Anda di halaman 1dari 15

FLUIDA

SUPERKRITIK

Nosy Awanda 191338


Amrina Malahati 191338
Wilujeng Sulistyorini 19133862A
Samsiyati Andriani

19133863A

Fluida superkritik ialah keadaan fluida ketika berada pada


temperatur dan tekanan superkritik.
Temperatur kritik adalah suhu tertinggi yang dapat
mengubah fase gas suatu zat menjadi fase cair dengan
cara menaikkan tekanan. Sedangkan tekanan kritik adalah
tekanan tertinggi yang dapat mengubah fase cair suatu zat
menjadi fase gas dengan cara menaikkan temperatur.
Fluida superkritik punya jenis fasa yang cukup unik,
fluida ini memiliki sifat pertengahan antara cair dan gas.
Fasa fluida semacam ini akan dapat diperoleh saat fluida
tersebut berada di atas titik kritiknya.

Sifat fluida ini memiliki gabungan, baik dari sifat cair


ataupun gasnya. Berat jenisnya mirip dengan berat jenisnya
pada fasa cair, sementara viskositasnya mirip dengan
viskositasnya pada fasa gas. Difusifitas fluida ini berada di
antara fasa gas dan cairnya. Perubahan perlahan-lahan sifat
suatu
fluida
menuju
fasa
superkritiknya.
Sifat-sifat ini menjadikan fluida superkritik mampu
menembus materi padat lebih cepat dibanding pelarut cair
(kemampuan penetrasi baik layaknya gas) namun tetap
memiliki kemampuan sebagai pelarut seperti layaknya
cairan. Sifat unik inilah yang akhirnya menarik banyak
ilmuwan dan insinyur mencoba mengaplikasikan fluida
superkritik dalam berbagai bidang.

Salah satu fluida yang paling banyak


dimanfaatkan pada kondisi superkritik adalah CO2.
Zat ini banyak digunakan terutama dalam salah satu
proses pemisahan yaitu ekstraksi. CO2 superkritik
(scCO2) bersifat selektif pada proses pemisahan,
bersifat ramah lingkungan dan tidak berbahaya bagi
kesehatan manusia. Karbon dioksida sebagai fluida
superkritis mampu melarutkan senyawa berbagai
polaritas, yaitu non polar dan beberapa polar
(misalnya methanol, aseton) seperti pelarut
fluorokarbon.

Saat ini, banyak sekali penggunaan pelarut


dalam industri sangat dibatasi akibat sifatnya yang
cenderung toksik, sehingga munculnya CO2
superkritik seolah-olah menjadi jalan keluar bagi
masalah ini. Selain ramah bagi lingkungan dan
tidak bersifat toksik, CO2 juga tidak mudah
terbakar sehingga lebih aman digunakan. Kelebihan
lain dari CO2 adalah titik kritiknya yang relatif
rendah (Tc = 31,3C dan Pc = 72,9 atm)
dibandingkan dengan zat lain seperti air.

Hingga saat ini, aplikasi ekstraksi dengan menggunakan scCO2 sudah


merambah dari mulai di industri makanan sampai di industri farmasi.
Contoh aplikasinya antara lain, ekstraksi kafein, ekstraksi dan
fraksinasi minyak dan lemak makanan, hingga pemisahan tokoferol
dan antioksidan lainnya. Aplikasi fluida superkritik bukan hanya dalam
proses pemisahan, namun masih banyak aplikasi lain seperti katalis,
produksi material plastik, hingga sebagai fluida pembersih.
Dibidang isolasi dan pengolahan bahan alam, CO2 superkritik
dimanfaatkan sebagai pelarut dalam proses ekstraksi maupun deekstraksi senyawa-senyawa aktif dari tumbuhan untuk pengobatan,
atau senyawa-senyawa penting untuk industri makanan, misalnya
ekstraksi minyak atsiri lemon, jahe, beta-carotene dari tumbuhtumbuhan atau de-ekstraksi kafein pada kopi untuk mendapatkan kopi
yang bebas kafein

Kelebihan fluida superkritik yaitu :


Kekuatan pelarutan baik (seperti cairan),
Difusifitas tinggi (lebih baik dari cairan),
Viskositas rendah,
Tegangan permukaan rendah (seperti gas)
=> sehingga transfer massa cepat dan dapat
menembus pori matriks

Ekstraksi Antioksidan
dari Batang Sagu
dengan menggunakan
Fluida Superkritis

Sagu merupakan bahan makanan primer bagi sebagian


masyarakat di Indonesia yang mengandung senyawa- senyawa
phenolic cukup tinggi (0,20,9%). Senyawasenyawa phenolic
dalam sagu mempunyai nilai ekonomis yang tinggi karena
dapat berfungsi sebagai antioksidan. Selama ini, sebagian besar
senyawa phenolic yang terkandung dalam sagu terbuang pada
proses ektraksi pati dari empulur sagu.
Pada penelitian ini ekstraksi senyawasenyawa phenolic
dari empulur sagu dilakukan dengan menggunakan gas karbon
dioksida pada kondisi superkritis. Proses ektraksi senyawasenyawa phenolic dari empulur sagu dengan menggunakan
fluida superkritis dilakukan dengan metode static pada rentang
suhu 4060C pada tekanan 100350 bar.

Percobaan isolasi senyawa phenolic dari empulur sagu dengan menggunakan fluida
superkritis dilakukan secara statis. Rangkaian alat fluida superkritis yang digunakan
dapat dilihat pada gambar berikut ini:
Keterangan gambar:
1. Tabung silinder gas CO2
2. Pompa super kritis
3. Tabung penyeimbang
4. Pengukur tekanan
5. Tabung sampel
6. Pengontrol suhu
7. Manometer tekanan rendah
8. Tempat penampung hasil
9. Pompa vakum
10. Volume kalibrator
11. Tabung helium

Percobaan ekstraksi senyawasenyawa phenolic dari


empulur sagu dengan menggunakan fluida superkritis
metodenya dapat dijelaskan sebagai berikut: Mula mula
equilibration column diisi dengan 50 gram empulur sagu
dengan ukuran partikel 50/60 mesh, kemudian sistem
divakumkan dengan pompa vakum untuk
menghilangkan udara yang terdapat dalam sistem.
Setelah proses pemvakuman selesai, sistem kemudian
dipanaskan hingga suhu mencapai suhu yang diinginkan
dan liquid carbon dioksida mulai dipompa dengan
menggunakan highpressure piston pump. Pada saat
bersamaan secondary piston pump juga dijalankan
untuk mengalirkan kosolven (etanol).

Untuk percobaan statis, kran V3, V4, dan V5 (back pressure


valve) ditutup, dan kran V1 dan V2 dibuka. Setelah
kesetimbangan pada suhu dan tekanan tertentu tercapai, kran V2
yang menghubungkan tabung sampel dan sistem ditutup, dan
sampel yang berada dalam tabung sampel diambil dengan cara
membuka kran V3 dan V4. Sampel ditampung dalam metanol
yang telah diketahui volumenya. Senyawasenyawa phenolic yang
terekstrak dihitung sebagai total fenol kemudian dianalisa.
Percobaan ekstraksi senyawasenyawa phenolic dari empulur sagu
dengan menggunakan fluida superkritis dilakukan pada variasi
suhu 40, 50, dan 60C dan tekanan 100 hingga 350 bar.
Konsentrasi kosolven (etanol) yang digunakan adalah 5% volume.
Suhu dan tekanan maksimum dari peralatan superkritis adalah
100C dan 400 bar.

Dari hasil penelitian yang


dilakukan, dengan
bertambahnya tekanan,
jumlah total senyawa
senyawa phenolic yang
terekstrak juga meningkat
dengan meningkatnya
tekanan. Pengaruh suhu
juga terlihat jelas, pada
tekanan yang sama,
kelarutan senyawa
senyawa phenolic pada
fluida superkritis juga,
naik dengan naiknya suhu
ekstraksi.

Anda mungkin juga menyukai