YULISTIATI
63 04 000 293
PROGRAM PASCASARJANA
PROGRAM STUDI ILMU MATERIAL
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS INDONESIA
2006
LEMBAR PERSETUJUAN
TESIS INI TELAH DISETUJUI OLEH :
ABSTRAK
Oleh
: Yulistiati
Pembimbing : Dr. Azwar Manaf
Iron ore adalah suatu senyawa besi oksida yang digunakan sebagai bahan
baku untuk pembuatan pelet atau pig iron sebagai feedstock untuk
industri baja. Umumnya iron ore menjalani benefisiasi atau pengkayaan
Fe melalui proses reduksi dalam suatu furnace. Agar proses dapat
berjalan dengan tingkat efisiensi tinggi maka diperlukan nilai beberapa
besaran fisis dalam material, seperti jenis senyawa, fraksi berat dan
kapasitas panas.
Pada penelitian ini telah dilakukan penentuan kapasitas panas sebagai
fungsi temperatur Cp(T) dari iron ore dengan menggunakan kalorimeter
DTA dan DSC. Tahapan investigasi diawali dengan validasi metode
evaluasi dan instrumen. Untuk tahapan ini ditemukan bahwa penggunaan
DTA untuk penentuan Cp(T) memerlukan faktor instrumen untuk
kalibrasi data terukur. Tidak demikian halnya dengan DSC, data terukur
dapat dikonversikan langsung untuk menentukan Cp(T). Iron ore yang
digunakan sebagai objek penelitian adalah iron ore setelah pemanasan
4000C dengan waktu tahan 12 jam dan terdiri dari senyawa utama
magnetite (Fe3O4), hematite (Fe2O3) dan ilmenite (FeTiO3) dengan fraksi
berat masing-masing adalah 39.88%, 52.99% dan 7.13%.
Dari nilai Cp(T) terukur untuk iron ore serta komposisi senyawanya,
telah berhasil ditentukan kapasitas panas ilmenite sebagai fungsi
temperatur sebagai berikut :
Cp(T) = a + b T + c T-2
dengan
J/mol.K
a = 747 1132
b = 2.27 2.70
c = (12.1 15.7) x 107
ABSTRACT
By
Supervisor
: Yulistiati
: Dr. Azwar Manaf
Iron ore is a ferro oxides that used as raw materials for producing pellets
and/or pig irons which are feedstock for steel industries. Generally, the
beneficiation Fe of iron ore is necessary, and this may be carried out by
a reduction process in the furnace. In order to obtain a process with high
efficiency related properties of materials like type of the oxides, their
weight fraction and heat capacity, etc should be determined.
In this research, the heat capacity as a function of temperature, Cp(T) for
iron ore was determined by means of Differential Thermal Analyzer
(DTA) and Differential Scanning Calorimeter (DSC). The investigation
was initiated by first to validate the method and instrument. It was found
that for Cp(T) determination by DTA an instrument factor is needed and
this requires a systematic study. On the other hand, measuring data from
DSC can be directly converted to determine Cp(T). According to XRD
analysis, the iron ore which was heat treated at 400C for 12 hours to
contain hematite (Fe2O3), magnetite (Fe3O4) and ilmenite (FeTiO3) with
weight fractions of 39,88%, 52,99% and 7,13% respectively. The Cp(T)
for iron ore containing ilmenite was then successfully determined with
the following equation:
Cp(T) = a + b T + c T-2
with
J/mol.K
a = 747 1132
b = 2.27 2.70
c = (12.1 15.7) x 107
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr. Wb.
Alhamdulillah, puji syukur atas kehadirat dan karunia yang telah Allah
Subhana
Wa
Taala
limpahkan.
Pada
akhirnya
penulis
dapat
menyelesaikan tugas penulisan tesis ini yang merupakan salah satu syarat
dari kelulusan Magister Ilmu Material di Program Pascasarjana
Universitas Indonesia dengan judul tesis adalah: Penentuan Kapasitas
Panas Material Iron Ore Mengandung Ilmenite.
Wassalamualaikum Wr.Wb.
Jakarta,
Desember 2006
Penulis
i
Penentuan kapasitas..., Yulistiati, FMIPA UI, 2006
2.
3.
Bapak
Dr.-Ing.Ir.
Bambang
Suharno,
selaku
pembimbing
5.
6.
7.
ii
Penentuan kapasitas..., Yulistiati, FMIPA UI, 2006
8.
9.
10.
Tia my
soulmate, Titis film titis, Fira mak comblang yang selalu gagal,
Mbak Yunita, Sri, Tri yang masih pantas ikut SPMB, Bu Elda, ,
Novi, Pak Gunung, Hendri, Pak Erwan, Pak Nopry, Arju, Rukman,
Tedi, Angga si bungsu, Aria pemerhati rambut, Indra, Mas
Abdul, Pak Agung, Pak Agus yang menghilang, Kunar, Dhena,
Hubbi,. (Kapan kita vacation lagi.? )
11.
S3 Mania Pak Pri, Pak Erfan, terutama Mbak Yoven atas bantuan
revisi penulisan dan menemani penulis saat uji di lab. Ayo
jangan takut mencairkan hati masmo.
12.
13.
14.
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................ ABSTRAK ...................................................................................................... ABSTRACT .................................................................................................... KATA PENGANTAR .................................................................................... i
UCAPAN TERIMA KASIH........................................................................... ii
DAFTAR ISI .................................................................................................. iv
DAFTAR TABEL ........................................................................................... vii
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... viii
BAB I
BAB II
PENDAHULUAN
I.1
I.2
I.3
I.4
I.5
TINJAUAN PUSTAKA
II.1
II.2
II.3
II.4
II.5
II.6
II.7
iv
II.7.2.
METODOLOGI PENELITIAN
III.1
III.2
III.3
BAB IV
III.4
III.5
BAB V
vi
DAFTAR TABEL
vii
DAFTAR GAMBAR
viii
Gambar IV.8. Fitting Grafik Cp(T) Iron Ore Pemanasan 4000C, 12 Jam,
m=10.2 mg ............................................................................. 46
Gambar IV.9. Fitting Grafik Cp(T) Iron Ore Pemanasan 4000C, 12 Jam,
m=11.6 mg ............................................................................. 46
Gambar IV.10. Fitting Grafik Cp(T) Iron Ore Pemanasan 4000C, 12
Jam, m=9.4 mg ....................................................................... 47
ix
BAB I
PENDAHULUAN
I.1.
Latar Belakang
Besi oksida adalah salah satu mineral alam dan merupakan logam tertua
yang terdapat di bumi, 3500 tahun yang lalu untuk pertama kalinya
digunakan sebagai obyek seni ornamen. Besi murni adalah logam yang
berbentuk lunak dan berwarna putih abu-abu, tetapi pada kenyataannya
besi murni tersebut agak sulit didapatkan. Kalaupun ada, biasanya
merupakan hasil dari ledakan batu-batu meteor yang berhamburan atau
jatuh ke bumi. Besi lebih banyak ditemukan dalam bentuk campuran atau
telah ber-ekstraksi dengan logam/unsur lain, misalnya besi oksida. Besi
yang mengandung bijih ini biasanya terdapat 20% sampai dengan 70%
atau bahkan lebih. [1]
Iron ore (bijih besi) merupakan logam yang bersumber dari permukaan
bumi, yang berisikan unsur besi yang sangat tinggi kadar besinya dan
bisa diperjual-belikan secara komersial. Iron ore dapat berubah menjadi
beberapa macam jenis yang dilakukan melalui berbagai proses. Salah
satu proses yang sangat dikenal adalah blast furnace, yaitu proses yang
memproduksi pig iron yang berisikan diantaranya 92 94% besi dan 3
5% karbon serta beberapa unsur unsur kecil lainnya. Pig iron terbatas
dalam penggunaannya, diantaranya adalah besi yang dicampur dengan
baja yang akan menghasilkan baja campuran ( steel alloys ), prosesnya
adalah besi yang dicampur dengan karbon dan ditambah dengan unsur
unsur lainnya seperti mangan dan nikel. [1]
Raw material juga dapat digunakan untuk memproduksi pig iron dalam
proses blast furnace seperti : iron ore (bijih besi), coke, sinter dan
limestone. Iron ore pada umumnya mengandung besi oksida diantaranya
magnetite (Fe3O4), hematite (Fe2O3), ilmenite (FeTiO3), limonite dan
material batuan lainnya. Logam logam lain yang biasanya dicampurkan
atau diekstraksi dengan besi untuk memproduksi macam macam baja,
adalah kromium, nikel, mangan, molibdenum dan titanium.[1]
Iron ore mempunyai kandungan mineral magnetite (Fe3O4) sebesar 72%
dan hematite (Fe2O3) sebesar 70%, dan besi merupakan elemen yang
sangat reaktif dan mudah teroksidasi (berkarat).[2]
I.2.
Tujuan Penelitian
I.3.
I.4.
Kegunaan/Manfaat Penelitian
Mengetahui unsur atau senyawa yang terdapat pada material iron ore dan
menentukan kapasitas panas yang terjadi pada material tersebut, yang
nantinya akan berguna sebagai acuan reduksi yang menghasilkan Fe
(besi) murni pada proses blast furnace.
I.5.
Sistematika Penulisan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1.
Kondisi Geologi
hulu
sungai
seperti
pengambilan
pasir
sungai,
proyek
pembangunan DAM untuk irigasi pertanian dan listrik yang secara tidak
langsung berperan besar dalam pengurangan proses pengendapan bijih
pasir besi, kemungkinan besar proses pengendapan bijih pasir besi yang
terjadi pada saat ini disuplai oleh erosi karang dan garis pantai.
II.2.
Gambar II.1. Contoh bentuk Magnetite yang berada di Lokasi Mineville, Moriah
Township, Mineville District, Essex Co., New York, USA. Foto hasil karya John H.
Betts 2000-2001. John Betts Fine Minerals http://johnbetts-fineminerals.com[4]
Bentuk Kilau
Metalik
Keuletan
Britel/Ulet
Tanda ID
Ferromagnetik
[5]
Hitam
pH
Kekerasan Mohs@20C
5.5 to 6.5
Kekuatan
Kuat
Berat Spesifik
5.17 to 5.18
Warna
Hitam keabu-abuan
Sistem Kristal
Isometrik
Kekerasan Mohs
5.5 to 6.0
Bentuk Partikel
Irregular
Bentuk Magnetik
Ferri magnetic
II.3.
Gambar II.2. Contoh bentuk Hematite yang berada di Lokasi Tujetsch (Tavetsch),
Grischun (Grisons; Graubunden), Switzerland. Foto hasil karya John H. Betts
2000-2001. John Betts Fine Minerals http://johnbetts-fineminerals.com[4]
[5]
159.69
Indeks Refraksi
3.042
147.
1475- 1565
Decomposes
pH
Loss On Ignition
0.1- 0.3
5.5 to 6.5
4.8- 5.26
Warna
Sistem Kristal
Hexagonal
II.4.
Mineral ilmenite dilihat dari segi ekonomi adalah mineral yang sangat
menarik. Nama ilmenite diberikan sesuai dengan ditemukannya di daerah
yang
penting,
karena
adanya
batuan
titanium
yang
dikandungnya. Pada saat itu titanium adalah logam yang sangat sedikit
digunakan dan tidak banyak orang yang mengetahui manfaat
penggunaannya. Pada tahun 1946 akhirnya diketahui bahwa mineral ini
sangat baik untuk digunakan secara komersial, maka dipertimbangkan
untuk membuat pusat laboratorium barang temuan. Sejak saat itu,
titanium menjadi logam yang kuat seperti-aluminium; karena mempunyai
komposisi yang bagus, non-korosi, baik pada temperatur yang ekstrim
(terutama pada titik lebur yang tinggi, 18000C) dan mempunyai kekuatan
atau ketahanan yang tinggi (lebih kuat dari baja dan dua kali lebih kuat
dari aluminium). Paduan titanium ditemukan di beberapa aplikasi pada
teknologi tinggi yaitu di dunia penerbangan, persenjataan, pada space
kendaraan dan implan di dunia kedokteran. [3]
10
[3]
Gambar II.3. Contoh bentuk Ilmenite yang berada di Lokasi Martin Marietta
Quarry (11th Street Quarry), Hickory, Catawba Co., North Carolina. Foto hasil
karya John H. Betts 2000-2001. John Betts Fine Minerals
http://johnbetts-fineminerals.com[4]
Secara
umum
ilmenit
mempunyai
beberapa
kandungan
kimia,
No
Nama Mineral
Persentase (%)
63.5 65.2
0.07 0.12
28 30.6
1.25 1.35
11
Sifat Kelarutan
[5]
Bentuk/Rupa
Hitam
2400 2700
Reaktif
Tidak Reaktif
1050
Tidak Diketahui
pH
Netral
Tidak Bersinar
Warna
Hitam
Berat Spesifik
4.3 to 4.6
30
Struktur Kristal
Hexagonal
Stabil
Kapasitas Panas ( Cp )
II.5.
Kapasitas panas adalah besaran fisis yang merupakan besaran panas yang
diperlukan untuk menentukan temperatur material 1 0C untuk setiap
gram-nya, antara lain :
dimana
Cp =
J
1 dQ
..........
m dt
gr 0 C
12
dimana :
.............. II.1
13
............................II.2
T
Temperatur konstan
Kenaikan standard
Temperatur konstan
Temp
Konstan
t
Gambar II.4. Eksekusi Analisa Kapasitas Panas Antara Temperatur vs Waktu[8]
14
Cs Cr = S1
h
......................
II.3
(C s + m0 c0 ) Cr = S 2
......................
II.4
( C s + mc ) C r = S 3
......................
II.5
dimana : S1, S2, S3 adalah pengukuran signal DTA atau DSC dalam
kondisi stabil.
Cp =
m0 C0
m
S S1
x 3
S 2 S1
.....................
dimana :
m0
15
II.6
standard/referensi
S1, S2, S3
......................
II.7
Teori DTA adalah temperatur yang berbeda antara referensi dan sampel
yang dimonitor sebagai fungsi temperatur. Berikut ini disajikan skematik
dari DTA yang tercantum dalam Gambar II.5.[7]
16
Teori DSC adalah aliran panas yang terjadi ke atau dari sampel pada
referensi dan sampel yang dimonitor sebagai fungsi temperatur atau
waktu, sementara panas yang dihasilkan pada sampel adalah dikontrol
oleh temperatur program.
17
Perbedaan pengoperasian alat DTA dan DSC adalah sebagai berikut :[7]
DTA
dicatat/disimpan.
DSC
pada referensi dan sampel yang disimpan pada temperatur yang sama.
Daerah puncak yang ditampilkan langsung membentuk panas yang di
konsumsi atau di produksi oleh sampel.
18
Aplikasi DSC :
Berikut contoh tipe dari kurva DSC, yang ditampilkan dalam Gambar
II.7.
19
II.7.
permukaan
yang
mempunyai
struktur
monomolekuler.
20
Perkin Elmer 7 temperaturnya antara 253 sampai dengan 333 0K, heating
rate 5 atau 10 0K/menit.[10]
Hasil yang didapatkan dari TG-DTA yaitu kehilangan massa pada T =
1073 0K sehingga menjadi lebih kecil dan relatif lambat. Hal ini
disebabkan karena air yang diserap di permukaan hilang pada T = 357 0K
dan ikatan air lebih kuat karena hidrogen pada gugus OH ataupun
karena oksigen ( sampai T = 540 0K ).[10]
21
22
23
24
............................II.8
25
26
transisi dari glass (Tg) akan didefinisikan mengikuti bagian dari kurva
temperatur glass dan liquid. Oleh karena itu temperatur fiktif pada glass
yang ditampilkan dibentuk dalam calorimeter.[9]
Hasil eksperimen dari relatif entalpi dapat terlihat pada Tabel II.6.
Tabel II.6. Relatif Entalpi Eksperimen (J/g)[9]
Cm =( HT H273 ) / ( T 273 )
. II.9
27
Gambar II.16. Perhitungan Kapasitas Panas dari CA, ACM dan NCK.
Tanda Panah Mengindikasikan Transisi Dari Garis Glass dan Solid dan
Fitting Nilai dari Persamaan Entalpi Terdapat Pada Tabel II.7.[9]
Tabel II.7. Koefisien Entalpi dan Kapasitas Panas untuk Fasa Glass dan Liquid
(J/mol.K)[9]
Deviasi rata-rata absolute pada data eksperimen dari fitting nilai dalam temperatur
interval T
Data pada Tabel II.7. untuk nilai koefisien entalpi dan kapasitas panas
didapatkan dari Persamaan II.9a dan b.[9]
28
Cp = xi C pi
.... II.12.
dimana xi adalah fraksi mol dari oksida i dan C pi S adalah partial molar
dari
kapasitas
panas.
Dengan
diasumsikan
menjadi
komposisi
29
30
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
III.1. Diagram Alir Penelitian
Metode penelitian yang dilakukan mengikuti langkah-langkah sebagai
berikut :
Material Iron Ore Sukabumi
Preparasi sampel
(Penumbukan & pengayakan)
Kesimpulan
Gambar III.1. Diagram Alir Penelitian
31
32
33
siklus
air
sebagai
pendingin.
Kecepatan
pemanasan
34
35
BAB IV
ANALISA HASIL DAN PEMBAHASAN
Num Atom/Chem.
wt
at/mole
K-ratio
Integral Standard
Formula
(%)
(%)
Intensitas
deviasi
1
13
401
0.6501
Al2O3 3.0934 4.1328 0.0061712
2
14
878
0.3174
SiO2
3.0951 7.0169 0.0110119
3
15
P2O5
0.3505 0.3363 0.0039113
172
0.2089
4
16
S
0.1092 0.4639 0.0010355
214
0.0516
5
20
CaO
0.1031 0.2503 0.0014608
166
0.0721
6
22
18980
0.0626
TiO2
9.2854 15.8307 0.0967070
7
24
Cr2O3 0.1739 0.1559 0.0020184
518
0.0474
8
25
MnO
0.3183 0.6113 0.0032334
835
0.0566
9
26 Fe2O3 83.4711 71.2018 0.6433570
183879
0.0704
36
250
200
150
100
50
0
0
20
40
60
80
100
120
2 teta
Gambar IV.1. Hasil Uji XRD Sampel Iron Ore Sukabumi Tanpa Pemanasan
d-value
Observasi
XRD
Fe2O3 ( 84 0306 )
d-value
ICDD
hkl
4.40627
Fe3O4 ( 82 1533 )
d-value
ICDD
4.848
100
111
2.9687
295
220
hkl
FeTiO3 ( 79 1838 )
d-value
ICDD
2.7517
999
104
2.5442
684
110
hkl
2.
3.05111
3.
2.75188
4.
2.57929
5.
2.50867
2.5173
722
110
2.5317
999
311
6.
2.31143
2.2912
19
006
2.424
77
222
2.3487
18
006
2.0992
201
400
2.1029
16
202
2.6991
999
104
7.
2.11762
2.078
18
202
8.
1.74301
1.8409
350
350
9.
1.74294
1.6944
415
116
1.714
86
422
1.728
453
116
10.
1.62571
1.6362
211
1.616
277
333
1.6269
25
212
11.
1.52739
1.5987
88
018
1.5058
256
124
12.
1.49206
1.4859
268
214
1.4843
365
440
1.4689
256
300
13.
1.28143
1.2624
125
1.2805
69
533
1.2833
127
FeO ( 77 2355 )
d-value
ICDD
2.4878
668
111
2.1545
999
200
1.5234
458
220
1.2992
164
Ternyata dari Gambar IV.1 maupun Tabel IV.2 terlihat bahwa paling
tidak ada 13 (tiga belas) puncak difraksi yang dapat diidentifikasi dari
nilai d ke-13 puncak difraksi. Dimana nilai d ini sangat persis sama
37
hkl
311
Intensitas
20
40
60
80
100
120
2 teta
Terlihat ada perbaikan dalam intensitas difraksi disamping nilai S/N ratio
yang relatif tinggi juga puncak-puncak difraksi bebas pelebaran dan
38
relatif tajam. Hasil analisis GSAS dari pola difraksi pada Gambar IV.2
diperlihatkan pada Gambar IV.3.
Iterasi menunjukan konvergen pada chi2 ~ 1.121 dan nilai wRp ~ 9.5%,
hal ini memenuhi kriteria untuk dapat diterima. Terlihat pada Tabel IV.3.
Tabel IV.3. Refinement Hasil GSAS Iron Ore Pemanasan 4000C, 12 Jam
1Iron Ore 400 -12
39
Hasil residu antara kurva teoritik dan eksperimen sebagai kurva fitting
juga telah menunjukan tidak berupa pola difraksi atau dengan intensitas
rata-rata 2.
Senyawa
Fe2O3
52.99
Fe3O4
39.88
FeTiO3
7.13
Bila dibandingkan dengan hasil analisa XRF terhadap TiO2 yang nilainya
mencapai ~ 9.47%, hasil dari GSAS menunjukan nilai yang lebih kecil.
Dengan perkataan lain, bila iron ore hanya mengandung 3 senyawa
dengan fraksi FeTiO3 = 7.13 % maka untuk TiO2 dalam iron ore adalah
sebagai berikut :
40
Perbedaan ini bisa saja terjadi karena GSAS tidak dapat mengidentifikasi
adanya fasa-fasa minor yang lain seperti Al2O3, SiO2 dan lainnya, dimana
berdasarkan pada Tabel IV.5 fraksi total fasa minor mencapai ~ 7%.
Tabel IV.5. Hasil Uji XRF Iron Ore Pemanasan 4000C, Waktu Tahan 12 Jam
Num Atom/Chem.
wt
at/mole
K-ratio
Integral Standard
Formula
(%)
(%)
Intensitas
deviasi
1
13
384
0.7199
Al2O3 2.9050 3.8868 0.0059173
2
14
939
0.3510
SiO2
3.2378 7.3511 0.0117788
3
15
P2O5
0.3240 0.3114 0.0036944
163
0.2301
4
20
CaO
0.1190 0.2894 0.0017262
196
0.0796
5
22
19779
0.0693
TiO2
9.4674 16.1646 0.1007796
6
24
Cr2O3 0.1142 0.1025 0.0013515
347
0.0526
7
25
MnO
0.2617 0.5033 0.0027105
700
0.0627
8
26 Fe2O3 83.5708 71.3909 0.6573398
187876
0.0780
Jadi jelaslah bahwa komposisi iron ore hasil GSAS belum menunjukan
nilai yang pasti.
41
Cp(T)
500.000
400.000
300.000
200.000
100.000
0.000
300.000
350.000 400.000
450.000 500.000
550.000 600.000
650.000 700.000
T ( K)
Grafik Cp(T) Data
Gambar IV.4. Validasi Uji DTA Dengan Sampel Alumina Massa = 18.2 mg
Cp(T)
200.000
150.000
100.000
50.000
0.000
300.000
400.000
500.000
600.000
700.000
800.000
T (0K)
Cp(T) Literatur
Cp(T) Data
Gambar IV.5. Validasi Uji DTA Dengan Sampel Alumina Massa = 20.8 mg
42
43
Metode kalkulasi yang sama juga diterapkan pada alat ukur DSC, dimana
juga dilakukan uji dengan 2 (dua) massa sampel yang berbeda. Hasil uji
dapat dilihat pada Gambar IV.6 dan IV.7.
Cp(T)
140.000
135.000
130.000
125.000
120.000
115.000
110.000
350
450
550
650
750
850
Tem peratur ( K)
Kurva Cp(T) Literatur
Gambar IV.6. Validasi Uji DSC Dengan Sampel Alumina Massa = 11.8 mg
Cp(T)
145.000
140.000
135.000
130.000
125.000
120.000
115.000
110.000
350
450
550
650
750
850
T( 0K)
44
45
Cp(T)
140.000
130.000
120.000
110.000
100.000
90.000
80.000
350
400
450
500
550
600
650
700
750
800
T( K)
Grafik Cp(T) Eksperimen
Gambar IV.8. Fitting Grafik Cp(T) Iron Ore Pemanasan 4000C,12 Jam,m=10.2 mg
Cp(T)
130.000
120.000
110.000
100.000
90.000
80.000
70.000
350
400
450
500
550
600
650
700
750
800
T( K)
Grafik Cp(T) Data
Gambar IV.9. Fitting Grafik Cp(T) Iron Ore Pemanasan 4000C,12 Jam,m=11.6 mg
46
Cp(T)
T=4000C,WT=12 Jam,m=9.4 mg
180.000
170.000
160.000
150.000
140.000
130.000
120.000
110.000
100.000
90.000
80.000
350
400
450
500
550
600
650
700
750
800
T( K)
Grafik Cp(T) Data
Gambar IV.10. Fitting Grafik Cp(T) Iron Ore Pemanasan 4000C,12 Jam,m=9.4 mg
Sampel
Nomor
1
Range Temperatur
( 0K )
300 773
Massa
( mg )
10.2
Nilai Cp(T)
( J/mol.K )
14.67 + 98.41 x 10-3 T + 129.27 x 105 T-2
300 773
11.6
300 773
9.4
47
Tabel IV.7. Nilai Cp(T) Iron Ore 3 Massa Berbeda Pada Berbagai Temperatur
T
( 0K )
Cp ( J/mol.K )
Sampel 1
Sampel 2
Sampel 3
300
187.83
166.52
187.40
400
134.83
118.75
127.33
500
115.58
101.71
106.66
600
109.62
96.75
101.49
700
109.94
97.50
103.63
800
113.60
101.30
109.68
1000
126.01
113.53
127.72
Berdasarkan nilai Cp(T) iron ore terukur seperti diatas, maka nilai Cp(T)
dari ilmenite yang merupakan bagian dari iron ore yaitu merupakan salah
satu senyawa penyusun, maka Cp(T) dari ilmenite dapat ditentukan.
48
Untuk tujuan ini, diperlukan data hasil analisa GSAS terhadap pola
difraksi sampel serta nilai Cp(T) dari Fe2O3 dan Fe3O4.
Menurut M.A. Bouhifd, dan kawan-kawan, melalui penelitiannya
mengusulkan bahwa untuk material campuran dalam menentukan
kapasitas panas sebagai fungsi T diberikan pada Persamaan II.12. [11]
Maka berdasarkan model ini, Cp(T) iron ore dapat diselesaikan dengan
Persamaan II.7, menjadi :
= 52.99 %
WFe3O4
= 39.88 %
WFeTiO3 =
7.13 %
49
Dari hasil evaluasi penentuan Cp(T) untuk ilmenite, pada dasarnya ketiga
nilai tersebut memiliki persamaan yang hampir sama dan dengan
demikian nilai Cp adalah mirip. Hal ini menjadi jelas bila dibandingkan
ketiga nilai Cp tersebut di plot pada berbagai temperatur sebagaimana
terlihat pada Tabel.IV.8.
Tabel IV.8. Nilai Cp(T) Ilmenite 3 Massa Berbeda Pada Berbagai Temperatur
T
( 0K )
Cp ( J/mol.K )
Sampel 1
Sampel 2
Sampel 3
300
3316.17
3079.45
3311.42
400
2897.31
2718.72
2814.10
500
2828.10
2673.90
2728.97
600
2896.50
2753.44
2806.10
700
3029.88
2891.68
2959.83
800
3197.89
3061.22
3154.40
1000
3586.68
3447.99
3605.76
dengan :
a=
J/mol.K
747.11 1132.22
IV.5. Energi Yang Diperlukan Oleh Iron Ore Dengan dan Tanpa
Ilmenite
50
mC
Q=
(T )dT
300 K
Dimisalkan :
Iron ore tanpa ilmenite, dengan komposisi Fe2O3 = 85% dan Fe3O4 =
15% pada range temperatur 300 0K sampai dengan 1300 0K dan
Iron ore dengan ilmenite, dengan komposisi Fe2O3 = 75%, Fe3O4 =
15% dan FeTiO3 = 10%.
Berdasarkan komposisi iron ore, Cp(T) masing masing iron ore dapat
dihitung dengan menggunakan Persamaan II.1. dan nilai Cp(T) untuk
Fe2O3 dan Fe3O4 yang diambil dari literatur[6] dan FeTiO3 yang diambil
dari hasil pengukuran.
Berdasarkan dari hasil pengukuran, maka diperoleh :
Iron ore tanpa ilmenite
Cp(T) = 97.52 + 90.21 x 10-3 T 13.37 x 105 T-2
dengan
a = 97.52
b = 90.21 x 10-3
c = 13.37 x 105
dengan
a = 175.39
b = 404.96 x 10-3
c = 177.86 x 105
51
b 2 c 2
Q = m aT + T
T T
2
98.83 x 104 kJ
52
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
V.1.
Kesimpulan
a = -20
14.67
53
V.2.
Saran
Penulis meyakini bahwa penulisan tesis ini masih jauh dari hasil yang
diharapkan, maka untuk ke depan-nya ada beberapa saran yang mungkin
bisa menjadi bahan masukan, diantaranya :
1.
2.
54
DAFTAR ACUAN
55
56