Anda di halaman 1dari 18

BAB II

PEMBAHASAN
A. Pengertian Filariasis
Filariasis adalah penyakit zoonosis menular yang banyak ditemukan di wilayah
tropika seluruh dunia. Penyebabnya adalah edema, infeksi oleh sekelompok cacing nematoda
parasit yang tergabung dalam superfamilia Filarioidea. Gejala yang umum terlihat adalah
terjadinya elefantiasis, berupa membesarnya tungkai bawah (kaki) dan kantung zakar
(skrotum), sehingga penyakit ini secara awam dikenal sebagai penyakit kaki gajah.
Walaupun demikian, gejala pembesaran ini tidak selalu disebabkan oleh filariasis.
Penyakit Kaki Gajah (Filariasis atau Elephantiasis) adalah golongan penyakit
menular yang disebabkan oleh cacing Filaria yang ditularkan melalui berbagai jenis nyamuk.
Setelah tergigit nyamuk, parasit (larva) akan menjalar dan ketika sampai pada jaringan
sistem lympa maka berkembanglah menjadi penyakit tersebut. Penyakit ini bersifat menahun
(kronis) dan bila tidak mendapatkan pengobatan, dapat menimbulkan cacat menetap berupa
pembesaran kaki, lengan dan alat kelamin baik perempuan maupun laki-laki. Penyakit Kaki
Gajah bukanlah penyakit yang mematikan, namun demikian bagi penderita mungkin menjadi
sesuatu yang dirasakan memalukan bahkan dapat mengganggu aktifitas sehari-hari.
Penyakit Kaki Gajah umumnya banyak terdapat pada wilayah tropis. Menurut info
dari WHO, urutan negara yang terdapat penderita mengalami penyakit kaki gajah adalah
Asia Selatan (India dan Bangladesh), Afrika, Pasifik dan Amerika. Belakangan banyak pula
terjadi di negara Thailan dan Indonesia (Asia Tenggara).

B. Penyebab Filariasis
Penyebab filariasis pada umumnya dipengaruhi oleh 2 faktor, yaitu :
1. Faktor Manusia

Pada dasarnya setiap orang dapat tertular filariasis apabila digigit oleh nyamuk
infektif (mengandung larva stadium 3).Tidak semua orang menunjukkan gejala klinis
filariasis pada saat mengidap mikrofilaria filariasis.Seseorang yang terinfeksi filariasis tetapi
belum menunjukkan gejala klinis biasanya sudah terjadi perubahan-perubahan patologis di
dalam tubuhnya.
Penduduk pendatang pada suatu daerah endemis filariasis mempunyai resiko
terinfeksi filariasis lebih besar dari penduduk asli. Penduduk pendatang dari daerah non
endemis ke daerah endemis, misalnya transmigran, walaupun pada pemeriksaan darah jari
belum atau sedikit mengandung mikrofilaria, akan tetapi sudah menunjukkan gejala klinis
yang lebih berat
2. Faktor parasit dan vector filariasis

Beberapa spesies filarial yang menyerang manusia diantaranya adalahWuchereria


bancrofti, Brugia malayi, Brugia timori, dan Onchocerca volvulus. W. bancrofti dan B.
timori banyak ditemukan di Asia Selatan, Asia Tenggara, dan Afrika, sedangkan O.
volvulus banyak terdapat di Afrika.
Siklus hidup W. bancrofti dan B. malayidimulai dari saat filarial betina dewasa dalam
pembuluh limfe manusia memproduksi sekitar 50.000 mikrofilaria per hari ke dalam darah.
Nyamuk kemudian menghisap mikrofilaria pada saat menggigit manusia, selanjutnya larva
tersebut akan berkembang dalam tubuh nyamuk, dan ketika menggigit manusia, larva
infektif akan masuk ke dalam tubuh manusia. Larva akan berimigrasi ke saluran limfe dan
berkembang menjadi bentuk dewasa. Mikrofilaria dapat ditemukan dalam darah tepi setelah
6 bulan-1 tahun setelah terinfeksi dan bisa bertahan 5-10 tahun.
Daur hidup parasit terjadi di dalam tubuh manusia dan tubuh nyamuk. Cacing dewasa
(disebut makrofilia) hidup di saluran dan kelenjar limfe, sedangkan anaknya (disebut
mikrofilaria) ada di dalam sistem peredaran darah. Berikut adalah jenis-jenis filaria
berdasarkan tahap perkembangannya :
1. Makrofilaria
Makrofilaria (cacing dewasa) berbentuk silindris, halus seperti benang berwarna
putih susu dan hidup di dalam sistem limfe. Cacing betina bersifat bersifat ovovivipar dan
berukuran 55-100 mm x 0,16 mm, dapat menghasilkan jutaan mikrofilaria. Cacing jantan
berukuran lebih kecil 55mm x 0,09 mm dengan ujung ekor melingkar.

2. Mikrofilaria
Cacing dewasa betina setelah mengalami fertilisasi mengeluarkan jutaan anak cacing
yang disebut mikrofilaria. Ukuran mikrofilaria 200-600 mikromili x 8 mikromili dan
mempunyai sarung. Secara mikroskopik, morfologi spesies mikrofilaria dapat dibedakan
berdasarkan : ukuran ruang kepala serta warna sarung pada pewarnaan giemsa, susunan inti
badan, jumlah dan letak inti pada ujung ekor.
3. Larva Dalam Tubuh Nyamuk
Pada saat nyamuk menghisap darah manusia/hewan yang mengandung mikrofilaria,
maka mikrofilaria akan terbawa masuk kedalam lambung nyamuk dan melepaskan
sselubungnya, kemudian menembus dinding lambung dan bergerak menuju otot atau
jaringan lemak di bagian dada. Setelah lebih kurang 3 hari, mikrofilaria mengalami
perubahan bentuk menjadi larva stadium 1 (L1), bentuknya seperti sosis berukuran 125-150
mm x 10-17 mm, dengan ekor runcing seperti cambuk. Setelah lebih kurang 6 hari, larva
tumbuh menjadi larva stadium 2 (L2) disebut larva preinfektif yang berukuran 200-300 mm
x 15-30 mm, dengan ekor yang tumpul dan memendek. Pada stadium 2 ini larva
menunjukkan adanya gerakan. Hari ke 8-10 pada spesies Brugia atau hari ke 10-14 pada
spesius Wucheria, larva tumbuh menjadi larva stadium 3 (L3) yang berukuran 1400 mm x 20
mm. Larva stadium L3 tampak panjang dan ramping disertai dengan gerakan yang aktif.
stadium 3 ini merupakan cacing infektif.

Vektor filariasis berupa nyamuk yang membawa mikrofilaria masuk ke dalam tubuh
manusia pada saat menghisap darah manusia.Di Indonesia hingga saat ini telah
teridentifikasi 23 spesies nyamuk dari 5 genus yaitu : Mansonia, Anopheles, Culex, Aedes
dan

Armigeres yang

menjadi

nyamukAnopheles diidentifikasi
Sedangkan

Culex

sebagai

quinquefasciatus

vektor

filariasis.

vektor Wucheria
merupakan

Sepuluh

spesies

bancrofti tipe

pedesaan.

vektorWucheria

bancrofti tipe

perkotaan.Enam spesies Mansonia dan Anopheles barbirostris merupakan vektor penting


terhadap Brugia timori yang terdapat di Nusa Tenggara Timur dan kepulauan Maluku
Selatan. Tempat perindukan nyamuk berbeda-beda tergantung jenisnya.Umumnya nyamuk
beristirahat di tempat-tempat teduh, seperti semak-semak di sekitar tempat perindukan dan di
dalam rumah pada tempat-tempat yang gelap.Sifat nyamuk dalam memilih jenis mangsanya
berbeda-beda, dapat hanya menyukai darah manusia (disebut antropofilik), darah hewan
(zoofilik), ataupun dapat kedua-duanya. Perilaku nyamuk ini dapat berpengaruh terhadap
penyebaran kasus filariasis.Setiap daerah mempunyai spesies nyamuk yang berbeda-beda,
dan pada umumnya terdapat beberapa spesies nyamuk sebagai vektor utama dan spesies
lainnya hanya merupakan vektor potensial atau vektor yang mungkin dapat menyebarkan
filariasis ataupun tidak.

C. Cara penularan filariasis

Penularan filariasis dapat terjadi bila ada tiga unsur, yaitu :

1. Adanya sumber penularan, yakni manusia atau hospes reservoir yang mengandung
mikrofilaria dalam darahnya.
2. Adanya vektor, yakni nyamuk yang dapat menularkan filariasis dan;
3. Manusia yang rentan terhadap filariasis.
Seseorang dapat tertular filariasis, apabila orang tersebut mendapat gigitan nyamuk
infektif atau nyamuk yang membawa larva filariasis yang dapat menginfeksi manusia. Pada
saat nyamuk ini menggigit manusia, maka larva akan keluar dari probosis (alat hisap
nyamuk) dan tinggal di kulit sekitar lubang gigitan nyamuk. Pada saat nyamuk menarik
probosisnya, larva akan masuk melalui luka bekas gigitan nyamuk dan bergerak menuju ke
sistem limfe. Berbeda dengan penularan pada malaria dan demam berdarah, cara penularan
filariasis bergerak dari satu orang ke orang lain pada suatu wilayah tertentu, sehingga dapat

dikatakan bahwa seseorang dapat terinfeksi filariasis, apabila orang tersebut mendapat
gigitan nyamuk ribuan kali.
Siklus hidup W. bancrofti dan B. malayi dimulai dari saat filarial betina dewasa dalam
pembuluh limfe manusia (ditunjukkan pada angka 1 dalam gambar) memproduksi sekitar
50.000 mikrofilaria per hari ke dalam darah (2). Nyamuk kemudian menghisap mikrofilaria
pada saat menggigit manusia (3), selanjutnya larva tersebut akan berkembang dalam tubuh
nyamuk (5,6,7), dan ketika nyamuk menggigit manusia, larva infektif akan masuk ke dalam
tubuh manusia (8). Larva akan berpindah ke saluran limfe dan berkembang menjadi bentuk
dewasa. Mikrofilaria dapat ditemukan dalam darah tepi setelah 6 bulan- 1 tahun setelah
terinfeksi dan bisa bertahan hingga 5-10 tahun.
Larva Brugia malayi dan Brugia timori akan menjadi cacing dewasa dalam kurun
lebih 3,5 bulan, sedangkan Wucheria bancrofti memerlukan waktu kurang lebih 9 bulan.
Disamping sulit terjadinya penularan dari nyamuk ke manusia, sebenarnya kemapuan
nyamuk untuk mendapatkan mikrofilaria saat menghisap darah yang mengandung
mikrofilaria juga sangat terbatas, nyamuk yang menghisap mikrofilaria terlalu banyak dapat
menyebabkan kematian, tetapi jika mikrofilaria yang terhisap terlalu sedikit dapat
memperkecil jumlah mikrofilaria yang akan ditularkan kepada manusia.
Kepadatan vektor, suhu, dan kelembaban sangat berpengaruh terhadap penularan
filariasis.Suhu dan kelembaban berpengaruh terhadap umur nyamuk, sehingga mikrofilaria
yang telah ada dalam tubuh nyamuk tidak cukup waktunya untuk tumbuh menjadi larva
infektif.Masa inkubasi (masuk ke dalam tubuh manusia) untuk Wucheria bancrofti antara 1014 hari sedangkan Brugia malayi dan Brugia timori antara 8-10 hari.

Sifat mikrofilariasis dan perilaku menggigit nyamuk berpengaruh terhadap resiko


penularan.Mikrofilaria yang bersifat periodik nokturna (mikrofilaria hanya terdapat di dalam
darah tepi pada waktu malam) memiliki vektor yang aktif mencari darah pada waktu malam,
sehingga penularan juga terjadi pada malam hari.Di daerah dengan mikrofilaria subperiodik
nokturna, penularan dapat terjadi siang dan malam hari.
Tidak seperti Malaria dan Demam berdarah, Filariasis dapat ditularkan oleh 23
spesies nyamuk dari genus Anopheles, Culex, Mansonia, Aedes & Armigeres. Karena inilah,
Filariasis dapat menular dengan sangat cepat.
Di samping faktor-faktor diatas, mobilitas penduduk dari daerah endemis/wabah
filariasis ke daerah lain atau sebaliknya, berpotensi menjadi media terjadinya penyebaran
filariasis antar daerah.

D. Gejala filariasis
Secara umum, Gejala dan tanda klinis Filariasis dapat dilihat sebagai berikut :
1. Gejala dan tanda klinis akut :
a. Demam berulang ulang selama 3-5 hr, demam hilang bila istirahat dan timbul lg
stlh kerja berat.
b. Pembekakan kelenjar getah bening ( tanpa ada luka) di daerah lipatan paha,
ketiak tampak kemerahan panas dan sakit.
c. Radang saluran kelenjar getah bening terasa panas dan sakit yg menjalar dari
pangkal ke arah ujung kaki atau lengan.
d. Abses filarial terjadi akibat seringnya pembengkakan kelenjar getah bening dapat
pecah dan mengeluarkan darah dan nanah.
e. Pembesaran tungkai, lengan, buah dada, kantong buah zakar terlihat agak
kemerahan dan terasa panas.

2. Gejala dan tanda klinis kronis :


Pembesaran yg menetap ( elephantiasis) pd tungkai, buah dada, buah zakar.

Secara spesifik, Penderita filariasis bisa tidak menunjukkan gejala(asimtomatis), hal


ini disebabkan oleh kadar mikrofilaria yang terlalu sedikit dan tidak terdeteksi oleh
pemeriksaan laboratorium atau karena memang tidak terdapat mikrofilaria dalam darah.
Apabila menimbulkan gejala, maka yang sering ditemukan adalah gejala akibat perjalanan
penyakit.
Gejala penyakit pada tahap awal (fase akut) bersifat tidak khas seperti demam selama
3-4 hari yang dapat hilang tanpa diobati, demam berulang kembali 1-2 bulan kemudian, atau
gejala lebih sering timbul bila pasien bekerja terlalu berat.Dapat timbul benjolan dan terasa
nyeri pada lipat paha atau ketiak dengan tidak ada luka di badan.Dapat teraba garis seperti
urat dan berwarna merah, serta terasa sakit dari benjolan menuju ke arah ujung kaki atau
tangan.
Gejala terjadi berbulan-bulan sampai bertahun-tahun.cacing akan menyebabkan
penyumbatan pembuluh limfe. Penyumbatan ini akan mengakibatkan pembengkakan pada
daerah

yang

bersangkutan.

Tanda

klinis

yang

sering

ditemukan

adalah

pembengkakan skrotum (hidrokel/buah zakar) dan pembengkakan anggota gerak terutama


kaki(elefantiasis). Namun pembuktian bahwa apakah gejala yang ditimbulkan diatas
disebabkan oleh filariasis harus dibuktikan dengan pemeriksaan mirofilariasis dalam darah.

Gejala filariasis dapat juga dilihat dari perubahan beberapa organ tubuh diantaranya
adalah limfedema, lymph scrotum, kliuria dan hidrokel, berikut adalah penjelasannya :
a.

Limfedema
Limfedema pada infeksi W. bancrofti, merupakan pembengkakan seluruh kaki,
seluruh lengan, skrotum, penis, vulva vagina dan payudara, sedangkan pada infeksi
mikrofilaria berjenis Brugia, terjadi pembengkakan kaki dibawah lutut, lengan di bawah siku
dimana siku dan lutut masih dalam keadaan normal.
Stadium (tingkat keparahan) dari limfedema dapat ditentukan yang didasarkan pada
hilang tidaknya bengkak, ada tidaknya lipatan kulit, ada tidaknya benjolan, serta adanya
hambatan melaksanakan aktivitas sehari-hari.Penentuan stadium ini penting bagi petugas
kesehatan untuk memberikan perawatan dan penyuluhan yang tepat pada penderita.
Penentuan stadium limfedema mengikuti kriteria sebagai berikut :
1.

Penentuan stadium limfedema terpisah antara anggota tubuh bagian kiri dan
kanan, lengan dan tungkai.

2.

Penentuan stadium limfedema lengan (atas, bawah) atau tungkai (atas,


bawah) dalam satu sisi, dibuat dalam satu stadium limfedema.

3.

Penentuan stadium limfedema berpihak pada tanda stadium yang terberat.

Berikut merupakan tabel yang menunjukkan metode penentuan stadium limfedema :

No

Stadium

Stadium

Stadium

Stadium

Stadium

Stadium

Stadium

menetap,

menetap,

menetap,

meluas

meluas

meluas

dangkal,

dangkal,

dangkal,

dalam

dalam

dalam

kadang-

kadang-

kadang-

kadang

kadang

kadang

Gejala
menghila
ng waktu
Bengkak

bangun

Menetap

menetap

menetap

di kaki
tidur
pagi
dalam,
Lipatan
2

tidak ada

tidak ada

dangkal

kadang ,

kulit
dangkal
3

Benjolan

tidak ada

tidak ada

tidak ada

ada

Mossy
4

kadangtidak ada

tidak ada

tidak ada

tidak ada

ada

lession*)

kadang

Hambatan
5

tidak

tidak

tidak

tidak

tidak

ya

berat
b.

Lymph scrotum
Lymph scrotum merupakan pelebaran saluran limfe pada kulit scrotum, terkadang
pada kulit penis, sehingga saluran limfe tersebut mudah pecah dan cairan limfe mengalir
keluar membasahi pakaian.Ditemukan juga lepuh besar dan kecil pada kulit, yang dapat
pecah.Hal ini mempunyai resiko tinggi terjadinya infeksi ulang oleh bakteri dan
jamur.Ukuran skrotum terkadang normal namun kadang-kadang sangat besar.

c.

Kiluria

Kiluria adalah terjadinya kebocoran atau pecahnya saluran limfe dan pembuluh darah
di ginjal oleh cacing filaria dewasa spesies W. bancrofti, sehingga cairan limfe dan darah
masuk kedalam saluran kemih.
Gejala yang dapat timbul adalah sebagai berikut ;
1.

Air kencing seperti susu karena air kencing banyak mengandung lemak, dan
kadang-kadang disertai dengan adrah (haematuria)

2.

Sukar kencing

3.

Kelelahan tubuh

4.

Kehilangan berat badan

d. Hidrokel
Terjadi pelebaran kantung buah zakar karena terkumpulnya cairan limfe di dalam
testis. Hidrokel dapat terjadi pada satu atau dua buah kantung zakar, dengan gambaran
sebagai berikut :
1.

Ukuran skrotum (buah zakar) terkadang normal tetapi terkadang sangat besar
sekali, sehingga penis tertarik dan tersembunyi.

2.

Kulit pada skrotum normal, lunak, dan halus

3.

Hidrokel banyak ditemukan di daerah endemis W. bancrofti dan dapat


digunakan sebagai indikator infeksi W. bancrofti.

e. Lymph scrotum

Lymph scrotum merupakan pelebaran saluran limfe pada kulit scrotum, terkadang
pada kulit penis, sehingga saluran limfe tersebut mudah pecah dan cairan limfe mengalir
keluar membasahi pakaian.Ditemukan juga lepuh besar dan kecil pada kulit, yang dapat
pecah.Hal ini mempunyai resiko tinggi terjadinya infeksi ulang oleh bakteri dan
jamur.Ukuran skrotum terkadang normal namun kadang-kadang sangat besar.

f.

Kiluria
Kiluria adalah terjadinya kebocoran atau pecahnya saluran limfe dan pembuluh darah

di ginjal oleh cacing filaria dewasa spesies W. bancrofti, sehingga cairan limfe dan darah
masuk kedalam saluran kemih.
Gejala yang dapat timbul adalah sebagai berikut ;
1.

Air kencing seperti susu karena air kencing banyak mengandung lemak, dan
kadang-kadang disertai dengan adrah (haematuria)

2.

Sukar kencing

3.

Kelelahan tubuh

4.

Kehilangan berat badan

g. Hidrokel

Terjadi pelebaran kantung buah zakar karena terkumpulnya cairan limfe di dalam
testis. Hidrokel dapat terjadi pada satu atau dua buah kantung zakar, dengan gambaran
sebagai berikut :
1.

Ukuran skrotum (buah zakar) terkadang normal tetapi terkadang sangat besar
sekali, sehingga penis tertarik dan tersembunyi.

2.

Kulit pada skrotum normal, lunak, dan halus

3.

Hidrokel banyak ditemukan di daerah endemis W. bancrofti dan dapat


digunakan sebagai indikator infeksi W. bancrofti.

E. Diagnosa filariasis
1. Diagnosis Klinik
Ditegakkan melalui anamnesis dan pemeriksaan klinik-diagnosis klinik penting
dalam menentukan angka kesakitan akut dan menahun (Acute and Chronic Disease Rate).
Pada keadaan amikrofilaremik, gejala klinis yang mendukung dalam diagnosis
filariasis adalah : gejala dan pengalaman limfadenitis retrograde, limfadenitis berulang dan
gejala menahun.
2. Diagnosa Parasitologik
Ditemukan mikrofilania pada pemeriksaan darah jari pada malam hari. Pemeriksaan
dapat dilakukan siang hari, 30 menit setelah diberi dietilkarbamasin 100 mg. Dari
mikrofilaria secara morfologis dapat ditentukan spesies cacing filarial.

Pada

keadaan

amikrofilaremia

seperti

ada

keadaan

prepaten,

inkubasi,

amikrofilaremia dengan gejala menahun, occult filaiasis, maka deteksi antibody dan/atau
antigen dengan cara immunodiagnosis diharapkan dapat menunjang diagnosis.
Adanya antibody tidak menunjukkan korelasi positif dengan mikrofilaremi, tidak
membedakan infeksi dini dan infeksi lama.
3. Diagnosis Epidemiologik
Endemisitas filariasis suatu daerah ditentukan dengan menetukan microfilarial rate
(mf rate), Acute Disease Rate (ADR), dan Chronic Disease Rate (CDR) dengan memeriksa
sedikitnya 10% dari jumlah penduduk
Pendekatan praktis untuk menentukan daerah endemis filariasis dapat melalui
penemuan penderita elefantiasis. Dengan ditemukannya satu penderita elephantiasis di antara
1000 penduduk, dapat diperkirakan ada 10 penderita klinis akut dan 100 yang
mikrofilaremik.
F. PENGOBATAN filariasis
1. Pengobatan Masal
Dilakukan di daerah endemis (mf rate > 1%) dengan menggunakan obat Diethyl
Carbamazine Citrate (DEC) dikombilansikan dengan Albendazole sekali setahun selama 5
tahun berturut-turut. Untuk mencegah reaksi pengobatan seperti demam atau pusing dapat
diberikan Pracetamol.
Pengobatan massal diikuti oleh seluruh penduduk yang berusia 2 tahun ke atas, yang
ditunda selain usia 2 tahun, wanita hamil, ibu menyusui dan mereka yang menderita
penyakit berat.
2. Pengobatan Selektif

Dilakukan kepada orang yang mengidap mikrofilaria serta anggota keluarga yang
tinggal serumah dan berdekatan dengan penderita di daerah dengan hasil survey mikrofilaria
<1% (non endemis)
3. Pengobatan Individual (penderita kronis)
Semua kasus klinis diberikan obat DEC 100 mg, 3x sehari selama 10 hari sebagai
pengobatan individual serta dilakukan perawatan terhadap bagian organ tubuh yang
bengkak.

G. Pencegahan Filariasis
Adapun beberapa pencegahan yang dapat dilakukan untuk menghindari penyebaran filariasis
adalah :
1.

Pengendalian diri sendiri (self control)


Adapun pengendalian yang dilakukan untuk mencegah penyebaran filariasis yang dilakukan
diri sendiri (induvidu) yaitu :

Berusaha menghindarkan diri dari gigitan nyamuk penular

Membersihkan tanaman air pada rawa-rawa yang merupakan tempat perindukan


nyamuk, menimbun, mengeringkan atau mengalirkan genangan air sebagai tempat
perindukan nyamuk

Membersihkan semak-semak disekitar rumah

Tidur menggunakan kelambu

Lubang angin (ventilasi) rumah ditutup kawat kasa halus

Memakai obat gosok anti nyamuk

Melakukan penyemprotan untuk membunuh nyamuk dewasa

Memeriksa diri ke puskesmas atau dokter bila tetangga atau keluarga terkena
filariasis.

2.

Pengendalian Vektor
Kegiatan pengendalian vektor adalah pemberantasan tempat perkembangbiakan
nyamuk melalui pembersihan got atau saluran pembuangan air, pengaliran air tergenang, dan
penebaran bibit ikan pemakan jentik. kegiatan lainnya adalah menghindari gigitan nyamuk
dengan memasang kelambu, menggunakan obat nyamuk oles, memasang kasa pada ventilasi
udara, dan menggunakan obat nyamuk bakar atau obat nyamuk semprot.

3.

Peran Serta Masyarakat


Warga masyarakat diharapkan bersedia datang dan mau diperiksa darahnya pada
malam hari pada saat ada kegiatan pemeriksaan darah; bersedia minum obat anti-penyakit
kaki gajah secara teratur sesuai dengan ketentuan yang diberitahukan oleh petugas;
memberitahukan kepada kader atau petugas kesehatan bila menemukan penderita filariasis;

dan

bersedia

bergotong

royong

membersihkan

sarang

nyamuk

atau

perkembangbiakan nyamuk serta melakukan penyemprotan massal secara rutin.

tempat

Anda mungkin juga menyukai