Anda di halaman 1dari 26

BAB II

URAIAN TEORITIS
II. 1. Komunikasi

II.1.1. Pengertian Komunikasi

Pengertian komunikasi secara etimologis, dalam bahasa inggris


Communication berpangkal pada perkataan latin Communis yang artinya membuat
kebersamaan antara dua orang ataua lebih. Komunikasi juga berasal dari akar kata
dalam bahasa latin Communico yang artinya membagi (Cherry dalam Stuart,
1983).
Everet M. Rogers mendefinisikan komunikasi sebagai proses dimana
suatu ide dialihkan dari sumber kepada satu penerima atau lebih, dengan maksud
untuk mengubah tingkah laku mereka (Cangara, 2006 : 19). Sedangkan menurut
Carl Hovland, komunikasi adalah upaya yang sistematis untuk merumuskan
secara tegar asas-asas penyampaian informasi serta pembentukan pendapat dan
sikap (Effendy, 2005 : 10).
Definisi Hovland tersebut menunjukkan bahwa komunikasi bukan saja
hanya proses penyampaian informasi, tetapi komunikasi juga merupakan proses
pembentukan pendapat khalayak atau masyarakat dan untuk mengubah perilaku
mereka. Di dalam menyampaikan informasi kepada khalayak atau masyarakat
diperlukan komunikasi yang komunikatif sehingga dapat mengubah sikap,
pendapat, dan perilaku khalayak yang menerima informasi tersebut.

Universitas Sumatera Utara

28

Laswell menerangkan bahwa bahwa cara terbaik untuk menerangkan


komunikasi adalah dengan menjawab pertanyaan : Who Says What In Which
Channel To Whom With What Effect (Siapa Mengatakan Melalui Saluran Apa
Kepada Siapa Dengan Efek Apa). Jawaban dari pertanyaan paradigmatik Laswell
merupakan unsur-unsur proses komunikasi yang meliputi : komunikator, pesan,
media, komunikan, dan efek (Effendy, 2003:253).

Paradigma tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Who : Komunikator; orang yang menyampaikan pesan


2. Says What : Pernyataan yang didukung oleh lambing-lambang
3. In Which Channel : Media; sarana atau saluran yang mendukung pesan yang
disampaikan.
4. To Whom : Komunikan; orang yang menerima pesan.
5. With What Effect : Efek dampak sebagai pengaruh pesan atau dapat juga dikatakan
sebagai hasil dari proses komunikasi.

II.1.2. Unsur-Unsur Komunikasi


Untuk memahami pengertian komunikasi sehingga dapat dilaksanakan
secara efektif, maka diperlukan pemahaman tentang unsur komunikasi. Adapun
unsur ataupun elemen yang mendukung terjadinya suatu komunikasi. (Cangara,
2002:23-26) sebagai berikut:

Universitas Sumatera Utara

1. Sumber
Semua peristiwa komunikasi akan melibatkan sumber sebagai pembuat
atau pengirim informasi. Sumber sering disebut pengirim, komunikator
(source, sender).
2. Pesan
Pesan yang dimaksud dalam proses komunikasi adalah sesuatu yang
disampaikan pengirim kepada penerima. Pesan dapat disampaikan dengan
cara tatap muka atau melalui media komunikasi. Isinya bisa berupa ilmu
pengetahuan, hiburan, informasi, nasihat, atau propaganda.
3. Media
Media yang dimaksud disini adalah alat yang digunakan untuk
memindahkan pesan dari sumber kepada penerima. Dalam komunikasi
massa, media adalah alat yang dapat menghubungkan antara sumber dan
penerima yang sifatnya terbuka, dimana setiap orang dapat melihat,
membaca, dan mendengarnya.
4. Penerima
Penerima adalah pihak yang menjadi sasaran yang dikirim oleh sumber.
Penerima bisa terdiri dari satu orang atau lebih, bisa dalam bentuk
kelompok, partai, atau negara. Penerima adalah elemen yang penting
dalam proses komunikasi, karena dialah yang menjadi sasaran dari
komunikasi. Jika suatu pesan tidak diterima oleh penerima, akan
menimbulkan berbagai macam masalah yang seringkali menuntut
perubahan, apakah pada sumber, pesan, atau saluran.
5. Pengaruh
Universitas Sumatera Utara

Pengaruh atau efek adalah perbedaan antara apa yang dipikirkan,


dirasakan, dan dilakukan oleh penerima sebelum dan sesudah menerima
pesan. Pengaruh ini bisa terjadi pada pengetahuan, sikap, dan tingkah laku
seseorang. Karena itu, pengaruh bisa juga diartikan perubahan atau
penguatan keyakinan pada pengetahuan, sikap, dan tindakan seseorang
sebagai akibat penerimaan pesan.
6. Tanggapan balik
Ada yang beranggapan bahwa umpan balik sebenarnya adalah salah satu
bentuk daripada pengaruh yang berasal dari penerima. Tetapi, sebenarnya
umpan balik bisa juga berasal dari unsur lain seperti pesan dan media,
meski pesan belum sampai pada penerima.
7. Lingkungan
Lingkungan atau situasi adalah faktor-faktor tertentu yang dapat
mempengaruhi jalannya komunikasi.

II.1.3. Hambatan Komunikasi


Tidaklah mudah untuk melakukan komunikasi secara efektif. Bahkan
beberapa ahli komunikasi menyatakan bahwa tidak mungkinlah seseorang
melakukan komunikasi yang sebenar-benarnya efektif. Ada banyak hambatan
yang dapat merusak komunikasi. Berikut ini adalah beberapa hal yang merupakan
hambatan komunikasi yang harus menjadi perhatian bagi komunikator kalau ingin
komunikasinya sukses (Effendy,2002:45).

a) Gangguan

Universitas Sumatera Utara

Ada dua jenis gangguan terhadap jalannya komunikasi yang menurut sifatnya
dapat diklasifikasikan sebagai gangguan mekanik dan gangguan semantik.
Gangguan mekanik adalah gangguan yang disebabkan saluran komunikasi atau
kegaduhan yang bersifat fisik. Sebagai contoh ialah gangguan suara ganda
(interfensi) pada pesawat radio, gambar meliuk-liuk atau berubahubah pada layar
televisi, huruf yang tidak jelas, jalur huruf yang hilang atau terbalik atau halaman
yang sobek pada surat kabar. Sedangkan gangguan semantik adalah jenis
gangguan yang bersangkutan dengan pesan komunikasi yang pengertiannya
menjadi rusak. Gangguan semantik ini tersaring ke dalam pesan istilah atau
konsep yang terdapat pada komunikator, maka akan lebih banyak gangguan
semantik dalam pesannya. Gangguan semantik terjadi dalam sebuah pengertian.

b) Kepentingan
Interest atau kepentingan akan mebuat seseorang selektif dalam menanggapi atau
menghayati pesan. Orang akan hanya memperhatikan perangsang yang ada
hubungannya dengan kepentingannya. Kepentingan bukan hanya mempengaruhi
perhatian kita saja tetapi juga menentukan daya tanggap. Perasaan, pikiran dan
tingkah laku kita merupakan sikap reaktif terhadap segala perangsang yang tidak
bersesuaian atau bertentangan dengan suatu kepentingan (Effendy, 2003:47).

c) Motivasi Terpendam
Motivation atau motivasi akan mendorong seseorang berbuat sesuatu yang sesuai
benar dengan keinginan, kebutuhan dan kekurangannya. Keinginan, kebutuhan
dan kekurangan seseorang berbeda berbeda dengan orang lain, dari waktu ke
waktu dan dari tempat ke tempat, sehingga karena motivasinya itu berbeda
intensitasnya. Semakin sesuai komunikasi dengan motivasi seseorang semakin

Universitas Sumatera Utara

besar kemungkinan komunikasi itu dapat diterima dengan baik oleh pihak yang
bersangkutan. Sebaliknya, komunikan akan mengabaikan suatu komunikasi yang
tidak sesuai dengan motivasinya.

d) Prasangka
Prejudice atau prasangka merupakan salah satu rintangan atau hambatan terberat
bagi suatu kegiatan komunikasi oleh karena orang yang mempunyai prasangka
belum apa-apa sudah bersikap curiga dan menentang komunikator yang hendak
melancarkan komunikasi. Dalam prasangka, emosi memaksa kita untuk menarik
kesimpulan atas dasar syakwasangka tanpa menggunakan pikiran yang rasional.
Prasangka bukan saja dapat terjadi terhadap suatu ras, seperti sering kita dengar,
melainkan juga terhadap agama, pendirian politik, pendek kata suatu perangsang
yang dalam pengalaman pernah memberi kesan yang tidak enak.

II.1.4. Fungsi-fungsi Komunikasi


Sean MacBride dan kawan-kawan dalam buku Aneka Suara, Satu Dunia
(Many Voices One World) menyatakan tentang fungsi komunikasi bila komunikasi
dipandang dari arti yang lebih luas, tidak hanya diartikan sebagai pertukaran berita
dan pesan, tetapi sebagai kegiatan individu dan kelompok mengenai tukar
menukar data, fakta, dan ide, fungsi komunikasi dalam setiap system, yaitu
sebagai berikut: (Effendy, 1995: 27-28)

1. Informasi
Pengumpulan, penyimpanan, pemrosesan, penyebaran berita, data,
gambar, fakta dan pesan, opini dan komentar yang dibutuhkan agar
orang dapat mengerti dan bereaksi secara jelas terhadap kondisi

Universitas Sumatera Utara

internasional, lingkungan, dan orang lain, dan agar dapat mengambil


keputusan yang tepat.
2. Sosialisasi (Pemasyarakatan)
Penyediaan sumber ilmu pengetahuan yang memungkinkan orang
bersikap dan bertindak sebagai anggota masyarakat yang efektif yang
menyebabkan ia sadar akan fungsi sosialnya sehingga ia dapat aktif di
dalam masyarakat.
3. Motivasi
Menjelaskan tujuan setiap masyarakat jangka pendek maupun jangka
panjang, mendorong orang menentukan pilihannya dan keinginannya,
mendorong kegiatan individu dan kelompok berdasarkan tujuan
bersama yang akan dikejar.
4. Perdebatan dan diskusi
Menyediakan dan saling menukar fakta yang diperlukan untuk
memungkinkan persetujuan atau menyelesaikan perbedaan pendapat
mengenai masalah publik, menyediakan bukti-bukti yang relevan yang
diperlukan untuk kepentingan umum dan agar masyarakat lebih
melibatkan diri dalam masalah yang menyangkut kegiatan bersama di
tingkat internasional, nasional, dan lokal.
5. Pendidikan
Pengalihan ilmu pengetahuan sehingga mendorong perkembangan
intelektual, pembentukan watak, dan pendidikan keterampilan serta
kemahiran yang diperlukan pada semua bidang kehidupan.

Universitas Sumatera Utara

6. Memajukan Kebudayaan
Penyebarluasan

hasil

kebudayaan

dan

seni

dengan

maksud

melestarikan masa lalu


7. Hiburan Penyebarluasan simbol, suara, dan citra (image) dari drama, tari,
kesenian, kesusastraan, musik, komedi, olahraga, permainan, dan sebagainya
untuk rekreasi dan kesenangan kelompok, dan individu.
8. Integrasi Menyediakan bagi bangsa, kelompok, dan individu kesempatan
memperoleh berbagai pesan yang diperlukan mereka agar mereka dapat saling
kenal dan mengerti dan menghargai kondisi, pandangan, dan keinginan orang lain.

II.2. Media Massa


II.2.1. Pengertian Media Massa
Media massa atau Pers adalah suatu istilah yang mulai dipergunakan pada
tahun 1920-an untuk mengistilahkan jenis media yang secara khusus didesain
untuk mencapai masyarakat yang sangat luas. Dalam pembicaraan sehari-hari,
istilah ini sering disingkat menjadi media. Media adalah bentuk jamak dari
medium yang berarti tengah atau perantara. Massa berasal dari bahasa Inggris
yaitu mass yang berarti kelompok atau kumpulan. Berarti, pengertian media massa
adalah perantara atau alat-alat yang digunakan oleh massa dalam hubungannya
satu sama lain (Soehadi, 1978:38).
Media massa merupakan sumber kekuatan atau alat kontrol, manajemen,
dan inovasi dalam masyarakat yang dapat didayagunakan sebagai pengganti
kekuatan atau sumber daya lainnya (McQuail, 1996: 5).

Universitas Sumatera Utara

Media yang termasuk kedalam kategori media massa adalah surat kabar,
majalah, radio, TV dan film. Kelima media tersebut dinamakan The Big Five Of
Mass Media (lima besar media massa), media massa sendiri terbagi dua macam,
media massa cetak (printed media), dan media massa elektronik (electronic
media). Yang termasuk media massa elektronik adalah radio, TV, film, termasuk
CD. Sedangkan media massa cetak dari segi formatnya dibagi menjadi enam
yaitu:
1. Koran atau surat kabar
2. Tabloid
3. Majalah
4. Buku
5. Newsletter
6. Buletin

II.2.2. Karakteristik Media Massa


Robert K. Avery, 1980 (dalam Wahyudi, 1986: 45- 46), memberikan
karakteristik media massa dibandingkan dengan komunikasi tatap muka/ face to
face communication/ interpersonal communication yang digolongkan enam
macam, yaitu:

a. Komunikator tidak dapat berhubungan langsung dengan massa komunikan, karena


saluran yang dipakai adalah media eletronik atau media cetak. Komunikasi tatap
muka antara komunikator dan komunikan dapat berhubungan langsung.

Universitas Sumatera Utara

b. Sistem komunikasi massa sangat kompleks dibandingkan dengan komunikasi


tatap muka.
c. Komunikasi pada komunikasi tatap muka dapat berlangsung dua arah, atau
komunikan dapat memberikan feedback secara langsung.
d. Pesan singkat dari komunikator melalui media massa dapat diterima oleh massa
komunikan, dengan demikian media massa sangat efektif bila digunakan untuk
media iklan.
e. Komunikan pada komunikasi massa bersifat heterogen, anonim, dan luwes
tersebar luas, meskipun pada umumnya komunikan mempunyai persamaan
perhatian, kepentingan dan orientasi.
f. Media massa dapat mengirimkan pesan kepada komunikan yang berbeda tempat
diseluruh dunia secara mendadak dan berurutan.

II.2.3. Fungsi Media Massa


Menurut Wright (dalam Severin, 2009: 386) fungsi media terbagi menjadi
4, yaitu :

5. Fungsi pengawasan (surveillance), yaitu memberi informasi dan menyediakan


berita. Fungsi pengawasan ini juga termasuk berita yang tersedia di media yang
penting dalam ekonomi, publik dan masyarakat, seperti laporan bursa pasar, lalu
lintas, cuaca dan sebagainya. Fungsi pengawasan bisa saja menjadi disfungsi.
Kepanikan bisa terjadi karena ada penekanan yang berlebihan terhadap bahaya
atau ancaman terhadap masyarakat.

Universitas Sumatera Utara

6. Fungsi penghubungan (correlation), yaitu seleksi dan interpretasi informasi


tentang lingkungan. Media sering kali memasukkan kritik dan cara bagaimana
seseorang harus bereaksi terhadap kejadian tertentu. Karena itu korelasi menjadi
bagian media yang berisi editorial dan propaganda. Dalam menjalankan fungsi
korelasi, media sering kali bisa menghalangi ancaman terhadap stabilitas sosial
dan memonitor atau mengatur opini publik.
7. Fungsi pentransferan budaya (transmission), yaitu dimana media menyampaikan
informasi, nilai, dan norma dari satu generasi ke generasi berikutnya atau dari
anggota masyarakat ke kaum pendatang. Dengan cara ini, mereka bertujuan untuk
meningkatkan kesatuan masyarakat dengan cara memperluas dasar pengetahuan
umum mereka.
8. Fungsi hiburan (entertainment), sebagian besar isi media mungkin dimaksudkan
sebagai hiburan, bahkan di surat kabar sekalipun, mengingat banyaknya kolom,
fitur, dan bagian selingan. Media hiburan dimaksudkan untuk mengisi waktu
luang. Media mengekspos budaya massa berupa seni dan musik pada berjuta-juta
orang, dan sebagian orang merasa senang karena bisa meningkatkan rasa dan
pilihan publik dalam seni.

II.3. Majalah
II.3.1. Sejarah Majalah di Indonesia
PADA akhir abad ke-19, di Indonesia (waktu itu Hindia Belanda) mulai
tampak ada penerbitan pers yang bercorak dan berdasar pada suatu program
politik, Karangan yang disajikan bersikap kritis terhadap politik kolonial Belanda
di Hindia Belanda. Muncullah majalah yang dikenal dengan nama Bondsblad,
terbit 1897. Majalah ini membawa suara Indische Bond, perkumpulan kaum

Universitas Sumatera Utara

IndoBelanda, yang memperjuangkan Hindia Belanda sebagai tanah airnya serta


mengusahakan perlakuan yang sama bagi mereka dalam bidang politik. Selain
Bondsblad, terbit juga Jong Indie, yang didirikan oleh Mr. Th. Thomas.
Pada awal abad 20, muncul organisasi pergerakan kemerdekaan seperti
Boedi Oetomo, Sarekat Islam dan Indische Partij. Mereka butuh corong untuk
menyampaikan program organisasi. Boedi Oetomo menerbitkan Majalah Retno
Doemilah dalam bahasa Melayu Jawa, dan Soeara Goeroe. Tahun 1907 di
Bandung terbit Majalah Medan Prijaji yang dipimpin RM Tirtoadisoerjo, yang
sebelumnya menerbitkan Majalah Soenda Berita.
Di masa-masa itulah terbit banyak majalah, yang kebanyakan isunya
mengenai pergerakan kemerdekaan. Akhir 1910, Douwes Dekker menerbitkan
majalah dwi mingguan Het Tijdschrift yang sangat radikal pembahasan politiknya
dengan menyerukan aksi melawan kolonial. Pada tahun 1913, giliran Tjipto
Mangoenkoesoemo menerbitkan Majalah De Indier. RM Soewardi Soerjaningrat
mendirikan Hindia Poetra, memakai bahasa pengantar Belanda. Majalah ini
berubah menjadi Indonesia Merdeka, yang kemudian terbit dalam dua bahasa.
Peredarannya sangat luas, hingga ke Jerman, India, Mesir, Malaya, dan Prancis.
Pembacanya mulai dari guru, kalangan swasta, mahasiswa, pejabat belanda dan
Indonesia, redaksi surat kabar, dan sebagainya.
Balai Poestaka, salah satu penerbit tertua, juga menerbitkan beberapa
majalah untuk rakyat, antara lain Majalah Pandji Poestaka, Majalah Kedjawen dan
Parahijangan, majalah anak-anak berbahasa Melayu Taman Kanak-Kanak, dan
yang berbahasa Jawa Taman Botjah. Majalah-majalah lain yang terbit dalam kurun
ini antara lain: Fikiran Rakjat milik Partai Nasional Indonesia (PNI), dan Daulat

Universitas Sumatera Utara

Rajat(diterbitkan Bung Hatta). Lalu, muncul pula Majalah Weekblad Sin Po


tahun 1923 yang merupakan terbitan grup Sin Po. Di majalah mingguan ini pula
naskah lagu Indonesia Raya ciptaan WR Supratman untuk pertama kalinya
dimunculkan. Tercatat, hinggga tahun 1920-an, sudah ada 127 majalah dan surat
kabar. Setelah era ini, masih ada lagi majalah tri wulanan De Chineesche Revue
(1927), Timboel (membahas soal budaya, tahun 1930-an), hingga Pedoman
Masjarakat yang terbit di Medan (diasuh HAMKA), serta Pandji Islam. Dari segi
bisnis, disebutkan bahwa mutu kebanyakan majalah masih amat rendah,
mengingat situasi yang tak memungkinkan perolehan iklan waktu itu.
(http://duamata.blogspot.com/2006/02/majalah-bag-2-indonesia-punya-cerita)

Selama lebih sepuluh tahun pasca kemerdekaan (1950-an), tercatat jumlah


mingguan dan majalah berkala yang beredar sebanyak 226 judul, sementara surat
kabar berbahasa Indonesia 67 judul, bahasa Belanda 11 judul, dan Cina 15 judul.

II.3.2. Pengertian Majalah


Pengertian majalah menurut Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer adalah
sebuah terbitan berkala yang isinya meliputi berbagai laporan jurnalistik,
pandangan tentang topik aktual yang patut diketahui pembaca dan menurut waktu
penerbitannya dibedakan atas majalah bulanan, tengah bulanan, mingguan dan
sebagainya, dan menurut pengkhususan isinya dibedakan atas majalah berita,
majalah wanita, remaja, olah raga, sastra, ilmu pengetahuan tertentu dan
sebagainya.
Oleh beberapa ahli, majalah didefinisikan sebagai kumpulan berita, artikel,
cerita, iklan, dan sebagainya, yang dicetak dalam lembaran kertas ukuran kuarto

Universitas Sumatera Utara

atau folio dan dijilid dalam bentuk buku, serta diterbitkan secara berkala, seperti
seminggu sekali, dua minggu sekali atau sebulan sekali. Ada pula yang membatasi
pengertian majalah sebagai media cetak yang terbit secara berkala, tapi bukan
terbit setiap hari. Media cetak itu haruslah bersampul, setidak-tidaknya punya
wajah, dan dirancang secara khusus. Selain itu, media cetak itu dijilid atau
sekurang-kurangnya memiliki sejumlah halaman tertentu.

II.3.3. Karakteristik Majalah


Majalah sebagai salah satu bentuk media cetak tentunya memiliki
karakteristik tersendiri yang berbeda dengan media cetak lainnya. Karakteristik
tersebut antara lain :

1. Penyajian lebih dalam


Frekuensi terbit majalah pada umumnya adalah mingguan,
selebihnya dwi mingguan atau bahkan bulanan. Majalah berita
biasanya terbit mingguan, sehingga para reporternya punya cukup
waktu untuk mempelajari dan memahami suatu peristiwa. Mereka
juga punya waktu yang leluasa untuk melakukan analisis terhadap
peristiwa tersebut. Berita-berita dalam majalah disajikan dengan
lengkap dan dalam, karena dibubuhi latar belakang peristiwa yang
dikemukakan secara kronologis.
2. Nilai aktualitas lebih lama
Jika nilai aktualitas dalam surat kabar hanya berumur satu hari,
maka nilai aktualitas majalah bisa satu minggu, dua minggu,
sebulan atau bahkan lebih. Membaca majalah tidak akan tuntas

Universitas Sumatera Utara

sekaligus. Pada hari pertama kita hanya membaca rubrik yang


paling kita senangi, lalu bisa saja besoknya kita baru tertarik
membaca rubrik yang lain. Dengan demikian, majalah baru bisa
kita baca tuntas dalam kurun waktu tiga sampai empat hari.

3. Gambar/foto lebih banyak


Jumlah halaman majalah lebih banyak dibandingkan dengan surat
kabar. Oleh karena itu, selain penyajiannya yang lebih mendalam,
majalah juga menampilkan gambar atau foto yang lengkap dengan
ukuran besar dan kadang-kadang berwarna. Kualitas yang
digunakan pun biasanya lebih baik. Gambar atau foto yang
ditampilkan di majalah memiliki daya tarik tersendiri, apalagi jika
gambar atau foto tersebut sifatnya eksklusif.
4. Cover (sampul) sebagai daya tarik
Disamping foto, cover atau sampul majalah juga memiliki daya
tarik tersendiri. Cover majalah biasanya menggunakan kertas yang
bagus dan keras dengan gambar dan warna yang menarik pula.
Untuk majalah hiburan, sering pula digunakan foto selebritis atau
orang terkenal pada cover demi menarik perhatian permbaca.
Menarik atau tidaknya cover suatu majalah sangat bergantung pada
tipe majalahnya, serta konsistensi majalah tersebut dalam
menampilkan ciri khasnya.

II.4. Rubrik

Universitas Sumatera Utara

Menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia), rubrik adalah karangan


yang bertopik tertentu dalam surat kabar, majalah, dan sebagainya. Misalnya
dalam suatu majalah remaja terdapat rubrik puisi, cerita pendek, rubrik kesehatan,
rubrik zodiak, rubrik iptek, ataupun rubrik musik.
Onong Uchjana Effendy mengutarakan definisi mengenai rubrik dalam
Kamus Komunikasi, bahwa Rubrik berasal dari bahasa Belanda yaitu Rubriek,
yang artinya ruangan pada halaman surat kabar, majalah atau media cetak lainnya
mengenai suatu aspek atau kegiatan dalam kehidupan masyarakat, misalnya rubrik
wanita, rubrik olahraga, rubrik pendapat pembaca (Effendi, 2003: 316).
Menurut Effendy, jenis-jenis rubrik adalah sebagai berikut:
1. Rubrik informasi

Perihal keluarga (pertunangan, perkawinan, kelahiran, kematian)

Kesejahteraan (koperasi, fasilitas dari organisasi, kredit rumah)

Pengumuman pimpinan organisasi

Peraturan

Surat keputusan

Pergantian pemimpin

Kepindahan pegawai

Pertemuan (rapat kerja, penataran, konferensi, dll)


2. Rubrik edukasi

Tajuk rencana

Artikel (pengetahuan, keterampilan, keagamaan, dll)

Kutipan pendapat tokoh (keahlian, kemasyarakatan, keagamaaan)

Universitas Sumatera Utara

3. Rubrik rekreasi
Cerita pendek

Anekdot

Pojok atau sentilan

Kisah minat insani (human interest)


Dalam kegiatan membaca kita banyak mendapatkan banyak informasi.
Salah satu jenis bacaan yang dapat dibaca adalah majalah remaja ataupun majalah
anak-anak. Dalam suatu majalah banyak sekali rubrik yang menarik untuk dibaca.
Bacaan berbentuk rubrik sangat membantu kita yang memiliki hobi tertentu.
Misalnya anda yang memiliki hobi bermain musik akan terbantu dengan
kehadiran rubrik musik Beberapa rubrik dalam majalah disebut rubrik tetap dan
ada juga yang tidak tetap. Rubrik tetap adalah rubrik yang selalu ada pada tiap
edisi.

II.5. Feature
II.5.1. Pengertian Feature
Sampai saat ini belum ada definisi yang baku tentang feature. Para ahli
mendefinisikan dengan definisi-definisi yang berbeda. Menurut Daniel R.
Williamson (dalam Sudarman, 2008: 179) feature adalah artikel yang kreatif,
kadang-kadang subjektif, yang dirancang terutama untuk menghibur dan
memberitahu pembaca tentang suatu peristiwa atau kejadian, situasi, atau aspek
kehidupan seseorang.
Sementara Richard Weiner mendefinisikan feature adalah suatu artikel
atau karangan yang lebih ringan, atau lebih umum, tentang daya pikat manusiawi

Universitas Sumatera Utara

atau gaya hidup, daripada berita lempang yang ditulis dari peristiwa yang masih
hangat.
Tulisan feature berbeda dengan berita. Berita identik dengan kecepatan,
makin cepat makin up to date, makin lama maka berita semakin basi. Sedangkan
untuk menulis feature, si penulis harus memiliki kepekaan untuk memilih objek
dan membawakannya secara memikat. Penulis harus memilih bagian yang paling
kuat untuk tulisannya. Kalaupun beropini, maka tulisan itu tidak kentara
mengemukakan opininya.

II.5.2. Jenis-jenis Feature


Tulisan feature memiliki berbagai jenis, yang diantara lainnya adalah :

9. Soft news, yaitu berita yang sifatnya enteng dan tidak serius. Tulisannya tidak
mendalam dan pada umumnya feature jenis ini ditulis dengan singkat saja.
10. News feature, yaitu tulisan feature yang biasanya dimuat dalam majalah berita.
Muatan beritanya sangat dominan, banhkan dibuat lebih rinci dan mendalam.
11. How to do, yaitu tulisan yang mengajarkan masyarakat atau pembaca untuk bisa
melakukan sesuatu pekerjaan sesuai yang diajarkan oleh pakar atau ahlinya.
12. Artikel ilmiah populer, yaitu tulisan feature yang menampilkan tema yang terkait
dengan ilmu pengetahuan dan tekhnologi.
13. Pengalaman pribadi, yaitu tulisan feature yang selalu ditampilkan di media massa
tentang pengalaman seseorang yang luar biasa.
Semakin seru cerita pengalamannya semakin baik.

Universitas Sumatera Utara

14. Human interest, yaitu tulisan feature yang sasarannya adalah orangorang terkenal
atau yang memiliki nilai jual tinggi, namun bisa juga tulisan yang menjual
kesedihan orang-orang kebanyakan.
15. Memperkenalkan produk, yaitu tulisan feature yang memuat informasi tentang
produk-produk tertentu.
16. Sejarah, yaitu jenis tulisan feature yang fungsinya untuk mengingatkan
masyarakat akan sejarah yang sudah lama.

II.5.3. Anatomi Feature


Untuk mempermudah penulisan feature, ada beberapa anatomi feature
atau susunan bangunan dalam tulisan feature. Menurut Paryati Sudarman
(2008:54), anatomi tersebut antara lain :
6. Judul (title)
Judul dalam karya feature sering pula disebut dengan title. Fungsi
utama dari judul (title) feature adalah untuk menggugah pembaca.
7. Intro
Intro adalah kalimat pembuka pada penulisan feature. Intro
merupakan paragraf pertama dalam penulisan feature. Tujuan
utamanya adalah untuk menarik pembaca untuk mengikuti cerita
yang kita tulis dan membuat jalan supaya alur ceritanya tetap lancar.
Sedangkan fungsi intro adalah untuk memicu perhatian khalayak
sekaligus sebagai pintu masuk ke dalam suatu bangunan cerita yang
kita tulis.
8. Jembatan/perangkai
Universitas Sumatera Utara

Jembatan/perangkai seringkali disebut dengan istilah peralihan,


merupakan kalimat penghubung antara intro dengan tubuh tulisan.
Fungsi dari jembatan

adalah sebagai perantara antara intro dan

tubuh tulisan. Jembatan ini masih kait-mengait dengan tubuh, yang


melukiskan identitas dan situasi dari sesuatu hal yang hendak kita
tuturkan.
9. Tubuh
Tubuh feature berisi tentang situasi dan proses yang disertai dengan
penjelasan mendalam tentang mengapa dan bagaimana sesuatu yang
kita tulis itu terjadi.
10. Penutup
Penutup feature merupakan alenia terakhir yang berisi pesan-pesan
yang mengesankan. Bagian penutup, biasanya digambarkan dengan
melingkar, maksudnya bahwa penutup merupakan gambaran yang
bulat dari keseluruhan isi tulisan.

II.6. Sikap
II.6.1. Pengertian Sikap
Sikap adalah kecenderungan bertindak, berpersepsi, berpikir, dan merasa
dalam menghadapi objek, ide, situasi atau nilai. Sikap bukan perilaku, tetapi
merupakan kecenderungan untuk berperilaku dengan cara-cara tertentu terhadap
objek sikap. Objek sikap boleh berupa benda, orang, tempat, gagasan atau situasi,
atau kelompok. Jadi, pada kenyataannya tidak ada istilah sikap yang berdiri
sendiri. Sikap haruslah diikuti oleh kata terhadap, atau pada objek sikap. Bila

Universitas Sumatera Utara

ada orang yang berkata, Sikap saya positif, kita harus mempertanyakan Sikap
terhadap apa atau siapa? (Rakhmat, 2005: 39).
Menurut Sherif & Sherif (dalam Azwar, 1995: 19) , Sikap menentukan
keajegan dan kekhasan perilaku seseorang dalam hubungannya dengan stimulus
manusia atau kejadian-kejadian tertentu. Sikap merupakan suatu keadaan yang
memungkinkan timbulnya suatu perbuatan atau tingkah laku.
Adapun yang dimaksud dengan perubahan sikap adalah perubahan
internal pada diri seseorang yang diorganisir dalam bentuk prinsip, sebagai hasil
evaluasi yang dilakukannya terhadap suatu objek baik yang terdapat di dalam
maupun di luar dirinya. Dalam banyak hal, terutama yang berkaitan dengan
dengan kepercayaan atau ideologi, orang bisa berubah sikap karena melihat bahwa
apa yang tadinya dipercaya tidak benar. Karena itu ia berubah sikap untuk
mengganti dengan kepercayaan yang lain (Cangara, 2006: 148).

II.6.2. Komponen Sikap


Komponen-komponen sikap menurut Mann (dalam Syaifuddin, 1969:
24) antara lain adalah sebagai berikut :
d. Komponen kognitif
Yaitu pengetahuan, persepsi, kepercayaan, dan kerangka
berfikir yang dimiliki individu mengenai sesuatu. Seringkali
komponen kognitif ini dapat disamakan dengan pandangan
(opini), terutama bila menyangkut masalah atau problem yang
kontroversial.
Universitas Sumatera Utara

e. Komponen afektif
Merupakan perasaan individu terhadap objek sikap dan
menyangkut masalah emosi seperti perhatian, rasa senang, dan
rasa puas. Aspek emosional inilah yang biasanya berakar paling
dalam sebagai komponen sikap dan merupakan aspek yang
paling bertahan terhadap pengaruh-pengaruh yang mungkin
akan mengubah sikap seseorang.
f. Komponen konatif/perilaku
Yaitu berisi tendensi atau kecenderungan untuk bertindak atau
untuk bereaksi terhadap sesuatu dengan cara-cara tertentu.

II.6.3. Ciri-ciri Sikap


Ciri-ciri sikap menurut Soetarno (1989: 42) adalah sebagai berikut :
1) Sikap tidak dibawa seseorang sejak dia lahir, melainkan dibentuk sepanjang
perkembangannya.
2) Sikap dapat berubah-ubah, oleh karena itu sikap dapat dipelajari.
3) Sikap tidak dapat berdiri sendiri, melainkan selalu berkaitan dengan suatu objek.
4) Objek suatu sikap dapat tunggal atau jamak. Contoh: Hitler membenci seluruh
orang Yahudi (objek jamak), seorang anak membenci ayahnya (objek tunggal).
5) Sikap mengandung motivasi dan perasaan. Pengetahuan mengenai suatu objek
tanpa disertai dengan motivasi belum berarti sikap. Orang yang tahu bahwa
kebersihan rumah sangat bermanfaat bagi kesehatan belum berarti bahwa dia
memiliki sikap tertentu terhadap kebersihan. Kalau orang tersebut tergerak untuk
hidup dalam rumah yang bersih, baru dia memiliki sikap.

Universitas Sumatera Utara

II.6.4. Fungsi Sikap


Fungsi sikap menurut Katz (dalam Dayaksini, 2003: 97) antara lain
adalah :
1) Utilitarium Function, yaitu sikap memungkinkan seseorang untuk memperoleh
atau memaksimalkan ganjaran (reward) atau persetujuan dan meminimalkan
hukuman. Dengan kata lain, sikap dapat berfungsi sebagai penyesuaian sosial,
misalnya seseorang dapat memperbaiki ekspresi dari sikapnya terhadap suatu
objek tertentu untuk mendapatkan persetujuan atau dukungan.
2) Knowlegde Function, yaitu sikap membantu dalam memahami lingkungan
(sebagai skema) untuk melengkapi ringkasan evaluasi tentang objek dan
kelompok objek, atau segala sesuatu yang dijumpai di dunia ini.
3) Value-expressive Function, yaitu sikap melindungi diri, menutupi kesalahan, dans
ebagainya dalam rangka mempertahankan diri. Sikap ini mencerminkan
kepribadian individu penyelesaian secara tuntas, sehingga individu berusaha
mempertahankan dirinya secara tidak wajar karena iya merasa takut kehilangan
statusnya.

II.7. Remaja

Menurut Hurlock (2002:206) remaja adalah mereka yang berada pada


usia 12-18 tahun. Monks, dkk (2004:262) memberi batasan usia remaja adalah
1221 tahun. Berdasarkan batasan yang diberikan para ahli, dapat dilihat bahwa
mulainya masa remaja relatif sama, tapi berakhirnya masa remaja sangat
bervariasi. Bahkan ada yang dikenal juga dengan istilah remaja yang
diperpanjang, dan remaja yang diperpendek.

Universitas Sumatera Utara

Menurut Erickson (Gunarsa,2003:7) masa remaja adalah masa terjadinya


krisis identitas atau pencarian jati diri. Karekteristik remaja yang sedang berproses
untuk mencari identitas diri ini juga sering menimbulkan masalah pada diri remaja
dan berimbas pada lingkungan sosialnya. Sedangkan menurut John W. Santrock
(2003: 26) remaja diartikan sebagai masa perkembangan transisi antara masa anak
dan

masa

dewasa

yang

mencakup

perubahan

biologis,

kognitif,

dan

sosialemosional.
Masa remaja adalah sebuah periode transisi yang penting dalam
perkembangan berfikir kritis (Keating dalam Santrock, 2003: 144). Diantara
perubahan-perubahan kognitif yang memungkinkan peningkatan berfikir kritis
selama periode ini adalah :

Meningkatnya kecepatan, otomatisasi, dan kapasitas pemrosesan informasi yang


memungkinkan mereka lebih dapat menggunakan sumber daya kognitifnya untuk
mencapai berbagai tujuan lain.

Meningkatnya cakupan isi pengetahuan di berbagai bidang.

Meningkatnya kemampuan untuk menyusun kombinasi-kombinasi baru dari


pengetahuan.

Meningkatnya rentang dan spontanitas dalam menggunakan strategistrategi dan


prosedur-prosedur yang diperlukan untuk memperoleh dan menerapakan
pengetahuan, seperti merencanakan, mempertimbangkan berbagai alternatif, dan
melakukan monitor kognitif.

Meskipun masa remaja merupakan suatu periode penting dalam


perkembangan berfikir kritis, apabila individu belum mengembangkan basis yang
Universitas Sumatera Utara

mantap dalam keterampilan-keterampilan dasarnya (seperti membaca dan


matematika) selama masa kanak-kanak, maka keterampilan berfikir kritis individu
tersebut juga cenderung kurang matang di masa remaja. Untuk remaja-remaja
yang kurang memiliki keterampilan dasar seperti itu, mereka kurang
dimungkinkan untuk mengembangkan pemikiran kritis di masa remaja.

II.8. Teori S-O-R


Teori S-O-R adalah singkatan dari Stimulus Organism Response yang
awalnya beasal dari psikologi. Kalau akhirnya kemudian menjadi teori
komunikasi tentunya tidak mengherankan karena pada dasarnya objek material
dari ilmu Psikologi dan ilmu Komunikasi adalah sama yaitu manusia yang
jiwanya meliputi komponen-komponen seperti: sikap, opini, perilaku, kognisi,
afeksi dan konasi (Effendi, 2003: 254).
Prinsip S-O-R ini merupakan suatu prinsip belajar yang sederhana,
dimana efek merupakan reaksi terhadap stimuli tertentu. Menurut teori ini, efek
yang ditimbulkan adalah reaksi khusus terhadap stimuli khusus, sehingga
seseorang dapat mengharapkan dan memperkirakan kesesuaian antara pesan dan
reaksi komunikan.
Teori S-O-R ini merupakan dasar teori jarum hipedermik, yaitu efek
media massa yang sangat berpengaruh. Dalam teori ini media dipandang sebagai
obat yang disuntik ke dalam pembuluh darah audience, yang kemudian
diasumsikan akan bereaksi seperti yang diharapkan. Model ini dirumuskan sebagai
berikut:

Universitas Sumatera Utara

Organisme :

Stimulus

Response
( perubahan sikap
)

Perhatian
Pengertian
penerimaan

(Gambar 1)
Stimulus (rangsang) yang diberikan pada organisme dapat diterima atau
ditolak. Apabila stimulus tersebut tidak diterima atau ditolak maka stimulus
tersebut tidak berhasil atau tidak efektif mempengaruhi perhatian dari individu dan
berhenti disini. Tetapi apabila stimulus diterima oleh organisme, itu berarti ada
perhatian dari individu dan stimulus tersebut efektif. Apabila stimulus telah
mendapat perhatian dari si organisme maka dapat dilanjutkan ke tahap berikutnya.
Setelah itu organisme akan mengolah stimulus sehingga terjadi kesediaan untuk
bertindak (bersikap). Dengan adanya dukungan fasilitas dan dorongan dari
lingkungan maka stimulus tersebut mempunyai efek tindakan dari individu
tersebut (perubahan sikap).
Stimulus atau pesan yang disampaikan kepada komunikan bisa saja
ditolak atau diterima. Komunikasi akan berlangsung jika ada perhatian dari
komunikan.

Proses

berikutnya

komunikan

akan

mengerti.

Kemampuan

komunikan inilah yang melanjutkan proses berikutnya. Setelah komunikan


mengolah dan menerimanya, maka terjadilah kesediaan untuk mengubah sikap
(Effendi, 2003: 254).

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai