TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Gizi Buruk
Status Gizi
Gizi Lebih
Z-Score : >+2 SD
Gizi Baik
Z-Score : -2 SD s/d +2 SD
Gizi Kurang
Gizi Buruk
Z-Score : <-3 SD
*) Daftar Baku Rujukan Penilaian Status Gizi (BB/U) dapat dilihat pada Lampiran 1.
Sehubungan
dengan semakin
maraknya
pemberitaan
kasus gizi
buruk di
media massa, serta untuk menyamakan persepsi dan upaya penanggulangannya, maka
Menteri Kesehatan Republik Indonesia menerbitkan kembali SK No.
347/Menkes/IV/2008 tentang Penanggulangan Gizi Buruk dengan menetapkan Baku
Rujukan Penilaian Status Gizi menurut Berat Badan dan Tinggi Badan (BB/TB). Penetapan
indeks BB/TB menunjukkan keadaan gizi kurang yang lebih jelas dan sensitif/peka jika
dibandingkan penilaian prevalensi berdasarkan BB/U, BB/TB dapat membedakan proporsi
badan apakah gemuk, normal, dan kurus (Atmarita, 2004: 9). Adapun penentuan status gizi
berdasarkan BB/TB dapat dilihat pada Tabel 2.2:
Tabel 2.2. Klasifikasi Status Gizi (BB/TB) Menurut Dep.Kes.RI (2002)
Status Gizi
Z-Score : >2 SD
Z-Score : -2 SD s/d 2 SD
Z-Score : <-3 SD
Status gizi buruk memberikan dampak yang dapat mengganggu proses tubuh secara
keseluruhan, seperti:
a. Mengganggu proses pertumbuhan, anak tidak tumbuh menurut potensialnya
baik
tidak
hanya
cukup
mengandung
energi
dan
protein,
tetapi
juga mengandung berbagai vitamin dan mineral yang dibutuhkan balita dalam
proses tumbuh kembang.
MP-ASI yang tepat dan baik seharusnya dapat disiapkan sendiri di rumah.
Namun, dalam penyediaan MP-ASI yang sesuai dengan kebutuhan balita, banyak hal
yang mempengaruhinya. Tingkat pendidikan dan pengetahuan gizi yang rendah
pada ibu balita seringkali menjadi penyebab balita mendapat makanan yang
tidak seimbang.
Makanan bergizi seimbang adalah makanan yang terdiri dari beraneka ragam
makanan dalam jumlah dan proporsi yang sesuai, sehingga memenuhi kebutuhan gizi
seseorang guna
pemeliharaan,
perbaikan
sel-sel
tubuh,
pertumbuhan
dan
yang bersama-sama menjadi penyebab timbulnya penyakit tersebut, antara lain faktor
diet, faktor sosial, kepadatan penduduk, infeksi, kemiskinan, dan lain-lain. Infeksi
memperburuk status gizi dan sebaliknya gangguan gizi memperburuk kemampuan anak
untuk mengatasi penyakit infeksi, karena gizi kurang menghambat reaksi pembentukan
kekebalan tubuh, sehingga anak yang status gizinya buruk akan lebih mudah terkena
infeksi. Hubungan timbal balik antara infeksi dan gizi buruk atau gizi buruk dengan
infeksi pada balita seperti lingkaran setan yang sulit untuk diputuskan.
memberikan hasil bahwa status ekonomi keluarga-keluarga yang relatif sama, belum
tentu memiliki balita dengan status gizi yang sama juga.
Mengapa keluarga dengan status ekonomi yang rendah tetapi memiliki balita
dengan status gizi baik. Hal ini ditentukan oleh pola pengasuhan ibu, usaha ibu untuk
mengusahakan anak mau makan, berdampak memiliki gizi lebih baik dibandingkan jika
anak dibiarkan mengikuti kemauannya saja yaitu tidak mau makan. Pengasuhan anak
yang berpindah ke tangan kedua misalnya pembantu atau nenek, juga mempunyai
dampak pada keadaan gizi anak
C. Gejala Klinis
Pada kasus malnutrisi yang berat, gejala klinis terbagi menjadi dua bagian besar, yaitu
kwashiokor dan marasmus. Pada kenyataannya jarang sekali ditemukan suatu kasus yang
hanya menggambarkan salah satu dari bagian tertentu saja. Sering kali pada kebanyakan
anak-anak penderita gizi buruk, yang ditemukan merupakan perpaduan gejala dan tanda dari
kedua bentuk malnutrisi berat tersebut. Marasmus lebih sering ditemukan pada anak-anak
dibawah usia satu tahun, sedangkan insiden pada anak-anak dengan kwashiokor terjadi pada
usia satu hingga enam tahun. Pada beberapa negara seperti di Asia dan Afrika, marasmus juga
didapatkan pada anak yang lebih dewasa dari usia satu tahun (toddlers), sedangkan di Chili,
marasmus terjadi pada bulan pertama kehidupan anak tersebutnya.1,2
Gejala pertama dari malnutrisi tipe marasmus adalah kegagalan tumbuh kembang. Pada
kasus yang lebih berat, pertumbuhan bahkan dapat terhenti sama sekali. Selain itu didapatkan
penurunan aktifias fisik dan keterlambatan perkembangan psikomotorik. Pada saat dilakukan
pemeriksaan fisik, akan ditemukan suara tangisan anak yang monoton, lemah, dan tanpa air
mata, lemak subkutan menghilang dan lemak pada telapak kaki juga menghilang sehingga
memberikan kesan tapak kaki seperti orang dewasa. Kulit anak menjadi tipis dan halus,
mudah terjadi luka tergantung adanya defisiensi nutrisi lain yang ikut menyertai keadaan
marasmus. Kaki dan tangan menjadi kurus karena otot-otot lengan serta tungkai mengalami
atrofi disertai lemak subkutan yang turut menghilang. Pada pemeriksaan protein serum,
ditemukan hasil yang normal atau sedikit meningkat. Selain itu keadaan yang terlihat
mencolok adalah hilangnya lemak subkutan pada wajah. Akibatnya ialah wajah anak menjadi
lonjong, berkeriput dan tampak lebih tua (old man face). Tulang rusuk tampak lebih jelas.
Dinding perut hipotonus dan kulitnya longgar. Berat badan turun menjadi kurang dari 60%
berat badan menurut usianya. Suhu tubuh bisa rendah karena lapisan penahan panas hilang.
Cengeng dan rewel serta lebih sering disertai diare kronik atau konstipasi, serta penyakit
kronik. Tekanan darah, detak jantung dan pernafasan menjadi berkurang.
Pada kasus malnutrisi kwashiokor marasmik ditemukan perpaduan gejala antara
kwashiokor dan marasmus. Keadaan ini ditemukan pada anak-anak yang makanan sehariharinya tidak mendapatkan cukup protein dan energi untuk pertumbuhan yang normal. Pada
anak-anak penderita kasus ini disamping terjadi penurunan berat badan dibawah 60% berat
badan normal seusianya, juga memperlihatkan tanda-tanda kwashiokor, seperti edema,
kelainan rambut, kelainan kulit, dan kelainan biokimiawi. Kelainan rambut pada kwashiokor
adalah rambut menjadi lebih mudah dicabut tanpa reaksi sakit dari penderita, warna rambut
menjadi lebih merah, ataupun kelabu hingga putih. Kelainan kulit yang khas pada penyakit
ini ialah crazy pavement dermatosis, yaitu kulit menjadi tampak bercak menyerupai petechiae
yang lambat laun menjadi hitam dan mengelupas di tengahnya, menjadikan daerah sekitarnya
kemerahan dan dikelilingi batas-batas yang masih hitam. Adanya pembesaran hati dan juga
anemia ringan dikarenakan kekurangan berbagai faktor yang turut mengiringi kekurangan
protein, seperti zat besi, asam folat, vitamin B12, vitamin C, dan tembaga. Selain itu juga
ditemukan kelainan biokimiawi seperti albumin serum yang menurun, globulin serum yang
menurun, dan kadar kolesterol yang rendah.2,4
D. Diagnosis
Diagnosis marasmus dibuat berdasarkan gambaran klinis, tetapi untuk mengetahui
penyebab harus dilakukan anamnesis makanan dan kebiasaan makan anak serta riwayat
penyakit yang lalu. Pada awalnya, terjadi kegagalan menaikkan berat badan, disertai dengan
kehilangan berat badan sampai berakibat kurus, dengan kehilangan turgor pada kulit sehingga
menjadi berkerut dan longgar karena lemak subkutan hilang. Lemak pada daerah pipih adalah
bagian terakhir yang hilang sehingga untuk beberapa waktu muka bayi tampak relative
normal sampai nantinya menyusut dan berkeriput. Abdomen dapat kembung atau datar dan
gambaran usus dapat dengan mudah dilihat. Terjadi atrofi otot dengan akibat hipotoni. Suhu
biasanya subnormal, nadi mungkin lambat, dan angka metabolism basal cenderung menurun.
Mula-mula bayi mungkin rewel, tetapi kemudian menjadi lesu dan nafsu makan hilang. Bayi
biasanya konstipasi, tetapi dapat muncul diare dengan buang air besar sering, tinja berisi
mucus dan sedikit.
maupun lingkungan. Pemuka masyarakat maupun agama akan sangat efektif jika membantu
dalam pemberian edukasi pada masyarakat, terutama dalam menanggulangi kebiasaan atau
mitos-mitos yang salah pada pemberian makan pada anak.
G. Penatalaksanaan
Tujuan pengobatan pada penderita marasmus adalah pemberian diet tinggi kalori dan
tinggi protein serta mencegah kekambuhan. Penderita marasmus tanpa komplikasi dapat
berobat jalan asal diberi penyuluhan mengenai pemberian makanan yang baik, sedangkan
penderita yang mengalami komplikasi serta dehidrasi, syok, asidosis dan lain-lain perlu
mendapat perawatan di rumah sakit. Penatalaksanaan penderita yang dirawat di RS dibagi
dalam dua fase.
Pada fase initial, tujuan yan diharapkan adalah untuk menangani atau mencegah
hipoglikemia, hipotermi, dan dehidrasi. Tahap awal yaitu 24-48 jam per-tama merupakan
masa kritis, yaitu tindakan untuk menyelamat-kan jiwa, antara lain mengkoreksi keadaan
dehidrasi atau asidosis dengan pemberian cairan intravena. Cairan yang diberikan ialah
larutan Darrow-Glucosa atau Ringer Lactat Dextrose 5%. Cairan diberikan sebanyak 200
ml/kg BB/hari. Mula-mula diberikan 60 ml/kg BB pada 4-8 jam pertama. Kemudian 140 ml
sisanya diberikan dalam 16-20 jam berikutnya.1,2,8
Hipotermia ditandai dengan suhu tubuh yang rendah dibawah 360 C. Pada keadaan ini
anak harus dihangatkan. Cara yang dapat dilakukan adalah ibu atau orang dewasa lain
mendekap anak di dadanya lalu ditutupi selimut (Metode Kanguru). Perlu dijaga agar anak
tetap dapat bernafas.
Semua anak, menurut guideline dari WHO, diberikan antibiotic untuk mencegah
komplikasi yang berupa infeksi, namun pemberian antibiotic yang spesifik tergantung dari
diagnosis, keparahan, dan keadaan klinis dari anak tersebut. Pada anak diatas 2 tahun
diberikan obat anti parasite sesuai dari protocol
Tahap kedua yaitu penyesuaian. Sebagian besar penderita tidak memerlukan koreksi
cairan dan elektrolit, sehingga dapat langsung dimulai dengan penyesuaian terhadap
pemberian makanan. Pada hari-hari pertama jumlah kalori yang diberikan sebanyak 30-60
kalori/kg BB/hari atau rata-rata 50 kalori/kg BB/hari, dengan protein 1-1,5 g/kg BB/hari.
Jumlah ini dinaikkan secara berangsur-angsur tiap 1-2 hari sehingga mencapai 150-175
kalori/kg BB/hari dengan protein 3-5 g/kg BB/hari. Waktu yang diperlukan untuk mencapai
diet tinggi kalori tinggi protein ini lebih kurang 7-10 hari. Cairan diberikan sebanyak 150
ml/kg BB/hari. Formula yang biasa diberikan dalam tahap ini adalah F-75 yang mengandung
75kcal/100ml dan 0,9 protein/100ml) yang diberika terus menerus setiap 2 jam.
Pemberian vitamin dan mineral yaitu vitamin A diberikan sebanyak 200.000. i.u
peroral atau 100.000 i.u im pada hari pertama kemudian pada hari ke dua diberikan 200.000
i.u. oral. Vitamin A diberikan tanpa melihat ada/tidaknya gejala defisiensi Vitamin A untuk
mencegah terjadinya xeroftalmia karena pada kasus ini kadar vitamin A serum sangat rendah.
Mineral yang perlu ditambahkan ialah K, sebanyak 1-2 Meq/kg BB/hari/IV atau dalam
bentuk preparat oral 75-100 mg/kg BB/hari dan Mg, berupa MgS04 50% 0,25 ml/kg BB/hari
atau magnesium oral 30 mg/kg BB/hari. Dapat diberikan 1 ml vitamin B (IC) dan 1 ml vit. C
(IM), selanjutnya diberikan preparat oral atau dengan diet.
Fase rehabilitasi dimulai saat nafsu makan anak meningkat dan infeksi yang ada
berhasil ditangani. Formula F-75 diganti menjadi F-100 yang dikurangi kadar gulanya untuk
mengurangi osmolaritasnya. Jenis makanan yang memenuhi syarat untuk penderita malnutrisi
berat ialah susu dan diberikan bergantian dengan F-100. Dalam pemilihan jenis makanan
perlu diperhatikan berat badan penderita. Dianjurkan untuk memakai pedoman BB kurang
dari 7 kg diberikan makanan untuk bayi dengan makanan utama ialah susu formula atau susu
yang dimodifikasi, secara bertahap ditambahkan makanan lumat dan makanan lunak.
Penderita dengan BB di atas 7 kg diberikan makanan untuk anak di atas 1 tahun, dalam
bentuk makanan cair kemudian makanan lunak dan makanan padat.
Fase Stabilisasi
H1-2H3-7
Minggu ke 3 - 6
Minggu ke 7 -26
Tanpa Fe Dengan Fe
7. Memberikan makanan
untuk stabilisasi dan
transisi
8. Memberikan makanan
untuk tumbuh kejar
9. Memberikan stimulasi
tumbuh kembang
10. Mempersiapkan untuk
tindak lanjut di rumah
*) Pada fase tindak lanjut dapat dilakukan di rumah, dimana anak secara berkala (1minggu/
kali) berobat jalan ke Puskesmas atau Rumah Sakit.
Pada pasien dengan gizi buruk dibagi dalam 2 fase yang harus dilalui yaitu fase
stabilisasi (Hari 1-7), fase transisi (Hari 8 14), fase rehabilitasi (Minggu ke 3 6), ditambah
fase tindak lanjut (Minggu ke 7 26) seperti tampak pada tabel diatas.
KOMPLIKASI
Keadaan malnutrisi marasmus dapat menyebabkan anak mendapatkan penyakit
penyerta yang terkadang tidak ringan apabila penatalaksanaan marasmus tidak segera
dilakukan. Beberapa keadaan tersebut ialah:4,6
1. Noma
Noma merupakan penyakit yang kadang-kadang menyertai malnutrisi tipe marasmuskwashiokor. Noma atau stomatitis gangraenosa merupakan pembusukan mukosa
mulut yang bersifat progresif sehingga dapat menembus pipi. Noma terjadi pada
malnutrisi berat karena adanya penurunan daya tahan tubuh. Penyakit ini mempunyai
bau yang khas dan tercium dari jarak beberapa meter. Noma dapat sembuh tetapi
menimbulkan bekas luka yang tidak dapat hilang seperti lenyapnya hidung atau tidak
dapat menutupnya mata karena proses fibrosis.
2. Xeroftalmia
Penyakit ini sering ditemukan pada malnutrisi yang berat terutama pada tipe
marasmus-kwashiokor. Pada kasus malnutrisi ini vitamin A serum sangat rendah
sehingga dapat menyebabkan kebutaan. Oleh sebab itu setiap anak dengan malnutrisi
sebaiknya diberikan vitamin A baik secara parenteral maupun oral, ditambah dengan
diet yang cukup mengandung vitamin A.
3. Tuberkulosis
Pada anak dengan keadaan malnutrisi berat, akan terjadi penurunan kekebalan tubuh
yang akan berdampak mudahnya terinfeksi kuman. Salah satunya adalah mudahnya
anak dengan malnutrisi berat terinfeksi kuman mycobacterium tuberculosis yang
menyebabkan penyakit tuberkulosis.
4. Sirosis hepatis
Sirosis hepatis terjadi karena timbulnya perlemakan dan penimbunan lemak pada
saluran portal hingga seluruh parenkim hepar tertimbun lemak. Penimbunan lemak ini
juga disertai adanya infeksi pada hepar seperti hepatitis yang menimbulkan penyakit
sirosis hepatis pada anak dengan malnutrisi berat.
5. Hipotermia
Hipotermia merupakan komplikasi serius pada malnutrisi berat tipe marasmus.
Hipotermia terjadi karena tubuh tidak menghasilkan energi yang akan diubah menjadi
energi panas sesuai yang dibutuhkan oleh tubuh. Selain itu lemak subkutan yang tipis
bahkan menghilang akan menyebabkan suhu lingkungan sangat mempengaruhi suhu
tubuh penderita.
6. Hipoglikemia
Hipoglikemia dapat terjadi pada hari-hari pertama perawatan anak dengan malnutrisi
berat. Kadar gula darah yang sangat rendah ini sangat mempengaruhi tingkat
kesadaran anak dengan malnutrisi berat sehingga dapat membahayakan penderitanya.
PROGNOSIS
Prognosis pada penyakit ini buruk karena banyak menyebabkan kematian dari
penderitanya akibat infeksi yang menyertai penyakit tersebut, tetapi prognosisnya dapat
dikatakan baik apabila malnutrisi tipe marasmus ini ditangani secara cepat dan tepat.
Kematian dapat dihindarkan apabila dehidrasi berat dan penyakit infeksi kronis lain seperti
tuberkulosis atau hepatitis yang menyebabkan terjadinya sirosis hepatis dapat dihindari. Pada
anak yang mendapatkan malnutrisi pada usia yang lebih muda, akan terjadi penurunan tingkat
kecerdasan yang lebih besar dan irreversibel dibanding dengan anak yang mendapat keadaan
malnutrisi pada usia yang lebih dewasa. Hal ini berbanding terbalik dengan psikomotor anak
yang mendapat penanganan malnutrisi lebih cepat menurut umurnya, anak yang lebih muda
saat mendapat perbaikan keadaan gizinya akan cenderung mendapatkan kesembuhan
psikomotornya lebih sempurna dibandingkan dengan anak yang lebih tua, sekalipun telah
mendapatkan penanganan yang sama. Hanya saja pertumbuhan dan perkembangan anak yang
pernah mengalami kondisi marasmus ini cenderung lebih lambat, terutama terlihat jelas
dalam hal pertumbuhan tinggi badan anak dan pertambahan berat anak, walaupun jika dilihat
secara ratio berat dan tinggi anak berada dalam batas yang normal.
Malaria,
campak,
listeriosis,
leptospira,
Stres yang dialami ibu pada waktu hamil dapat mempengaruhi tumbuh kembang
janin antara lain cacat bawaan,kelainan kejiwaan.1
g. Radiasi
Radiasi pada janin sebelum umur 18 minggu dapat menyebabkan kematian
janin, kerusakan otak, mikrosefali atau cacat bawaan lainnya. 1
h. Anoksia embrio
Kebutuhan dasar anak untuk tumbuh kembang, secara umum dibagi menjadi 3
kebutuhan dasar yaitu:1
1. Kebutuhan fisik-biomedis (ASUH)
a. pangan/gizi
b. perawatan kesehatan dasar: imunisasi, pemberian ASI, penimbangan yang
teratur, pengobatan
c. pemukiman yang layak- kebersihan perseorangan, sanitasi lingkungan
d. pakaian
e. rekreasi, kesegaran jasmani dll
2. Kebutuhan emosi/kasih sayang (ASIH)
Kasih sayang dari orang tua akan menciptakan ikatan yang erat dan
kepercayaan dasar untuk menjamin tumbuh kembang yang selaras baik fisik, mental
atau psikososial.
3. Kebutuhan akan stimulasi mental (ASAH)
Stimulasi mental mengembangkan perkembangan
kecerdasan,
kemandirian,
1. Perubahan ukuran
Tampak jelas pada perubahan fisik, yang dengan bertambahnya umur anak akan
terjadi
kebutuhannya.
2. Perubahan proporsi
Perubahan proporsi tubuh dimulai dari usia kehamilan dua bulan sampai
dewasa, terlihat seperti gambar berikut.
Gambar 2.1 Menunjukan proporsi tubuh dari janin sampai dewasa (dikutip dari
Behrman 1992, gambar dikutip dari Markum AH 1991)
Motorik Halus
mengambil benda kecil dengan ibu
jari atau telunjuk
membuka 2-3 halaman buku secara
bersamaan
menyusun menara dari balok
memindahkan air dari gelas ke
gelas lain
benda berat
melempar bola
remote
belajar mengupas pisang
Usia 2-3 tahun
Motorik Kasar
melompat-lompat
berjalan mundur dan jinjit
menendang bola
memanjat meja atau tempat tidur
naik tangga dan lompat di anak
Motorik Halus
mencoret-coret dengan 1 tangan
menggambar
garis
tak
tangga terakhir
berdiri dengan 1 kaki
beraturan
memegang pensil
belajar menggunting
mengancingkan baju
memakai baju sendiri
Motorik Kasar
melompat dengan 1 kaki
berjalan menyusuri papan
menangkap bola besar
mengendarai sepeda
berdiri dengan 1 kaki
Motorik Halus
menggambar manusia
mencuci tangan sendiri
membentuk benda dari plastisin
membuat garis lurus dan lingkaran
cukup rapi
Motorik Kasar
menuruni tangga dengan cepat
seimbang saat berjalan mundur
melompati rintangan
melempar dan menangkap bola
melambungkan bola
Motorik Halus
menggunting dengan cukup baik
melipat amplop
membawa gelas tanpa
menumpahkan isinya
memasikkan benang ke lubang
besar
bisa
bicara
dan
lain
lain.
melaporkan
bahwa
kecurigaan
orangtua
kejang
neonatal,hiperbilirubinemia,
hipoglikemia,
infeksi,
balitanya,
penyakit
Faktor resiko juga dapat muncul akibat perilaku dari lingkungan seperti pada ayah
dan anggota keluarga lain. Pada ayah yang perlu ditanyakan
jumlah kromosom 21 yang berlebih. Perkembangannya lebih lambat dari anak yang
normal. Beberapa faktor seperti kelainan jantung kongenital, hipotonia yang berat,
masalah biologis atau lingkungan lainnya dapat menyebabkan keterlambatan
perkembangan motorik dan keterampilan untuk menolong diri sendiri.
4. Perawakan Pendek.
Short stature atau Perawakan Pendek merupakan suatu terminologi mengenai
tinggi badan yang berada di bawah persentil 3 atau -2 SD pada kurva pertumbuhan
yang berlaku pada populasi tersebut. Penyebabnya dapat karena varisasi normal,
gangguan gizi, kelainan kromosom, penyakit sistemik atau karena kelainan endokrin.
5. Gangguan Autisme.
Merupakan gangguan perkembangan pervasif pada anak yang gejalanya
muncul sebelum anak berumur 3 tahun. Pervasif berarti meliputi seluruh aspek
perkembangan sehingga gangguan tersebut sangat luas dan berat, yang mempengaruhi
anak secara mendalam. Gangguan perkembangan yang ditemukan pada autisme
mencakup bidang interaksi sosial, komunikasi dan perilaku.
6. Retardasi Mental.
Merupakan suatu kondisi yang ditandai oleh intelegensia yang rendah (IQ <
70) yang menyebabkan ketidakmampuan individu untuk belajar dan beradaptasi
terhadap tuntutan masyarakat atas kemampuan yang dianggap normal.
7. Gangguan Pemusatan Perhatian dan Hiperaktivitas (GPPH)
Merupakan gangguan dimana anak mengalami kesulitan untuk memusatkan
perhatian yang seringkali disertai dengan hiperaktivitas.