Anda di halaman 1dari 20

DAFTAR ISI

I.

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang............................................................................
1.2 Rumusan Masalah......................................................................
1.3 Tujuan.........................................................................................

II.

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pembangunan SUTET dan Masalah Lingkungan.......................
2.1.1 Pencemaran Air...............................................................
2.1.2 Pencemaran Tanah.........................................................
2.1.3 Pencemaran Udara.........................................................
2.2 Kondisi Sistem Lingkungan.........................................................
2.2.1 Manusia...........................................................................
2.2.2 Alam................................................................................
2.3 Dampak Pembangunan SUTET di Indonesia
2.3.1 Sosial Masyarakat...........................................................
2.3.2 Ekonomi..........................................................................
2.3.3 Kesehatan.......................................................................
2.3.4 Budaya............................................................................
2.3.5 Rona Lingkungan............................................................
2.4 Peran AMDAL Mengatasi Dampak Pembangunan SUTET di
Indonesia....................................................................................
III. KESIMPULAN DAN SARAN.............................................................
IV. DAFTAR PUSTAKA...........................................................................

BAB I
PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang
Rencana pemerintah untuk meningkatan kesejahteraan rakyat melalui
industrialisasi tampaknya merupakan suatu rencana yang patut didukung

oleh semua pihak. Berbagai investasi dalam bidang industri pada saat ini
telah banyak dilakukan oleh pihak swasta, baik melalui penanaman modal
dalam negeri (PMDN) maupun melalui penanaman modal asing (PMA).
Sedangkan dari pihak pemerintah sendiri rupanya juga sudah cukup
banyak yang dikerjakan melalui sektor industri, antara lain melalui kiprah
Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang tergabung dalam kelompok
industri strategis (BPIS) dan juga melalui industri petrokimia, industri
semen, industri logam dan industri berat lainnya.
Pembangunan di semua sektor menyebabkan kebutuhan tenaga listrik
meningkat. Peningkatan kebutuhan tenaga listrik tersebut diiimbangi
dengan pembangunan pembangkit listrik dan jaringan-jaringan
transmisinya. Penyaluran tenaga listrik dari pusat pembangkit ke gardu
induk maupun dari gardu induk satu ke gardu induk lain memerlukan
jaringan transmisi, yang salah satunya dikenal dengan istilah SUTET.
SUTET adalah saluran tenaga listrik yang menggunakan kawat telanjang
(penghantar) di udara bertegangan di atas 245 kV sesuai standar di bidang
ketenagalistrikan. Di Indonesia, SUTET yang beroperasi sebagian besar
bertegangan 500 kV.
Terkait hal ini, awal tahun 2006 merupakan puncak akumulasi protes
yang dilakukan oleh masyarakat yang bertempat tinggal di bawah SUTET.
Berbagai bentuk protes, mulai dari demo, aksi mogok makan, menjahit
mulut, sampai ancaman untuk merobohkan tower SUTET dilakukan untuk
menuntut ganti rugi lahan tempat tinggal mereka yang dilintasi SUTET.
Sebelumnya, bulan September 2004, masyarakat dari enam kabupaten di
Jawa Barat, Kabupaten Bandung, Sumedang, Bogor, Cianjur, Majalengka,
dan Cirebon, menuju Istana Merdeka untuk memprotes keberadaan SUTET
yang melintas di atas pemukiman mereka.
Demikian pula masyarakat di beberapa daerah di Jawa Tengah, Daerah
Istimewa Yogyakarta dan Jawa Timur, melakukan aksi serupa di daerah
masing-masing. Sebenarnya sejak tahun 1991, warga Singosari, Gresik,
Jawa Timur, telah melakukan aksi protes dan memperkarakan lewat jalur
hukum. Kemudian muncul pula kasus-kasus hukum yang lain dengan
tujuan yang sama, yaitu meminta ganti rugi bagi lahan dan rumah yang

dilintasi SUTET. Alasan utama yang dikemukakan, khawatir mengganggu


kesehatan.
Oleh karena itu, dalam rangka melaksanakan pembangunan
ketenagalistrikan perlu adanya perubahan konsep peraturan hukum
sektoral kedalam konsep hukum pengelolaan yang bersifat ekologis dan
bersifat komprehensif dengan menekankan perhatian pada daya dukung
lingkungan (subtainable development) membawa perkembangan baru
dalam sistem hukum lingkungan Indonesia. Konsep hukum ini didasarkan
pada keampuhan alat prediksi yang lazim disebut sebagai analisis
mengenai dampak lingkungan (an environmental impact assessment) atau
AMDAL. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan adalah hasil studi
mengenai dampak suatu kegiatan yang direncanakan terhadap lingkungan
hidup diperlukan bagi proses pengambilan keputusan.
1.2

Tujuan
Mengetahui implikasi dari pembangunan SUTET di Indonesia baik dari segi
ekonomi, lingkungan, dan masyarakat disertai peran AMDAL untuk
mengatasi dampak yang ditimbulkan dari SUTET.

1.3

Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian diatas, penulis mencoba merumuskan masalah dalam
bentuk

pertanyaan

sebagai

berikut:

Bagaimanakah

implikasi

dari

pembangunan SUTET baik dari segi ekonomi, lingkungan, dan masyarakat


disertai peran AMDAL untuk mengatasi dampak yang ditimbulkan dari
SUTET?

BAB II
PEMBAHASAN

2.1

Pembangunan SUTET dan Masalah Lingkungan

Setiap pembangunan ketenagalistrikan pada pembangkit baik thermal


maupun hidro, akan menimbulkan implikasi positif dan negatif. Besaran
dampak tersebut bisa bersifat penting dan tidak penting, tergantung dari
jenis dan besar pembangkit tersebut. Begitu pula terhadap komponen
lingkungan yang akan terkena dampak, juga tidak akan sama dampaknya
walaupun jenis kegiatannya sama. Hal ini sangat terpengaruh pada lokasi
kegiatan, pola kehidupan masyarakat dan teknologi pengendalian dampak
yang digunakan. Pemantauan yang dilakukan secara rutin, seperti yang
disepakati dalam dokumen, dimaksudkan untuk melihat sejauh mana
efektifitas pelaksanaan pengelolaan lingkungan. Hasil pemantauan akan
dapat digunakan sebagai acuan tindakan penanggulangan (corrective
action) secara akurat dan tepat.
Untuk pembangunan SUTET implikasinya terhadap lingkungan adalah
timbulnya keresahan masyarakat terutama yang tinggal di bawah jalur
SUTET. Menurut UU No.15 tahun 1985 tentang ketanagalistrikan,
Peraturan Menteri Pertambangan dan Energi No 01.P/47/MPE/1992
Tentang Ruang Bebas SUTET Untuk Penyaluran Tenaga Listrik dan
Keputusan Menteri Pertambangan dan Energi No. 975 K/47/MPE/1999
Tentang Perubahan Peraturan Menteri Pertambangan dan Energi No.
01.P/47/M.PE/1992 Tentang Ruang Bebas SUTET Untuk Penyaluran
Tenaga Listrik.
Oleh karena itu, pembangunan SUTET 500 kV juga sudah mempunyai
Standar Nasional Indonesia (SNI) yaitu SNI 04.6918-2002 tentang ruang
bebas dan jarak bebas minimum SUTET dan SNI 04.6950-2003 tentang
Nilai Ambang Batas Medan Listrik dan Medan Magnet SUTET. Besarnya
kuat medan magnet dan medan listrik yang dipersyaratkan WHO adalah:
kuat medan magnet sebesar 0,1 mT, kuat medan listrik sebesar 5 kV/m.
2.1.1

Pencemaran Air
Pencemaran air adalah suatu perubahan keadaan di suatu
tempat penampungan air seperti danau, sungai, lautan dan air
tanah akibat aktivitas manusia. Dalam hal ini, pembangunan
SUTET akan mengakibatkan aspek fisik-kimia pada kualitas air
khususnya air tanah yang telah terkontaminasi radiasi gelombang

elektromagnetik dari SUTET sehingga terjadi kenaikan suhu pada


badan air dimana dapat membahayakan kesehatan masyarakat
jika mengkonsumsinya adapun hal ini juga berpengaruh pada
penurunan kualitas tanaman yang mengandalkan irigasi dari air
tanah yang berada di kawasan SUTET.
2.1.2

Pencemaran Tanah
Pencemaran tanah akibat SUTET terjadi karena adanya
partikel atau benda yang bermuatan listrik, di sekitarnya akan
timbul medan listrik. Pada medan listrik, garis medannya
mempunyai awal dan akhir, yaitu berawal dari kawat penghantar
yang bertegangan sebagai sumbernya dan berakhir pada struktur
konduktif, misalnya tanah atau permukaan benda-benda yang
berada di atas tanah dan merupakan titik akhir garis medan listrik
tersebut. Besaran medan dinyatakan dalam kuat medan listrik E
dengan satuan V/m atau kV/m. Kuat medan listrik tertinggi terdapat
pada permukaan kawat penghantar, sedangkan yang terendah
pada permukaan tanah atau benda-benda yang berada di atas
permukaan tanah.
Hal inilah yang menyebabkan peningkatan suhu badan tanah
dan mengurangi tingkat kesuburan tanah sehingga banyak pohon
dan tanaman yang sulit tumbuh bahkan mati. Adapun implikasi lain
pencemaran tanah akibat SUTET dapat mempengaruhi terhadap
kesehatan tergantung pada jumlah radiasi gelombang
elektromagnetik dari tanah yang akhirnya menciptakan kerentanan
populasi sehingga sangat berbahaya pada anak-anak, karena
dapat menyebabkan kerusakan otak, serta kerusakan ginjal.
Terdapat beberapa macam dampak kesehatan yang tampak
seperti sakit kepala, pusing, letih, iritasi mata dan ruam kulit yang
jelas pada dosis yang besar, pencemaran tanah dapat
menyebabkan kematian.

2.1.3

Pencemaran Udara
Pencemaran udara merupakan peristiwa masuknya atau
dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi atau komponen lain ke

udara dan/ atau berubahnya tatanan udara oleh kegiatan manusia


atau

proses

alam.

SUTET

yang

menciptakan

radiasi

elektromagnetik adalah kombinasi medan listrik yang berosilasi dan


medan magnet yang merambat lewat ruang dan membawa energi
dari satu tempat ke tempat yang lain. Berkaitan dengan SUTET,
secara teoretis adanya medan listrik dan medan magnet akan
mempengaruhi elektron bebas di udara.
Elektron bebas yang terdapat dalam udara di sekitar jaringan
tegangan tinggi, akan terpengaruh oleh adanya medan magnet dan
medan listrik, sehingga gerakannya akan makin cepat dan hal ini
dapat menyebabkan timbulnya ionisasi di udara. Ionisasi dapat
terjadi karena elektron sebagai partikel yang bermuatan negatif
dalam gerakannya akan bertumbukan dengan molekul-molekul
udara sehingga timbul ionisasi berupa ion-ion dan elektron baru.
Proses ini akan berjalan terus selama ada arus pada jaringan
tegangan tinggi dan akibatnya ion dan elektron akan menjadi
berlipat ganda terlebih lagi bila gradien tegangannya cukup tinggi.
Udara yang lembab karena adanya pepohon di bawah
jaringan tegangan tinggi akan lebih mempercepat terbentuknya
pelipatan ion dan elektron yang disebut dengan avalanche. Akibat
berlipat gandanya ion dan elektron ini (peristiwa avalanche) akan
menimbulkan

korona

berupa

percikan

busur

cahaya

yang

seringkali disertai pula dengan suara mendesis dan bau khusus


yang disebut dengan bau ozone.
Dari segi kesehatan pencemaran udara akibat SUTET
menyebabkan implikasi negative seperti:
1. Gejala hipersensitivitas berupa keluhan sakit kepala, pening dan
gejala dan keletihan menahun.
2. Selain itu menurut WHO, dapat menyebabkan terganggunya
sistem darah, reproduksi, syaraf, jantung, psikologis dan
hipersensitivitas.
3. Jantung berdebar, gangguan tidur, gangguan konsentrasi, rasa
mual

dan

gangguan

pencernaan

lain

yang

tidak

jelas

penyebabnya, telinga berdenging, muka terbakar, kejang otot,


kebinggungan serta gangguan kejiwaan berupa depresi.
2.2

Kondisi Sistem Lingkungan

Kondisi sistem lingkungan terkait pembangunan SUTET


berdasarkan rencana pemerintah dalam meningkatkan industrialisasi
menimbulkan keresahan masyarakat, hal ini dikarenakan kepedulian
bangsa Indonesia terhadap masalah lingkungan semakin meningkat.
Penilaian masyarakat terhadap masalah lingkungan terbagi paling sedikit
dua kelompok yang saling bertentangan, yaitu mereka yang berpihak pada
pertumbuhan dan mereka yang berpihak pada konservasi. Citra dari
pertumbuhan memanifestasikan diri dalam pernyataan berikut:
Kita perlu memperbaiki pertumbuhan ekonomi dan kesempatan
kerja terlebih dahulu, sebelum memperbaiki lingkungan.
Pemerintah kita telah berjalan terlampau jauh berpihak pada para
pendukung perlindungan alam. Kini sudah waktunya bagi kita
untuk berpaling.
Selain concern pada masalah lingkungan, pembangunan SUTET
juga menciptakan kekhawatiran terhadap kesehatan bagi penduduk yang
tinggal di wilayah yang dilewati jalur SUTET. Hasil penelitian yang sangat
mempengaruhi pandangan masyarakat dunia tentang hubungan kanker
otak pada anak dengan paparan medan elektromagnetik adalah hasil
penelitian Wertheimer dan Leper tahun 1979, yang sempat
menggoncangkan dunia karena resiko positif yang dilaporkannya. Sejak
penelitian tersebut, berbagai studi epidemiologi dan laboratorium lainnya
dilakukan sebagai replikasi dan eskpansi penelitian Wertheimer di berbagai
negara.
Hal ini juga yang menciptakan inisiatif masyarakat dalam
penghentian proyek pembangunan SUTET yang kiranya dapat
menimbukan eksternalitas negative tersebut. Namun dilematisnya, apabila
terealisasikan maka resesi kegiatan ekonomi akhirnya menciptakan
peningkatan pengangguran dan kemiskinan. Oleh karena itu,
pembangunan SUTET harus dipertimbangan terkait ketersediaan tenaga
listrik yang andal, aman, akrab lingkungan dan efisien dengan harga
terjangkau yang merupakan faktor penunjang kehidupan masyarakat
sehari-hari termasuk untuk menghasilkan barang dan jasa.
2.2.1

Manusia

Kehidupan manusia modern tidak dapat dipisahkan dengan


kebutuhan akan energi listrik, baik untuk kebutuhan rumah tangga,
maupun pengobatan, sarana kerja, dan kegiatan lainnya.
Kehadiran medan listrik dan medan magnet di sekitar kehidupan
manusia tidak dapat dirasakan oleh indera manusia, kecuali jika
intensitasnya cukup besar dan terasa hanya bagi orang yang
hipersensitif saja. Medan listrik dan medan magnet termasuk
kelompok radiasi nonpengion, yang berbeda dengan radiasi nuklir
atau sinar rontgen yang termasuk kelompok radiasi pengion.
Medan listrik dan medan magnet dibangkitkan oleh alam, dan
sudah ada sejak bumi serta alam semesta ini diciptakan. Medan
listrik dan medan magnet yang dibangkitkan peralatan buatan
manusia muncul sejak diketemukan energi listrik.
Pengaruh langsung medan elektromagnetik natural pada
sistem biologi manusia tidak terungkapkan, karena manusia secara
evaluasi dalam ruang dan waktu yang lama telah menyesuaikan
diri pada pembebanannya. Termasuk dalam medan
elektromagnetik natural di alam adalah radiasi panas, sinar
ultraviolet, radiasi gamma dan lain-lain. Radiasi elektromagnetik
nonpengion berada pada rentang frekuensi Hz (Hertz) sampai THz
(Tera Hertz). Demikian pula panjang gelombangnya, mulai dari
panjang gelombang terkecil, yaitu nm (nano meter) sampai lebih
dari 1000 km (kilo meter). Sedangkan energi per foton yang
dihasilkan tentu saja berada pada rentang yang sangat lebar,
mulai dari peV sampai eV. Potensi gangguan kesehatan antara
lain ditentukan energi per foton yang dihasilkan oleh radiasi
elektromagnetik tersebut.
Menurut INIRC (International Non Ionizing Radiation
Committee) dari International Radiation Protection Association
(IRPA), nilai medan listrik dan medan magnet yang merupakan ciri
kondisi pajanan tidak terganggu (unperturbed electric and
magnetic fields) ialah medan yang apabila semua benda
dihilangkan, karena medan listrik pada umumnya akan terganggu
jika berada di dekat permukaan suatu benda.
UNEP (United Nations Environmental Programme), WHO
(World Health Organization) dan IRPA pada tahun 1987

mengeluarkan pernyataan tentang nilai rapat arus induksi dengan


efek-efek biologisnya yang ditimbulkan oleh pajanan pada seluruh
tubuh manusia:
a) 1 - 10 mA/m2, tidak menimbulkan efek biologis berarti.
b) 10 - 100 mA/m2, menimbulkan efek biologis yang berarti,
termasuk efek pada sistem penglihatan dan saraf.
c) 100 - 1000 mA/m2, menimbulkan stimulasi pada jaringanjaringan

yang

dapat

dirangsang

dan

berbahaya

bagi

kesehatan.
d) 1000 mA/m2, dapat menimbulkan gangguan pada jantung,
berupa irama ekstrasistole dan fibrilasi ventrikular.
Secara umum, potensi gangguan kesehatan akibat radiasi
elektromagnetik pada manusia, berupa: (1) efek jangka panjang,
berupa potensi proses degeneratif dan keganasan (kanker), serta
(2) efek hipersensitivitas, dengan berbagai manifestasinya.
Potensi terjadinya proses degeneratif dan keganasan tergantung
batas pajanan medan listrik dan medan magnet dalam satuan
waktu. Sedangkan efek hipersensitivitas tidak harus tergantung
pada batas pajanan. Batas pajanan medan listrik dan medan
magnet yang direkomendasikan oleh WHO dan IRPA, serta Ikatan
Dokter Indonesia (IDI), adalah sebagai berikut:

Radiasi elektromagnetik berpotensi menimbulkan gangguan


kesehatan tertentu. Berbagai potensi gangguan kesehatan tersebut
adalah sebagai berikut:

(1) Sistem darah, berupa leukemia dan limfoma malignum.


(2) Sistem reproduksi laki-laki, berupa infertilitas.
(3) Sistem saraf, berupa degeneratif saraf tepi.
(4) Sistem kardiovaskular, berupa perubahan ritme jantung.
(5) Sistem endokrin, berupa perubahan metabolisme hormon
melatonin.
(6) Psikologis, berupa neurosis dan gangguan irama sirkadian.
(7) Hipersensitivitas.
Potensi gangguan terhadap sistem darah, kardiovaskular,
reproduksi dan saraf, memerlukan waktu yang panjang dan tidak
dapat dirasakan atau diamati dalam waktu pendek. Sedangkan
potensi gangguan pada sistem hormonal, psikologis dan
hipersensitivitas, umumnya dapat terjadi dalam waktu pendek.
Manifestasi gangguan dalam waktu pendek, biasanya berupa
berbagai keluhan. Keluhan yang paling banyak dikemukakan oleh
penduduk yang bertempat tinggal di bawah SUTET adalah sakit
kepala, pening dan keletihan menahun.
2.2.2

Alam
Lingkungan alam merupakan komponen dari sistem ekonomi,
dan tanpa lingkungan alam sistem ekonomi tidak akan berfungsi.
Karena itu, kita perlu memperlakukan lingkungan alam sama
dengan kita memperlakukan pekerja dan modal yaitu sebagai aset
dan sebuah sumber. Disini terdapat bermacam macam
komponen lingkungan alam yang terdiri dari dua jenis, yaitu: (1)
sumber sumber yang tak dapat diperbarui, dan (2) sumber
sumber yang tak dapat diperbarui.
Meskipun dibuat perbedaan yang jelas antara sumber yang
dapat diperbarui dan yang tidak dapat diperbarui, namun bila salah
kelola hampir semua sumber yang dapat diperbarui dengan mudah
berubah menjadi tidak dapat diperbarui. Adapun hal ini terkait

dengan proyek pembangunan SUTET yang mengakibatkan


kelangkaan tanah, udara, dan air sehat karena telah terkontaminasi
radiasi gelombang elektromagnetik yang menyebabkan semakin
rentannya populasi sehingga merusak ekosistem alam.
2.3

Dampak Pembangunan SUTET di Indonesia


2.3.1

Sosial Masyarakat
Terjadinya keresahan dan ketakutan yang disebabkan dari
munculnya rasa tidak aman terhadap bahaya kecelakaan yang
dapat ditimbulkan dari jaringan tersebut, yaitu kecelakaan yang
disebabkan adanya sambaran petir, putusnya kabel, atau gangguan
fondasi tower akibat dari perubahan struktur tanah sehingga
menimbulkan masalah terkait pembebasan lahan dan pemindahan
penduduk ke area di luar jalur SUTET. Selain itu munculnya
kekhawatiran kesehatan secara terus menerus yang disebabkan
oleh radiasi gelombang elektromagnetik.

2.3.2

Ekonomi
Secara makro mungkin pembangunan SUTET berimplikasi
pada kesejahteraan rakyat karena mampu meningkatkan aktivitas
industri di Indonesia sehingga GDP meningkat. Namun di satu sisi,
pembangunan jaringan tegangan tinggi tersebut dapat
menyebabkan Kematian Perdata bagi nilai tanah yang dilintasi
oleh SUTET, sehingga apabila pemilik tanah tersebut berniat
menjual tanahnya, maka harga jual tanah tersebut akan jatuh dan
berada dibawah harga jual tanah yang tidak dilewati jalur tersebut
(itupun bila ada yang mau membelinya), atau juga pemilik tanah
mau mengoptimalisasikan tanahnya dengan mendirikan bangunan
bertingkat ia akan mempunyai masalah dengan perijinan pendirian
bangunan, atau bila ia ingin menanam pohon ia akan dilarang
menanam pohon dalam batas ketinggian tertentu.

2.3.3

Kesehatan
Dari hasil penelitian disebutkan bahwa banyak penyakit yang
bisa ditimbulkan akibat dari paparan radiasi gelombang
elektromagnetik bagi masyarakat yang tinggal di bawahnya. Hasil
penelitian di Eropa menyatakan bahwa jaringan transmisi tegangan
tinggi menimbulkan sakit kepala, gangguan tidur, lesu, libido
menurun, kemandulan dan merasa sakit tanpa diketahui
penyebabnya. Sedangkan penelitian di Amerika Serikat yang
dilakukan oleh Lermer dan Leeper pada 1979, menyebutkan bahwa
pemaparan medan elektromagnetik dari jaringan transmisi tegangan
tinggi dapat menyebabkan meningkatnya resiko kematian yang
ditimbulkan oleh penyakit leukimia, Kanker, Limfoma, Infertilitas
pada pria, cacat pada keturunan, demikian juga dapat
menyebabkan penyakit kulit, perangai pemarah, dsb.

2.3.4

Budaya
Menciptakan budaya self-injury (menyakiti diri sendiri) di
kalangan masyarakat akibat hak hak para korban SUTET belum
terpenuhi. Beberapa aksi self-injury yang dilakukan masyarakat
pada tanggal 30 Januari 2006, yaitu: aksi jahit mulut, mogok makan,
dan cap jempol darah yang berlangsung di Posko Selamatkan
Rakyat Indonesia di Jalan Diponegoro - Jakarta Pusat. Puluhan
orang sudah melakukan aksi tersebut dan sudah berjatuhan korban
dari aksi tersebut, bahkan Ibu-ibu rela meninggalkan keluarga dan
anak-anak mereka tercinta demi melakukan aksi tersebut.

2.3.5

Rona Lingkungan
Peran lingkungan dalam meningkatkan derajat kesehatan
sangat besar sebagaimana dikemukakan Blum (1974) dalam
Planning for health, development and application of social change
theory. Bahwa faktor lingkungan berperan sangat besar disamping
perilaku daripada faktor pelayanan kesehatan dan keturunan.
Memang tidak selalu lingkungan sebagai penyebab, melainkan juga

sebagai penunjang, media transmisi maupun memperberat penyakit


yang telah ada.
Akibat didirikannya jaringan transmisi tegangan tinggi
tersebut, pepohonan dalam radius tertentu ditebangi karena
dianggap melebihi ketentuan dalam ketinggian tertentu. Sehingga
wilayah disekitar jaringan tersebut menjadi kering kerontang, sangat
panas dengan angin yang kencang di masa kemarau, dan sangat
dingin di musim penghujan, kualitas tanah juga ikut menurun drastis
dan kehilangan kesuburan karena tidak bisa dioptimalisasikan lagi.
2.5

Peran AMDAL Mengatasi Dampak Pembangunan SUTET di Indonesia


Dalam rangka melaksanakan pembangunan Ketenagalistrikan
yang

berkelanjutan

dan

berwawasan

lingkungan

pembangunan

ketenagalistrikan mengacu pada peraturan perundang-undangan yang


berlaku, yaitu UU No. 23 Tahun 1997 tentang pengelolaan Lingkungan
Hidup. Bagi rencana kegiatan yang mempunyai dampak penting, maka
berdasarkan PP No. 27 Tahun 1999, untuk kegiatan yang mempunyai
dampak penting wajib menyusun dokumen Analisis mengenai Dampak
Lingkungan (AMDAL). Sedangkan yang tidak mempunyai dampak penting
wajib menyusun Upaya Pengelolaan Lingkungan dan atau Upaya
Pemantauan Lingkungan (UKL/UPL). Untuk penentuan kriteria wajib
AMDAL dan UKL/UPL mengacu pada peraturan yang berlaku.
Peraturan-peraturan

pelaksanaan

di

bidang

Lindungan

Lingkungan Tenaga Listrik meliputi:


a) Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan
Lingkungan Hidup.
b) Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1999 tentang Analisis
Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL).
c) Peraturan Pemerintah Nomor 85 Tahun 1999 tentang Pengelolaan
Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun.

d) Peraturan

Menteri

Pertambangan

dan

Energi

Nomor

01P/47/MPE/1992 Tentang Ruang Bebas Saluran Udara Tegangan


Tinggi (SUTT) dan Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi (SUTET)
untuk Penyaluran Tenaga Listrik.e. Keputusan Menteri Negara
Lingkungan Hidup Nomor 13 Tahun 1995 Tentang Baku Mutu Emisi
Sumber Tidak Bergerak.
e) Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 48 Tahun
1996 Tentang Baku Tingkat Kebisingan.
f)

Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 17 tahun 2001


tentang Jenis Rencana Usaha Dan/Atau Kegiatan Yang Wajib
Dilengkapi Dengan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan.

g) Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 86 tahun 2002


tentang Pedoman Upaya Pengelolaan Lingkungan dan Upaya
Pemantauan Lingkungan.
h) Keputusan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 1457
Tahun 2000 tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Lingkungan
Bidang Pertambangan dan Energi.
i)

Standar Nasional Indonesia Nomor 04-6918-2002 Tentang Ruang


Bebas dan Jarak Bebas Minimum pada Saluran Udara Tegangan
Tinggi (SUTT) dan Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi (SUTET).

j)

Standar Nasional Indonesia Nomor 04-6950-2003 Tentang Saluran


Udara Tegangan Tinggi (SUTT) dan Saluran Udara Tegangan Ekstra
Tinggi (SUTET) Nilai Ambang Batas Medan Listrik dan Medan
Magnet.
Adapun upaya penanggulangan dampak yang terjadi antara lain

memberi sosialisasi pada masyarakat tentang manfaat SUTET/SUTT,


melakukan pengukuran dan pemantauan terhadap medan magnet dan
medan listrik secara kontinyu, memantau kondisi tapak tower terutamapada
lahan yang erosinya tinggi dan menetapkan batasan ruang kosong (ROW)
di bawah jalur SUTET.

Selanjutnya skema-skema berikut ini memberikan gambaran


mengenai prosedur keterlibatan masyarakat dalam proses AMDAL dan
proses persetujuan AMDAL dan tanggapan UKL/UPL.
Prosedur Keterlibatan Masyarakat Dalam Proses AMDAL

Prosedur Persetujuan AMDAL dan Tanggapan UKL/UP

Di samping itu, beberapa upaya berkaitan dengan kebiasaan


sehari-hari yang terkesan sederhana, sebenarnya dapat dilakukan untuk
mengurangi radiasi di lingkungan, sehingga kecil kemungkinan akan
berpengaruh pada manusia. Upaya untuk mengurangi pajanan bagi
penduduk yang bertempat tinggal atau berada di bawah SUTET adalah
sebagai berikut.

a) Mengusahakan agar rumah menggunakan langit-langit (plafon)


b) Apabila atap rumah terbuat dari logam atau seng yang berfungsi
sebagai

penghantar

listrik,

sebaiknya

dilakukan

pentanahan

(grounding).
c) Apabila atap rumah tidak berbahan logam, misalnya genting, asbes
atau sirap, usahakan untuk tidak dipergunakan meletakkan bahan
logam seperti antena TV, talang seng dan sebagainya.
d) Semua benda logam, misalnya kawat jemuran, mobil, sepeda motor
yang berada di bawah SUTET, sebaiknya dialirkan ke tanah, agar
netral kembali.
e) Apabila terdapat saluran intercom, sedapat mungkin dijauhkan dari
f)

SUTET.
Jangan membuat jemuran yang atasnya bebas sama sekali dari
pepohonan. Buatlah jemuran dari kayu, bambu, tali plastik, dan

bukan dari kawat maupun tiang besi.


g) Tanamlah sebanyak mungkin pohon di lahan kosong di sekitar
rumah.

h) Sebaiknya tidak berada di luar rumah di bawah SUTET, terutama


pada malam hari. Pada saat ini arus yang mengaliri kawat
penghantar SUTET lebih tinggi daripada siang hari.

BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
SUTET tetap diperlukan, untuk menjamin kehandalan sistem
ketenagalistrikan yang mampu meningkatan kesejahteraan rakyat melalui
industrialisasi yang berpengaruh pada kesejahteraan rakyat akibat pertumbuhan
GDP. Pembangunan di semua sektor menyebabkan kebutuhan tenaga listrik
meningkat. Peningkatan kebutuhan tenaga listrik tersebut diiimbangi dengan
pembangunan pembangkit listrik dan jaringan-jaringan transmisinya. Namun,
pembangunan SUTET ini meskipun berimplikasi positif pada perekonomian
Indonesia secara makro tetap saja menimbulkan kontroversi di kalangan
masyarakat karena dapat menimbulkan gangguan kesehatan pada manusia.
Apabila mengacu pada batasan sehat menurut UU Nomor 23 Tahun
1992 tentang Kesehatan, bahwa sehat berarti sejahtera secara fisik, mental,
sosial, serta produktif secara sosial ekonomi. Solusinya adalah manajemen
berbasis lingkungan. Namun, hal ini bukan serta merta dapat mengakibatkan

penyakit pada manusia. Manusia di bawah SUTET yang menderita sesuatu


penyakit, tidak dapat diklaim semata-mata akibat radiasi elektromagnetik SUTET,
melainkan dapat pula oleh kontribusi faktor-faktor fisika, kimia dan biologi yang
lain, di samping perilaku manusia yang bersangkutan. Satu faktor penting yang
harus diperhitungkan secara matang adalah faktor sosial ekonomi dan budaya
masyarakat setempat.
Salah satu solusi antara lain dengan melakukan pemberdayaan
masyarakat (community development) pada penduduk di bawah dan di sekitar
SUTET, dengan terlebih dahulu mengidentifikasi problem serta kebutuhan
masyarakat setempat. Solusi lain yang dapat dipertimbangkan, dengan
memberikan bea siswa kepada anak-anak berprestasi dari keluarga yang
bertempat tinggal di bawah SUTET. Diharapkan hambatan yang timbul
khususnya dari aspek sosial ekonomi dapat teratasi. Dengan demikian,
pembangunan sumber daya energi, dalam hal ini listrik, tetap berjalan dengan
baik. Lebih dari itu, penduduk setempat juga merasa ikut memiliki dan menjaga
keberadaan SUTET tersebut.

DAFTAR PUSTAKA
Djajadiningrat, Surna T. 1997. Pengantar Ekonomi Lingkungan. Jakarta: Pustaka
LP3ES
Anies.

Mengatasi Gangguan Kesehatan Masyarakat Akibat Radiasi


Elektromagnetik Dengan Manajemen Berbasis Lingkungan. 6 Juni
2012. eprints.undip.ac.id

Wisnu Arya Wardhana, dkk. Masalah Radiasi Tegangan Tinggi. 6 Juni 2012.
elektroindonesia.com
DJLPE

ESDM. Lindungan
djlpe.esdm.go.id

Lingkungan

Tenaga

Listrik.

Juni

2012.

Swamardika, Alit. Pengaruh Radiasi Elektromagnetik Terhadap Kesehatan


Manusia (Suatu Kajian Pustaka). 6 Juni 2012. ejournal.unud.ac.id

Novi Triana, dkk. Pengaruh Radiasi SUTET (Saluran Udara Tegangan Ekstra
Tinggi) Terhadap Kesehatan Makhluk Hidup Sekitarnya. 6 Juni 2012.
vinovia.files.wordpress.com
Wikipedia. Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi. 6 Juni 2012. id.wikipedia.org
Front Nasional. Rebut Keadilan, Ganti Rugi Untuk Korban SUTT/ SUTET dan
Tolak Kenaikan Tarif Dasar Listrik. 6 Juni 2012. frontnas.tripod.com
Media Kajian dan Informasi Tata Ruang Indonesia. SUTET (Saluran Udara
Tegangan Ekstra Tinggi). 6 Juni 2012. tataruangindonesia.com

Anda mungkin juga menyukai