Anda di halaman 1dari 2

GURU BUKANLAH ORANG YANG HANYA PANDAI NDOBOL

Beberapa faktor yang mempengaruhi tingkat pendidikan di suatu negeri


salah satunya yaitu berekaitan mengenai kualitas tenaga pendidiknya. Apakah
tenaga pendidik tersebut sudah sesuai dengan standar yang ditentukan,
seseorang yang memang mempunyai kemampuan yang mumpuni dalam
mengajar, atau hanya orang yang pandai mendongeng untuk sedang belajar
public speaking yang bagus sebagai modal untuk masuk ke partai politik? Kita
perlu mempertanyakan lagi apakah standar yang digunakan dalam pengkaderan
guru sudah sesuai dengan apa yang dibutuhkan atau malah hanya pengkaderan
asal-asalan. Ini penting, karena idealnya seorang guru merupakan orang yang
paling paham dan ahli dalam suatu bidang kajian ilmu pengetahuan, bukan
hanya sekedar mengandalkan public speaking tapi kosong dalamnya.
Guru merupakan media diskusi yang sangat cocok untuk dapat menggali
berbagai ilmu pengetahuan. Kewajiban seorang guru bukanlah sekedar memberi
materi sesuai yang ada dalam silabus dan mengakhiri pertemuan belajar
mengajar. Lebih dari itu, yang diharapkan adalah seoarang guru mampu
menciptakan semangat diskusi mengenai suatu permasalahan. Bukan hanya
menerangkan tentang suatu rumus yang ada, bahkan secara ekstrem guru harus
mampu mengarahkan otak-otak siswanya untuk mampu mengkritisi rumusrumus, teori-teori, bahkan hukum-hukum yang ada. Jadi siswa tidak serta merta
hanya menerima apa adanya apa yang diberikan oleh guru, tapi siswa mampu
mempertanyakan kenapa hal itu bisa terjadi? Kenapa rumus itu tercipta?
Bagaimana ilmuwan menemukan hukum-hukum itu? Sehingga dari hal tersebut
kita mampu menyadari, betapa luar biasanya karunia Tuhan YME yang diberikan
kepada kita, begitu hebatnya otak kita yang mampu menyelesaikan
permasalahan yang ada.
Beberapa pekan yang lalu hati saya sempat ndredeg, misuh-misuh sendiri.
Saya menghadiri persentasi kakak kelas tentang bagaimana menjadi guru yang
baik. Dengan gampangnya dia berucap bahwa modal utama menjadi guru itu
diantaranya 70% adalah softskill yang dia artikan sebagai kemampuan public
speaking, dan 30%nya adalah hardskill yang di artikan pula sebagai ilmu
pengetahuan. Apakah memang benar seperti itu prosentasi yang sesuai yang
harus dimiliki para guru? Kalu saya boleh berkata, mungkin para pedagang di
pasar, dan sales profesional lebih cocok memikul tugas tersebut. Apalagi para
kader-kader partai politik yang kalau bicara macam artis idola tapi nyata isinya
cuman tahi kucing, atau yang lebih elegan lagi bribil kambing.
Emang mau apa yang kita banggakan dari sekedar pandai orasi ngga ada
isi yang berkualitas? Itu seorang guru loh, seorang guru yang setiap katanya
mengandung kebenaran, yang setiap perilakunya mencerminkan kebaikan. Apa
iya, hanya modal pandai ngomong aja seseorang sudah layak menjadi guru?
Terus kalo udah mentok ilmunya, ngga paham teori atau konsepnya, apa iya situ
berani cuma mau modal omongan. Guru itu besar loh tanggun jawabnya, guru
itu lagi mencoba memberi pemahaman yang benar kepada para siswa supaya
benar-benar paham dan mengerti sehingga mengamalkan apa yang dia ketahui.
Iya benar juga, dengan kemampuan berbicara yang baik akan membuat peserta
didik untuk cepat mengerti, tapi untuk memahami? Untuk dapat mengamalkan
kebaikan dalam perbuatan sehari-hari? Apa terus kamu bilang, itu mah
tergantung individu masing-masing, ingat aja ya, Tuhan itu menciptakan
manusia dari bahan yang sama dan isinya pun sama, jadi kalau seseorang
berbuat ketidakbaikan, memang itu haknya dia, tapi apakah hal tersebut

semena-mena hanya karena dirinya sedangkan mereka yang lain berbuat


kebaikan? Dia mengerti, tapi belum sampai pada tingkat pemahaman
sebenarnya. Sekarang saya tanya, apakah korupsi itu perbuatan baik atau jahat?
100% pasti orang bilang itu perbuatan jahat. Terus apa kamu kira, merekamereka yang melakukan tindak korupsi itu bukan orang-orang yang pintar?
Mereka pintar tapi mereka tak paham dan tak perah mau paham akan hakikat
ilmu dan tanggun jawab yang sebenarnya. Jadi ya cama isi perut dan nafsu yang
mereka pikirkan. Ya disitulah peran guru seharusnya, membuat murid yang
tadinya tak mengeti menjadi ngerti, yang sudah ngerti menjadi paham, yang
sudah paham mau mengamalkan dalam kehidupan sehari-hari sesuai dengan
disiplin ilmunya.
Kalau ngajar hanya sebatas memenuhi kewajiban sesuai dengan jam yang
ditentukan, mau jadi apa penerus bangsa ini.

Anda mungkin juga menyukai