Anda di halaman 1dari 4

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Istilah plastik mencakup produk polimerisasi sintetik atau semi-sintetik.
Mereka terbentuk dari kondensasi organik atau penambahan polimer dan bisa
juga terdiri dari zat lain untuk meningkatkan performa atau ekonomi. Ada
beberapa polimer alami yang termasuk plastik. Plastik dapt dibentuk menjadi
film atau fiber sintetik. Nama ini berasal dari fakta bahwa banyak dari mereka
"malleable", memiliki properti keplastikan. Plastik didesain dengan varias yang
sangat banyak dalam properti yang dapat menoleransi panas, keras, "reliency"
dan lain-lain.Digabungkan dengan kemampuan adaptasinya, komposisi yang
umum dan beratnya yang ringan memastikan plastik digunakan hampir di seluruh
bidang industri.
Plastik adalah polimer; rantai-panjang atom mengikat satu sama lain.
Rantai ini membentuk banyak unit molekul berulang, atau "monomer". Plastik yang umum
terdiri dari polimer karbon saja atau dengan oksigen, nitrogen,chlorine atau
belerang. Pengembangan plastik berasal dari penggunaan material alami (seperti:
permen karet, "shellac") sampai ke material alami yang dimodifikasi secara
kimia (seperti: karet alami, "nitrocellulose") dan akhirnya kemolekul buatanmanusia (seperti: epoxy, polyvinyl chloride, polyethylene). Plastik merupakan
material yang baru secara luas dikembangkan dan digunakan sejak abad ke-20
yang berkembang secara luar biasa penggunaannya dari hanya beberapa ratus ton
pada tahun 1930-an, menjadi 150 juta ton/tahun pada tahun 1990-an dan 220 juta
ton/tahun pada tahun 2005.
Kemasan plastik saat ini mendominasi industri makanan di Indonesia,
menggeser penggunaan kemasan logam dan gelas (Elisa dan Mimi, 2006).
1

Penggunaan

plastik

sebagai

pengemas

pangan

terutama

karena

keunggulannya dalam hal bentuknya yang fleksibel sehingga mudah mengikuti


bentuk pangan yang dikemas, berbobot ringan, tidak mudah pecah, bersifat
transparan/tembus pandang, mudah diberi label dan dibuat dalam aneka warna,
dapat diproduksi secara massal, harga relatif murah dan terdapat berbagai pilihan
bahan dasar plastik (Anonimous, diunduh Desember 2010). Salah satu bahan
plastik yang sering digunakan adalah polipropilen (PP) hal ini dikarenakan
polipropilen memiliki sifat yang lebih kuat dan lebih tahan dari pada polietilen.
Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Husniah Rubiana Thamrin
Akib mengatakan, kemasan plastik berbahan polietilen (PE) dan polipropilen
(PP) paling aman digunakan untuk makanan jika dibandingkan jenis kemasan
plastik yang lain. Saat ini penggunaan plastik sebagai bahan pengemas
menghadapi berbagai persoalan lingkungan, yaitu tidak dapat didaur ulang dan
tidak dapat diuraikan secara alami oleh mikroba di dalam tanah, sehingga terjadi
penumpukan sampah plastik yang menyebabkan pencemaran dan kerusakan bagi
lingkungan. Kelemahan lain adalah bahan utama pembuat plastik yang berasal
dari minyak bumi, yang keberadaannya semakin menipis dan tidak dapat
diperbaharui.
Sehingga

saat

ini

banyak

penelitian

yang

dilakukan

dengan

memanfaatkan bahan - bahan dari alam untuk menghasilkan suatu bahan


kemasan dengan harapan dapat terurai di alam sehingga dapat mengurangi
pencemaran lingkungan, diantaranya adalah: R. Mitman (2006) yang mengkaji
pembuatan plastik selulosa yang lebih kuat dengan proses larutan ionik. Antonius
Sitorus (2009) juga telah melakukan penelitian pembuatan bahan komposit yang
mudah terbiodegradasi dari matriks polivinil klorida (PVC) dengan bahan
pemlastis stearin dan bahan pengisi serat tandan kosong sawit (TKS) dan pati
singkong (PSK) dengan benzoil peroksida (BPO) sebagai inisiator. Kemudian
J.E. Bruna et al (2010) juga melakukan penelitian dengan menggabungkan
selulosa asetat dengan monmorilonit yang telah dimodifikasi dalam larutan

CuSO4 (MMTCu2+) sebagai material polimer baru untuk bahan kemasan


makanan.
Dengan proses pembuatan plastic di industry plastic mengunakan bahanbahan kimia mauapun bahan alamiah yang dapat mempunyai kemungkinan
mengakibatkan penakit akibat kerja (PAK) bagi para pekerjanya jika sering
terpapar atau berkontak langsung dalam proses pembuatan ataupun kontak
langsung dengan bahan-bahan kimia mauapun bahan alamiah yang sudah
dimodifikasi tersebut. Secara umum bahan-bahan tersebut menghasilkan limbah
yang berbahaya maupun tidak berbahaya bagi lingkungan sekitar dan bagi para
pekerjanya. Dengan proses yang benar dan pengelolaan bahan yang benar sesuai
ketentuan kemungkinan besar akan mengurangi resiko terkena (PAK) penyakit
akibat kerja di tempat kerja bagi para pekerjanya.
B. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan Penyakit Akibat Kerja (PAK)
di industry plastic
2. Untuk mengetahui penyebab Peyakit Akibat Kerja (PAK) di industry plastic
3. Mengetahui jenis-jenis Penyakit Akibat Kerja (PAK) di industry plastic
4. Mengetahui pencegahan Penyakit Akibat Kerja (PAK) di industry plastic
C. Manfaat
1. Bagi praktikan
a. Praktikan dapat memahami apa yang dimaksud dengan Penyakit Akibat
Kerja (PAK) dan factor penyebab Penyakit Akibat Kerja (PAK) di
industry plastic
b. Praktikan dapat memahami jenis-jenis Penyakit Akibat Kerja (PAK) di
industry plastic

c. Praktikan dapat memahami pencegahan Penyakit Akibat Kerja (PAK) di


industry plastic
2. Bagi Program Diploma 3 Hiperkes Dan KK
Manfaat Program Diploma 3 Hiperkes dan KK dapat memberikan
banyak wawasan kepada para Mahasiswa untuk mengembangkan pikiran
tentang Penyakit Akibat Kerja (PAK) di industri plastic

Anda mungkin juga menyukai