
- Rekam Medis
- Kesekretariatan
15. Fasilitas Trasportasi
: Ambulance
16. Pengelolahan Limbah
- Limbah cair Instalasi pengelolahan air limbah ( IPAL )
- Limbah padat - Incenerator
17. Sumber Daya Energi : PLN dan Genset
40
LAMPIRAN 2
FORMULIR PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN
SURAT PERSETUJUAN
: .
Jakarta,
Mengetahui,
Yang menyetujui,
2013
Peserta
41
LAMPIRAN 3
KARAKTERISTIK DEMOGRAFI
Gambaran Pengetahuan dan Perilaku Higienitas terhadap Kejadian fluor albus
pada usia Kehamilan 11-24 minggu
1. Nama
2. Umur
3. Alamat
4. Pekerjaan
5. Pendidikan terakhir
6. Kehamilan ke-
7. Usia Kehamilan
42
Data Tambahan
.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
43
LAMPIRAN 4
Percent
Valid Percent
Percent
11
8.7
8.7
8.7
12
13.0
13.0
21.7
13
8.7
8.7
30.4
14
8.7
8.7
39.1
16
21.7
21.7
60.9
17
4.3
4.3
65.2
18
4.3
4.3
69.6
19
4.3
4.3
73.9
20
13.0
13.0
87.0
22
4.3
4.3
91.3
24
8.7
8.7
100.0
23
100.0
100.0
Total
44
LANJUTAN
Tabel Distribusi Usia Subyek Penelitian
Percent
Valid Percent
Percent
26.1
26.1
26.1
12
52.2
52.2
78.3
17.4
17.4
95.7
4.3
4.3
100.0
23
100.0
100.0
Total
Percent
Valid Percent
Percent
12
52.2
52.2
52.2
Karyawan swasta
10
43.5
43.5
95.7
PNS
4.3
4.3
100.0
Total
23
100.0
100.0
45
LANJUTAN
Tabel Distribusi Pendidikan pada Subyek Penelitian
Pendidikan
Cumulative
Frequency
Valid
Percent
Valid Percent
Percent
SMP
8.7
8.7
8.7
SMA
18
78.3
78.3
87.0
13.0
13.0
100.0
23
100.0
100.0
S1
Total
Percent
Valid Percent
Percent
Putih bening
21.7
21.7
21.7
Keruh
17.4
17.4
39.1
Kuning
14
60.9
60.9
100.0
Total
23
100.0
100.0
Kekentalan
Cumulative
Frequency
Valid
Percent
Valid Percent
Percent
Negatif
30.4
30.4
30.4
Positif
16
69.6
69.6
100.0
Total
23
100.0
100.0
46
LANJUTAN
Tabel Deskripsi pH Vagina
Percent
Valid Percent
Percent
negatif
10
43.5
43.5
43.5
positif
13
56.5
56.5
100.0
Total
23
100.0
100.0
Cumulative
Frequency
Valid
Percent
Valid Percent
Percent
Negatif
30.4
30.4
30.4
Positif
16
69.6
69.6
100.0
Total
23
100.0
100.0
47
LAMPIRAN 5
Uji Normalitas
Tests of Normality
a
Kolmogorov-Smirnov
Interpreta
si
pH
Statistic
Df
Shapiro-Wilk
Sig.
Statistic
Df
Sig.
Negatif
.430
.000
.650
.001
Positif
.202
16
.080
.812
16
.004
Kolmogorov-Smirnov
interpretasi
tran_pH
Statistic
df
Shapiro-Wilk
Sig.
Statistic
Df
Sig.
Negatif
.432
.000
.646
.001
Positif
.209
16
.059
.811
16
.004
Lower
9.000
23
2.437
Upper
33.244
48
LAMPIRAN 6
Test Statistics
Group Statistics
Ph
Std.
Std. Error
Mean
Mann-Whitney U
21.500
Wilcoxon W
49.500
-2.384
negatif
5.71
1.254
.474
Positif
16
7.00
.816
.204
.017
.018
Usia*fluor albus
b
Test Statistics
Group Statistics
Interpreta
si
Kehamilan
negatif
Kehamilan
Std.
N Mean Deviation
Std. Error
Mean
7 18.71
3.49830
1.32223
16 15.31
3.80734
.95183
Mann-Whitney U
Wilcoxon W
Z
Asymp. Sig. (2-tailed)
positif
26.000
162.000
-2.020
.043
.047
49
LAMPIRAN 7
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
PERSONAL DATA
Nama
Arifah Shabrina
Jenis Kelamin
Perempuan
Status
Belum Menikah
Agama
Islam
Alamat
Nomor Telepon/HP
087771213131/082123141993
syifa_shabrina@yahoo.co.id
RIWAYAT PENDIDIKAN
1997 1999
1999 2002
2002 2004
2004 2007
2007-2010
2010 Sekarang