TESIS
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar MKKK
DYAH HERMIYANTI
0806482781
HALAMAN PENGESAHAN
Dyah Hermiyanti
NPM
0806482781
Program Studi
Judul Tesis
DEWAN PENGUJI
Pembimbing
Penguji
Ditetapkan di
: Depok
Tanggal
: 26 Januari 2012
()
ABSTRAK
Nama
Dyah Hermiyanti
Program Studi
Judul
Penelitian ini berfokus pada analisis penyebab kecelakaan kerja fatal jatuh dari
kapal pada transportasi air dalam kegiatan survei seismik 2D PT. X di
Simenggaris, Kalimantan Timur tahun 2010, dimana satu orang kru rintis #2 pada
line 26 karyawan PT. SMK (mitra kerja) kehilangan nyawa karena korban terjatuh
dari kapal saat akan mengambil pelampung yang diletakkan di atap kapal dan
kemudian tenggelam.
Penelitian dilakukan dengan pendekatan kualitatif berdasarkan data sekunder
berupa dokumen laporan hasil investigasi kecelakaan dan foto kejadian mengenai
kecelakaan kerja fatal jatuh dari kapal pada penggunaan transportasi air dalam
survei seismik yang dilakukan oleh PT. X di Simenggaris, Kalimantan Timur.
Adapun teknik yang digunakan untuk menganalisis penyebab kecelakaan adalah 5
Whys dan SCAT.
Hasil analisa peneliti terkait penyebab kecelakaan fatal ini, mencakup dua hal,
yaitu penyebab langsung berupa tindakan tidak aman korban yang tidak
memperkirakan risiko yang dihadapi saat mengambil pelampung, dan kondisi
tidak aman yaitu akses untuk menaiki dan menuruni kapal (bridging) yang belum
disesuaikan dengan kondisi pasang-surut permukaan air sungai sehingga kondisi
berlumpur, housekeeping yang buruk serta pengaman kapal yang tidak memadai.
Sedangkan penyebab pedukung, mencakup: mitra kerja tidak memiliki SMK3,
HSE Plan, dan Instruksi Kerja/SOP pekerjaan yang belum dilaksanakan secara
konsisten oleh mitra kerja, tidak memadainya standar K3, serta kurangnya
kesadaran dan pengawasan mandor.
Kata kunci
ABSTRACT
Name
: Dyah Hermiyanti
Study Program
Title
This study focused on analyzing the causes of fatal accident man overboard on
water transport in the 2D seismic survey activities of PT. X in Simenggaris, East
Kalimantan in 2010. One crew of Rintis # 2 on line 26, employees of PT. SMK
(partners) lost his lives because fell from the ship when took a life jacket which
placed on the ship roof and then he sank.
The study was conducted with a qualitative approach based on secondary data
from the investigation report documents of the accident, as well as the
documentation pictures. The technique used to analyze the causes of accidents is
5 Whys and SCAT.
The results of research analysis on the causes of this fatal accident, include two
major; 1) direct cause of action; the victim did not conscious about the risk in
front of him, by did not cleaned up the boot and use the life jacket before entering
the boat) and unsafe conditions of access to up and down ship (bridging) that have
not adapted to the conditions of the tidal river water surface, poor housekeeping,
and minimum fence security on boat. While the contributing cause, including:
sub-contractor did not have HSE system, HSE Plan, and Work Instructions / SOPs
of work was not carried out consistently, minimum HSE, minimum training and
controlling by PT X, as well as lack of supervision.
Key words
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.............
HALAMAN PENGESAHAN............
ii
iii
iv
ABSTRAK
....
vi
ABSTRACT ....
vii
DAFTAR ISI...
viii
DAFTAR TABEL
....
xi
DAFTAR LAMPIRAN .
xii
BAB 1
1.1
1.2
1.3
1.4
1.5
1.6
PENDAHULUAN
Latar Belakang ..
Perumusan Masalah
Pertanyaan Penelitian .
Tujuan Penelitian ..
Manfaat Penelitian .
Ruang Lingkup Penelitian .
1
4
4
4
4
5
BAB 2
2.1
2.2
2.3
TINJAUAN PUSTAKA
Pengertian Kecelakaan Kerja .
Kerugian Akibat Kecelakaan Kerja
Teori Penyebab Kecelakaan .
2.3.1 Teori Domino
2.3.2 The ILCI Incident Sequence .
2.3.3 Teori Transfer Energi
2.3.4 Teori Faktor Manusia
2.3.5 Teori Kecelakaan ...
2.3.6 Teori Sistem/ Teori Keseimbangan ..
2.3.7 Teori Perilaku
Pendekatan Pencegahan Kecelakaan
Sistem Manajemen K3 .
2.5.1 Manajemen Risiko .
2.5.2 Hubungan Manajemen Risiko dan Manajemen K3....
2.5.3 Proses Manajemen Risiko ..
Investigasi Kecelakaan Kerja..
2.6.1 Penyelidikan Insiden
2.6.2 Teknik Pengumpulan Bukti ..
6
6
8
9
13
18
18
20
22
23
23
30
31
33
35
36
36
40
2.4
2.5
2.6
42
3.1
3.2
3.3
49
50
53
BAB 4
4.1
4.2
4.3
4.4
METODOLOGI PENELITIAN
Desain Penelitian
Waktu Penelitian ..
Metode Pengumpulan Data ..
Metode Analisis Data .
54
54
54
54
BAB 5
5.1
BAB 3
5.2
5.3
BAB 6
6.1
6.2
56
58
59
63
65
75
76
78
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1
Tabel 2.2
Persyaratan Pekerja
24
Tabel 5.1
Gambaran Peristiwa ..
57
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1
Gambar 2.2
Gambar 2.3
13
Gambar 2.4
18
Gambar 2.5
20
Gambar 2.6
Accident/Incident Theory ..
22
Gambar 2.7
31
Gambar 2.8
32
Gambar 2.9
34
36
43
44
..
45
46
46
Gambar 3.1
Kerangka Teori ..
50
Gambar 3.2
Kerangka Konsep
52
Gambar 5.1
Kondisi Sungai ..
59
Gambar 5.2
Timeline Kejadian .
60
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1
80
83
Lampiran 3
Kenijakan Transportasi .
86
Lampiran 4
88
sebaliknya
Lampiran 5
90
Lampiran 6
Kesaksian.
93
Lampiran 7
Foto-foto .
96
Lampiran 8
104
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) dalam perusahaan merupakan
suatu hal yang penting, dimana upaya K3 bertujuan untuk mencegah kecelakaan
yang ditimbulkan karena adanya suatu bahaya terhadap pekerja di lingkungan
kerja. Kecelakaan menurut M. Sulaksmono (1997) adalah suatu kejadian tak
diduga dan tidak dikehendaki yang mengacaukan proses suatu aktivitas yang telah
diatur (dalam Anizar 2009). Sedangkan menurut Frank Bird, an accident is
undesired event that result in physical harm to a person or damage to property. It
is usually the result of a contact with a source of energy (kinetic, electrical,
chemical, thermal, etc).
Terjadinya kecelakaan seringkali disertai luka, kelainan tubuh, cacat
bahkan kematian. Jika hal tersebut terjadi pada pekerja, tentu saja menjadi
kerugian besar bagi pekerja, keluarganya, juga perusahaan tempat ia bekerja, baik
berupa kerugian material dan fisik maupun kerugian langsung (direct cost) dan
kerugian tidak langsung (indirect cost). Kerugian langsung misalnya cedera pada
tenaga kerja dan kerusakan pada sarana produksi. Sedangkan kerugian tidak
langsung 1 misalnya terhentinya proses produksi, penurunan produksi, klaim atau
ganti rugi, dampak sosial, citra dan kepercayaan konsumen.
Setiap kecelakaan tidak terjadi kebetulan dan pasti ada penyebabnya. Oleh
karenanya, sebab-sebab kecelakaan harus diteliti dan ditemukan agar kecelakaan
serupa tidak berulang kembali. Dengan melakukan penyelidikan penyebab
terjadinya kecelakaan, diharapkan hasilnya dapat digunakan sebagai dasar
pembelajaran untuk melakukan pencegahan terulangnya kejadian kecelakaan
serupa di masa depan.
1
Kerugian tidak langsung disebut pula sebagai kerugian yang tidak terlihat atau kerugian
tersembunyi (hidden cost)
sangat berbahaya. Banyak operasi yang sangat memerlukan kekuatan fisik dan
tergantung pada kegiatan dan waktu yang terkoordinasi dari setiap anggota kru
terhadap keefektifan dan akhirnya keselamatan kerja mereka.
Berdasarkan kajian bahaya (risk assessment) di lokasi survei, setidaknya
teridentifikasi lima subyek bahaya (PT. X, 2011), yaitu:
1. Transportasi (air dan darat)
Lokasi survei seismik berada pada areal yang harus ditempuh dengan
mempergunakan kapal (sungai di antara delta-delta).
2. Camp
3. Bahan peledak
4. Lingkungan (bahaya alami di area berawa, sungai, dan bahaya non alami
berupa instalasi listrik tegangan tinggi), aspek sosial kemasyarakatan (humas),
kesehatan
5. Operasi (topo/rintis bridging, drilling/preloading, recording).
Walau PT. X telah memiliki Sistem K3, pada tanggal 24 Desember 2010
telah terjadi kecelakaan kerja pada penggunaan transportasi air saat kegiatan
survei seismik 2D Blok Simenggaris. Kecelakaan tersebut menyebabkan seorang
kru rintis #2 line 26 (karyawan subkontraktor) meninggal dunia, sehingga
kecelakaan tersebut tergolong pada fatality. Korban terjatuh dari kapal saat akan
mengambil pelampung yang diletakkan di atap kapal dan kemudian tenggelam.
Korban baru ditemukan setelah pencarian selama dua hari dalam kondisi tidak
bernyawa. Dalam kecelakaan fatal jatuh dari kapal di kasus ini, terjadi pada saat
kru melakukan operasi rintis bridging, saat transportasi di air.
Berdasarkan hal di atas, peneliti bermaksud melakukan analisis apa yang
menjadi penyebab kecelakaan fatal tersebut untuk mengetahui apa yang menjadi
penyebab langsung dan penyebab pendukung dari kecelakaan tersebut meskipun
PT. X telah memiliki sistem K3.
1.2
Perumusan Masalah
Dalam suatu kecelakaan, terdapat penyebab langsung dan pendukung.
Dalam penelitian ini yang menjadi rumusan masalah adalah apa yang
menyebabkan kecelakaan kerja fatal jatuh dari kapal pada penggunaan
transportasi air saat kegiatan survei seismik 2D oleh PT X di Simenggaris,
Kalimantan Timur tahun 2010.
1.3
Pertanyaan Penelitian
Apakah yang menyebabkan kecelakaan kerja fatal jatuh dari kapal pada
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
jatuh dari kapal pada penggunaan transportasi air saat kegiatan survei seismik 2D
untuk mengetahui penyebab langsung dan penyebab pendukung terjadinya
kecelakaan kerja fatal.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
mengakibatkan kerugian fisik pada manusia atau kerusakan pada properti. Hal ini
biasanya merupakan hasil dari kontak dengan sumber energi (kinetik, listrik,
kimia, termal, dll) (dalam Ramli, 2010b). Menurut Dupont, rasio kecelakaan
adalah: 1 : 30 : 300 : 3000: 30.000, yang artinya untuk setiap 30.000 bahaya atau
tindakan tidak aman atau kondisi tidak aman, akan terjadi 1 kali kecelakaan fatal,
30 kali kecelakaan berat, 300 kali kecelakaan serius dan 3000 kecelakaan ringan
(Ramli, 2010a).
2.2
Meskipun tidak ada metodologi umum yang berlaku untuk melakukannya, telah
diperkirakan bahwa kecelakaan kerja menghabiskan lebih banyak waktu kerja dan
lebih banyak produktivitas kerja yang hilang, terutama jika dibandingkan dengan
ancaman lain terhadap kesehatan, seperti kanker dan penyakit kardiovaskular
(Brunette 2006).
Kerugian akibat kecelakaan dapat dikategorikan atas kerugian langsung
(direct cost) dan kerugian tidak langsung (indirect cost). Kerugian langsung
adalah kerugian akibat kecelakaan yang langsung dirasakan dan membawa
dampak terhadap organisasi, misalnya biaya pengobatan cedera dan kompensasi
pada tenaga kerja dan kerusakan sarana produksi. Kerugian tidak langsung adalah
kerugian yang tidak terlihat sehingga sering disebut juga sebagai kerugian
tersembunyi (hidden cost), misalnya kerugian akibat terhentinya proses produksi,
penurunan produksi, klaim atau ganti rugi, dampak sosial, citra dan kepercayaan
konsumen (Ramli, 2010b). Meskipun terdapat metode penelitian dan teknik untuk
menghitung biaya ekonomi, hanya sedikit yang bisa mengeksplorasi biaya tidak
langsung dari kecelakaan kerja dan dampak sosialnya (Brunette, 2006).
2.3
Operational Errors
Manager
Behavior
Policy
Goals
Authority
Responsibility
Accountability
Span of
Attention
Delegation
Tactical Errors
Supervisor
Behavior
Conduct
Responsibility
Authority
Rules
Coaching
Initiative
Morale
Operations
Employee Behavior
(Unsafe Acts)
Poor Teamwork
Using Unsafe
Equipment
Failure to Use
Protective Gear
Failure to Warn
Others
Using Equipment
in an Unsafe
Manner
Horseplay
Work
Conditions
(Unsafe
Conditions)
Improper
Design
Poor
Housekeeping
Improperly
Guarded
Improper
Illumination
Improper
Ventilation
Kecelakaan
/Insiden
Injury
Producing
Cedera/
Kerusakan
To Persons
To Property
Near-miss/
No Injury
Property
Damage
Incident
atau terpeleset. Jika lantai dibersihkan dan ceceran minyak dibuang, maka dengan
sendirinya kemungkinan kecelakaan akibat terpeleset dapat dihindarkan.
Selanjutnya Heinrich mengemukakan 10 aksioma sebagai berikut:
1. Bahwa kecelakaan merupakan rangkaian proses sebab dan akibat. Tidak ada
kecelakaan yang hanya disebabkan oleh faktor tunggal, namun merupakan
rangkaian sebab dan akibat yang saling terkait. Sebagai contoh, adanya
ceceran minyak di lantai kemungkinan disebabkan peralatan yang rusak atau
bocor, sistem penimbunan yang tidak baik, prosedur pembersihan tidak ada
atau karena pengawasan yang kurang baik.
2. Bahwa sebagian besar kecelakaan disebabkan oleh faktor manusia dengan
tindakannya yang tidak aman yang menurut penyelidikan mencapai 85% dari
seluruh kecelakaan.
3. Bahwa kondisi tidak aman dapat membahayakan dan menimbulkan
kecelakaan. Dari setiap 300 tindakan tidak aman, akan terjadi satu kali
kecelakaan yang mengakibatkan kehilangan hari kerja.
4. Bahwa tindakan tidak aman dari seseorang dipengaruhi oleh tingkah laku,
kondisi fisik, pengetahuan dan keahlian serta kondisi lingkungan kerjanya.
5. Untuk itu upaya pencegahan kecelakaan harus mencakup berbagai usaha
antara lain dengan melakukan perbaikan teknis, tindakan persuasif,
penyesuaian individu dengan pekerjaannya dan dengan melakukan penegakan
disiplin (law enforcement).
6. Keparahan suatu kecelakaan berbeda satu dengan lainnya, dan ini dipengaruhi
oleh berbagai faktor terutama kondisi lingkungan kerja dan potensi bahaya
serta ketahanan manusia menerima bahaya tersebut.
7. Program pencegahan kecelakaan harus sejalan dengan program lainnya dalam
organisasi seperti program produksi, penekanan biaya dan produktivitas. Hal
ini sangat jelas, karena aspek K3 berkaitan dengan seluruh proses bisnis dalam
organisasi, sehingga berkembang konsep integrated safety.
8. Pencegahan kecelakaan atau program keselamatan dalam organisasi tidak
akan berhasil tanpa dukungan dan peran serta manajemen puncak dalam
organisasi. Manajemen harus memiliki komitmen nyata mengenai K3 sebagai
domino
kemudian
dikembangkan
oleh
Frank
Bird
yang
menggolongkan atas sebab langsung (immediate causes) dan faktor dasar (basic
causes). Penyebab langsung kecelakaan adalah pemicu yang
langsung
di lantai. Penyebab tidak langsung (basic causes) merupakan faktor yang turut
memberikan kontribusi terhadap kejadian tersebut, misalnya dalam kasus
terpeleset tersebut adalah adanya bocoran atau tumpahan bahan, kondisi
penerangan tidak baik, terburu-buru atau kurangnya pengawasan di lingkungan
kerja.
mengembangkan
lima
bagian
dari
rangkaian
kecelakaan
yang
kecelakaan yang efektif. ILCI Incident Sequence memberikan versi terkini dari
teori domino yang meliputi sistem manajemen, engineering, desain kerja dan
faktor manusia. Incident sequence ini meliputi semua elemen kunci yang
diperlukan untuk pengujian untuk mengontrol dan mencegah kecelakaan di tempat
kerja.
a. Lack of control
ILCI mengidentifikasi kontrol sebagai satu dari empat fungsi manajemen yang
esensial
(tiga
lainnya
yaitu
perencanaan,
pengorganisasian
dan
mental/psikologi
yang
tidak
memadai,
mencakup
mematikan
atau
mencegah
akses
terhadap
bahaya
atau
Inappropriate
Activities
Human Error
Inappropriate
Response
a. Overload
Kelebihan beban (overload) merupakan hasil dari ketidakseimbangan antara
kapasitas seseorang dalam waktu yang diberikan dan beban yang dibawa
seseorang pada saat itu. Kapasitas seseorang merupakan hasil dari faktorfaktor seperti kemampuan alami, pelatihan, state of mind, kelelahan, tekanan
dan kondisi fisik. Beban yang dibawa seseorang terdiri dari tugas-tugas yang
ia emban dan tanggung-jawabkan dan beban tambahan yang disebabkan oleh
faktor lingkungan (seperti: kebisingan, disktraksi, dll), faktor internal
(permasalahan pribadi, tekanan emosional, kekhawatiran, dll) dan faktor
situasi (tingkat resiko, instruksi yang kurang jelas, dll). Bentuk perilaku
seseorang merupakan hasil dari tingkat motivasi dan keinginannya.
b. Inappropriate Response/Incompatibility
Bagaimana seseorang merespon dalam suatu situasi dapat menyebabkan atau
mencegah terjadinya kecelakaan. Jika seseorang mendeteksi adanya kondisi
berbahaya, namun ia tidak melakukan apapun untuk memperbaikinya, ini
berarti ia bertindak dengan tidak sesuai. Jika seseorang melepaskan pelindung
keamanan dari mesin dengan tujuan untuk meningkatkan hasil, ini berarti ia
bertindak dengan tidak sesuai. Jika seseorang tidak mematuhi prosedur
keamanan yang sudah dibuat, ia bertindak tidak sesuai. Tindakan-tindakan
tersebut dapat mengarah kepada kecelakaan. Selain hal-hal tersebut di atas,
ada pula faktor lain yang mempengaruhi yaitu workstation incompatibility
(ketidakcocokan tempat kerja). Workstation incompatibility seseorang terkait
dengan ukuran, kekuatan fisik, dan faktor-faktor serupa yang dapat mengarah
kepada kecelakaan dan kerusakan.
c. Inappropriate Activities
Human error dapat disebabkan oleh inappropriate activities. sebagai
contohnya adalah jika seseorang melakukan tugas yang ia tidak tahu
c. Keputusan untuk berbuat salah (decision to err): sindrom itu tidak akan
terjadi pada saya.
Keputusan berbuat salah mungkin dilakukan secara sadar dan berdasarkan
logika, atau mungkin pula dilakukan secara tidak sadar. Berbagai macam tekanan
seperti batas waktu, tekanan pekerjaan, dan faktor anggaran dapat membuat
seseorang cenderung membuat keputusan dan bertindak tidak aman. Faktor lain
yang dapat mempengaruhi keputusan seperti itu adalah sindrom It wont happen
to me atau hal ini tidak akan terjadi kepada saya.
Komponen dari kegagalan sistem kebijakan, tanggung jawab, pelatihan,
pemeriksaan, dan standar memberi kontribusi yang sangat penting bagi teori
Petersen. Pertama, hal ini menunjukkan potensi dari hubungan kausal antara
kebijakan manajemen atau sikap manajemen dan keamanan. Kedua, hal ini
membentuk peranan manajemen dalam pencegahan kecelakaan termasuk konsep
yang luas dalam kesehatan dan keselamatan di tempat kerja.
Ada beberapa perbedaan potensi kegagalan sistem, seperti: manajemen
gagal untuk membentuk kebijakan keamanan yang komprehensif, tanggung jawab
dan kewenangan yang terkait dengan keselamatan tidak secara jelas didefinisikan,
prosedur keselamatan seperti measurement, inspeksi, perbaikan dan penyelidikan
tidak dilakukan dengan benar atau kurang diperhatikan, pekerja tidak
mendapatkan orientasi yang cukup, atau pekerja tidak diberikan pelatihan
keselamatan yang sesuai. Hal-hal tersebut hanya beberapa dari banyak tipe
kegagalan sistem yang dapat terjadi berdasarkan teori Petersen.
para manajer lini, penyelia, mandor kepala dan juga kepala urusan. Fungsionaris
lini wajib memelihara kondisi kerja yang selamat sesuai dengan ketentuan
perusahaan (Silalahi, 1985). Prinsip mencegah kecelakaan sebenarnya sangat
sederhana yaitu dengan menghilangkan faktor penyebab kecelakaan yaitu
tindakan tidak aman dan kondisi yang tidak aman. Namun dalam praktiknya tidak
semudah yang dibayangkan karena menyangkut berbagai unsur yang saling
terkait, mulai dari penyebab langsung, penyebab dasar dan latar belakang. Oleh
karena itu berkembang berbagai pendekatan dalam pencegahan kecelakaan.
Banyak teori dan konsep yang dikembangkan para ahli, beberapa
diantaranya :
a. Pendekatan Energi
Sesuai dengan konsep energi, kecelakaan bermula karena adanya sumber
energi yang mengalir mencapai penerima (recipient). Karena itu pendekatan
energi mengendalikan kecelakaan melalui 3 titik yaitu pada sumbernya, pada
aliran energi (path way) dan pada penerima.
1) Pengendalian pada sumber bahaya
Bahaya sebagai sumber terjadinya kecelakaan dapat dikendalikan langsung
pada sumbernya dengan melakukan pengendalian secara teknis atau
administratif. Sebagai contoh mesin yang bising dapat dikendalikan
dengan mematikan mesin, mengurangi tingkat kebisingan, memodifikasi
mesin, memasang peredam pada mesin, atau mengganti dengan mesin
yang lebih rendah tingkat kebisingannya.
2) Pendekatan pada jalan energi
Pendekatan berikutnya dapat dilakukan dengan melakukan penetrasi pada
jalan energi sehingga intensitas energi yang mengalir ke penerima dapat
dikurangi. Sebagai contoh, kebisingan dapat dikurangi tingkat bahayanya
dengan memasang dinding kedap suara, menjauhkan manusia dari sumber
bising, atau mengurangi waktu paparan.
3) Pengendalian pada penerima
Pendekatan berikutnya adalah melalui pengendalian terhadap penerima
baik manusia, benda atau material. Pendekatan ini dapat dilakukan jika
pengendalian pada sumber atau jalannya energi tidak dapat dilakukan
secara efektif. Oleh karena itu perlindungan diberikan kepada penerima
dengan meningkatkan ketahanannya menerima energi yang datang.
Pembinaan/Tindakan
Terampil
Latihan secukupnya
Sesuai
Bergairah
Berhati-hati
Tahu
Cukup pendidikan
Sikap Positif
Dari aspek manusia, gejala penyebab kecelakaan bermula pada kegiatan tidak
selamat manusia itu sendiri. Beberapa perbuatan yang mengusahakan
keselamatan antara lain:
1) Setiap karyawan bertugas sesuai dengan pedoman dan penuntun yang
diberikan.
2) Setiap kecelakaan atau kejadian yang merugikan harus segera dilaporkan
kepada atasan.
3) Setiap peraturan dan ketentuan keselamatan dan kesehatan kerja harus
dipatuhi secermat mungkin.
4) Semua karyawan harus bersedia saling mengisi atau mengingatkan akan
perbuatan yang dapat menimbulkan bahaya.
5) Peralatan dan perlengkapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja harus
dipakai atau dipergunakan bila perlu.
pekerja
meliputi
kurangnya
pengalaman,
tidak
c. Pendekatan Teknis
Pendekatan teknis menyangkut kondisi fisik, peralatan, material, proses
maupun lingkungan kerja yang tidak aman. Untuk mencegah kecelakaan yang
bersifat teknis dilakukan upaya keselamatan antara lain:
1) Rancang bangun yang aman yang disesuaikan dengan persyaratan teknis
dan standar yang berlaku untuk menjamin kelaikan instalasi atau peralatan
kerja.
2) Sistem pengaman pada peralatan atau instalasi untuk mencegah
kecelakaan dalam pengoperasian alat atau instalasi misalnya tutup
pengaman mesin, sistem inter lock, sistem alarm, sistem instrumentasi,
dan lainnya.
d. Pendekatan Administratif
Pendekatan secara administratif dapat dilakukan dengan berbagai cara antara
lain:
1) Pengaturan waktu dan jam kerja sehingga tingkat kelelahan dan paparan
bahaya dapat dikurangi.
2) Penyediaan alat keselamatan kerja
3) Mengembangkan dan menetapkan prosedur dan peraturan tentang K3
4) Mengatur pola kerja, sistem produksi dan proses kerja.
e. Pendekatan Manajemen
Banyak kecelakaan yang disebabkan faktor manajemen yang tidak kondusif
sehingga mendorong terjadinya kecelakaan.
Upaya pencegahan yang dilakukan antara lain:
1) Menerapkan Sistem Manajemen Keselamatan dan kesehatan Kerja
(SMK3).
2) Mengembangkan organisasi K3 yang efektif.
3) Mengembangkan komitmen dan kepemimpinan dalam K3, khususnya
untuk manajemen tingkat atas.
Sistem Manajemen K3
OHSAS 18001, menggunakan pendekatan kesisteman mulai dari
Sebagai suatu kesisteman, semua elemen tersebut saling terkait dan berhubungan
sehingga harus dijalankan secara terpadu agar kinerja K3 yang diinginkan dapat
tercapai.
Sistem dan prosedur, yang berkaitan dengan pengoperasian, cara kerja aman
atau sistem manajemen K3.
yang lebih rinci sesuai dengan kebutuhan organisasi. Untuk mengendaliakn unsur
manusia
misalnya,
dilakukan
upaya
pendidikan,
pelatihan,
kompetensi,
pengelolaan data dan informasi, pengukuran K3, tinjau ulang manajemen dan
lainnya. Semua program tersebut merupakan elemen dasar untuk mengelola risiko
dan bahaya yang ada dalam organisasi. Dengan demikian bahwa manajemen
risiko K3 merupakan bagian tidak terpisahkan dari manajemen K3.
2.5.3 Proses Manajemen Risiko
Mengelola risiko harus dilakukan secara komprehensif melalui pendekatan
manajemen risiko sebagaimana terlihat dalam Risk Management Standard
AS/NZS 4360, yang meliputi:
1. Penentuan konteks
2. Identifikasi risiko
3. Analisa risiko
4. Evaluasi risiko
5. Pengendalian risiko
6. Komunikasi
7. Pemantauan dan tinjau ulang.
Langkah awal mengembangkan manajemen risiko adalah menentukan
konteks yang diperlukan karena manajemen risiko sangat luas dan bermacam
aplikasinya, salah satu diantaranya adalah manajemen risiko K3. Untuk
manajemen risiko K3 sendiri, juga diperlukan penentuan konteks yang akan
dikembangkan misalnya menyangkut risiko kesehatan kerja, kebakaran, higiene
industri, dan lainnya.
pertimbangan
yang
perlu
mendapat
perhatian
dalam
4. Penyelidikan
Prosedur juga mencakup proses penyelidikan kejadian, termasuk penentuan
penanggungjawab penyelidikan yang meliputi:
5. Tindakan Koreksi
Setelah kejadian harus segera diambil langkah koreksi untuk menghilangkan
faktor penyebab kejadian atau penyimpangan yang ditemukan dalam
penyelidikan awal. Langkah ini diperlukan agar kondisi operasi dapat pulih
kembali dan aman dari sumber bahaya. Tindakan koreksi dapat mencakup
manusia, mesin, alat kerja, lingkungan kerja atau proses yang berbahaya.
6. Tindakan Pencegahan
Tindakan pencegahan harus segera dilakukan agar kecelakaan tidak meluas
sehingga menimbulkan korban atau kerusakan yang lebih besar.
7. Tindak Lanjut
Prosedur juga memuat tindak lanjut upaya pencegahan, termasuk tanggung
jawab, batas waktu pelaksanaan dan pelaporannya. (Ramli,, 2010)
Beberapa elemen penting yang harus diperhatikan saat melakukan
investigasi kecelakaan:
1.
Peralatan
2.
Lingkungan
Cahaya, gelap, basah, dingin, di dalam atau luar, bayangan, atau berangin.
3.
Pekerja
Apakah ada prosedur tertulis untuk tugas yang sedang dilakukan dan bila
ada, apakah pekerja diberi pelatihan?
4.
Manajemen
Apakah
manajemen
mengantisipasi
dan
memperbaiki
potensi
sampel adalah
suatu
yang
membutuhkan
penyelidikan mendalam melalui lapisan gejala atau efek dalam rangka untuk
mengidentifikasi penyebab.
Ada beberapa teknik untuk menganalisis bukti, antara lain:
1. 5 Whys
Teknik ini dilakukan dengan berulang kali mengajukan pertanyaan yang
sama dari suatu masalah, memilah penyebab atau solusi ke dalam elemen yang
lebih jelas. Pada setiap tahap, ada beberapa jawaban dari pertanyaan Why, yang
menghasilkan struktur pohon hirarki. Keuntungan menggunakan teknik ini adalah:
a. Langkah Pertama
Dalam tahap ini, penyidik perlu mengumpulkan bukti yang terdiri dari
lima kategori, yaitu bukti saksi, posisi/ lokasi, dokumen, parts evidence
dan reka ulang kecelakaan. Setelah bukti-bukti telah terkumpul, langkah
ini membutuhkan penyelidik untuk mengevaluasi potensi kerugian jika
kecelakaan tidak dapat dikendalikan. Ini adalah salah satu model
investigasi kecelakaan yang mencoba memperkenalkan prinsip-prinsip
penilaian risiko ke penyelidikan. Akan tetapi bagaimanapun potensi
kerugian atau tingkat keparahan kecelakaan yang digunakan di sini,
hanyalah salah satu faktor yang dipertimbangkan dalam asesmen risiko
tertentu.
b. Langkah 2
Langkah kedua dari penyelidikan ini, memerlukan penyidik untuk
mengidentifikasi perangkat dari daftar, seperti peralatan, mesin, listrik atau
bahan peledak.
c. Langkah 3
Pada langkah ketiga penyidik diperlukan untuk mengidentifikasi apa yang
disebut penyebab langsung dari dua daftar, satu untuk tindakan substandar dan yang lainnya untuk kondisi sub-standar. Daftar ini berisi
masing-masing
21
dan 16
pilihan
dan
termasuk
item
seperti
BAB 3
KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI ISTILAH
3.1
Kerangka Teori
Adanya prinsip bahwa dalam setiap kecelakaan pasti ada penyebabnya dan
setiap kecelakaan dapat dicegah, membuat penting bagi kita untuk mempelajari
faktor-faktor
yang
mungkin
mendukung
terjadinya kecelakaan.
Dengan
Penyebab Pendukung
Sistem Manajemen
K3
Faktor manusia
(kondisi fisik dan
mental)
Lingkungan
` Penyebab
Langsung
Tindakan
tidak aman
Kondisi tidak
aman
Accident/
Incident
Investigasi Kecelakaan
3.2
Kerangka Konsep
Setelah semua sumber informasi dan bukti telah dikumpulkan, penting
dengan
Whys,
metoda
SCAT
dapat
membantu
3.3
Definisi Istilah
Penyebab pendukung
Sistem Manajemen K3
Faktor manusia
Lingkungan
Penyebab langsung
Accident
Incident
BAB 4
METODOLOGI PENELITIAN
4.1
Desain Penelitian
Dalam melakukan analisa penyebab kecelakaan fatal ini, peneliti
Waktu Penelitian
Penelitian berlangsung dari bulan November sampai Desember 2011.
4.3
Whys dan SCAT. Alasan pemilihan 5 Whys dibandingkan teknik lainnya, peneliti dapat
memproses fakta lapangan dengan berulang kali mengajukan pertanyaan yang sama
dari masalah yang menjadi faktor krusial, kemudian memilah penyebab atau
solusi ke dalam elemen yang lebih jelas. Pada setiap tahap tersebut, ada beberapa
jawaban dari pertanyaan Why, yang menghasilkan struktur pohon hirarki.
Untuk memperkuat hasil analisa 5 Whys tersebut, peneliti menganalisa
kembali dengan menggunakan metode SCAT. SCAT memberikan serangkaian
pertanyaan yang dapat memandu peneliti menemukan penyebab-penyebab
kecelakaan berdasarkan kategori yang telah dibuat oleh metode SCAT yang
memiliki pertanyaan yang lengkap untuk menemukan penyebab kecelakaan.
BAB 5
HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1
Kronologi Peristiwa
Pada tanggal 24 Desember 2010, pukul 16.14 WITA, satu unit Kru Rintis
#2 telah selesai melakukan pekerjaan topografi dan rintis di line 26 tr. 1142 Desa
Manjelutung, Kecamatan Sesayap Hilir, Kabupaten Tana Tidung. Dalam satu unit
pekerja, terdapat 8 kru. Saat itu, 2 kru pulang ke field camp melalui jalan akses
sedangkan 6 kru pulang menggunakan kapal. Enam kru tersebut
berjalan
beriringan menuju kapal, saat itu korban berjalan berada pada urutan ke-4.
Karena saat itu air dalam posisi surut, kapal merapat agak jauh dari pinggir
sungai ( 4 5 meter dari bridging). Kondisi bridging di ujung lintasan tidak ada
jetty, sehingga kru harus melalui bibir sungai dengan tanah berlumpur yang
memiliki kedalaman 20 cm agar bisa naik ke kapal.
Saat itu, nahkoda kapal/motoris bekerja seorang diri tanpa asisten. Mandor
(Syt) mengingatkan seluruh kru yang akan naik ke kapal agar berhati-hati karena
kondisi tanah berlumpur dan licin dan harus memakai baju pelampung . Namun
ternyata semua pelampung berada di atas kapal. Korban tanpa menghiraukan
peringatan Mandor langsung naik ke kapal, lalu melepaskan peralatan perintis
(parang dan safety helmet) untuk mengambil baju pelampung nya yang diletakkan
di atap kapal melalui sisi kiri kapal dengan posisi tubuh tegak berdiri menyerong
menghadap badan kapal. Kemudian, ia tiba-tiba terpeleset jatuh ke sungai
sebelum berhasil mengambil pelampung tersebut.
Mandor segera melompat ke air dengan mengenakan life jacket untuk
menolong korban tapi gagal, lalu mandor naik lagi ke perahu. 5-10 detik setelah
korban jatuh tenggelam, korban muncul kembali di sisi lambung kanan kapal
dengan kedua telapak tangan dan sebagian rambut muncul di permukaan air, akan
tetapi tidak tampak korban berusaha berontak/panik.
Motoris lalu melompat (dengan mengenakan life jacket) ke sungai diikuti
mandor untuk mencoba menolong korban. Satu personil kru melempar life ring ke
dan tidak
muncul lagi.
Setelah kejadian, mandor segera melapor ke koordinator lapangan, lalu
korlap melapor ke base camp pukul 16.30 WITA. Bantuan pencari dari kru datang
dari Sesayap, Tanjung Kramat & Tarakan untuk mencari korban. PT. X
menghubungi SAR dan Polisi yang kemudian datang membantu. Pencarian
dilakukan sampai dengan pukul 24.00 WITA. Kemudian, tanggal 25 Desember
2010 pencarian dilanjutkan dengan memperluas radius pencarian hingga 5 km,
tetapi korban belum juga ditemukan. Akhirnya, pada tanggal 26 Desember 2010,
pukul 09.02 WITA, kru rintis berhasil menemukan korban 480 meter dari lokasi
korban terjatuh dalam kondisi sudah meninggal. Kondisi jenazah tampak bengkak
dan ada perdarahan di wajah (keterangan dokter visum: hal ini akibat proses
pembusukan).
Tabel 5.1. Gambaran Peristiwa
Tanggal kejadian
Lokasi kejadian
Peralatan yang
digunakan
Cuaca saat kejadian
Cerah
Kondisi lingkungan
Air sungai dalam keadaan surut ( 1,5 meter dari kondisi pasang)
Kedalaman air pada posisi kapal 5 meter
Data korban
Nama: AP
Umur: 21 tahun
Jabatan: Kru Rintis #2 line 26, karyawan PT. SMK
Pengalaman: tidak diketahui
Data peralatan
Saksi
Titik jatuh
2. Apabila kapal bisa merapat ke tepi sungai, apakah korban perlu melalui
daerah yang berlumpur? Tidak (faktor kritis)
3. Apabila life jacket tidak berada di atap kapal, apakah perlu korban naik ke
tepi kapal? Tidak (faktor kritis)
4. Apabila korban mengenakan life jacket, apakah masih bisa tenggelam?
Tidak (faktor kritis)
5. Apabila sepatu korban tidak berlumpur (bersih), apakah korban masih bisa
terpeleset? Tidak (faktor kritis)
6. Apabila sungai tidak dalam dan tidak berarus deras, apakah korban masih
bisa tenggelam? Ya (bukan faktor kritis)
Jadi Critical Factor pada kejadian ini adalah:
Naik ke tepi kapal karena hendak mengambil pelampung yang ada di atap
kapal
Dari Critical Factor di atas kemudian dilakukan analisis untuk menentukan akar
penyebabnya. Analisis dilakukan dengan menggunakan metode 5 Whys. Adapun
pertanyaan-pertanyaan yang muncul berdasarkan metode 5 Whys:
1. T (Tanya): mengapa korban naik ke tepi kapal?
J (jawab): mengambil pelampung yang diletakkan di atap kapal?
T: mengapa pelampung diletakkan di atap kapal?
J: sedang dijemur
T: Apakah letak pelampung di atas atap kapal karena kesalahan housekeeping
dalam penyimpanan life jacket?
J: Ya
T: adakah prosedur penyimpanan peralatan keselamatan di kapal?
J: tidak
T: Siapakah yang bertanggungjawab dalam penyimpanan peralatan dan
pengawasan di atas kapal?
J: Motoris (nahkoda kapal)
2. T: mengapa korban jatuh dari kapal?
J: karena terpeleset.
T: mengapa bisa terpeleset?
J: karena sepatunya berlumpur.
T: mengapa sepatunya berlumpur?
J: karena melalui jalan berlumpur.
T: mengapa melalui jalan berlumpur?
J: karena bridging yang tidak memadai (tidak mengantisipasi kondisi sungai
yang surut)
T: adakah prosedur pembuatan bridging?
J: tidak
3. T: mengapa korban naik ke kapal tanpa menggunakan life jacket?
J: life jacket masih berada di atap kapal, karena itu korban berusaha
mengambilnya
T: adakah prosedur dalam mengenakan life jacket?
J: ada (prosedur transfer kru dari dan ke kapal).
T: mengapa korban dapat naik ke kapal tanpa menggunakan life jacket terlebih
dahulu dan mengikuti prosedur?
J: karena kurangnya pemahaman tentang prosedur oleh korban dan kurangnya
pengawasan dari penanggungjawab.
yang diduga
Job Factor
8.7
5.3
bahwa penyebab kecelakaan kerja fatal jatuh dari kapal pada penggunaan
transportasi air saat kegiatan survei seismik 2D yang dilakukan oleh mitra kerja
adalah:
1. Penyebab langsung
a. Tindakan tidak aman
Menurut Newton (2011) ada beberapa hal yang dapat menyebabkan
kecelakaan, yaitu kelelahan, terlalu keras bekerja, ceroboh dan teknik yang
tidak benar. Ketika lelah, pekerja menjadi tidak waspada dan tidak sadar,
sehingga tidak lagi memperhatikan keselamatan. Terlalu keras bekerja
juga dapat menyebabkan kelelahan. Tindakan tidak aman dari seorang
manusia tersebut timbul karena 3 faktor yaitu karena tidak tahu, tidak
mampu dan tidak mau.
1) Seseorang melakukan tindakan tidak aman karena tidak tahu. Yang
bersangkutan tidak mengetahui tentang risiko, peraturan atau cara kerja
yang aman sehingga melakukan kesalahan dalam menjalankan
aktivitasnya yang berakhir dengan kecelakaan.
2) Faktor kedua adalah karena tidak mampu yang berkaitan dengan
kapasitas atau kompetensi dalam menjalankan pekerjaan. Yang
bersangkutan telah mengetahui bagaimana melakukan pekerjaan
2. Penyebab pendukung
a. Sistem Manajemen Keselamatan
HSE Korporat merupakan bagian dari Sistem Manajemen HSE PT. X
yang merupakan tujuan dan sasaran perusahaan dalam program tahunan.
Untuk tahun 2010 perusahaan menetapkan sasaran perusahaan yang harus
dicapai oleh seluruh kru sebagai berikut:
Menyediakan
pelatihan
Manajemen
Lingkungan
untuk
semua
kontraktor,
khususnya
kontraktor
kecil
terhadap
pelatihan
yang
dibutuhkan
yang
berhubungan
dengan
persediaan
darurat.
Pelajari
bagaimana
memaksimalkan
harus
BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1
Kesimpulan
Dari hasil analisa terkait penyebab kecelakaan fatal jatuh dari kapal ini,
mencakup dua hal, yaitu penyebab langsung dan penyebab pendukung. Adapun
untuk penyebab langsung, antara lain:
1. Tindakan tidak aman:
Korban tidak memahami risiko dan bahaya yang diakibatkannya dari tidak
membersihkan sepatu yang berlumpur sebelum memasuki kapal, dan tidak
menggunakan pelampung sebelum memasuki kapal serta berdiri di sisi kapal
yang sempit dan tidak ada pengamannya saat mengambil pelampung di atap
kapal.
2. Kondisi tidak aman, yaitu :
-
Sisi tepi kapal yang sempit dan tidak memiliki pengaman, memiliki risiko
yang besar terhadap jatuhnya orang dari kapal.
Saran
11. Melakukan pengawasan secara ketat dan fokus khususnya untuk pekerjaan
yang berisiko dan berpotensi terjadinya kecelakaan fatal.
12. Dalam suatu proses investigasi kecelakaan, selidiki pula faktor-faktor personal
dari korban untuk mengetahui penyebab pendukung dari kecelakaan tersebut
(kondisi fisik dan mental pekerja).
DAFTAR REFERENSI
Adams, EE, 1976, Accident Causation and the Management System, American
Society of Safety Engineers.
Anizar 2009, Teknik Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Industri, Graha Ilmu,
Yogyakarta.
Brunette, Maria J, 2006, Safety in Occupational and Environmental Health:
Recognizing and Preventing Disease and Injury, eds Barry S. Levy,
Lippincott Williams & Wilkins, Philadelphia, USA, pp. 220-23.
Canadian Red Cross, Lifejackets and Personal Flotation Devices (PFDs).
Available form: <http://www.redcross.ca/article.asp?id=15198&tid=024>
[23 January 2012].
Department of Commerce, 2010, Man Overboard: Prevention and Response,
Government of Western Australia. Available from:
<http://www.commerce.wa.gov.au/worksafe/PDF/Codes_of_Practice/man
_overboard1.pdf> [23 January 2012].
Foss, M, Wlilliam, JH, Roberts, DS, Case Study: Koch Refining uses Total Safety
Culture Principles to Improve Safety. Available from: <
http://www.safetyperformance.com/CaseStudyKochRefiningUsesTotalSafetyCulturePrinciplestoImproveSafety.pdf> [23
January 2012].
Goetsch, DL, 1996, Occupational Safety and Health In the Age of High
Technology For Technologist, Engineers, and Managers, Second Edition,
Prentice-Hall, Inc, New Jersey.
Hydro Tasmania, 2010, Incident Management Investigation Methodology
Guide, Hydro Tasmania Procedure for Incident Management. Available
from: Hydro Tasmania. [9 Januari 2012].
KeepTruckingSafe.org, How to Investigate an Incident. Available from:
<http://www.keeptruckingsafe.org/safetymaterials/9081a2011.pdf> [19
Januari 2012].
Nevada Technical Associates, Man Overboard Prevention for Inland Waterways
and Maritime Personnel. Available from: <http://www.safety-videobmsh.com/Man-Overboard-Prevention-for-Inland-Waterways-andMaritime-Personnel-_p_4443.html>
Newton, Chris, 2011, The Leading Causes of Workplace Accidents. Available
from: <http://www.ehow.com/info_8035524_leading-causes-workplaceaccidents.html> [23 January 2012].
Noor, Juliansyah 2011, Metodologi Penelitian: Skripsi, Tesis, Disertasi, & Karya
Ilmiah, Kencana, Jakarta.
LAMPIRAN 1
PERSYARATAN BIDANG KESEHATAN, KESELAMATAN KERJA DAN
LINDUNGAN LINGKUNGAN (K3LL)
I.
Kotak P3K
Jangkar
Tempat sampah
Kompas/penunjuk arah
c. Persyaratan Tambahan
-
memiliki
pengalaman
mengemudikan
boat/perahu,
PT.
akan
melakukan
seleksi
terhadap
seluruh
calon
melakukan
tes
obat-obatan
dan
alkohol
kepada
para
LAMPIRAN 2
RENCANA TANGGAP DARURAT
ORANG JATUH DARI KAPAL
Pada saat terjadi situasi ada orang yang terjatuh dari kapal, harus segera ditolong
secepat mungkin untuk menghindarkan cedera lebih lanjut.
1. Tindakan orang pertama
Yang pertama-tama harus dilakukan seseorang pada saat melihat ada orang
jatuh dari kapal adalah:
Beritahu awak kapal atau kapal yang lain dengan berteriak ADA
ORANG JATUH DARI KAPAL, ADA ORANG JATUH DARI
KAPAL!.
Pastikan bahwa mereka dapat tetap dan selalu melihat orang tersebut di
dalam air.
Tunjukkan lokasi orang yang berada di dalam air tersebut kepada motoris
kapal dan supervisor atau pengawas, DAN TETAP MENUNJUK KE
POSISI ORANG YANG JATUH DI AIR.
2. Tindakan motoris kapal pada saat masih di atas air yang tidak berarus
Motoris kapal harus:
3. Tindakan motoris kapal pada saat berada di air yang berarus deras
Motoris kapal harus:
Sesegera mungkin perahu dipindahkan ke arah hulu dari posisi orang yang
jatuh tersebut.
Memberitahu base camp melalui radio bahwa ada orang jatuh ke air dan
memberi tahu lokasinya.
Usahakan agar kapal berada pada posisi yang paling baik pada saat arus air
membawa kapal menuju tempat orang jatuh tersebut.
Pada saat menuju orang jatuh tersebut, dapat saja kapal bergerak mendekat
dengan mesin dihidupkan, tetapi pada saat berada di dekat posisi orang
jatuh tersebut, gerakan mesin harus dimasukkan ke netral.
Posisikan kapal dengan aman supaya tidak ada risiko pada keselamatan
kapal dan penumpangnya. Jangan menambah orang masuk ke dalam air
atau membuat situasi makin buruk dengan menjadikan kapal tenggelam.
TETAPI TETAP DAPAT MELIHAT ORANG YANG JATUH.
Memastikan hanya anggota kru yang diperlukan saja yang menarik korban
dari dalam air, dan berada di posisi yang benar.
LAMPIRAN 3
KEBIJAKAN TRANSPORTASI
PT. X menyadari bahwa transportasi adalah aspek yang paling berbahaya dari
setiap pelaksanaan operasi. Oleh sebab itu, Kami menginstruksikan kepada semua
unit bisnis PT. X untuk menerapkan kebijakan transportasi baik di darat dan air
sebagai berikut:
Tidak
seorang
pun
pengemudi/operator
kendaraan
diperkenankan
Seluruh pekerja dan karyawan PT. X wajib mentaati kebijakan ini tanpa
kecuali. Setiap pelanggaran atas kebijakan ini berakibat pada suatu sanksi.
LAMPIRAN 4
PROSEDUR TRANSFER PERSONIL DARI JETTY KE BOAT
DAN SEBALIKNYA
LAMPIRAN 5
PEMERIKSAAN ALAT MARINE
DEPARTEMEN SHE PT. X
SIMENGGARIS
Pemeriksaan Alat Marine
Project No.
DEPARTEMEN
SHE
Form No.
Checklist inspeksi ini berlaku untuk secara umum untuk tindak lanjut/pemeriksaan
selama di proyek PT. X
Tanggal:
Lokasi:
Jenis/Tipe:
Nomor Desain:
Tahun Pembuatan:
Penjelasan
Yes
No
Keterangan/Komentar
Diperiksa oleh:
Disetujui oleh:
Diketahui oleh:
Diterima/Accepted
Ditolak/Rejected
Tanggal
Disetujui/Diterima:
Tanggal Pemeriksaan
Berikutnya:
LAMPIRAN 6
KESAKSIAN
Kesaksian 1
Nama
Jabatan
: Mandor Rintis 2
Tanggal 24 desember 2010, kami ikut tool box meeting di staging/camp topo
sesayap. Tema tool box tentang keselamatan kerja, APD. Berangkat kerja setelah
toolbox 6.45, sampai tempat kerja jam 07.00 WITA. Pulang kerja (lintasan 26 SP
1098 SP 1142) jam +- 15 WITA. Cuaca cerah. Lintasan sebagian besar di atas
rawa gambut. Ke tujuh teman sudah berjalan duluan, saya berjalan paling
belakang sambil membersihkan akar-akar di lintasan bridging.
Sampai di pinggir sungai kurang lebih jam 15.45 WITA. Kondisi sungai sedang
surut. Kami istirahat sekitar 15 menit menunggu kapal datang (Kapal KM
Dayang). Di kapal ada motoris (pak Bj) dan Medik (Pak Subhan). Kapal persiapan
untuk merapat/ bersandar. AP mulai berjalan mendekati kapal yang akan mulai
merapat. Saat kapal sudah merapat, AP langsung naik ke kapal. Saya sempat
memberikan peringatan (teriak) Pakai pelampung sebelum naik ke kapal.
Pelampung ada di atas kapal. Namun AP tidak menghiraukan teriakan saya dan
AP terus naik ke kapal dan berusaha untuk mengambil pelampung. AP naik di sisi
kiri kapal dan berusaha mengambil pelampung yang berada di atas atap kapal.
Sebelum AP dapat meraih pelampung tersebut, A terlihat terpeleset dan tercebur
ke sungai, tidak lama sesudah teriakan peringatan saya. Saya langsung naik kapal
dan pakai pelampung, kemudian terjun ke sungai untuk menolong AP. Namun A
sudah tenggelam. Saya kemudian naik ke kapal kembali. Tak lama berselang, A
muncul di sisi kanan kapal sekitar 4 meter dari kapal. A muncul di permukaan
hanya terlihat rambut dan kedua tangannya saja. Saya kembali terjun ke sungai
bersama motoris (Pak Bj). Pak Mardi yang di atas kapal melempar life ring ke
arah korban, namun ia tak dapat meraih. Kami (saya dan motoris) berenang
mendekati A untuk meraihnya. Namun korban tenggelam kembali. Motoris
kemudian melepas pelampung untuk menyelam tapi tidak berhasil A sudah tidak
terlihat. Saat saya di air, terasa arus sungai di bawah deras. Di darat, saya ambil
radio yang ada di sana untuk minta bantuan. Sebelumnya medik juga sudah
melapor untuk memberitahukan ada crew yang tercebur.
Pencarian dilakukan sampai jam 19.00 WITA, tak lama kemudian bantuan datang.
dari kami crew rintis 2 meminta kembali ke sesayap camp. Yang datang pada saat
itu adalah Pak Siswono, Pak Margono dan beberapa orang lain (kami tidak sempat
lihat secara detail). Sesekali makan malam di camp sesayap. Kami berangkat lagi
ke lokasi kejadian untuk berusaha melakukan pencarian kembali sampai jam 12
malam.
Demikian kesaksian ini saya buat dengan sebenar-benarnya.
Sesayap, 27 Desember 2010
Syt
Kesaksian 2
Nama
Jabatan
: motoris
Kesaksian 3
Nama
: SA (26 tahun)
Jabatan
: Medik
Sekitar jam 16.00 WITA, kami sampai di tempat penjemputan crew Rintis 2. Saya
ada di kapal/ perahu bersama pak Bj (motoris). Kapal merapat, A sudah berada
paling dekat perahu. Saya sempat dengar Pak Mandor Syt Hati-hati A, licin.
Pakai pelampung. A naik perahu, lepaskan ikat pinggang parang di kapal.
Setelah itu A ke sisi kiri perahu untuk ambil pelampung di atas perahu. Mandor
Syt setelah pakai pelampung langsung terjun ke sungai untuk menolong korban,
tapi korban langsung tenggelam sekitar 5-10 detik A muncul di sisi kanan perahu.
Mandor Syt dan Pak Bj langsung terjun ke sungai buat bantu.
Saya melapor via radio untuk minta bantuan, Ada crew, satu crew terpeleset
jatuh ke sungai. Basecamp merespon dan langsung minta semua yang terdekat
untuk datang memberi bantuan. Saya melihat pak Bj berusaha menyelam tapi
tidak bisa karena masih pakai pelampung, kemudian pelampung Pak Bj dilepas,
kemudian menyelam, tapi tidak berhasil menolong A.
Hari itu A tampak sehat, tidak ada keluhan sakit terhadap saya. Saya tahu kalau A
tidak bisa berenang.
Demikian kesaksian saya.
Sesayap, 27 Desember 2010
SA
LAMPIRAN 7
FOTO-FOTO
Gambar. Wilayah Kegiatan Operasi Survei Seismik Party A2.85 Blok Simenggaris
(Sumber: Laporan Investigasi PT. X)
Gambar. Posisi korban saat menaiki kapal untuk mengambil jaket pelampung
Gambar. Posisi korban saat menaiki kapal untuk mengambil jaket pelampung
(Foto Rekonstruksi - Tempat Kejadian Perkara)
15 cm
LAMPIRAN 8
DIAGRAM SCAT
(SYSTEMATIC CAUSE ANALYSIS TECHNIQUE)