Anda di halaman 1dari 19

1.

Pendahuluan
A. Latar Belakang
Penelitian ini dilatar belakangi oleh suatu asumsi bahwa peningkatan mutu
pembelajaran di sekolah dapat dicapai melalui peningkatan mutu sumber daya
manusia (guru dan tenaga kependidikan lainnya), walaupun diakui bahwa
komponen-komponen lain turut memberikan kontribusi dalam peningkatan mutu
pembelajaran. Peningkatan sumber daya menusia telah banyak dilakukan
pemerintah, terutama peningkatan kompetensi guru. Usaha ini berupa peningkatan
kompetensi melalui pendidikan dan pelatihan, workshop atau bentuk lainnya.
Disamping itu, peningkatan profesionalisme guru juga dilakukan melalui
kegiatan Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) bagi guru Sekolah
Menengah Pertama (SMP) dan guru Sekolah Menengah Atas (SMA), atau polapola lain seperti seminar, lokakarya atau workshop. Namun demikian prestasi
belajar siswa masih memprihatinkan dan sampai saat ini kenyataannya bahwa
prestasi belajar yang dicapai secara nasional belum semuanya sesuai dengan
standar minimal yang ditetapkan pemerintah.
Menjadi guru, pada dasarnya, bukanlah hanya sekedar menyampaikan
materi pelajaran, akan tetapi guru bertanggung jawab atas perubahanprilaku
peserta didik sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Dalam prosesmengajar, guru
atau

pendidik

harus membimbing

berkembang, melatih

keterampilan

baik

peserta

didik

keterampilan

agar potensimereka
intelektual

maupun

keterampilan motorik sehingga peserta didik dapat berani hidup dalam masyarakat
yang cepat berubah dan penuh persaingan. Guru juga harus memotivasi peserta
didik agar dapat memecahkan berbagai persoalan hidup dalam masyarakat yang
penuh tantangan dan rintangan, dan membentuk peserta didik agar memiliki
kemampuan inovatif dan kreatif (Wina Sanjaya, 2006 : 14).
Hal yang sama juga terjadi terhadap guru PAI di kabupaten Garut.
Pelatihan terhadap guru-guru di sekolah SMA tersebut telah banyak diikutkan
dalam kegiatan diklat baik yang dilaksanakan oleh Pengawas Sekolah itu sendiri,
LPMP, Bimtek KTSP-SSN oleh Direktorat Pembinaan SMA yang difasilitasi oleh

Fasilitator Pusata maupun daerah, PPPPTK, atau oleh Dinas Pendidikan


kabupaten Garut, namun hasil belajar siswa mereka masih dibawah standar yang
diharapkan.
Pengamatan yang dilakukan peneliti selama menjadi fasilitator dalam
kegiatan workshop atau diklat , bahwa pada struktur program dalam panduana
pelatihan yang disusun pada setiap kegiatan diklat atau workshop, masih
didominasi oleh kegiatan menyusun administrasi pembelajaran, dan hanya sedikit
kegiatan yang membimbing guru dalam penguasaan materi serta penggunaan
media pembelajaran.
Disamping itu, pada umumnya para guru yang telah mengikuti diklat atau
workshop jarang mensosialisasikan hasil-hasil diklatnya kepada rekan-rekan
mereka di sekolah. Hal ini terjadi karena kepala sekolah mereka jarang memberi
kesempatan untuk mensosialisasikan hasil diklat kepada rekan-rekannya di
sekolah.
Berdasarkan hal tersebut, Nawawi (1993) menyatakan bahwa program
kelas tidak akan berarti bilamana tidak terwujudkan menjadi kegiatan. Untuk itu
peranan guru sangat menentukan karena kedudukannya sebagai pemimpin
pendidikan di antara peserta didik dalam suatu kelas. Guru bertanggung jawab
untuk mengatur, mengarahkan dan menciptakan suasana yang dapat mendorong
peserta didik untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan di dalam kelas.
Untuk menunjang tugas tersebut maka guru perlu ditunjang dengan
kemampuan profesional yang memadai. Guru yang profesional adalah guru yang
menguasai kurikulum, menguasai materi pelajaran, menguasai metode-metode
pembelajaran, menguasai penggunaan media pembelajaran, menguasai teknik
penilaian pembelajaran, dan komitmen terhadap tugas.
Dengan demikian diharapkan proses pembelajaran yang dilaksanakan
guru, dapat dicapai tanpa pemborosan waktu, tenaga, material, finansial, dan

bahkan pemikiran sehingga pada gilirannya tujuan sekolah dapat dicapai secara
efektif dan efisien.
Beeby (1987) menyatakan bahwa pelajaran-pelajaran yang diberikan guru
amat kurang sekali variasinya, dan dengan sedikit kekecualian, pola yang sama
telah menjadi standar di ulang-ulang sepanjang jam pelajaran sekolah. Kadangkadang guru mulai mengajar dengan hanya mendiktekan saja pelajarannya dan
jika masih ada waktu baru memberikan penjelasan sekedarnya tanpa variasi
dengan penggunaan media yang sesuai maupun sumber-sumber belajar yang
memadai. Apabila kebiasaan seperti itu tetap dipraktekan oleh para guru di kelas
selama proses pembelajaran, maka dapat dipastikan bahwa peningkatan mutu
pendidikan akan sulit dicapai.
Pada umumnya kegiatan guru

hanya mentrasfer pengetahuan atau

pengalamannya dengan sedikit memberi kesempatan siswa untuk berdiskusi dan


diakhiri dengan pemberian tugas atau latihan tanpa menggunakan media dan
sumber belajar yang memadai.
Hasil pengamatan atau dialog peneliti dengan beberapa guru di sekolah
SMA di kabupaten Garut, bahwa kebanyakan

mereka kurang menguasai

penggunaan media dan sumber belajar yang ada sehingga pembelajaran yang
mereka laksanakan masih didominasi dengan cara mentrasfer dari pada
menciptakan

pembelajaran

yang

memberi

kesempatan

siswa

untuk

mengkonstruksi pengetahuannya. Bettencourt,1989 dalam Kurikulum Berbasis


Kompetensi (2006) menyatakan Konsep keilmuan tidak dapat ditransfer oleh
guru kepada siswa melainkan siswa itu sendiri yang mengkonstruksinya dari data
yang diperoleh melalui pancaindranya. Oleh karena itu diperlukan adanya
perubahan paradigma dalam melaksanakan pembelajaran yang semula guru
berpikir bagaimana mengajar menjadi berpikir bagaimana siswa belajar.
Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti berkeinginan membantu
guru meningkatkan kemampuan mereka menggunakan Pembelajaran Pendidikan
Agama Islam Melalui Pelatihan Qiroatul Quran

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang ada, maka yang menjadi permasalahan dalam
penelitian ini adalah
1) Bagaimana

meningkatkan

kemampuan

guru

SMA

dalam

menggunakan media pembelajaran Pembelajaran Pendidikan


Agama Islam Melalui Pelatihan Qiroatul Quran?
2) Bagaimana kemampuan guru SMA dalam
Pembelajaran Pendidikan Agama Islam

menggunakan

Melalui Pelatihan

Qiroatul Quran?
C. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan permasalahan di atas, maka tujuan penelitian ini adalah
mengajarkan qiroatun Quran pada pelatihan yang dapat meningkatkan
kemampuan guru untuk menambah media pembelajaran menggunakan media
pembelajaran Pendidikan Agama Islam Melalui Pelatihan QiroatulQuran
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat sebagai alternatif untuk
meningkatkan kemampuan guru menggunakan media pembelajaran.

2. Tinjauan Pustaka
a) Konsep Pembelajaran Dalam Diklat
Proses pembelajaran dalam arti luas merupakan jantung dari pendidikan,
untuk membangun watak dan karakter dalam rangka mencerdaskan kehidupan
bangsa. Pembelajaran atau instruction merupakan konsep pedagogik yang secara
teknis diartikan sebagai upaya sistimatik dan sistemik untuk menciptakan
lingkungan belajar yang potensial, menghasilkan proses belajar yang bermuara
pada berkembangnya potensi individu sebagai peserta didik. Dalam UndangUndang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) Nomor 20 tahun 2003
disebutkan bahwa Pembelajaran diartikan sebagai proses interaksi peserta
didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.
Sedangkan belajar menurut Gredler (1986:1) adalah proses yang dilakukan
manusia untuk mendapatkan aneka ragam competencies, sklls and attitudes. Para
pakar psikologi melihat prilaku belajar sebagai proses psikologi individu dalam
interaksinya dengan lingkungan secara alami, sedangkan pakar pendidikan
melihat perilaku belajar sebagi proses psikologi-pedagogis yang ditandai dengan
adanya interaksi individu dengan lingkungan belajar yang sengaja diciptakan. Jadi
belajar dan pembelajaran memiliki keterkaitan substansi dan fungsional.
Pendidikan dan Pelatihan (Diklat) merupakan wahana pembelajaran orang
dewasa atau andragogik yang berbasis bekal ajar awal, bersifat peningkatan
kinerja profesional bagi pendidik dan tenaga kependidikan. Oleh karena itu
strategi pembelajaran dalam diklat seyogyanya menerapkan paradigma metalearning and meta-teaching yang berarti widyaiswara berempati pada posisi
bagaimana peserta diklat belajar dan membelajarkan untuk tujuan profesional
development (pengembangan profesional). Dengan demikian proses pembelajaran
dalam

diklat

harus

mampu

memfasilitasi

interaksi

kesejawatan

yang

memungkinkan terjadinya saling berbagi ide dan pengalaman guna meningkatkan


kinerja profesional.

b) Prinsip Pembelajaran Dalam Diklat


Diklat merupakan pendidikan bagi orang dewasa yang mengembangkan
interaksi antara penatar dengan peserta diklat dengan menerapkan prinsip-prinsip
andragogy/pendidikan orang dewasa. Pusdiklat Depdiknas (2003) menguraikan
aplikasi prinsip pembelajaran orang dewasa antara lain sebagai berikut :
Orang dewasa perlu mengetahui mengapa mereka harus mempelajari
sesuatu dan harus siap belajar. Alasannya adalah pada awal pembelajaran
sebagai pegantar harus ada kaitan isi materi diklat dengan pekerjaan
mereka. Bagian ini merupakan bagian penting untuk meletakkan dasar
yang kuat dari kseluruhan pembelajaran.
Peserta diklat cenderung berfokus pada kegiatan pembelajaran yang
berkaitan dengan kehidupan, tugas, dan pemecahan masalah. Prinsip ini
memberitahukan bahwa orang dewasa ingin memperoleh pengetahuan
yang praktis dan menerapkan hal-hal yang dipelajari dalam pekerjaan
mereka atau dalam kehidupan pribadi.
Peserta diklat dapat belajar dengan baik, ketika berpraktek dan bekerja atas
dasar pengetahuan dan keterampilan serta sikap baru.
Disamping itu, proses belajar untuk orang dewasa dapat menganut
model yang dikembangkan oleh Kolb, DA (1984) yaitu membangun
pengetahuan melalui transformasi pengalaman. Menurut model ini proses
belajar berlangsung melalui empat fase atau tahapan yang melipuiti :

Individu memperoleh pengalaman langsung dan konkret


Dikembangkan observasi dan dipikirkan atau merefleksikannya
Akan terbentuk generalisasi dan abstraksi
Implikasi yang diambil dari konsep tersebut dijadikan pengalaman baru.

Agar terjadi hasil pembelajaran yang efektif oleh peserta diklat,


mereka harus mempunyai empat macam kemampuan sebagai berikut :
No

Kemampuan

Uraian

Pengutamaan

Peserta
1

diklat

Concrete

melibatkan

diri

experience (CE)

sepenuhnya

dalam

Feeling (perasaan)

pengalaman baru
Peserta
2

Reflection
Observation (RO)

diklat

mengobservasi

dan

merefeksi

atau

Watching (mengamati)

memikirkan pengalaman
dari berbagai segi
Peserta

diklat

menciptakan
3

konsep-

Abstract

konsep

yang

conceptualization(AC)

mengintegrasikan

Thinking (berpikir)

pengamatannya menjadi
teori yang sehat
Peserta
4

Active
eksperimentation (AE)

Diklat

menggunakan teori itu


untuk

memecahkan

masalah-masalah

dan

mengambil keputusan

c) Pelatihan Qiroatun Quran

Doing (berbuat)

Pelatihan yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah pelatihan Quro
yang dilandasi teori belajar Qiroat yang memberi kesempatan peserta
mengumandangkan suara.
Untuk mengungkapkan tingkat keterlibatan dan pemahaman peserta pada
penelitian ini digunakan kerangka kerja Kelasmen yaitu model pelatihan yang
dimulai

dari Kegiatan-Penjelasan-

Implementasi yang

diadopsi

dari

teori

belajar Action Process Object


Scema (APOS) dari Dubinsky (2000)
Kegiatan (tindakan) adalah manipulasi fisik atau mental yang dapat
diulang

yang

mentransformasikan

obyek

dengan

suatu

cara.

Bila

keseluruhan kegiatan menempati seluruhnya dalam pikiran individu atau hanya


diimajinasikan/dibayangkan (saat terjadi) tanpa individu memerlukan semua
langkah-langkah khusus, maka kegiatan itu telah diinteriorisasikan menjadi
suatu penjelasan. Kejadian-kejadian kognitif yang dapat menginteriorisasikan
suatu kegiatan menuju

suatu penjelasan dikatakan

bahwa

perkembangan

pengetahuan peserta berada pada tahap intra.


Bila penjelasan-penjelasan itu

sendiri

ditransformasikan

oleh

suatu

tindakan maka dikatakan bahwa penjelasan telah dienkapsulasikan menjadi


kemampuan mengimplementasikan. Bila hal ini terjadi yaitu peserta mampu
mengenkapsulasi

suatu penjelasan menujukemampuan

mengimplementasikan,

maka perkembangan keterampilan peserta dikatakan berada pada tahap inter.


D. Langkah-Langkah Pelatihan
1. Fase-fase Pelatihan
Ciri utama Pelatihan Qiroatul Quran adalah pelatihan yang dimulai dari
melakukan kegiatan Interaksi, mengkomunikasikan hasil kegiatan sehingga
tercipta

kerjasama

diantara

sesama

peserta,

dan

kemampuan

mengimplementasikan dengam konsep-konsep baru dalam pembelajaran. Ada


enam fase utama dalam pelatihan model Kelasmen. Keenam fase itu disajikan
seperti pada tabel berikut :

Fase

Indikator

Aktifitas

Aktifitas fasilitator

Peserta

Memperhati
Fasilitator

menjelaskan

tujuan
menjelaskan
1

Orientasi

peserta

kepada masalah

pelatihan,
sarana/bahan

yang

dibutuhkan,

kan
penjelasan
fasilitator
dan

tanya

memotivasi peserta untuk

jawab

terlibat dalam pemecahan

tentang

masalah dengan melakukan

tugas-tugas

suatu kegiatan atau tindakan

yang

akan

dilakukan
Membentuk
kelompok
heterogen
berdasarkan
Membantu

peserta

mendefinisikan
2

dan

Mengorganisasikan

mengorganisasikan

peserta untuk belajar

belajar yang berhubungan

tugas

dengan masalah

kemampuan
,
keterampila
n

dan

pemahaman
mereka
tentang
media
pembelajara
n

Membimbing peserta

Fasilitator

melakukan

peserta untuk melakukan

sesuatu

mendorong

Mendiskusi
kan

masalah
yang
diberikan
fasilitator
sesuatu

dengan

tentang

menggunakan

material

pengertian,

baik secara individu

manipulatif,

gambar-

jenis, fungsi

maupun kelompok

gambar atau sumber-sumber

dan

lain

penggunaan

untuk

memecahkan

masalah

media
dalam
kegiatan
pembelajara
n
Mendemons
trasikan

Menjelaskan

atau

mengkomunikasikan
4

hasil

karya

berdasarkan

yang

telah dilakukan

Fasilitator

membantu

peserta menjelaskan atau


mengkomunikasikan

hasil

karya kepada peserta lain

penggunaan
media
pembelajara
n

sesuai

topik
bahasan
yang dipilih
Men

Mengembangkan

Fasilitator mendorong dan

jelaskan

masalah

membimbing

cara

dalam

bentuk-bentuk lain

mengembangkan

peserta
masalah

dengan cara-cara lain

pembuat
an,
penggun
aan dan

keterkai
tan
media
dengan
konsep
yang
diajarka
n
Men

gemban
gkan
media
pembela
jaran
sesuai
sumbersumber
yang
ada
Merangkum
Fasilitator
Menganalisis
6

dan

mengevaluasi proses
pemecahan masalah

membantu

peserta untuk melakukan


refleksi
terhadap

atau

evaluasi

penyelidikan

mereka dan proses-proses


yang mereka gunakan

dan
mendokume
ntasikan
pengalaman
atau
yang
mereka
peroleh

hasil

3) Prosedur Penelitian
A. Setting Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada 3 sekolah Kabupaten Garut yaitu SMAN 1 Garut,
SMA Negeri 11 Garut, SMAN 2 Garut, dengan sasaran 15 orang guru PAI yang
mengajar di kelas X , XI dan XII . Waktu penelitian selama 1 bulan mulai awaal
Januari 2015 sampai awal februari. Pelatihan ini dilaksanakan di dua Sekolah di
kabupaten Garutk yaitu di SMAN 11 Garut dan SMAN 2 Garut.
B. Tahap-Tahap Penelitian.
Tahap-tahap yang dilakukan peneliti dalam penelitian ini adalah (1) tahap
pendahuluan/refleksi awal, (2) tahap perencanaan, (3) tahap pelaksanaan tindakan,
(4) tahap observasi dan (5) tahap refleksi. Uraian masing-masing tahap tersebut
adalah sebagai berikut:
(1). Tahap Pendahuluan/Refleksi Awal
Pada tahap refleksi awal kegiatan yang dilakukan peneliti adalah dialog dengan
kepala sekolah dan guru matematika tentang kemampuan mereka menggunakan
media pembelajaran dalam kegiatan belajar mengajar di kelas.

(2)Tahap Perencanaan
Pada tahap perencanaan, kegiatan yang dilakukan adalah menyusun struktur
program pelatihan, menyiapkan bahan-bahan pelatihan, menyiapkan alat/media
pembelajaran yang dibutuhkan dalam pelatihan, menyusun instrumen pengamatan
peserta dan fasilitator, menyusun jadwal kegiatan pelatihan. Penelitian ini
direncanakan terlaksana sebanyak dua siklus, yaitu siklus kesatu melaksanakan
tindakan pelatihan dengan menggunakan metode pembelajaran deduktif. Siklus

kedua

melaksanakan

tindakan

pelatihan

dengan

menggunakan

metode

pembelajaran induktif
(3). Tahap Pelaksanaan Tindakan
Pelaksanaan tindakan yang dimaksudkan adalah melaksanakan pelatihan sesuai
rencana dengan skenario sebagai berikut
Siklus 1. :

Menerapkan teori tentang qiroatun Quran dengan menggunakan

metode deduktif yaitu peserta diberikan pemahaman penggunaan media


pembelajaran secara teoritis
Siklus 2.:

Menerapkan praktikum dengan mempraktikan hasil dari fase 1

(4). Observasi
Kegiatan

observasi

adalah

mengamati

aktivitas

peserta

diklat

dengan

menggunakan lembar observasi yang telah disiapkan dan dilakukan oleh teman
sejawat
(5). Refleksi
Pada kegiatan refleksi, peneliti melakukan diskusi dengan pengamat untuk
menjaring hal-hal yang terjadi sebelum dan selama tindakan berlangsung
berdasarkan hasil pengamatan, catatan lapangan, dan hasil wawancara dengan
subyek penelitian agar dapat diambil kesimpulan dalam merencanakan tindakan
selanjutnya.

C.

Data dan Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini adalah guru PAI di SMA Kabupaten Garut
tersebut yang mengajar di kelas X ,XI dan XII . Sedangkan data penelitian adalah
data kualitatif yang diperoleh dari :
1.

Pengamatan Partisipatif.

Pengamatan partisipatif dilakukan oleh orang yang terlibat secara aktif dalam
proses pelaksanaan tindakan dengan menggunakan lembar pengamatan. Hasil
pengamatan digunakan untuk menilai keaktifan peserta dalam mengikuti diklat
dan kontribusinya dalam membantu teman sejawat menyelesaikan masalah
2.

Keterampilan mendesain media pembelajaran

Untuk menilai kemampuan peserta mendesain media sederhana menggunakan


lingkungan sekitar sesuai mata diklat
3.

Keterampilan menggunakan media pembelajaran.

Untuk menilai keterampilan peserta diklat dalam mengimplementasikan media


pembelajaran
4.

Wawancara.

Wawancara dimaksudkan untuk menggali kesulitan peserta dalam mendesain dan


mnggunakan media pembelajaran

D. Analisis Data
Moleong (1999 :190) menyatakan bahwa proses analisis data dimulai dengan
menelaah seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber yaitu dari wawancara,
pengamatan yang sudah dituliskan dalam catatan lapangan, dokumen pribadi,
dokumen resmi, gambar, foto dan sebagainya.
Analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis data kualitatif yaitu
analisis berdasarkan penalaran logika. Analisis tersebut digunakan atas
pertimbangan bahwa, jenis data yang diperoleh berbentuk kalimat-kalimat dan
aktivitas-aktivitas peserta diklat
Jadwal Kegiatan Penelitian
Kegiatan penelitian direncanakan terjadwal seperti berikut :

Pelaksanaan
Januari 2016

Kegiatan

1
1. Persiapan
a.

Penyusunan

proposal
b.

Pengiriman

proposal
c.

Penyusunan

instrumen
penelitian

dan

daftar
wawancara
d.

Penyusunan

skenario
pelatihan

dan

penyiapan
bahan-bahan lain
yang diperlukan
2.Pelaksanaan
a.Seminar
proposal
b.

Revisi

proposal,
instrumen
penelitian
daftar

dan

wawancara
c.

Pengambilan

data di lapangan
d.

Analisis data

dan

verifikasi

data
e.

Seminar

hasil
f.

Penyusunan

draft laporan
3. Pelaporan
a.

Penyusunan

laporan akhir
b. Pengiriman
laporan

Rencana Anggaran

Kegiatan/Sub

Kegiatan/Jenis

Belanja

Volume

jasa

lainnya
a.

Penyusunan

1 keg.

Harga

Jumla

Satua

Biaya

proposal

dan

laporan
b.

Penyusunan

materi/modul/bah

1 keg.

1 keg.

2 keg.

2 keg.

2 keg.

an ajar
c.

Penyusunan

instrumen
penelitian
d.

Penyusunan

lembar

kegiatan

peserta
Jumlah
Belanja Barang
2

operasional
lainnya
a.

Pengadaan

media/alat peraga
b.

Penggandaan

bahan

materi

penunjang
Jumlah
3

Transportasi
lainnya
a.

Transport,

konsumsi peserta
b.

Transport,

konsumsi

2
keg

12

.
2
keg

pengamat

.
2

c. Transport,

keg

konsumsi peneliti

Jumlah total

Daftar Pustaka

1.

Beeby, C.E. 1987. Pendidikan di Indonesia. Terjemahan BP3Kdan YIIS,

Jakarta.
2.

Depdiknas. 2003. Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor

20 Tahun 2003. Jakarta.


3.

Depdiknas.

2007. Pedoman

Pengembangan

Strategi

Pembelajaran

Pendidikan Dan Penataran Pendidikan Formal Jakarta.


4.
Pers.

Gredler, Bell Margaret E.1986. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rajawali

5.

Kolb,DA. 1984. Experiential Learning. Engelwood Clitfs New Jersey

Prentice Hall
6.

Nawawi, Hadari. 1993. Organisasi Sekolah dan Pengelolaan Kelas. Jakarta :

Gunung Agung.
7.

Pusdiklat. 2003. Prinsip-prinsip Manajemen Penataran. Sawangan: Pusdiklat

Pegawai Depdiknas
8.

Zazkis, R & Campbell, S. 1996. Divisibility and Multiplicative Structure of

Natural Numbers. Preservice Teachers Understanding.Journal For Research in


Mathematics Education. 27(5): 540-563

Anda mungkin juga menyukai