Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PENDAHULUAN
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Eksplorasi diartikan sebagai penyelidikan
lapangan untuk mengumpulkan data atau informasi selengkap mungkin mengenai keberadaan
sumberdaya alam di suatu tempat. Kegiatan eksplorasi sangat penting dilakukan sebelum
pengusahaan bahan tambang dilaksanakan mengingat keberadaan

bahan galian yang

penyebarannya tidak merata dan sifatnya sementara yang suatu saat akan habis tergali. Sehingga
untuk menentukan lokasi sebaran, kualitas dan jumlah cadangan serta cara pengambilannya
diperlukan penyelidikan yang teliti agar tidak membuang tenaga dan modal, disamping untuk
mengurangi resiko kegagalan dan kerugian materi.
Eksplorasi mineral itu tidak hanya berupa kegiatan sesudah penyelidikan umum itu
secara positif menemukan tanda-tanda adanya letakan bahan galian, tetapi pengertian eksplorasi
itu merujuk kepada seluruh urutan golongan besar pekerjaan yang terdiri dari :
1.

Peninjauan (reconnaissance atau prospeksi atau penyelidikan umum) dengan tujuan mencari
prospek

2.

Penilaian ekonomi prospek yang telah diketemukan,

3.

Tugas-tugas menetapkan bijih tambahan di suatu tambang


Di Indonesia sendiri nama-mana dinas atau divisi suatu organisasi perusahaan, lembaga

pemerintahan serta penelitian memakai istilah eksplorasi untuk kegiatannya yang mencakup
mulai dari mencari prospek sampai menentukan besarnya cadangan mineral. Sebaliknya ada
beberapa negara, misalnya Perancis dan Uni Soviet (sebelum negara ini bubar) yang
menggunakan istilah eksplorasi untuk kegiatan mencari mineralisasi dan prospeksi untuk
kegiatan penilaian ekonomi suatu prospek (Peters, 1978). Selanjutnya istilah eksplorasi mineral
yang dipakai dalam buku ini berarti keseluruhan urutan kegiatan mulai mencari letak
mineralisasi sampai menentukan cadangan insitu hasil temuan mineralisasi.Selanjutnya istilah
eksplorasi mineral yang dipakai dalam buku ini berarti keseluruhan urutan kegiatan mulai dari
mencari letak mineralisasi sampai menentukan cadangan insitunya.

BAB II
PEMBAHASAN

Kegiatan eksplorasi dilakukan secara bertahap untuk meminimalkan resiko kegagalan


karena eksplorasi merupakan aktivitas yang berisiko tinggi. Tahapan dalam eksplorasi harus
dilakukan sesuai dengan karakteristik setiap endapan mineral. Beberapa aspek yang perlu
diperhatikan dalam merancang suatu kegiataneksplorasi adalah :
1.

Efektifitas, yaitu mengenai jenis bahan galian dengan metoda dan strategi yang tepat

2.

Efisiensi, dengan usaha (biaya dan waktu) yang seminimal mungkin untuk mendapatkan
hasil yang optimal

3.

Pertimbangan ekonomi, biaya eksplorasi harus sesuai dengan hasil yang diharapkan dengan
memperhitungkan resiko. Hal ini disebabkan karena lebih tinggi resiko maka keuntungan
yang dicapai makin berlipat ganda.

Berikut merupakan tahapan-tahapan dalam kegiatan eksplorasi secara umum :


1.

Tahap Eksplorasi Pendahuluan


Menurut White (1997), dalam tahap eksplorasi pendahuluan ini tingkat ketelitian
yang diperlukan masih kecil sehingga peta-peta yang digunakan dalam eksplorasi
pendahuluan juga berskala kecil 1 : 50.000 sampai 1 : 25.000. Adapun langkah-langkah yang
dilakukan pada tahap ini adalah :
A. Studi Literatur
Dalam tahap ini, sebelum memilih lokasi eksplorasi, terlebih dahulu dilakukan
studi terhadap data dan peta-peta yang sudah ada (dari survei-survei terdahulu), catatancatatan lama, laporan-laporan temuan dll, lalu dipilih daerah yang akan disurvei. Setelah
pemilihan lokasi ditentukan langkah berikutnya, studi faktor-faktor geologi regional dan
provinsi metalografi dari peta geologi regional sangat penting untuk memilih daerah
eksplorasi, karena pembentukan endapan bahan galian dipengaruhi dan tergantung pada
proses-proses geologi yang pernah terjadi, dan tanda-tandanya dapat dilihat di lapangan.
B. Survei dan Pemetaan
Jika peta dasar (peta topografi) dari daerah eksplorasi sudah tersedia, maka
survei dan pemetaan singkapan (outcrop) atau gejala geologi lainnya sudah dapat
dimulai (peta topografi skala 1 : 50.000 atau 1 : 25.000). Tetapi jika belum ada, maka

perlu dilakukan pemetaan topografi lebih dahulu.Kalau di daerah tersebut sudah ada
peta geologi, maka hal ini sangat menguntungkan, karena survei bisa langsung
ditujukan untuk mencari tanda-tanda endapan yang dicari (singkapan), melengkapi peta
geologi dan mengambil conto dari singkapan-singkapan yang penting.
Selain singkapan-singkapan batuan pembawa bahan galian atau batubara
(sasaran langsung), yang perlu juga diperhatikan adalah perubahan/batas batuan,
orientasi lapisan batuan sedimen (jurus dan kemiringan), orientasi sesar dan tanda-tanda
lainnya.Hal-hal penting tersebut harus diplot pada peta dasar dengan bantuan alat-alat
seperti kompas geologi, inklinometer, altimeter, serta tanda-tanda alami seperti bukit,
lembah, belokan sungai, jalan, kampung, dll.Dengan demikian peta geologi dapat
dilengkapi atau dibuat baru (peta singkapan).
Tanda-tanda yang sudah diplot pada peta tersebut kemudian digabungkan dan
dibuat penampang tegak atau model penyebarannya (model geologi). Dengan model
geologi hepatitik tersebut kemudian dirancang pengambilan conto dengan cara acak,
pembuatan sumur uji (test pit), pembuatan paritan (trenching), dan jika diperlukan
dilakukan pemboran. Lokasi-lokasi tersebut kemudian harus diplot dengan tepat di peta
(dengan bantuan alat ukur, teodolit, BTM, dll.).
Dari kegiatan ini akan dihasilkan model geologi, model penyebaran endapan,
gambaran mengenai cadangan geologi, kadar awal, dll. dipakai untuk menetapkan
apakah daerah survei yang bersangkutan memberikan harapan baik (prospek) atau tidak.
Kalau daerah tersebut mempunyai prospek yang baik maka dapat diteruskan dengan
tahap eksplorasi selanjutnya.
Berikut merupakan survei yang umum dilakukan dalam kegiatan eksplorasi :
1.

Survey Geokimia
Survey geokimia dapat diartikan sebagai penerapan praktis prinsip-prinsip
geokimia teoritis pada eksplorasi mineral dengan tujuan agar mendapatkan endapan
mineral baru dari logam-logam yang dicari dengan metoda kimia. Metoda tersebut
meliputi pengukuran sistematik satu atau lebih unsur kimia pada batuan, stream
sediment, tanah, air, vegetasi dan udara. Metoda ini dilakukan agar mendapatkan
beberapa dispersi unsur di atas (di bawah) normal yang disebut anomali, dengan
harapan menunjukkan mineralisasi yang ekonomis.

Tujuan dilakukan metoda geokimia adalah:


a. Menemukan dan melokalisir tubuh mineralisasi
b. Menentukan ukuran (size) dan nilai (value) dari tubuh mineralisasi
c. Mengetahui adanya anomali unsur target, penyebaran kadar, indikasi
mineralisasi, dan melacak batuan sumber.
Beberapa macam metoda geokimia yang dapat dilakukan adalah :
a.

Metode Sedimen Sungai


Beberapa pertimbangan dan alasan pemilihan metoda sedimen sungai adalah:
1.

Dipakai

dalam

eksplorasi

tahap

awal

(regional

geochemical

reconnaissance) diareal yang luas


2.

Menangkap dispersi geokimia sekunder di sepanjang aliran sungai

3.

Keuntungan: mampu menjangkau daerah yang luas dalam waktu yang


singkat, jumlah conto yang relatif sedikit, dan biaya yang relatif murah.

Beberapa metoda yang dilakukan dalam metoda sedimen sungai adalah:


1.

Sedimen sungai aktif (stream sediment, SS), yaitu mengambil fraksi


berukuran silt-clay dengan cara menyaring sedimen dengan saringan
berukuran -80#. Tujuan dari metoda ini adalah menangkap butiran emas
dan base metal berukuran halus.

Gambar 1. Pengambilan conto

2.

Konsentrat dulang (pan concentrate, PC) yaitu mengambil fraksi mineral


berat dalam sedimen sungai dengan cara mendulang dengan tujuan
menangkap emas berbutir kasar dan mineral berat lainnya. Dapat dilihat
seperti gambar di bawah ini :

Gambar 2. Geologist mengambil conto dengan pan


3.

Bulk Leach Extractable Gold (BLEG), semua fraksi sedimen diambil tanpa
terkecuali. Tujuannya untuk menangkap semua butiran emas dan mampu
mendeteksi kadar emas yang sangat rendah (ambang deteksi 0,1 ppb).
Dalam prakteknya BLEG dilakukan pada tahap awal dengan densitas 1
conto per 5-10 km, sedangkan SS dan PC dilakukan pada tahap berikutnya
dengan densitas1 conto per 1-3 km.

b.

Metode Percontoan Tanah ( Soil Sampling )


Situasi dimana survei soil dilakukan antara lain :
1. Survei pendahuluan dilakukan di daerah yang pola pengalirannya tidak
berkembang
2.

Survei lanjutan dilakukan di daerah anomali yang dilokalisir oleh survei


sedimen sungai

3.

Survei lanjutan di daerah anomali yang dilokallisir oleh survei geofisika

4.

Survei lanjutan di sekitar lokasi Gossan

5.

Mendeliniasi target bor uji di sekitar mineralisasi yang diketahui

Gambar 2. Pola pengambilan sampel Ridge and Spur ( Rose et al. 1979 )

Kondisi yang harus diperhatikan pada waktu melakukan sampling dengan


metoda percontoan tanah adalah :
1.

Cukup material yang diambil untuk analisis

2.

Conto diambil dari horison yang sama

3.

Jika horison soil tidak berkembang, conto diambil pada kedalaman yang
sama

4.

Conto harus diambil dari jenis soil yang sama (residual/ transported)

5.

Faktor yang menyebabkan adanya kontaminasi pada sampel harus


diketahui.

c. Biogeochemistry Surveys
Metoda ini memanfaatkan komposisi kimia tumbuhan yang dipakai sebagai
media conto. Akar tumbuhan potensial sebagai media sampling karena sifatnya
yang menyerap larutan dalam air tanah. Larutan ini mungkin membawa garamgaram anorganik yang dapat diendapkan di berbagai tumbuhan, seperti daun,
kulit kayu, buah dan bunga. Pada bagian tertentu dari beberapa jenis tumbuhan
telah terbukti menunjukkan kadar konsentrasi unsur-unsur tertentu yang lebih
tinggi jika tumbuh pada soil yang berkembang di atas cebakan mineral
daripada di soil biasa. Istilah geobotany melibatkan identifikasi visual jenis
spesies tumbuhan yang hidup di daerah tertentu. Pengamatan terhadap jenis
tumbuhan penutup mungkin dapat mengindikasikan mineralisasi di bawahnya.

Berikut merupakan contoh tumbuhan yang menjadi indikator keberadaan


mineral :
1.

Becium homblei dipakai di Afrika bagian selatan untuk mengindikasikan


anomali Cu dalam soil.

2.

Di daerah tropis bagian atas porfiri sistem yang kaya sulfida biasanya tidak
ditumbuhi tumbuhan atau hanya semak rumput, misalnya Grasbergdi Irian
Jaya. Fenomena ini dapat terlihat dalam foto udara dan Landsat.

2. Tahap Eksplorasi Detail


Setelah tahapan eksplorasi pendahuluan diketahui bahwa cadangan yang ada
mempunyai prospek yang baik, maka diteruskan dengan tahap eksplorasi detail
(White,1997). Kegiatan utama dalam tahap ini adalah sampling dengan jarak yang lebih
dekat (rapat), yaitu dengan memperbanyak sumur uji atau lubang bor untuk mendapatkan
data yang lebih teliti mengenai penyebaran dan ketebalan cadangan (volume cadangan),
penyebaran kadar/kualitas secara mendatar maupun tegak.Dari sampling yang rapat tersebut
dihasilkan cadangan terhitung dengan klasifikasi terukur, dengan kesalahan yang kecil
(<20%), sehingga dengan demikian perencanaan tambang yang dibuat menjadi lebih teliti
dan resiko dapat dihindarkan.
Pengetahuan atau data yang lebih akurat mengenai kedalaman, ketebalan,
kemiringan, dan penyebaran cadangan secara 3-Dimensi (panjang-lebar-tebal) serta data
mengenai kekuatan batuan sampling, kondisi air tanah, dan penyebaran struktur (kalau ada)
akan sangat memudahkan perencanaan kemajuan tambang, lebar/ukuran bahwa bukaan atau
kemiringan lereng tambang. Juga penting untuk merencanakan produksi bulanan/tahunan
dan pemilihan peralatan tambang maupun prioritas bantu lainnya.

Anda mungkin juga menyukai