PEMBAHASAN
A. Pengertian Filariasis
Filariasis adalah penyakit zoonosis menular yang banyak ditemukan di wilayah
tropika seluruh dunia. Penyebabnya adalah edema, infeksi oleh sekelompok cacing nematoda
parasit yang tergabung dalam superfamilia Filarioidea. Gejala yang umum terlihat adalah
terjadinya elefantiasis, berupa membesarnya tungkai bawah (kaki) dan kantung zakar
(skrotum), sehingga penyakit ini secara awam dikenal sebagai penyakit kaki gajah.
Walaupun demikian, gejala pembesaran ini tidak selalu disebabkan oleh filariasis.
Penyakit Kaki Gajah (Filariasis atau Elephantiasis) adalah golongan penyakit
menular yang disebabkan oleh cacing Filaria yang ditularkan melalui berbagai jenis nyamuk.
Setelah tergigit nyamuk, parasit (larva) akan menjalar dan ketika sampai pada jaringan
sistem lympa maka berkembanglah menjadi penyakit tersebut. Penyakit ini bersifat menahun
(kronis) dan bila tidak mendapatkan pengobatan, dapat menimbulkan cacat menetap berupa
pembesaran kaki, lengan dan alat kelamin baik perempuan maupun laki-laki. Penyakit Kaki
Gajah bukanlah penyakit yang mematikan, namun demikian bagi penderita mungkin menjadi
sesuatu yang dirasakan memalukan bahkan dapat mengganggu aktifitas sehari-hari.
Penyakit Kaki Gajah umumnya banyak terdapat pada wilayah tropis. Menurut info
dari WHO, urutan negara yang terdapat penderita mengalami penyakit kaki gajah adalah
Asia Selatan (India dan Bangladesh), Afrika, Pasifik dan Amerika. Belakangan banyak pula
terjadi di negara Thailan dan Indonesia (Asia Tenggara).
B. Penyebab Filariasis
Penyebab filariasis pada umumnya dipengaruhi oleh 2 faktor, yaitu :
1. Faktor Manusia
Pada dasarnya setiap orang dapat tertular filariasis apabila digigit oleh nyamuk
infektif (mengandung larva stadium 3).Tidak semua orang menunjukkan gejala klinis
filariasis pada saat mengidap mikrofilaria filariasis.Seseorang yang terinfeksi filariasis tetapi
belum menunjukkan gejala klinis biasanya sudah terjadi perubahan-perubahan patologis di
dalam tubuhnya.
Penduduk pendatang pada suatu daerah endemis filariasis mempunyai resiko
terinfeksi filariasis lebih besar dari penduduk asli. Penduduk pendatang dari daerah non
endemis ke daerah endemis, misalnya transmigran, walaupun pada pemeriksaan darah jari
belum atau sedikit mengandung mikrofilaria, akan tetapi sudah menunjukkan gejala klinis
yang lebih berat
2. Faktor parasit dan vector filariasis
2. Mikrofilaria
Cacing dewasa betina setelah mengalami fertilisasi mengeluarkan jutaan anak cacing
yang disebut mikrofilaria. Ukuran mikrofilaria 200-600 mikromili x 8 mikromili dan
mempunyai sarung. Secara mikroskopik, morfologi spesies mikrofilaria dapat dibedakan
berdasarkan : ukuran ruang kepala serta warna sarung pada pewarnaan giemsa, susunan inti
badan, jumlah dan letak inti pada ujung ekor.
3. Larva Dalam Tubuh Nyamuk
Pada saat nyamuk menghisap darah manusia/hewan yang mengandung mikrofilaria,
maka mikrofilaria akan terbawa masuk kedalam lambung nyamuk dan melepaskan
sselubungnya, kemudian menembus dinding lambung dan bergerak menuju otot atau
jaringan lemak di bagian dada. Setelah lebih kurang 3 hari, mikrofilaria mengalami
perubahan bentuk menjadi larva stadium 1 (L1), bentuknya seperti sosis berukuran 125-150
mm x 10-17 mm, dengan ekor runcing seperti cambuk. Setelah lebih kurang 6 hari, larva
tumbuh menjadi larva stadium 2 (L2) disebut larva preinfektif yang berukuran 200-300 mm
x 15-30 mm, dengan ekor yang tumpul dan memendek. Pada stadium 2 ini larva
menunjukkan adanya gerakan. Hari ke 8-10 pada spesies Brugia atau hari ke 10-14 pada
spesius Wucheria, larva tumbuh menjadi larva stadium 3 (L3) yang berukuran 1400 mm x 20
mm. Larva stadium L3 tampak panjang dan ramping disertai dengan gerakan yang aktif.
stadium 3 ini merupakan cacing infektif.
Vektor filariasis berupa nyamuk yang membawa mikrofilaria masuk ke dalam tubuh
manusia pada saat menghisap darah manusia.Di Indonesia hingga saat ini telah
teridentifikasi 23 spesies nyamuk dari 5 genus yaitu : Mansonia, Anopheles, Culex, Aedes
dan
Armigeres yang
menjadi
nyamukAnopheles diidentifikasi
Sedangkan
Culex
sebagai
quinquefasciatus
vektor
filariasis.
vektor Wucheria
merupakan
Sepuluh
spesies
bancrofti tipe
pedesaan.
vektorWucheria
bancrofti tipe
1. Adanya sumber penularan, yakni manusia atau hospes reservoir yang mengandung
mikrofilaria dalam darahnya.
2. Adanya vektor, yakni nyamuk yang dapat menularkan filariasis dan;
3. Manusia yang rentan terhadap filariasis.
Seseorang dapat tertular filariasis, apabila orang tersebut mendapat gigitan nyamuk
infektif atau nyamuk yang membawa larva filariasis yang dapat menginfeksi manusia. Pada
saat nyamuk ini menggigit manusia, maka larva akan keluar dari probosis (alat hisap
nyamuk) dan tinggal di kulit sekitar lubang gigitan nyamuk. Pada saat nyamuk menarik
probosisnya, larva akan masuk melalui luka bekas gigitan nyamuk dan bergerak menuju ke
sistem limfe. Berbeda dengan penularan pada malaria dan demam berdarah, cara penularan
filariasis bergerak dari satu orang ke orang lain pada suatu wilayah tertentu, sehingga dapat
dikatakan bahwa seseorang dapat terinfeksi filariasis, apabila orang tersebut mendapat
gigitan nyamuk ribuan kali.
Siklus hidup W. bancrofti dan B. malayi dimulai dari saat filarial betina dewasa dalam
pembuluh limfe manusia (ditunjukkan pada angka 1 dalam gambar) memproduksi sekitar
50.000 mikrofilaria per hari ke dalam darah (2). Nyamuk kemudian menghisap mikrofilaria
pada saat menggigit manusia (3), selanjutnya larva tersebut akan berkembang dalam tubuh
nyamuk (5,6,7), dan ketika nyamuk menggigit manusia, larva infektif akan masuk ke dalam
tubuh manusia (8). Larva akan berpindah ke saluran limfe dan berkembang menjadi bentuk
dewasa. Mikrofilaria dapat ditemukan dalam darah tepi setelah 6 bulan- 1 tahun setelah
terinfeksi dan bisa bertahan hingga 5-10 tahun.
Larva Brugia malayi dan Brugia timori akan menjadi cacing dewasa dalam kurun
lebih 3,5 bulan, sedangkan Wucheria bancrofti memerlukan waktu kurang lebih 9 bulan.
Disamping sulit terjadinya penularan dari nyamuk ke manusia, sebenarnya kemapuan
nyamuk untuk mendapatkan mikrofilaria saat menghisap darah yang mengandung
mikrofilaria juga sangat terbatas, nyamuk yang menghisap mikrofilaria terlalu banyak dapat
menyebabkan kematian, tetapi jika mikrofilaria yang terhisap terlalu sedikit dapat
memperkecil jumlah mikrofilaria yang akan ditularkan kepada manusia.
Kepadatan vektor, suhu, dan kelembaban sangat berpengaruh terhadap penularan
filariasis.Suhu dan kelembaban berpengaruh terhadap umur nyamuk, sehingga mikrofilaria
yang telah ada dalam tubuh nyamuk tidak cukup waktunya untuk tumbuh menjadi larva
infektif.Masa inkubasi (masuk ke dalam tubuh manusia) untuk Wucheria bancrofti antara 1014 hari sedangkan Brugia malayi dan Brugia timori antara 8-10 hari.
D. Gejala filariasis
Secara umum, Gejala dan tanda klinis Filariasis dapat dilihat sebagai berikut :
1. Gejala dan tanda klinis akut :
a. Demam berulang ulang selama 3-5 hr, demam hilang bila istirahat dan timbul lg
stlh kerja berat.
b. Pembekakan kelenjar getah bening ( tanpa ada luka) di daerah lipatan paha,
ketiak tampak kemerahan panas dan sakit.
c. Radang saluran kelenjar getah bening terasa panas dan sakit yg menjalar dari
pangkal ke arah ujung kaki atau lengan.
d. Abses filarial terjadi akibat seringnya pembengkakan kelenjar getah bening dapat
pecah dan mengeluarkan darah dan nanah.
e. Pembesaran tungkai, lengan, buah dada, kantong buah zakar terlihat agak
kemerahan dan terasa panas.
yang
bersangkutan.
Tanda
klinis
yang
sering
ditemukan
adalah
Gejala filariasis dapat juga dilihat dari perubahan beberapa organ tubuh diantaranya
adalah limfedema, lymph scrotum, kliuria dan hidrokel, berikut adalah penjelasannya :
a.
Limfedema
Limfedema pada infeksi W. bancrofti, merupakan pembengkakan seluruh kaki,
seluruh lengan, skrotum, penis, vulva vagina dan payudara, sedangkan pada infeksi
mikrofilaria berjenis Brugia, terjadi pembengkakan kaki dibawah lutut, lengan di bawah siku
dimana siku dan lutut masih dalam keadaan normal.
Stadium (tingkat keparahan) dari limfedema dapat ditentukan yang didasarkan pada
hilang tidaknya bengkak, ada tidaknya lipatan kulit, ada tidaknya benjolan, serta adanya
hambatan melaksanakan aktivitas sehari-hari.Penentuan stadium ini penting bagi petugas
kesehatan untuk memberikan perawatan dan penyuluhan yang tepat pada penderita.
Penentuan stadium limfedema mengikuti kriteria sebagai berikut :
1.
Penentuan stadium limfedema terpisah antara anggota tubuh bagian kiri dan
kanan, lengan dan tungkai.
2.
3.
No
Stadium
Stadium
Stadium
Stadium
Stadium
Stadium
Stadium
menetap,
menetap,
menetap,
meluas
meluas
meluas
dangkal,
dangkal,
dangkal,
dalam
dalam
dalam
kadang-
kadang-
kadang-
kadang
kadang
kadang
Gejala
menghila
ng waktu
Bengkak
bangun
Menetap
menetap
menetap
di kaki
tidur
pagi
dalam,
Lipatan
2
tidak ada
tidak ada
dangkal
kadang ,
kulit
dangkal
3
Benjolan
tidak ada
tidak ada
tidak ada
ada
Mossy
4
kadangtidak ada
tidak ada
tidak ada
tidak ada
ada
lession*)
kadang
Hambatan
5
tidak
tidak
tidak
tidak
tidak
ya
berat
b.
Lymph scrotum
Lymph scrotum merupakan pelebaran saluran limfe pada kulit scrotum, terkadang
pada kulit penis, sehingga saluran limfe tersebut mudah pecah dan cairan limfe mengalir
keluar membasahi pakaian.Ditemukan juga lepuh besar dan kecil pada kulit, yang dapat
pecah.Hal ini mempunyai resiko tinggi terjadinya infeksi ulang oleh bakteri dan
jamur.Ukuran skrotum terkadang normal namun kadang-kadang sangat besar.
c.
Kiluria
Kiluria adalah terjadinya kebocoran atau pecahnya saluran limfe dan pembuluh darah
di ginjal oleh cacing filaria dewasa spesies W. bancrofti, sehingga cairan limfe dan darah
masuk kedalam saluran kemih.
Gejala yang dapat timbul adalah sebagai berikut ;
1.
Air kencing seperti susu karena air kencing banyak mengandung lemak, dan
kadang-kadang disertai dengan adrah (haematuria)
2.
Sukar kencing
3.
Kelelahan tubuh
4.
d. Hidrokel
Terjadi pelebaran kantung buah zakar karena terkumpulnya cairan limfe di dalam
testis. Hidrokel dapat terjadi pada satu atau dua buah kantung zakar, dengan gambaran
sebagai berikut :
1.
Ukuran skrotum (buah zakar) terkadang normal tetapi terkadang sangat besar
sekali, sehingga penis tertarik dan tersembunyi.
2.
3.
e. Lymph scrotum
Lymph scrotum merupakan pelebaran saluran limfe pada kulit scrotum, terkadang
pada kulit penis, sehingga saluran limfe tersebut mudah pecah dan cairan limfe mengalir
keluar membasahi pakaian.Ditemukan juga lepuh besar dan kecil pada kulit, yang dapat
pecah.Hal ini mempunyai resiko tinggi terjadinya infeksi ulang oleh bakteri dan
jamur.Ukuran skrotum terkadang normal namun kadang-kadang sangat besar.
f.
Kiluria
Kiluria adalah terjadinya kebocoran atau pecahnya saluran limfe dan pembuluh darah
di ginjal oleh cacing filaria dewasa spesies W. bancrofti, sehingga cairan limfe dan darah
masuk kedalam saluran kemih.
Gejala yang dapat timbul adalah sebagai berikut ;
1.
Air kencing seperti susu karena air kencing banyak mengandung lemak, dan
kadang-kadang disertai dengan adrah (haematuria)
2.
Sukar kencing
3.
Kelelahan tubuh
4.
g. Hidrokel
Terjadi pelebaran kantung buah zakar karena terkumpulnya cairan limfe di dalam
testis. Hidrokel dapat terjadi pada satu atau dua buah kantung zakar, dengan gambaran
sebagai berikut :
1.
Ukuran skrotum (buah zakar) terkadang normal tetapi terkadang sangat besar
sekali, sehingga penis tertarik dan tersembunyi.
2.
3.
E. Diagnosa filariasis
1. Diagnosis Klinik
Ditegakkan melalui anamnesis dan pemeriksaan klinik-diagnosis klinik penting
dalam menentukan angka kesakitan akut dan menahun (Acute and Chronic Disease Rate).
Pada keadaan amikrofilaremik, gejala klinis yang mendukung dalam diagnosis
filariasis adalah : gejala dan pengalaman limfadenitis retrograde, limfadenitis berulang dan
gejala menahun.
2. Diagnosa Parasitologik
Ditemukan mikrofilania pada pemeriksaan darah jari pada malam hari. Pemeriksaan
dapat dilakukan siang hari, 30 menit setelah diberi dietilkarbamasin 100 mg. Dari
mikrofilaria secara morfologis dapat ditentukan spesies cacing filarial.
Pada
keadaan
amikrofilaremia
seperti
ada
keadaan
prepaten,
inkubasi,
amikrofilaremia dengan gejala menahun, occult filaiasis, maka deteksi antibody dan/atau
antigen dengan cara immunodiagnosis diharapkan dapat menunjang diagnosis.
Adanya antibody tidak menunjukkan korelasi positif dengan mikrofilaremi, tidak
membedakan infeksi dini dan infeksi lama.
3. Diagnosis Epidemiologik
Endemisitas filariasis suatu daerah ditentukan dengan menetukan microfilarial rate
(mf rate), Acute Disease Rate (ADR), dan Chronic Disease Rate (CDR) dengan memeriksa
sedikitnya 10% dari jumlah penduduk
Pendekatan praktis untuk menentukan daerah endemis filariasis dapat melalui
penemuan penderita elefantiasis. Dengan ditemukannya satu penderita elephantiasis di antara
1000 penduduk, dapat diperkirakan ada 10 penderita klinis akut dan 100 yang
mikrofilaremik.
F. PENGOBATAN filariasis
1. Pengobatan Masal
Dilakukan di daerah endemis (mf rate > 1%) dengan menggunakan obat Diethyl
Carbamazine Citrate (DEC) dikombilansikan dengan Albendazole sekali setahun selama 5
tahun berturut-turut. Untuk mencegah reaksi pengobatan seperti demam atau pusing dapat
diberikan Pracetamol.
Pengobatan massal diikuti oleh seluruh penduduk yang berusia 2 tahun ke atas, yang
ditunda selain usia 2 tahun, wanita hamil, ibu menyusui dan mereka yang menderita
penyakit berat.
2. Pengobatan Selektif
Dilakukan kepada orang yang mengidap mikrofilaria serta anggota keluarga yang
tinggal serumah dan berdekatan dengan penderita di daerah dengan hasil survey mikrofilaria
<1% (non endemis)
3. Pengobatan Individual (penderita kronis)
Semua kasus klinis diberikan obat DEC 100 mg, 3x sehari selama 10 hari sebagai
pengobatan individual serta dilakukan perawatan terhadap bagian organ tubuh yang
bengkak.
G. Pencegahan Filariasis
Adapun beberapa pencegahan yang dapat dilakukan untuk menghindari penyebaran filariasis
adalah :
1.
Memeriksa diri ke puskesmas atau dokter bila tetangga atau keluarga terkena
filariasis.
2.
Pengendalian Vektor
Kegiatan pengendalian vektor adalah pemberantasan tempat perkembangbiakan
nyamuk melalui pembersihan got atau saluran pembuangan air, pengaliran air tergenang, dan
penebaran bibit ikan pemakan jentik. kegiatan lainnya adalah menghindari gigitan nyamuk
dengan memasang kelambu, menggunakan obat nyamuk oles, memasang kasa pada ventilasi
udara, dan menggunakan obat nyamuk bakar atau obat nyamuk semprot.
3.
dan
bersedia
bergotong
royong
membersihkan
sarang
nyamuk
atau
tempat