I.
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang............................................................................
1.2 Rumusan Masalah......................................................................
1.3 Tujuan.........................................................................................
II.
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pembangunan SUTET dan Masalah Lingkungan.......................
2.1.1 Pencemaran Air...............................................................
2.1.2 Pencemaran Tanah.........................................................
2.1.3 Pencemaran Udara.........................................................
2.2 Kondisi Sistem Lingkungan.........................................................
2.2.1 Manusia...........................................................................
2.2.2 Alam................................................................................
2.3 Dampak Pembangunan SUTET di Indonesia
2.3.1 Sosial Masyarakat...........................................................
2.3.2 Ekonomi..........................................................................
2.3.3 Kesehatan.......................................................................
2.3.4 Budaya............................................................................
2.3.5 Rona Lingkungan............................................................
2.4 Peran AMDAL Mengatasi Dampak Pembangunan SUTET di
Indonesia....................................................................................
III. KESIMPULAN DAN SARAN.............................................................
IV. DAFTAR PUSTAKA...........................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Rencana pemerintah untuk meningkatan kesejahteraan rakyat melalui
industrialisasi tampaknya merupakan suatu rencana yang patut didukung
oleh semua pihak. Berbagai investasi dalam bidang industri pada saat ini
telah banyak dilakukan oleh pihak swasta, baik melalui penanaman modal
dalam negeri (PMDN) maupun melalui penanaman modal asing (PMA).
Sedangkan dari pihak pemerintah sendiri rupanya juga sudah cukup
banyak yang dikerjakan melalui sektor industri, antara lain melalui kiprah
Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang tergabung dalam kelompok
industri strategis (BPIS) dan juga melalui industri petrokimia, industri
semen, industri logam dan industri berat lainnya.
Pembangunan di semua sektor menyebabkan kebutuhan tenaga listrik
meningkat. Peningkatan kebutuhan tenaga listrik tersebut diiimbangi
dengan pembangunan pembangkit listrik dan jaringan-jaringan
transmisinya. Penyaluran tenaga listrik dari pusat pembangkit ke gardu
induk maupun dari gardu induk satu ke gardu induk lain memerlukan
jaringan transmisi, yang salah satunya dikenal dengan istilah SUTET.
SUTET adalah saluran tenaga listrik yang menggunakan kawat telanjang
(penghantar) di udara bertegangan di atas 245 kV sesuai standar di bidang
ketenagalistrikan. Di Indonesia, SUTET yang beroperasi sebagian besar
bertegangan 500 kV.
Terkait hal ini, awal tahun 2006 merupakan puncak akumulasi protes
yang dilakukan oleh masyarakat yang bertempat tinggal di bawah SUTET.
Berbagai bentuk protes, mulai dari demo, aksi mogok makan, menjahit
mulut, sampai ancaman untuk merobohkan tower SUTET dilakukan untuk
menuntut ganti rugi lahan tempat tinggal mereka yang dilintasi SUTET.
Sebelumnya, bulan September 2004, masyarakat dari enam kabupaten di
Jawa Barat, Kabupaten Bandung, Sumedang, Bogor, Cianjur, Majalengka,
dan Cirebon, menuju Istana Merdeka untuk memprotes keberadaan SUTET
yang melintas di atas pemukiman mereka.
Demikian pula masyarakat di beberapa daerah di Jawa Tengah, Daerah
Istimewa Yogyakarta dan Jawa Timur, melakukan aksi serupa di daerah
masing-masing. Sebenarnya sejak tahun 1991, warga Singosari, Gresik,
Jawa Timur, telah melakukan aksi protes dan memperkarakan lewat jalur
hukum. Kemudian muncul pula kasus-kasus hukum yang lain dengan
tujuan yang sama, yaitu meminta ganti rugi bagi lahan dan rumah yang
Tujuan
Mengetahui implikasi dari pembangunan SUTET di Indonesia baik dari segi
ekonomi, lingkungan, dan masyarakat disertai peran AMDAL untuk
mengatasi dampak yang ditimbulkan dari SUTET.
1.3
Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian diatas, penulis mencoba merumuskan masalah dalam
bentuk
pertanyaan
sebagai
berikut:
Bagaimanakah
implikasi
dari
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Pencemaran Air
Pencemaran air adalah suatu perubahan keadaan di suatu
tempat penampungan air seperti danau, sungai, lautan dan air
tanah akibat aktivitas manusia. Dalam hal ini, pembangunan
SUTET akan mengakibatkan aspek fisik-kimia pada kualitas air
khususnya air tanah yang telah terkontaminasi radiasi gelombang
Pencemaran Tanah
Pencemaran tanah akibat SUTET terjadi karena adanya
partikel atau benda yang bermuatan listrik, di sekitarnya akan
timbul medan listrik. Pada medan listrik, garis medannya
mempunyai awal dan akhir, yaitu berawal dari kawat penghantar
yang bertegangan sebagai sumbernya dan berakhir pada struktur
konduktif, misalnya tanah atau permukaan benda-benda yang
berada di atas tanah dan merupakan titik akhir garis medan listrik
tersebut. Besaran medan dinyatakan dalam kuat medan listrik E
dengan satuan V/m atau kV/m. Kuat medan listrik tertinggi terdapat
pada permukaan kawat penghantar, sedangkan yang terendah
pada permukaan tanah atau benda-benda yang berada di atas
permukaan tanah.
Hal inilah yang menyebabkan peningkatan suhu badan tanah
dan mengurangi tingkat kesuburan tanah sehingga banyak pohon
dan tanaman yang sulit tumbuh bahkan mati. Adapun implikasi lain
pencemaran tanah akibat SUTET dapat mempengaruhi terhadap
kesehatan tergantung pada jumlah radiasi gelombang
elektromagnetik dari tanah yang akhirnya menciptakan kerentanan
populasi sehingga sangat berbahaya pada anak-anak, karena
dapat menyebabkan kerusakan otak, serta kerusakan ginjal.
Terdapat beberapa macam dampak kesehatan yang tampak
seperti sakit kepala, pusing, letih, iritasi mata dan ruam kulit yang
jelas pada dosis yang besar, pencemaran tanah dapat
menyebabkan kematian.
2.1.3
Pencemaran Udara
Pencemaran udara merupakan peristiwa masuknya atau
dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi atau komponen lain ke
proses
alam.
SUTET
yang
menciptakan
radiasi
korona
berupa
percikan
busur
cahaya
yang
dan
gangguan
pencernaan
lain
yang
tidak
jelas
Manusia
yang
dapat
dirangsang
dan
berbahaya
bagi
kesehatan.
d) 1000 mA/m2, dapat menimbulkan gangguan pada jantung,
berupa irama ekstrasistole dan fibrilasi ventrikular.
Secara umum, potensi gangguan kesehatan akibat radiasi
elektromagnetik pada manusia, berupa: (1) efek jangka panjang,
berupa potensi proses degeneratif dan keganasan (kanker), serta
(2) efek hipersensitivitas, dengan berbagai manifestasinya.
Potensi terjadinya proses degeneratif dan keganasan tergantung
batas pajanan medan listrik dan medan magnet dalam satuan
waktu. Sedangkan efek hipersensitivitas tidak harus tergantung
pada batas pajanan. Batas pajanan medan listrik dan medan
magnet yang direkomendasikan oleh WHO dan IRPA, serta Ikatan
Dokter Indonesia (IDI), adalah sebagai berikut:
Alam
Lingkungan alam merupakan komponen dari sistem ekonomi,
dan tanpa lingkungan alam sistem ekonomi tidak akan berfungsi.
Karena itu, kita perlu memperlakukan lingkungan alam sama
dengan kita memperlakukan pekerja dan modal yaitu sebagai aset
dan sebuah sumber. Disini terdapat bermacam macam
komponen lingkungan alam yang terdiri dari dua jenis, yaitu: (1)
sumber sumber yang tak dapat diperbarui, dan (2) sumber
sumber yang tak dapat diperbarui.
Meskipun dibuat perbedaan yang jelas antara sumber yang
dapat diperbarui dan yang tidak dapat diperbarui, namun bila salah
kelola hampir semua sumber yang dapat diperbarui dengan mudah
berubah menjadi tidak dapat diperbarui. Adapun hal ini terkait
Sosial Masyarakat
Terjadinya keresahan dan ketakutan yang disebabkan dari
munculnya rasa tidak aman terhadap bahaya kecelakaan yang
dapat ditimbulkan dari jaringan tersebut, yaitu kecelakaan yang
disebabkan adanya sambaran petir, putusnya kabel, atau gangguan
fondasi tower akibat dari perubahan struktur tanah sehingga
menimbulkan masalah terkait pembebasan lahan dan pemindahan
penduduk ke area di luar jalur SUTET. Selain itu munculnya
kekhawatiran kesehatan secara terus menerus yang disebabkan
oleh radiasi gelombang elektromagnetik.
2.3.2
Ekonomi
Secara makro mungkin pembangunan SUTET berimplikasi
pada kesejahteraan rakyat karena mampu meningkatkan aktivitas
industri di Indonesia sehingga GDP meningkat. Namun di satu sisi,
pembangunan jaringan tegangan tinggi tersebut dapat
menyebabkan Kematian Perdata bagi nilai tanah yang dilintasi
oleh SUTET, sehingga apabila pemilik tanah tersebut berniat
menjual tanahnya, maka harga jual tanah tersebut akan jatuh dan
berada dibawah harga jual tanah yang tidak dilewati jalur tersebut
(itupun bila ada yang mau membelinya), atau juga pemilik tanah
mau mengoptimalisasikan tanahnya dengan mendirikan bangunan
bertingkat ia akan mempunyai masalah dengan perijinan pendirian
bangunan, atau bila ia ingin menanam pohon ia akan dilarang
menanam pohon dalam batas ketinggian tertentu.
2.3.3
Kesehatan
Dari hasil penelitian disebutkan bahwa banyak penyakit yang
bisa ditimbulkan akibat dari paparan radiasi gelombang
elektromagnetik bagi masyarakat yang tinggal di bawahnya. Hasil
penelitian di Eropa menyatakan bahwa jaringan transmisi tegangan
tinggi menimbulkan sakit kepala, gangguan tidur, lesu, libido
menurun, kemandulan dan merasa sakit tanpa diketahui
penyebabnya. Sedangkan penelitian di Amerika Serikat yang
dilakukan oleh Lermer dan Leeper pada 1979, menyebutkan bahwa
pemaparan medan elektromagnetik dari jaringan transmisi tegangan
tinggi dapat menyebabkan meningkatnya resiko kematian yang
ditimbulkan oleh penyakit leukimia, Kanker, Limfoma, Infertilitas
pada pria, cacat pada keturunan, demikian juga dapat
menyebabkan penyakit kulit, perangai pemarah, dsb.
2.3.4
Budaya
Menciptakan budaya self-injury (menyakiti diri sendiri) di
kalangan masyarakat akibat hak hak para korban SUTET belum
terpenuhi. Beberapa aksi self-injury yang dilakukan masyarakat
pada tanggal 30 Januari 2006, yaitu: aksi jahit mulut, mogok makan,
dan cap jempol darah yang berlangsung di Posko Selamatkan
Rakyat Indonesia di Jalan Diponegoro - Jakarta Pusat. Puluhan
orang sudah melakukan aksi tersebut dan sudah berjatuhan korban
dari aksi tersebut, bahkan Ibu-ibu rela meninggalkan keluarga dan
anak-anak mereka tercinta demi melakukan aksi tersebut.
2.3.5
Rona Lingkungan
Peran lingkungan dalam meningkatkan derajat kesehatan
sangat besar sebagaimana dikemukakan Blum (1974) dalam
Planning for health, development and application of social change
theory. Bahwa faktor lingkungan berperan sangat besar disamping
perilaku daripada faktor pelayanan kesehatan dan keturunan.
Memang tidak selalu lingkungan sebagai penyebab, melainkan juga
berkelanjutan
dan
berwawasan
lingkungan
pembangunan
pelaksanaan
di
bidang
Lindungan
d) Peraturan
Menteri
Pertambangan
dan
Energi
Nomor
j)
penghantar
listrik,
sebaiknya
dilakukan
pentanahan
(grounding).
c) Apabila atap rumah tidak berbahan logam, misalnya genting, asbes
atau sirap, usahakan untuk tidak dipergunakan meletakkan bahan
logam seperti antena TV, talang seng dan sebagainya.
d) Semua benda logam, misalnya kawat jemuran, mobil, sepeda motor
yang berada di bawah SUTET, sebaiknya dialirkan ke tanah, agar
netral kembali.
e) Apabila terdapat saluran intercom, sedapat mungkin dijauhkan dari
f)
SUTET.
Jangan membuat jemuran yang atasnya bebas sama sekali dari
pepohonan. Buatlah jemuran dari kayu, bambu, tali plastik, dan
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
SUTET tetap diperlukan, untuk menjamin kehandalan sistem
ketenagalistrikan yang mampu meningkatan kesejahteraan rakyat melalui
industrialisasi yang berpengaruh pada kesejahteraan rakyat akibat pertumbuhan
GDP. Pembangunan di semua sektor menyebabkan kebutuhan tenaga listrik
meningkat. Peningkatan kebutuhan tenaga listrik tersebut diiimbangi dengan
pembangunan pembangkit listrik dan jaringan-jaringan transmisinya. Namun,
pembangunan SUTET ini meskipun berimplikasi positif pada perekonomian
Indonesia secara makro tetap saja menimbulkan kontroversi di kalangan
masyarakat karena dapat menimbulkan gangguan kesehatan pada manusia.
Apabila mengacu pada batasan sehat menurut UU Nomor 23 Tahun
1992 tentang Kesehatan, bahwa sehat berarti sejahtera secara fisik, mental,
sosial, serta produktif secara sosial ekonomi. Solusinya adalah manajemen
berbasis lingkungan. Namun, hal ini bukan serta merta dapat mengakibatkan
DAFTAR PUSTAKA
Djajadiningrat, Surna T. 1997. Pengantar Ekonomi Lingkungan. Jakarta: Pustaka
LP3ES
Anies.
Wisnu Arya Wardhana, dkk. Masalah Radiasi Tegangan Tinggi. 6 Juni 2012.
elektroindonesia.com
DJLPE
ESDM. Lindungan
djlpe.esdm.go.id
Lingkungan
Tenaga
Listrik.
Juni
2012.
Novi Triana, dkk. Pengaruh Radiasi SUTET (Saluran Udara Tegangan Ekstra
Tinggi) Terhadap Kesehatan Makhluk Hidup Sekitarnya. 6 Juni 2012.
vinovia.files.wordpress.com
Wikipedia. Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi. 6 Juni 2012. id.wikipedia.org
Front Nasional. Rebut Keadilan, Ganti Rugi Untuk Korban SUTT/ SUTET dan
Tolak Kenaikan Tarif Dasar Listrik. 6 Juni 2012. frontnas.tripod.com
Media Kajian dan Informasi Tata Ruang Indonesia. SUTET (Saluran Udara
Tegangan Ekstra Tinggi). 6 Juni 2012. tataruangindonesia.com