Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perkawinan merupakan suatu hubungan yang menimbulkan akibat hukum seperti
mempunyai tanggung jawab antara suami istri, memberi nafkah kepada sang istri, warisan
apabila telah meninggal dunia. Keturunan atau anak adalah suatu yang sangat diidamidamkan dalam perkawinan, perkawinan tanpa adanya seorang buah hati seakan-akan tidak
ada artinya, karena salah satu dari tujuan perkawinan adalah memperolehketurunan
Berdampak dari kemungkinan terjadinya hal seperti itu maka dengan kemajuan
teknologi dalam bidang kedokteran membentuk bank sperma sehingga orang dapat hanya
membelinya saja untuk mempunyai anak dengan cara inseminasi buatan yang diambil dari
para pedonor dengan tidak mementingkan adanya hubungan perkawinan atau tidak, hal ini
akan menjadi kerancuan pada status dan nasab anak tersebut. Sedangkan hukum islam sendiri
pada masa lalu tidak mengenal apa itu bank sperma dan inseminasi buatan, maka dari itu
demi kemaslahatan dan menegakkan hukum perkawinan dalam dunia islam ini tidak hanya
cukup disini saja tapi juga harus berkembang mengikuti perkembangan zaman pula. Oleh
karena itu, hal ini menarik untuk dibahas serta menganalis dengan beberapa sumber-sumber
hukum islam yang ada dan juga metode ushulfiqhiyah sehingga kita dapat mengetahuinya.
B. Rumusan Masalah
Dari penjelasan mengenai latar belakang bank sperma diatas maka dapat di rumuskan
beberapa masalah yaitu :
1. Apa saja latar belakang munculnya bank sperma ?
2. Apa tujuan dari adanya bank sperma ?
3. Apa hubungan bank sperma dan perkawinan ?
4. Apa hukum bank sperma dan pendapat para ulama?
C. Tujuan
1.
2.
3.
4.

Mengetahui latar belakang munculnya bank sperma


Mengetahui tujuan adanya bank sperma
Mengetahui hubungan bank sperma dan perkawinan
Mengetahui hukum islam mengenai bank sperma

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Bank Sperma
1

Bank sperma adalah pengambilan sperma dari donor sperma, lalu dibekukan dan
disimpan ke dalam larutan nitrogen cair untuk mempertahankan fertilitas sperma. Dalam
bahasa medis bisa disebut juga Cryobanking. Cryobanking adalah suatu teknik penyimpanan
sel cryopreserved untuk digunakan di kemudian hari. Pada dasarnya, semua sel dalam tubuh
manusia dapat disimpan dengan menggunakan teknik dan alat tertentu sehingga dapat
bertahan hidup untuk jangka waktu tertentu. Hal ini dapat dilakukan pada suhu yang relatif
rendah. Teknik yang paling sering digunakan dan terbukti berhasil saat ini adalah metode
Controlled Rate Freezing, dengan menggunakan gliserol dan egg yolk sebagai
cryoprotectant untuk mempertahankan integritas membran sel selama proses pendinginan dan
pencairan. Teknik Cryobanking terhadap sperma manusia telah memungkinkan adanya
keberadaan donor semen, terutama untuk pasangan-pasangan infertile (Werner, 2008).
Tentu saja, semen-semen yang akan didonorkan perlu menjalani serangkaian
pemeriksaan, baik dari segi kualitas sperma maupun dari segi pendonor seperti adanya
kelainan-kelainan genetik.Dengan adanya cryobanking ini, semen dapat disimpan dalam
jangka waktu lama, bahkan lebih dari 6 bulan (dengan tes berkala terhadap HIV dan penyakit
menular seksual lainnya selama penyimpanan). Kualitas sperma yang telah disimpan dalam
bank sperma juga sama dengan sperma yang baru, sehingga memungkinkan untuk proses
ovulasi.
B. Sejarah Munculnya Bank Sperma
Bank sperma atau kadang yang sering disebut bank ayah, mulai tumbuh pada awal
tahun 1980, berkembang setelah banyak laki-laki yang menjarangkan anaknya atau
melakukan vasektomi, namun menyimpan spermanya di dalam bank sebagai cadangan
sewaktu-waktu dibutuhkan untuk memiliki anak lagi.
Bank sperma diawali dari penemuan seorang pendeta katholik, Spallanzani, tahun
1780 tentang inseminasi buatan (permanian buatan). Penelitian ini berhasil membuahi seekor
anjing betina ke dalam rahim anjing betina tanpa disetubuhi anjing jantan namun dengan
menyuntikkan sprema ke dalam rahim anjing betina.Kemajuan teknologi yang semakin maju,
inseminasi buatan prosesnya juga mengalami kemajuan. Sperma yang diambil tidak langsung
disuntikkan ke rahim tapi disimpan dulu di bank sperma agar bertahan lama dan bisa
dibutuhkan sewaktu-waktu.
BAB III
ISI
A. Latar Belakang adanya Bank Sperma
Munculnya Bank sperma dilatarbelakangi oleh hal-hal berikut diantaranya, yaitu :
1. Keinginan memperoleh atau menolong untuk memperoleh keturunan pada seorang
pasangan suami istri yang tidak mempunyai anak (mandul).
2

2.
3.
4.
5.

Memperoleh generasi jenius atau orang super.


Mengembangbiakkan manusia secara cepat untuk menghindarkan kepunahan manusia.
Untuk memilih jenis anak yang ideal sesuai yang dikehendaki.
Mengembangkan kemajuan teknologi terutama dalam bidang kedokteran

B. Tujuan Munculnya Bank Sperma


Adapun beberapa salah satu tujuan diadakan bank sperma adalah semata-mata untuk
membantu pasangan suami isteri yang sulit memperoleh keturunan dan menghindarkan dari
kepunahan.
C. Hubungan Bank Sperma dan Perkawinan
Perkawinan di dalam Islam merupakan suatu institusi yang mulia. Ia adalah ikatan
yang menghubungkan seorang lelaki dengan seorang perempuan sebagai suami isteri. Hasil
dari akad yang berlaku, kedua-dua suami dan isteri mempunyai hubungan yang sah dan
kemaluan keduanya adalah halal untuk satu sama lain. Sebab itulah akad perkawinan ini
dikatakan sebagai satu akad untuk menghalalkan persetubuhan di antara seorang lelaki
dengan wanita, yang sebelumnya diharamkan.
Namun, hubungan perkawinan yang wujud ini bukanlah semata-mata untuk
mendapatkan kepuasan seks, tetapi merupakan satu kedudukan untuk melestarikan keturunan
manusia secara sah. Kehadiran bank sperma menjadikan pengaruh yang sangat besar terhadap
seorang suami isteri atau juga pada seorang gadis yang tidak mau kawin tapi pingin punya
anak hal itu tidak asing lagi itu bisa terjadi dengan kemajuan teknologi sekarang ini seperti
adanya bank sperma tinggal beli aja lalu di suntikkan kedalam alat kelamin perempuan di
dalam rahimnya yang akan bergabung dengan ovum baru bisa hamil. Tapi tidak semudah itu
untuk melakukannya, agama Islam sendiri telah memberi peraturan dan penjelasan yang tegas
seperti yang telah dijelaskan di atas bahwa antara kaum laki-laki dan perempaun dijadikan
berbeda-beda untuk saling berpasang-pasangan, oleh karena itu maka adanya anjuran untuk
kawin

sekaligus

hubungannya

dengan

perkawinan.

Dalam sebuah perkawinan seseorang yang telah lama berumah tangga bahkan
berpuluh-puluh tahun lamanya tetapi tidak mempunyai buah hati rasanya perkawinan tidak
ada artinya dan hampa rasanya sekaligus tidak punya generasi penerus dan keturunanya,
karena perkawinan tersebut selain untuk memenuhi kepuasan seksual dan kehalalan untuk
behubungan badan antara seorang laki-laki dan wanita juga untuk berkembang biak yakni
mempunyai keturunan. Oleh karena itu, banyak alternatif yang akan di pilih seperti:
1. Menyerah kepada nasib
2. Adopsi
3. Bercerai
4. Poligami
5. Inseminasi buatan dengan membeli spema di bank sperma

Alternatif yang terakhir ini merupakan permasalahan yang sangat besar bagi
penentuan hukum Islam terutama dalam hal perkawinan dan harus di tanggapi serius
mengingat pesatnya kemajuan teknologi dalam bidang kedokteran.
D. Hukum Bank Sperma dan Pendapat Para Ulama
Berdasarkan pengalaman yang kita tahu yang namanya bank adalah mengumpulkan
dan di tabung apabila berupa uang tetapi dalam hal ini berbeda yang di kumpulkan bukan lagi
uang tetapi sperma dari pe-donor sebanyak mungkin, tahap pertama yang perlu dinyatakan
untuk menentukan hukum ini yaitu, cara pengambilan atau mengeluarkan sperma dari si
pendonor dengan cara onani.
Persoalan dalam hukum islam adalah bagaimana hukum onani tersebut dalam kaitan
dengan pelaksanaan pengumpulan sperma di bank sperma dan inseminasi buatan?
Yang mengharamkan
Dan orang-orang yang menjaga kemaluannya, kecuali terhadap isteri-isteri mereka atau
budak yang mereka miliki Maka Sesungguhnya mereka dalam hal ini tiada terceIa.
Barangsiapa mencari yang di balik itu Maka mereka Itulah orang-orang yang melampaui
batas
Mereka

memasukkan

onani

sebagai

perbuatan

tidak

menjaga

kemaluan.

Dalam kitab Subulus Salam juz 3 halaman 109 disebutkan hadits yang berkaitan dengan
anjuran untuk menikah.
Rasulullah SAW telah bersabda kepada kepada kami,"Wahai para pemuda, apabila
siapa diantara kalian yang telah memiliki baah (kemampuan) maka menikahlah, kerena
menikah itu menjaga pandangan dan kemaluan. Bagi yang belum mampu maka puasalah,
karena puasa itu sebagai pelindung. (HR Muttafaqun alaih).
Di dalam keterangannya dalam kitab Subulus Salam, Ash-Shanani menjelaskan
bahwa dengan hadits itu sebagian ulama Malikiyah mengharamkan onani dengan alasan bila
onani dihalalkan, seharusnya Rasulullah SAW memberi jalan keluarnya dengan onani saja
karena lebih sederhana dan mudah. Tetapi Beliau malah menyuruh untuk puasa.
Sedangkan Imam Asy-Syafii mengharamkan onani dalam kitab Sunan Al-Baihaqi AlKubro jilid 7 halaman 199 dalam Bab Onani ketika menafsirkan ayat Al-Quran surat AlMukminun. Begitu juga dalam kitab beliau sendiri Al-Umm juz 5 halaman 94 dalam bab
Onani.
Imam Ibnu Taymiyah ketika ditanya tentang hukum onani beliau mengatakan bahwa
onani itu hukum asalnya adalah haram dan pelakunya dihukum tazir, tetapi tidak seperti
zina. Namun, beliau juga mengatakan bahwa onani dibolehkan oleh sebagian sahabat dan
tabiin karena hal-hal darurat seperti dikhawatirkan jatuh ke zina atau akan menimbulkan
sakit tertentu. Tetapi tanpa alasan darurat, beliau (Ibnu Taymiyah) tidak melihat adanya
keringanan untuk membolehkan onani.
4

Yang membolehkan
Diantara para ulama yang membolehkan istimna antara lain Ibnu Abbas, Ibnu Hazm
dan Hanafiyah dan sebagian Hanabilah.
Ibnu Abbas mengatakan onani lebih baik dari zina tetapi lebih baik lagi bila menikahi
wanita meskipun budak.

Ada seorang pemuda mengaku kepada Ibnu Abbas,"Wahai Ibnu Abbas, saya seorang
pemuda dan melihat wanita cantik. Aku mengurut-urut kemaluanku hingga keluar mani".
Ibnu Abbas berkata,"Itu lebih baik dari zina, tetapi menikahi budak lebih baik dari itu
(onani).
Hanabilah berpendapat bahwa onani memang haram, tetapi kalau karena takut
zina, maka hukumnya menjadi wajib, kaedah ushul:


Mengambil yang lebih ringan dari suatu kemudharatan adalah wajib.
Mazhab Zhahiri yang ditokohi oleh Ibnu Hazm dalam kitabnya Al-Muhalla juz 11
halaman 392 menuliskan bahwa Abu Muhammad berpendapat bahwa istimna adalah mubah
karena hakikatnya hanya seseorang memegang kemaluannya maka keluarlah maninya.
Sedangkan nash yang mengharamkannya secara langsung tidak ada.
Sebagaimana dalam firman Allah: "Dan telah Kami rinci hal-hal yang Kami
haramkan" Sedangkan onani bukan termasuk hal-hal yang dirinci tentang keharamannya
maka hukumnya halal. Pendapat mazhab ini memang mendasarkan pada zahir nash baik dari
Al-Quran maupun Sunnah. Sedangkan para ulama Hanafiyah (pengikut Imam Abu
Hanifah)dan sebagian Hanabilah (pengkikut mazhab Imam Ahmad) -sebagaimana tertera
dalam Subulus Salam juz 3 halaman 109 dan juga dalam tafsir Al-Qurthubi juz 12 halaman
105- membolehkan onani dan tidak menjadikan hadits ini tentang pemuda yang belum
mampu menikah untuk puasa diatas sebagai dasar diharamkannya onani. Berbeda dengan
ulama syafiiah dan Malikiyah. Mereka memandang bahwa onani itu dibolehkan. Alasannya
bahwa mani adalah barang kelebihan. Oleh karena itu, boleh dikeluarkan, seperti memotong
daging

lebih.
Namun sebagai cataan bahwa ada dua pendapat dari mazhab Hanabilah, sebagian

mengharamkannya dan sebagian lagi membolehkannya. Bila kita periksa kitab Al-Kafi fi
Fiqhi Ibni Hanbal juz 4 halaman 252 disebutkan bahwa onani itu diharamkan.

Ulama-ulama Hanafiah juga memberikan batas kebolehannya itu dalam dua perkara,
yaitu :
1. Karena takut berbuat zina.
2. Karena tidak mampu kawin.
Pendapat Imam Ahmad memungkinkan untuk kita ambil dalam keadaan gharizah itu
memuncak dan dikawatirkan akan jatuh ke dalam haram. Misalnya seorang pemuda yang
sedang belajar atau bekerja di tempat lain yang jauh dari negerinya, sedang pengaruhpengaruh di hadapannya terlalu kuat dan dia kawatir akan berbuat zina. Karena itu dia tidak
berdosa menggunakan cara ini (onani) untuk meredakan bergeloranya gharizah tersebut dan
supaya dia tidak berlaku congkak dan gharizahnya itu tidak menjadi ulat.
Dalam masalah munculnya bank sperma ada juga yang berpendapat hal ini, terdapat
dua hukum yang perlu difahami di sini, pertama, hukum kewujudan bank sperma itu sendiri
dan kedua, hukum menggunakan khidmat bank tersebut yakni mendapatkan sperma lelaki
untuk disenyawakan dengan sel telur perempuan bagi mewujudkan satu kehamilan dengan
cara inseminasi buatan. Pertama dari segi hukum kewujudan bank sperma itu sendiri, maka
hal ini tidaklah dengan sendirinya menjadi satu keharaman, selama mana bank tersebut
mematuhi Hukum Syara dari segi operasinya.Ini karena dari segi hukum, boleh saja manamana suami menyimpan air mani mereka di dalam bank sperma hanya untuk isterinya apabila
keadaan memerlukan, Namun begitu, sperma itu mestilah dihapuskan apabila si suami telah
meninggal. Sperma tersebut juga mesti dihapuskan jika telah berlaku perceraian (talak bain)
di antara suami-isteri. Di dalam kedua-dua kasus ini (kematian suami dan talak bain), jika
(bekas) isteri tetap melakukan proses memasukkan sel yang telah disimpan itu ke dalam
rahimnya, maka dia (termasuk doker yang mengetahui dan membantu) telah melakukan
keharaman dan wajib dikenakan tazir. Kedua menggunakan khidmat bank sperma tersebut,
yakni mendapatkan sperma lelaki untuk disenyawakan dengan sel telur perempuan bagi
mewujudkan satu kehamilan dengan cara enseminasi buatan hal ini juga sama seperti
pendapat yang tela dijelaskan di atas yang dibolehkan hanya percampuran antara sperma
suaminya sendiri dengan ovum isterinya sendiri.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Permasalahan yang telah dibahas diatas merupakan fenomena yang ada dalam masalah
kehidupan sekarang, munculnya bank sperma antara lain karena untuk mewujudkan
keturunan

bagi

para

suami

istri

yang

mandul

atau

tidak

punya

anak.

Menurut pendapat penulis dari mengingat dan menimbang beberapa penjelasan di atas
kehadiran bank sperma tidak dibenarkan dalam hukum islam karena banyak madhorotnya
(bahayanya). Ketidakbolehan pada langkah yang pertama yang dilakukan bank sperma dalam
mengambil sperma dari para pendonor dengan cara onani. Kedua, percampuran sperma dan
ovum antara seroang laki dan perempan (bukan suami istri) dengan persetubuhan atau
percamuran dengan inseminasi buatan dihukumi zina. Ketiga demi menjaga hubungan nasab
agar tidak ada percampuran nasab karena akan mempersulit dalam hukum waris.
B. Saran
7

Sebagai muslim yang baik serta taat terhadap perintah Allah Swt ketika menghadapi
masalah ini kita tidak boleh bertindak sesuai dengan keinginan hawa nafsu tanpa
memperhatikan aspek agamanya tetapi harus berpedoman pada hukum serta syariat islam.

DAFTAR PUSTAKA
Chuzaimah, T. Yanggo dan Hafiz, Anshry. 2001. Problematika Hukum Islam Kontemporer
(Buku Keempat). Jakarta : PT. Pustaka Firdaus
Humana. Dilema Moral Zaman Ini. (http://www.mui.or.id/mui_in/fatwa.php?id=78). Diakses
tanggal 29 September 2015 pukul 15.00 WIB
Laonso, Hamid dan M, Jamil. 2005. Hukum Islam Alternatif Solusi Terhadap Masalah Fiqh
Kontemporer. Jakarta : Restu Illahi
Panji, Al Azhar. 1983. Islam dan Masalah-masalah Kemasyarakatan. Jakarta : Pustaka
Panjimas
Wer n e r , M . A . 2 0 0 8 . Cryobanking.. Yogyakarta : Kanisius
Yusuf, Qaradhawi. 2002. Fatwa-Fatwa kontemporer. Jakarta : Gema Insani
Zuhdi, Masyfuk. 1993. Masail Fiqhiyah. Jakarta : Haji Masagung.

Anda mungkin juga menyukai