I.
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang............................................................................
1.2 Rumusan Masalah......................................................................
1.3 Tujuan.........................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
satu
industri
yang
pertumbuhannya
cukup
pesat
adalah
industri
perminyakan, yang diawali dengan berdirinya kilang minyak di Indonesia yaitu Unit
Pengolahan (UP) I Pangkalan Brandan dengan kapasitas 5.000 barrel/hari, UP II Dumai
dan Sungai Pakning dengan kapasitas 170.000 barrel/hari, UP III Plaju dan Sungai Gerong
dengan kapasitas 135.000 barrel/hari, UP IV Cilacap dengan kapasitas 348.000
barrel/hari, UP V Balikpapan dengan kapasitas 270.000 barrel/hari, UP VI Balongan
dengan kapasitas 125.000 barrel/hari, dan UP VII Kasim Irian Jaya dengan kapasitas
10.000 barrel/hari (Susilo, 2006).
Pengolahan minyak mentah (crude oil) sangat membutuhkan energi yang
merupakan
bahan
baku
sumber
daya
alam
sangat
berpotensi
terjadinya
mensyaratkan
pengelolaan
lingkungan
hidup,
yakni
pencegahan
dan
pendekatan secara kimiawi maupun dengan cara lain yang bermanfaat dalam
menangani masalah pencemaran akibat limbah minyak bumi.
1.2 Masalah
1.
2.
3.
4.
1.3 Tujuan
1.
2.
3.
4.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Karakteristik Minyak Bumi
a. Sifat Kimia Minyak Bumi
Minyak bumi merupakan senyawa hidrogen dan Carbon (C dan H) ditambah
beberapa senyawa lain yang tidak dominan seperti: Nitrogen, Oksigen, Sulfur, Hidrogen
Sulfida, Porfirin dan senyawa Logam.
Senyawa Hidrocarbon (HC) dapat digolongkan menjadi tiga:
-
HC cair adalah senyawa HC yang berbentuk cair. Contoh : minyak bumi yang
merupakan rembesan di permukaan atau di dalam reservoir.
HC yang bersifat gas, ini selalu berasosiasi dengan minyak bumi dan dapat
berwujud gas bebas, gas yang terlarut dalam minyak bumi (gelembunggelembung gas) dan gas tercairkan, pada kondisi reservoir dengan tekanan
dan temperatur (suhu) yang tinggi maka gas akan mencair.
Semakin dalam terdapatnya minyak bumi serta semakin tua umurnya maka
berat jenis minyak bumi semakin kecil. Berat jenis minyak bumi berkisar
antara 0,84 sampai 0,89.
Titik didih dan titik nyala, titik didih adalah titik dimana minyak bumi mulai
mendidih. Semakin besar berat jenis, titik didih semakin tinggi. Titik nyala
adalah kemampuan materi untuk bisa terbakar. Semakin ringan berat jenis,
titik nyala semakin tinggi.
Warna,
senyawa
hidrokarbon
sebenarnya
tidak
berwarna,
tetapi
Nilai kalori minyak bumi cukup tinggi antara 11.700- 11.750 kal/ gram untuk
minyak BJ= 0,75 dan antara 10000- 10.500 kal/ gram untuk minyak BJ= 0,90,95.
tersebut mengarah pada hilangnya beberapa fraksi minyak dari permukaan laut,
sementara perubahan lainnya berlangsung dengan masih terdapatnya bagian material
minyak di permukaan laut. Meskipun minyak yang tumpah pada akhirnya akan terurai/
terasimilisi oleh lingkungan laut, namun waktu yang dibutuhkan untuk itu tergantung
pada
karakteristik
awal
peluruhan(weathering) minyak
fisik
secara
dan
kimiawi
alamiah.
minyak
Beberapa
faktor
dan
utama
proses
yang
Air pendingin di kilang minyak, dimana bila terjadi kebocoran pada pipa
pendingin, bocoran minyak akan terbawa air.
2.
3.
4.
5.
Air hujan.
Untuk mendukung kelancaran operasi kilang, baik BBM, non BBM, maupun
kilang paraxylene, tidak lepas dari sarana-sarana penunjang. Sarana tersebut antara lain
adalah Laboratorium Kilang yang telah mendapatkan sertifikat SNI 19-17025 berfungsi
sebagai pengontrol spesifikasi dan kualitas bahan baku serta produk antara maupun
produk akhir. Keberadaan fasilitas ini amat menentukan suatu keberhasilan perusahaan,
terlebih pada era perdagangan bebas. Karena itu laboratorium dilengkapi dengan
fasilitas penelitian dan pengembangan, sehingga produk yang dihasilkan terjaga
kualitasnya, agar tetap mampu bersaing di pasaran. Laboratorium Kilang Pertamina UP IV
Cilacap yang bertugas sebagai pengontrol spesifikasi dan kualitas produk Pertamina
mempunyai tiga seksi laboratorium, salah satunya adalah Laboratorium Lindungan
Lingkungan dan Riset yang mempunyai tugas antara lain memeriksa keasaman pada
sampel pelumas, minyak bumi dan sebagian fraksi-fraksinya. Dari pemeriksaan
keasaman ini timbul limbah acidity yang tergolong pada limbah B3 cair sebanyak 220 ml
untuk setiap sampel/contoh (Susilo, 2006).
1.
alcohol.
Untuk
menentukan
keasaman,
contoh
perubahan
warna
larutan p-naphtholbenzeinyang
ditambahkan
(warnanya orange dalam suasana asam dan hijau dalam suasana basa).
1.
Hasil-hasil minyak bumi yang baru maupun bekas kemungkinan mengandung zatzat basa atau asam yang berada sebagai additive atau hasil degradasi yang terbentuk
selama penggunaannya, misalnya hasil oksidasi. Jumlah relatif dari zat-zat ini dapat
ditentukan dengan titrasi menggunakan asam atau basa. Angka keasaman adalah
ukuran dari jumlah zat yang bersifat asam dalam minyak, dalam kondisi pengujian.
Angka ini sebagai pengendalian kualitas dalam minyak mentah maupun pembuatan
pelumas.
Juga
seringkali
digunakan
sebagai
ukuran
degradasi
pelumas
dalam
penggunaanya.
2.3 Dampak Pencemaran Limbah Minyak Bumi
Akibat-akibat jangka pendek dari pencemaran minyak bumi sudah banyak
dilaporkan (Connel dkk, 1981). Molekul-molekul hidrokarbon minyak bumi dapat merusak
membran sel yang berakibat pada keluarnya cairan sel dan berpenetrasinya bahan
tersebut ke dalam sel. Ikan-ikan yang hidup di lingkungan yang tercemar oleh minyak
dan senyawa hidrokarbon akan mengalami berbagai gangguan struktur dan fungsi tubuh.
Berbagai jenis udang dan ikan akan beraroma dan berbau minyak, sehingga berkurang
mutunya (Soesanto, 1973). Secara langsung minyak dapat menimbulkan kematian pada
ikan. Hal ini disebabkan oleh kekurangan oksigen, keracunan karbondioksida dan
keracunan langsung oleh bahan beracun yang terdapat dalam minyak.
Akibat jangka panjang dari pencemaran minyak ternyata dapat pula menimbulkan
beberapa masalah yang serius terutama bagi biota yang masih muda (Sumadhiharga,
1995). Satu kasus yang menarik adalah usaha perikanan di Santa Barbara, California,
yang mengalami penurunan hasil perikanan setiap bulannya dari tahun 1965-1969.
Penurunan yang paling rendah terjadi ketika pelabuhan Santa Barbara dicemari oleh
minyak buangan. Kasus limbah minyak yang menyebabkan bau ikan tidak enak terjadi
pada ikan-ikan yang diolah di pelabuhan Osaka. Hal ini juga terjadi pada ikan-ikan
belanak yang berasal dari suatu tambak yang diisi air yang mengandung limbah minyak
dari lapangan terbang Iwakuni. Ikan belut dan ikan sebelah yang ditangkap beberapa
kilometer dari pelabuhan Yokkaichi juga berbau minyak karena masuknya limbah minyak
dari pabrik minyak. Hasil penelitian terhadap kedua jenis ikan tersebut dapat diketahui
bahwa batas toleransi minyak pada air laut berada antara 0,001-0,01 ppm. Apabila batas
tertinggi kadar tersebut sudah terlewati maka bau minyak mulai timbul (Nitta, 1970). Di
beberapa tempat di Australia telah ditemukan bahwa zat hidrokarbon dari minyak tanah
terdapat pada ikan belanak yang diduga berasal dari air limbah pabrik penggilingan
minyak yang dibuang ke laut (Sidhu, 1970).
Seperti yang diungkapkan di atas bahwa senyawa hidrokarbon aromatik ini bersifat
racun, salah satunya adalah PAH yakni senyawa aromatik dengan dua atau lebih cincin
benzen. PAH yang larut pada konsentrasi 0,1-0,5 ppm dapat menyebabkan keracunan
pada makhluk hidup( Connel dan Miller, 1981), sedangkan PAH dalam kadar rendah
dapat menurunkan laju pertumbuhan, perkembangan, dan makan makhluk perairan
(Neff, 1979). Keadaan ini telah diungkapkan oleh Connel dan Miller (1981) untuk ikan,
hewan berkulit keras dan moluska. Selain itu hidrokarbon minyak bumi yang terserap ke
dalam tubuh biota menimbulkan rasa yang menyengat dan memerlukan waktu tertentu
untuk dapat hilang.
Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa pada kadar 10 ppm kandungan senyawa
hidrokarbon aromatik dapat menyebabkan perubahan pola perilaku pada biota laut dan
pada kadar > 1000 ppm dapat menyebabkan kematian. Keadaan ini berbahaya bagi
organisme perairan yang hidup dan mencari makan di dalam sedimen perairan. Nilai
Ambang Batas (NAB) hidrokarbon aromatik untuk biota laut adalah 0,003 ppm
(Kementrian KLH, 2004). Tabel 7 memperlihatkan tingkat toksisitas senyawa aromatik
yang larut terhadap kelas makhluk hidup laut (Connel dkk, 1981).
Minyak Menyebabkan Munculnya Gangguan Kesehatan Serius
yang
tinggal
di
sekitar
kilang
lebih
mungkin
mendapatkan
kanker
darah (leukemia) dari pada mereka yang tinggal jauh dari fasilitas tersebut.Orang-orang
yang tinggal di kawasan pengeboran minyak lebih mungkin mendapatkan kanker usus,
kantong
kemih,
paru-paru
daripada
mereka
yang
tinggal
jauh
dari
lokasi
Tumpahan Minyak
Di mana ada minyak, di situ pasti ada tumpahan. Kapal-kapal dan truk bisa
kecelakaan, dan jalur pipa bisa bocor.Perusahaan bertanggung jawab untuk mencegah
tumpahan dan membersihkannya jika hal ini terjadi.
Ada pepatah: Minyak dan air tidak mungkin bercampur. Tetapi, ketika minyak
tumpah ke air, bahan-bahan kimia yang berasal dari minyak tersebut pasti bercampur
dengan air dan menggenang didalam air untuk beberapa waktu.Lapisan minyak yang
lebih tebal menyebar di seluruh permukaan dan mencegah masuknya udara ke dalam
air.Ikan, khewan, dan tumbuh-tumbuhan yang hidup di air tidak bisa bernafas.Ketika
minyak tumpah ke dalam air, bahan-bahan kimianya yang tertinggal di sana bisa
membuat air tersebut tidak aman diminum, bahkan setelah minyak yang kasat mata
dikeluarkan.
Ketika minyak tumpah ke tanah, ia akan menghancurkan lapisan tanah dengan
mendesak udara keluar dan membunuh makhluk-makhluk hidup yang membuat lapisan
tanah menjadi sehat. Hal yang hampir serupa terjadi jika minyak mengenai kulit kita atau
kulit khewan. Minyak akan menutupi kulit dan menghalangi udara masuk. Racun-racun
yang berasal dari minyak juga meresap ke dalam tubuh melalui kulit, dan menimbulkan
penyakit.
Dampak di Laut
Akibat yang ditimbulkan dari terjadinya pencemaran minyak bumi di laut adalah:
1.
berwarna gelap yang terdampar di pantai akan menutupi batuan, pasir, tumbuhan dan
hewan. Gumpalan
tar yang terbentuk dalam proses pelapukan minyak akan hanyut dan
terdampar di pantai.
2.
Kerusakan biologis, bisa merupakan efek letal dan efek subletal. Efek letal
yaitu reaksi yang terjadi saat zat-zat fisika dan kimia mengganggu proses sel ataupun
subsel pada makhluk hidup hingga kemungkinan terjadinya kematian. Efek subletal yaitu
mepengaruhi kerusakan fisiologis dan perilaku namun tidak mengakibatkan kematian
secara langsung.
Pertumbuhan
senyawa beracun dalam komponen minyak bumi, juga senyawa beracun yang terbentuk
dari
maka
proses
biodegradasi.
Jika
jumlah
pitoplankton
menurun,
tersebut
dibutuhkan
kandungan
manusia
karena
memiliki
nilai
ekonomi dan
4. Penurunan
populasi
kontak
dengan
racun slick (lapisan minyak di permukaan air). Selain itu, terjadi kematian burung-burung
laut. Hal ini dikarenakan slickmembuat permukaan laut lebih tenang dan menarik burung
untuk hinggap di atasnya ataupun menyelam mencari makanan. Saat kontak dengan
minyak, terjadi peresapan minyak ke dalam bulu dan merusak sistem kekedapan air dan
isolasi, sehingga burung akan kedinginan yang pada akhirnya mati.
Limbah solvent
keasaman, merupakan
acidity berasal
limbah
dari
kimia
cair
buangan
yang
terdiri
proses
dari
pemeriksaan
campuran isopropyl
alcohol,toluene dan sample, berwarna gelap yang sangat berbahaya terhadap kesehatan
(Imamkhasani, 1998). Bahaya isopropyl alcohol terhadap kesehatan adalah :
1.
Efek jangka pendek (akut) antara lain pada penghirupan konsentrasi 400
ppm dapat menimbulkan iritasi pada saluran pernafasan bagian atas.
2.
3.
Kontak dengan mata dapat menyebabkan iritasi, tetapi tidak pada kulit.
4.
5.
Efek jangka
panjang
(kronis)
antara
kulit
dapat
menyebabkan kulit kering dan pecah-pecah. Nilai Ambang Batas : 200 ppm
(500 mg/m3)-kulit; STEL = 250 ppm; Toksisitas : LD50 (tikus, oral) = 18706500 mg/kg.
2.4 Pengolahan Limbah Minyak Bumi
Pengolahan limbah minyak bumi dilakukan secara fisika, kimia dan biologi.
Pengolahan
secara fisika
dilakukan
untuk
pengolahan
awal
yaitu
dengan
cara
aman
bagi
lingkungan.
Pengolahan
dengan
metode
biologis
disebut
juga
diantaranya in-situ
penggunaan sorbent,
burning,
penggunaan
penyisihan
secara
mekanis, bioremediasi,
dan washing
oil(Anonim,
1994).
minyak
serta
air
laut
untuk
yang
mencegah
terasosiasi.
Teknik
penyebaran
ini
minyak)
atau barrieryang tahan api. Namun, pada peristiwa tumpahan minyak dalam jumlah
besar sulit untuk mengumpulkan minyak yang dibakar. Selain itu, penyebaran api
sering tidak terkontrol.
Bioremediasi yaitu
proses
pendaurulangan
seluruh
material
organik.
Bakteri pengurai spesifik dapat diisolasi dengan menebarkannya pada daerah yang
terkontaminasi.
Selain
itu,
teknik
bioremediasi
dapat
minyak
pad
permukaan
sorbent)
tetesan
kecil
(droplet),
sehingga
mengurangi
kemungkinan
Peralatan
Alat-alat yang digunakan untuk membersihkan tumpahan minyak:
minyak di pantai.
Kegiatan huiu dan hilir industri minyak bumi tidak terlepas dari kemungkinan
pencemaran minyak di ke lingkungan, khususnya perairan dan sedimen. Salah satu
metode
pengolahan
limbah
secara
yang
saat
ini
terus
dikembangkan
adalah
bioremediasi yang merupakan teknologi ramah lingkungan, cukup efektif dan efisien
serta ekonomis (Yani et al., 2007).
Terdapat tiga cara untuk mengatasi masalah lahan tercemar minyak yang dapat
dipilih berdasarkan jenis minyak pencemar, konsentrasi minyak pencemar dan lokasi
pencemaran,
yakni
dibakar,
kemudian
dihisap
kembali
dengan skimmer untuk diolah di kilang minyak, dan didegradasi dengan memanfaatkan
mikroorganisme
mengandalkan
pendegradasi
degradasi
hidrokarbon.
dengan
Bioremediasi,
memanfaatkan
pengelolaan
mikroorganisme
yang
pendegradasi
hidrokarbon, merupakan cara yang paling ekonomis dan dapat diterima lingkungan.
Bioremediasi dapat digunakan untuk mengatasi masalah lahan tercemar minyak baik
secara in situmaupun ex situ. Biostimulation danbioaugmentationmerupakan contoh
pelaksanaan
bioremediasi
secara in
contoh
pelaksanaan
bioremediasi
secara ex
bioremediasi,
kandungan
total
hidrokarbon
minyak
bumi
perlu
dipantau
diharapkan
dapat
menunjang
pengelelolaan
limbah
secara
terpadu
dan
berkelanjutan di lingkungan industri minyak pada khususnya dan umumnya bagi seluruh
perindustrian (Rossiana et al., 2007).
Fitoremediasi
adalah
pemanfaatan
tumbuhan,
mikroorganisme
untuk
2.
Ekslusi. Tanaman dapat mengenal ion yang bersifat toksik dan mencegah
penyerapan sehingga tidak mengalami keracunan.
3.
untuk
meminimumkan
pengaruhnya.
Jenisnya
meliputi
Tanaman meremediasi polutan organik melalui tiga cara, yaitu menyerap secara
langsung bahan kontaminan, mengakumulasi metabolisme non fitotoksik ke sel-sel
tanaman, dan melepaskan eksudat dan enzim yang dapat menstimulasi aktivitas
mikroba, serta menyerap mineral pada daerah rizosfer. Tanaman juga dapat menguapkan
sejumlah uap air. Penguapan ini dapat mengakibatkan migrasi bahan kimia ( Schnoor et
al., 1995 ).
Tanaman melepaskan eksudatnya yang dapat membantu bioremediasi bahan
organik oleh mikroba agar bahan organik tersebut dapat diserap dan dimetabolisme
dalam tubuh tanaman. Penyerapan polutan berupa bahan organik dibatasi oleh
mekanisme penyerapan oleh tanaman dan jenis tanaman ( Schnoor, 2000).
Tanaman dapat memperluas daerah perakaran menuju ke daerah yang terkena
polutan (EPA, 2000). Beberapa bahan kimia dimineralisasi oleh tanaman dengan bantuan
air dan CO2. Tanaman mengeluarkan sekret melalui akar eksudat akar sebesar 10 20%
dari hasil fotosintesis melalui eksudat akar. Hal ini dapat membantu proses pertumbuhan
dan metabolisme mikroba maupun fungi yang hidup disekitar rizosfer. Beberapa senyawa
organik yang dikeluarkan melalui eksudat akar (misalnya phenolik, asam organik,
alkohol,
protein)
dapat
menjadi
sumber
karbon
dan
nitrogen
sebagai
sumber
pertumbuhan mikroba yang dapat membantu proses degradasi senyawa organic. Sekret
berupa senyawa organik dapat membantu pertumbuhan dan meningkatkan aktivitas
mikroba rhizosfer ( Salt et al., 1998 ).
Tumbuhan mempunyai kemampuan untuk menahan substansi toksik dengan cara
biokimia dan fisiologisnya serta menahan substansi non nutritif organik yang dilakukan
pada permukaan akar. Bahan pencemar tersebut akan dimetabolisme atau diimobilisasi
melalui sejumlah proses termasuk reaksi oksidasi, reduksi dan hidrolisa enzimatis (Khan
et al., 2000).
Eichhornia crassipes (Mart). Solms merupakan tumbuhan air yang dapat menyerap
hara dan logam berat dalam jumlah yang cukup signifikan. Zat hara yang terserap oleh
akar tanaman akan ditranslokasikan di dalam tubuh tanaman. Hasil penelitian yang telah
dilakukan di bak percobaan menunjukkan bahwa penggunaan eceng gondok dengan
penutupan 50% dari luas area percobaan pengolahan limbah cair tahu dapat
menurunkan residu tersuspensi 75,74 85,5 % dan COD 55,52 76,83 % (Dhahiyat,
1990).
Eichhornia crassipes ( Mart ). Solms dapat tumbuh dengan sangat cepat, yaitu
mencapai 10 g m-2 per hari. Hal ini berpengaruh terhadap penyerapan unsur hara,
seperti nitrat ( NO3-) dan orthofosfat ( PO43-) Eichhornia crassipes ( Mart ). Solms dapat
menyerap nitrogen secara langsung sebesar 5850 kg/ha per tahun dan dapat menyerap
fosfor sebesar 350 1125 kg/ ha per tahun. Hal ini dapat mengurangi konsentrasi
kontaminan pada limbah perairan (McEldowney et al., 1993 ).
Tanaman sengon merupakan tanaman Leguminosae, sering digunakan sebagai
tanaman untuk reboisasi karena bersifat fast growing trees.Selain mempunyai dua nama
latin yakni Albizia falcataria (L) Forberg dan Paraserianthes falcataria(L) Nielsen, sengon
mempunyai nama daerah yang bermacam-macam. Hal ini dapat dilihat dengan adanya
program pemerintah berupa proyek Sengonisasi bagi daerah-daerah kritis yang rawan
bencara erosi (National Academy of Sciences, 1979). Manfaat penting dari penggunaan
mikoriza adalah asosiasi jamur dan tanaman berkemampuan sebagai biofertilizer,
mendetoksifikasi dan mendegradasi senyawa yang sukar diuraikan dalam tanah. Peranan
mikoriza dalam rizosfer adalah memfasilitasi pergerakan mineral tanah menuju tanaman.
Hasil penelitian yang telah dilakukan di laboratorium, rumah kaca dan terakhir
dalam skala lapangan selama 6 bulan menunjukkan bahwa fitoremediasi limbah lumpur
minyak konsentrasi 20% dengan tanaman sengon (Paraserianthes falcataria L. Nielsen)
bermikoriza
yang
mediumnya
diinokulasi
bakteri Pseudomonas
mallei,
Bacillus
ini
pengetahuan
mengenai
mekanisme
fisiologi
fitoremediasi
mulai
2.
3.
4.
5.
Penggunaan metode dan proses biologi dalam menurunkan kadar polutan yang
bersifat toksik terhadap lingkungan akibat adanya xenobiotik/zat yang menyebabkan
pencemaran, adalah nama lain dari bioremediasi (Baker & Herson, 1994). Bioremediasi
merupakan
salah
satu
teknologi
inovatif
untuk
mengolah
kontaminan,
yaitu
penghambat
bioremediasi
adalah
bahan
yang
akan
diremediasi
mengandung klorin atau logam berat. Kandungan logam berat baik dalam lumpur
minyak maupun dalam medium pasca bioremediasi akan mempengaruhi penguraian
bahan organik, karena akan menghambat kerja enzim dan populasi mikroorganisme yang
selanjutnya akan menjadi kendala bagi pertumbuhan tanaman (Garcia et al., 1995).
Selain itu perlu ada upaya menghilangkan terlebih dahulu logam berat yang
terdapat dalam limbah dengan menggunakan adsorben sebelum proses bioremediasi.
Penggunaan pasir dan zeolit sebagai campuran dan adsorben alam penyerap logam
berat merupakan penanganan awal sebelum dilakukan proses lebih lanjut, sehingga
kemungkinan adanya proses inhibisi enzim oleh ion logam dapat diatasi.
Dalam bioremediasi penggunaan mikrooorganismeindigenous (indigen) saja masih
belum maksimum sehingga diperlukan inokulasi mikroorganismeeksogenous (eksogen)
yang merupakan kultur campuran (konsorsium) beberapa jenis bakteri atau jamur yang
potensial dalam mendegradasi pencemar tersebut (Udiharto & Sudaryono, 1999).
Sedangkan pengolahan limbah cair minyak bumi dapat dilakukan dengan beberapa
cara:
1.
Incineration
Incineration adalah salah satu cara untuk menguraikan liquid wastes, dan dengan
cara dan alat yang didesain baik dapat menghasilkaneffluent/ limbah yang memenuhi
peraturan pencemaran.
Liquid waste dari sisi combustion dapat dikelompokkan atas :
1.
Combustible Liquids
2.
penambahan
mengandung
mateial
bahan
yang
bakar.
terlarut
Bahan
dalam
yang partially
fase liquid,
bila
combustible mungkin
zat
inorganik
akan
Dalam
pelaksanaannya
harus
dialirkan
udara
secukupnya
pada
suhu
diatas ignation point agar terjadi pembakaran yang cepat dan menghasilkan CO2, N2
dan uap air. Karena pembakaran akan lebih cepat dan lebih baik bila bahan dalam
keadaan butir halus maka atomizer diperlukan untuk menginjeksikan waste liquids
ke incineratorbila viscositinya memungkinkan.
1.
Suatu cara lain membuang cairan limbah yang dapat diterima adalah kembali ke
lingkungan dengan pengenceran secukupnya hingga tidak menimbulkan bahaya atau
peracunan
terhadap
lingkungan.
Dengan
perancangan subsurface
disfersion
system yang baik, akan memungkinkan wadah penerima dapat menampung buangan
secara memadai. Beberapa peralatan yang dibutuhkan antara lain mencakup open end
pipesdengan nozzle atau diffuser system yang terdiri dari sederetan pipa-pipa kecil
dengan lubang-lubang atau celah. Limbah harus dapat dibuang pada sudut yang baik
terhadap aliran air agar terencerkan atau terdispersi secara sempurna. Pipa dispersi
harus ditempatkan sedemikian rupa agar discharge point cukup jauh dari garis pantai,
dengan demikian pabrik dan water intake akan terlindungi.
1.
Cara ini dilakukan oleh industri yang banyak membuang limbah asam lemah dalam
jumlah besar. Limbah tersebut dipompakan ke dalam lapisan tanah sampai pada lapisan
tanah yang cocok untuk menampung limbah. Lapisan tanah dimana limbah ditampung
harus lebih rendah dari lapisanfresh water circulation, dan area tadi harus terisolasi oleh
bahan yang kedap air.
Lapisan sandstones, limestones atau dolomiteumumnya membentuk lapisan yang
banyak mengandung air asin, tetapi cukup baik sebagai tempat penampungan limbah
cair. Sedangkan lapisan yang mengandung minyak, gas, batubara dan belerang harus
dijaga agar tidak tercemar limbah. Lapisan yang kedap air harus berada diatas dan
dibawah layer untuk mencegah vertical escapedari buangan, atau dengan kata lain
limbah harus ditempatkan pada kedalaman tertentu. Penetapan area buangan harus
ditetapkan sesuai dengan keadaan subsurface geology, dimana daerah yang banyak
batuan vulkanik dihindari karena memungkinkan limbah lolos kepermukaan tanah atau
badan air.
1.
Secara Mikrobiologis
Limbah
Hidrokarbon
dimulai
dengan
pemisahan
padatan
dan
pemisahan minyak yang terdapat dalam limbah, dan selanjutnya dilakukan penanganan
karbon
aktif. Efluentsebelum
dibuang,
diklorinasikan untuk mematikan mikroba patogen dan dinetralkan pH-nya sehingga aman
bagi lingkungan.
Pengolahan
proses aerob.
limbah
Oleh
Hidrokarbon
secara
sebab
itu
dalam
cukup
agar
oksidasi
mikrobiologis
kolam-kolam
Hidrokarbon
dilakukan
dengan
pengolahan
limbah
aktivitas
pH efluent menjadi
asam.
mikroba.
Oleh
Namun
sebab
setelah
itu
perlu
dimetabolisme,
dinetralkan
maka
dengan
2.
Proses pengambilan/ pengerukan pasir atau lumpur dilakukan setiap 3 bulan sekali
dan pasir atau lumpur yang telah dikeruk akan dibuang ke tempat khusus yang ada di
sekitar lokasi pengolahan limbah.
Program pengendalian pencemaran bahan buangan cair minyak bumi antara lain
(Pertamina, 1986) :
1.
2.
Pemantauan secara berkala jumlah dan jenis bahan buangan cair yang
menuju ke perairan.
3.
4.
5.
Penyediaan
sarana
penanggulangan
pencemaran
berupa
: oil
Pada umumnya limbah padat yang dihasilkan adalahsludge (lumpur) yang terdiri
dari Arsen, Barium, Boron, Chromium, Cadmium, Mercury, Timbal dan Seng. Sludge yang
didapatkan dari pembersihan tangki akan diolah ke dalam suatu bak untuk pengolahan
lebih lanjut.
Melewatkan gas H2S kedalam larutan NaOH atau Ca(OH)2 sehingga gas
yang keluar merupakan sisa yang tidak tertangkap oleh larutan NaOH atau
Ca(OH)2.
2.
3.
4.
Percobaan skala lapang dilakukan di lagoon area pengolahan limbah lumpur minyak
bumi Pertamina unit VI Balongan Indramayu. Pengolahan limbah cair dilakukan pada 6
kolam percobaan ukuran 25 X 20 meter. Tipe aliran air permukaan merupakan tipe aliran
yang ada di daerah berawa dengan air diam pada permukaan dengan kedalaman 0,5 1
meter. Pada aliran air dibawah permukaan, aliran limbah cair mengalir pada zona
perakaran tumbuhan air dipermukaan. Kedalaman airnya dapat mencapai 0,5 1,5
meter. Pada tipe aliran dalam, air diperoleh dari bagian permukaan yang kemudian
mengalir ke bagian bawah dan terserap oleh akar tanaman.
Sedangkan pengolahan limbah padat percobaan dilakukan pada 4 plot berukuran 6
x 6 x 0,50 meter terbagi menjadi 3 x 3 x 4 ulangan. Faktor tunggal adalah konsentrasi
limbah yang ditempatkan dalam 12 plot tempat medium pengomposan lumpur minyak
masing-masing konsentrasi yaitu 20%, 30% dan 40% dari total volume yang dicampur
dengan zeolit 10%, pasir dan tanah perbandingan 2:1. Sebagai nutrisi digunakan pupuk
kascing Medium diaduk dengan garu dan pacul dan disemprot dan disiram air setiap hari.
Kultur mikroorganisme bakteriPseudomonas malei, Bacillus alvei, Bacillus sphaericus.
diinokulasikan ke dalam medium pengomposan masing-masing sebanyak 2000 ml
dengan jumlah sel 108 sel /ml diinkubasikan selama satu bulan, Kondisi medium
dipertahankan yaitu pH 6-7, kelembaban 60-70 % dan temperatur tanah sekitar 30 0C.
2.
3.
4.
Pemantauan
toksisitas
medium
dengan
uji
toksisitas
Lc-50
6.
Dalam rangka program pemerintah hal produksi bersih, penelitian ini dapat
diaplikasikan sebagai pemantauan terhadap pengelolaan lumpur minyak bumi secara
bioremediasi. Fitoremediasi merupakan bioremediasi yang memanfaatkan tumbuhan
untuk memindahkan atau mengurangi kerusakan karena pencemar. Sengon sebagai
tanaman fast growing trees berasosiasi dengan mikoriza yaitu sejenis jamur yang
bersimbiosis dengan akar membantu menurunkan kadar senyawa toksik dalam lumpur
minyak bumi. Parameter keberhasilan fitoremediasi dapat dilihat dari nilai penurunan
kadar senyawa toksik apakah dalam standard bakumutu lingkungan (Kementerian
Lingkungan Hidup, 2003 dan Environmental Protection Agency, 2002) Biomonitoring
seperti Uji Lc-50, Uji LD-50 baik chronis maupun sub-akut serta biopatologi terhadap
hewan uji merupakan pemantauan biologi yang akan menyatakan bahwa hasil
fitoremediasi aman dan ramah lingkungan.
Sehubungan dengan hal tersebut, maka diperlukan suatu upaya
kegiatan
pemulihan lingkungan yang telah tercemar oleh minyak tersebut antara lain melalui
pendekatan pemulihan secara biologis atau dikenal dengan istilah bioremediasi.
Keterbatasan bioremediasi adalah bahan yang akan diremediasi mempunyai khlorin atau
logam berat yang sukar didegradasi oleh mikroorganisme, sehingga dalam medium hasil
perlakuan masih meninggalkan sisa logam berat dengan konsentrasi cukup tinggi.
Adanya kandungan logam berat baik dalam lumpur minyak dan medium hasil
bioremediasi akan mempengaruhi penguraian bahan organik, karena akan menghambat
kerja enzim glukosidase, fosfatase, populasi mikroorganisme serta aktivitas enzim
lainnya (Garcia et al, 1995) selain itu juga akan menjadi kendala bagi pertumbuhan
tanaman. Sehubungan dengan itu perlu ada upaya menghilangkan terlebih dahulu logam
berat yang terdapat dalam limbah sebelum proses bioremediasi dengan menggunakan
adsoben. Oleh karena itu penggunaan zeolit sebagai adsorben alam penyerap logam
berat
merupakan
penanganan
awal
sebelum
dilakukan
proses
lebih
lanjut
(Prayitno,1999). Zeolit sebagai mineral berpori mempunyai daya serap tinggi karena
mempunyai sifat fisika dan kimia dalam pertukaran ion, sehingga digunakan dalam
proses pemisahan, pemurnian dalam pengolahan lingkungan seperti penyerap dan
penyaring limbah beracun, radioaktif dan logam berat (Manahan,1999). Sebelum
digunakan, zeolit harus diberi perlakuan secara kimia maupun fisika seperti pemanasan
dan perendaman dengan asam untuk memperluas pori sehingga dapat meningkatkan
kemampuan daya adsorpsinya secara maksimal.
Pada saat ini telah banyak teknologi yang digunakan dalam pengolahan limbah
minyak mulai dari pengolahan secara mekanis dan kimia, namun masih meninggalkan
permasalahan pada kadar maksimum minyak. Sehingga teknologi ramah lingkungan
untuk meminimasi kadar minyak adalah dengan Solid Bioremediation yaitu secara
pengomposan.
Dalam bioremediasi, proses berlangsung dengan memanfaatkan mikroorganisme
indigenous yaitu organisme yang telah ada di lingkungan tersebut. Apabila diperlukan
dapat pula ditambahkan mikroorganisme dari luar (eksogen) yang merupakan kultur
(konsorsium) campuran dari berbagai jenis bakteri, jamur yang potensial dalam
mendegradasi pencemar tersebut. Mikroorganisme yang ada distimulasi dengan
berbagai cara agar kemampuannya meningkat, yaitu dengan peningkatan atau
pengaturan nutrien dan tekstur tanah seperti nitrogen, fosfor sedangkan pasir digunakan
untuk menambah porositas dan memperluas kontak dengan lumpur minyak. (Baker and
Herson, 1994 ;Udiharto dan Sudaryono, 1999). Pengujian tanah hasil bioremediasi
diperlukan untuk melihat seberapa besar pencemar minyak menghambat pertumbuhan
tanaman.
Fitoremediasi
merupakan
konsep
bioremediasi
terbaru
yang
memanfaatkan
Penanganan di laut
Pemantauan
Tindakan pertama yang dilakukan dalam mengatasi tumpahan minyak yaitu
dengan melakukan pemantauan banyaknya minyak yang mencemari laut dan kondisi
tumpahan. Ada 2 jenis pemantauan yang dilakukan yaitu dengan pengamatan secara
visual dan penginderaan jauh (remote sensing).
pesawat.
Teknik ini melibatkan banyak pengamat, sehingga laporan yang diberikan sangat
bervariasi. Pada umumnya, pemantauan dengan teknik ini kurang dapat dipercaya.
Sebagai contoh, pada tumpahan jenis minyak yang ringan akan mengalami penyebaran
(spreading), sehingga menjadi lapisan sangat tipis di laut. Pada kondisi pencahayaan
ideal akan terlihat warna terang. Namun, penampakan lapisan ini sangat bervariasi
tergantung jumlah cahaya
cuaca, sehingga menjangkau wilayah yang lebih luas dengan hasil penginderaan
lebih detail. Namun,teknik ini hanya bisa mendeteksi lapisan minyak yang tebal. Teknik
ini tidak bisa mendeteksi minyak yang berada dibawah air dalam kondisi laut yang
tenang. Selain SLAR digunakan juga teknik Micowave Radiometer, Infrared-ultraviolet
Line Scanner, dan Landsat Satellite System. Berbagai teknik ini digunakan untuk
menghasilkan informasi yang cepat dan akurat.
Penanganan di darat
Pemulihan lahan tercemar oleh minyak bumi dapat dilakukan secara biologi dengan
menggunakan kapasitas kemampuan
dapat mendegradasi struktur
bumi
menjadi
lingkungan.
mineral-mineral
Teknik
seperti
ini
yang
lebih sederhana
disebut
bioremediasi.
dan
tidak
Teknik
membahayakan
bioremediasi
dapat
tercemar ringan, lokasi yang tidak dapat dipindahkan, atau karakteristik kontaminan
yang
volatil.
air yang terkontaminasi diangkat, kemudian diolah dan diproses pada lahan khusus
yang disiapkan untuk proses bioremediasi.
Penanganan
lahan
yang
tercemar
minyak
bumi
dilakukan
dengan
cara
awal di lokasi tanah yang terkontaminasi minyak bumi. Kondisi ini meliputi kualitas
fisik, kimia, dan
biologi.
tercemar,
pencampuran
dengan
tanah
segar,
penambahan
bulking
selama
proses
bioremediasi.
Kemudian,
gambar
itu
dibawa
2.
limbah bengkel menjadi bahan-bahan yang tidak berbahaya atau bahan berguna baik
bagi manusia, hewan, ataupun organisme yang lain melalui proses tertentu.
3.
bengkel.
Minyak
pelumas
merupakan
salah
satu
sumber
polutan
yang
dapat
mengkontaminasi air tanah, dan akan merusak kandungan air tanah, bahkan dapat
membunuh mikro-organisme di dalam tanah serta minyak pelumas dapat menghambat
proses oksidasi biologi dari sistem lingkungan.
Dengan cara pemakaian reaktor pemisah minyak diharapkan limbah yang sudah
tidak dipakai lagi dapat diolah dengan baik.
Reaktor pemisah minyak pada prinsipnya berbentuk persegi panjang dengan
ukuran relatif kecil. Didalamnya memiliki 4 sekat yang terbuat dari kaca dan diletakkan
dengan sudut kemiringan 60 fungsinya agar terciptanya suatu proses dimana minyak
akan menempel pada sekat yang terbuat dari bahan kaca tersebut, pada proses ini
limbah akan melewati sekat sekat tersebut, semakin banyak sekat yang dilalui limbah
maka semakin banyak minyak yang akan menempel sehingga kadar minyak dapat turun.
Minyak termasuk salah satu anggota golongan lipid yaitu merupakan lipid
netral (Ketaren, 1986). Emulsi air dalam minyak terbentuk jika droplet-droplet air
ditutupi oleh lapisan minyak dimana sebagian besar emulsi minyak tersebut akan
mengalami degradasi melalui foto oksidasi spontan dan oksidasi oleh mikroorganisme.
Jika pencemaran minyak terjadi dipantai maka proses penghilangan minyak mungkin
lebih cepat karena minyak akan melekat pada benda-benda padat seperti batu dan pasir
di pantai yang mengalami kontak dengan air yang tercemar tersebut.(Srikandi, 1992).
Suatu perairan yang terdapat minyak di dalamnya maka minyak akan selalu berada di
atas permukaan air hal ini dikarenakan minyak tidak larut dalam air dan berat jenis
minyak lebih kecil dari pada berat jenis air. Apabila minyak tidak diolah terlebih dahulu
sebelum dibuang ke badan air penerima, maka akan membentuk selaput. Minyak akan
membentuk ester dan alkohol atau gliserol dengan asam gemuk. Gliseril dari asam
gemuk dalam fase padat maka dikenal dengan nama lemak, sedangkan apabila dalam
fase cair disebut minyak (Sugiharto, 1987).
Ada dua macam emulsi yang terbentuk antara minyak dan air, yaitu emulsi minyak
dalam air danemulsi air dalam minyak. Emulsi minyak dalam air terjadi jika dropletdroplet minyak terdispersi di dalam air dan distabilkan dengan interaksi kimia dimana air
menutupi permukaan droplet-droplet tersebut. Hal ini terjadi terutama di dalam air yang
berombak, dan droplet minyak tersebut tidak terdispersi pada permukaan air, melainkan
menyebar di dalam air. Beberapa droplet minyak, terutama yang berikatan dengan
partikel mineral, menjadi lebih berat dan akan mengendap ke bawah.
Emulsi air dalam minyak terbentuk jika droplet-droplet air ditutupi oleh lapisan
minyak, dan emulsi ini distabilkan oleh interaksi di antara droplet-droplet air yang
tertutup. Emulsi semacam ini terlihat sebagai lapisan yang mengapung pada permukaan
air dan lekat, dan terkadang karena kandungan air di dalam droplet-droplet minyak
tersebut cukup tinggi maka total volumenya menjadi lebih besar dibandingkan dengan
minyak aslinya.
Sebagian besar emulsi minyak tersebut kemudian akan mengalami degradasi
melalui foto oksidasi spontan dan oksidasi oleh mikroorganisme. Mikroorganisme
merupakan organisme yang paling berperan dalam dekomposisi minyak di laut. Setelah
kira-kira tiga bulan, hanya tinggal 15% dari volume minyak yang mencemari air masih
tetap terdapat di dalam air.
Lapisan minyak yang berada di permukaan air akan mengganggu kehidupan
organisme di dalam air hal ini dikarenakan :
1.
Lapisan minyak pada permukaan air akan menghalangi difusi oksigen dari
udara ke dalam air sehingga jumlah oksigen terlarut di dalam air akan
3.
Air yang telah tercemar oleh minyak tidak dapat dikonsumsi oleh manusia
dikarenakan
pada
air
yang
mengandung
minyak
tersebut
dapat
Minyak
mineral,
dalam
minyak
ini
terkandung
senyawa-senyawa
Hidrokarbon.
2.
3.
Sebuah studi telah dilakukan untuk mengolah air yang terkontaminasi oleh minyak
dengan menggunakan kolam perangkap minyak (Oil Trap).Pengolahan yang diterapkan
untuk pemisahan minyak yang tercampur dalam air buangan adalah pengolahan secara
fisika, yakni melalui prinsip gravitasi berdasarkan perbedaan massa jenis antara air dan
minyak. Partikel yang tersuspensi dalam larutan akan tenggelam atau naik/terapung. Hal
ini tergantung dari perbedaan berat jenis tersebut. Sedimen kasar akan mengendap di
dasar kolam perangkap dan minyak akan mengapung, sedangkan air yang telah berpisah
dengan minyak tersebut dibuang ke outlet.
Pada pemisahan minyak dan air, kecepatan naiknya butir minyak akan mencapai
konstan bila gaya dorong ke atas akibat adanya perbedaan berat jenis sama dengan
tahanan gerak fluida saat bergerak. Hal ini tergantung dari berat jenis, viskositas fluida
dan ukuran butiran minyak.
Dari uraian diatas, dapat diketahui bahwa teknologi oil trap merupakan pengolahan
pemisahan minyak-air secara fisika, menggunakan prinsip gravitasi. Sama hal nya
dengan reakor pemisah minyak pemisahan dilakukan secara fisika dalam proses
pemisahan minyak, dan menggunakan prinsip gravitasi, serta berdasarkan pada berat
jenis molekul antara air dan minyak. Tetapi oil trap hanya berupa kolam atau
kompartemen yang di dalamnya hanya ruang kosong, sedangkan pada reaktor pemisah
minyak di dalamnya terdapat sekat-sekat sebagai alat penangkap minyak. Proses
terjadinya pemisahan minyak pada oil trap yaitu setelah ruang yang terdapat di dalam
kolam terisi penuh, dimana alirannya horizontal yang rendah dan laminer akan
memberikan waktu tinggal bagi butir-butir minyak untuk terpisah bergabung membentuk
lapisan minyak (oil layer) yang akan mengapung. Maka antara minyak dan air dapat
dipisahkan, minyak memiliki berat jenis yang lebih kecil dari pada air sehingga posisi
minyak akan berada di atas air dan minyak akan di buang melalui outlet.
Pada reaktor pemisah minyak, minyak akan menempel pada sekat-sekat yang
terdapat dalam reaktor pemisah minyak. Sekat ini berfungsi mengurangi lintasan butiran
partikel minyak ke permukaan sehingga butiran minyak yang telah terkumpul dibawah
sekat dapat mengumpul lebih lanjut ke atas permukaan air, dan minyak yang terkumpul
pada permukaan akan dibuang melalui pipa penangkap minyak.
Pada penelitian menggunakan oil trap, pengukuran konsentrasi minyak dalam air
diperoleh data dan efisiensi selama penelitian yaitu pada inlet sebesar 230 ppm, dengan
oulet sebesar 28 ppm. Menurut KEP 51 / MENLH / 10 / 1995 Golongan 2 tentang Baku
Mutu Limbah Cair bagi Kegiatan Industri sebesar 50 ppm. Dan rata-rata prosentase 99,57
%(Wahyuni, 2006). Sedangkan prosentase pada reaktor pemisah minyak rata-rata
sebesar 45,10 %. Dimana limbah yang diolah menggunakan oil trap, minyak yang larut
dalam air kurang dari 10 ppm, kebanyakan terpisah dan mengapung dipermukaan air.
Pada oil trap juga memiliki waktu detensi yang lama yaitu 2 jam. Limbah yang diolah
pada oil trap tidak hanya limbah nikel saja, tetapi limbah dari hasil pencucian bengkelbengkel pabrik, ceceran oli pada bengkel, serta limbah dari hasil pencucian kendaraan.
Sehingga prosentase efisiensinya mencapai 99,57 %. Pada reaktor pemisah minyak
memiliki kadar inlet 49 mg/l. Dimana pada limbah bengkel sebagian besar minyak larut
dalam air dan hanya sebagian kecil saja yang terapung di atas permukaan air, dan sulit
untuk dipisahkan sehingga efisiensi penurunan reaktor pemisah minyak hanya 45,10 %,
dibandingkan dengan oil trap yang sebagian besar minyaknya terpisah dan terapung di
permukaan air dan mudah untuk dipisahkan. Sehingga digunakan media karbon aktif dan
zeolit untuk memisahkan atau menyerap minyak yang terlarut dalam air, sehingga
prosentase dari efisiensi reaktor pemisah minyak hanya 45,10 %. Untuk prosentase
efisiensi pada reaktor zeolit sebesar 57,09 %, prosentase ifisiensi pada reaktor karbon
aktif sebesar 61,17 %.
Dari data dan hasil perbandingan diatas, kedua teknologi tersebut memiliki
kemampuan yang efektif dalam pemisahan antara minyak dan air. Pada reaktor pemisah
minyak memiliki media tambahan yaitu karbon aktif dan zeolit sebagai adsorbennya.
BAB III
KESIMPULAN
Pengolahan minyak mentah (crude oil) sangat membutuhkan energi yang
merupakan
bahan
baku
sumber
daya
alam
sangat
berpotensi
terjadinya
limbah
padaT
Pada
umumnya
limbah
padat
yang
dihasilkan
adalahsludge (lumpur) yang terdiri dari Arsen, Barium, Boron, Chromium, Cadmium,
Mercury, Timbal dan Seng. Sludge yang didapatkan dari pembersihan tangki akan diolah
ke dalam suatu bak untuk pengolahan lebih lanjut.
Sumber limbah gas minyak bumi Upaya pengelolaan lingkungan yang dilakukan
untuk mengurangi dampak kualitas udara ambient yang berupa gas diantaranya :
1.
Melewatkan gas H2S kedalam larutan NaOH atau Ca(OH)2 sehingga gas
yang keluar merupakan sisa yang tidak tertangkap oleh larutan NaOH atau
Ca(OH)2.
2.
3.
4.
Pada saat ini telah banyak teknologi yang digunakan dalam pengolahan limbah
minyak mulai dari pengolahan secara mekanis dan kimia, namun masih meninggalkan
permasalahan pada kadar maksimum minyak. Sehingga teknologi ramah lingkungan
untuk meminimasi kadar minyak adalah dengan Solid Bioremediation yaitu secara
pengomposan.
secara umum beberapa teknik penanggulangan tumpahan minyak yang menjadi
limbah
diantaranya in-situ
burning,
penyisihan
secara
mekanis, bioremediasi,
DAFTAR PUSTAKA
Bumi
yang
Ramah