Anda di halaman 1dari 20

Reaksi Bowen

Seri

Reaksi

Bowen

(Bowen

Reaction

Series)

menggambarkan

proses

pembentukan mineral pada saat pendinginan magma dimana ketika magma


mendingin, magma tersebut mengalami reaksi yang spesifik. Dan dalam hal ini
suhu merupakan faktor utama dalam pembentukan mineral.
Tahun 1929-1930, dalam penelitiannya Norman L. Bowen menemukan bahwa
mineral-mineral terbentuk dan terpisah dari batuan lelehnya (magma) dan
mengkristal sebagai magma mendingin (kristalisasi fraksional). Suhu magma dan
laju pendinginan menentukan ciri dan sifat mineral yang terbentuk (tekstur, dll).
Dan laju pendinginan yang lambat memungkinkan mineral yang lebih besar dapat
terbentuk.
Dalam skema tersebut reaksi digambarkan dengan Y, dimana lengan bagian atas
mewakili dua jalur/deret pembentukan yang berbeda. Lengan kanan atas
merupakan deret reaksi yang berkelanjutan (continuous), sedangkan lengan kiri
atas adalah deret reaksi yang terputus-putus/tak berkelanjutan (discontinuous).

1. Deret Continuous
Deret ini mewakili pembentukan feldspar plagioclase. Dimulai dengan feldspar
yang kaya akan kalsium (Ca-feldspar, CaAlSiO) dan berlanjut reaksi dengan
peningkatan bertahap dalam pembentukan natrium yang mengandung feldspar
(CaNa-feldspar, CaNaAlSiO) sampai titik kesetimbangan tercapai pada suhu
sekitar 9000C. Saat magma mendingin dan kalsium kehabisan ion, feldspar
didominasi oleh pembentukan natrium feldspar (Na-Feldspar, NaAlSiO) hingga
suhu sekitar 6000C feldspar dengan hamper 100% natrium terbentuk.
2. Deret Discontinuous
Pada deret ini mewakili formasi mineral ferro-magnesium silicate dimana satu
mineral berubah menjadi mineral lainnya pada rentang temperatur tertentu dengan
melakukan reaksi dengan sisa larutan magma. Diawali dengan pembentukan
mineral Olivine yang merupakan satu-satunya mineral yang stabil pada atau di
bawah 18000C. Ketika temperatur berkurang dan Pyroxene menjadi stabil
(terbentuk). Sekitar 11000C, mineral yang mengandung kalsium (CaFeMgSiO)
terbentuk dan pada kisaran suhu 9000C Amphibole terbentuk. Sampai pada suhu
magma mendingin di 6000C Biotit mulai terbentuk.
Bila proses pendinginan yang berlangsung terlalu cepat, mineral yang telah ada
tidak dapat bereaksi seluruhnya dengan sisa magma yang menyebabkan mineral
yang terbentuk memiliki rim (selubung). Rim tersusun atas mineral yang telah
terbentuk sebelumnya, misal Olivin dengan rim Pyroxene.
Deret ini berakhir dengan mengkristalnya Biotite dimana semua besi dan
magnesium telah selesai dipergunakan dalam pembentukan mineral.
3. Apabila kedua jalur reaksi tersebut berakhir dan seluruh besi, magnesium,
kalsium dan sodium habis, secara ideal yang tersisa hanya potassium, aluminium
dan silica. Semua unsur sisa tersebut akan bergabung membentuk Othoclase
Potassium Feldspar. Dan akan terbentuk mika muscovite apabila tekanan air
cukup tinggi. Sisanya, larutan magma yang sebagian besar mengandung silica dan
oksigen akan membentuk Quartz (kuarsa). Dalam kristalisasi mineral-mineral ini
tidak termasuk dalam deret reaksi karena proses pembentukannya yang saling
terpisah dan independent.

1.

Endapan Hipothermal

Mineralisasi hipotermal adalah proses pembentukan mineral pada suhu tinggi


(300C- 5000C) yang berada pada lingkungan jauh dengan permukaan pada
kedalaman kurang dari 4-6 km. prosesnya hamper sama dengan epithermal dan
endapan mesothermal.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kondisi secara umum pada lingkungan ini,
yang mencirikan karakteristik dari proses mineralisasi, temasuk kondisi geologi
lokal (permeabilitas dan reaktivitas dari host-rocks) dan tekanan beserta
temperatur dari fluida hydrothermal (air pada temperatur 100C dapat tetap
menjadi cairan dibawah tekanan yang tinggi tetapi ketika berada lingkungan
tekanan yang rendah dapat mendidih secara tiba-tiba bahkan meledak secara
explosive). Fluida hydrothermal mungkin dari residu magma asli, tetapi umumnya
terbentuk ketika airtanah terpanaskan oleh tubuh batuan yang meleleh, contohnya
sebuah sub-volcanic magma-chamber.

Endapan hipotermal terbentuk pada magma chamber pada kedalaman 4.000


6.000 meter. Pada endapan ini, biasa terdapat mineral logam yang berupa bornit,
kovelit, kalkosit, kalkopirit, pirit, tembaga, emas, wolfram, molibdenit, seng dan
perak. Mineral logam tersebut berasosiasi dengan mineral - mineral pengotor
seperti piroksen, amfibol, garnet, ilmenit, spekularit, turmalin, topaz, mika hijau
dan mika cokelat (Warmada, 2009).
Keberadaan dari endapan hipotermal terkait dengan pembentukannya yang
dipengaruhi oleh aktivitas magmatisme yang berada pada lokasi di bawah
permukaan, yaitu pada kedalaman 4.000 6.000 meter. Selain itu, dengan adanya
sistem hidrotermal yang membutuhkan adanya aktivitas magmatisme, maka
endapan hipotermal akan dapat ditemukan pada daerah-daerah yang terdapat
aktivitas magmatisme seperti sepanjang zona subduksi ataupun ring of fire.
Pada umumnya, endapan hipotermal berupa perlapisan endapan yang tersusun
oleh butiran yang kasar. Endapan mineral yang terdapat pada zona hipotermal
antara

lain emas, wolframite,

scheelite,

pyrrhotite,

pentlandite,

pyrite,

arsenopyrite, chalcopyrite, sphalerite, galena, uranite, dan cobalt. Flourite, barite,


magnetite, dan ilmenite, dalam jumlah kecil juga mungkin terdapat pada zona ini.
Selain mineral-mineral tersebut, terdapat juga mineral mineral lain yang
merupakan penyusun dari batuan beku dan metamorf yang juga dapat
dimungkinkan terdapat pada zona hipotermal, biasanya ditemukan bersamaan
dengan urat hipotermal.
Berdasarkan data-data eksperimen dan pemodelan memperlihatkan bahwa logam
logam pada umumnya termobilisasi (berasosiasi) dengan magma. Berdasarkan
pengukuran-pengukuran pada material hasil letusan gunung api memperlihatkan
bahwa gas-gas yang terlepas dari magma (degassing magma) dapat membawa
logam-logam. Berdasarkan studi terhadap beberapa tipe endapan, memperlihatkan
adanya hubungan antara jenis (komposisi) magma yang berasosiasi dengan
kandungan unsur-unsur logam tertentu, antara lain :
Magma (batuan beku) dengan kandungan K2O dan Na2O yang tinggi dapat
menjadi host untuk unsur-unsur lithophile seperti Zr, Nb dan Lanthanides.

Magma dengan komposisi aluminous yang kaya dengan F secara spesifik


berasosiasi dengan Sn, Mo, dan B.
Timah (Sn) dan tungsten (W) memperlihatkan kecenderungan berasosiasi dengan
reduced magma (dicirikan dengan absen-nya magnetite).
Tembaga

(Cu) dan

Molibdenum

(Mo) memperlihatkan

kecenderungan

berasosiasi dengan oxided magma (dicirikan dengan kehadiran magnetite).


Berdasarkan pemetaan terhadap keberadaan (sebaran) endapan-endapan pada
lingkungan hydrothermal memperlihatkan korelasi antara lingkungan tektonik
(busur magmatik) dengan distrik (komplek) bijih.

2. Endapan Mesothermal
Endapan mineral mesothermal merupakan endapan mineral yang terbentuk pada
temperature dan tekanan menengah. Bijih endapan mineral ini terbentuk pada
suhu sekitar 200-300C dengan kedalaman sekitar 1200-3600m dibawah
permukaan bumi. Pada dasarnya pembentukannya tidak jauh berbeda dengan
pembentukan endapan mineral epitermal dan hipotermal, yang membedakan
hanya suhu dan tekanan pada saat pembentukannya.
Magma mengalami diferensiasi seiring penurunan suhu secara bertahap, mineral
yang pertama kali terbentuk adalah mineral yang terbentuk secara pegmatitic yang
sarat akan unsur logam, selanjutnya pada tingkat diatasnya kandungan unsur
logam mulai berkurang seiring pembentukan mineral secara pneumolitik,
sehingga tahapan pembentukan mineral yang selanjutnya adalah melalui proses
hidrotermal akibat kandungan unsur mineral logam yang sudah mulai berkurang.
Dalam proses pembentukan endapan mineral hidrotermal ini diawali dengan
endapan mineral hypothermal pada suhu sekitar 300-500C dengan tekanan yang
masih sangat tinggi, kemudian terbentuk endapan mineral mesothermal pada suhu
200-300C pada tekanan moderat, dan yang terakhir adalah endapan mineral
epitermal pada suhu sekitar 150-200C dengan tekanan rendah dekat dengan
permukaan.

Semakin mendekati permukaan, maka mineral-mineral yang terbentuk cenderung


kepada mineral yang bersifat acid(asam) seiring berkurangnya kandungan unsur
logam sehingga kandungan silikanya secara otomatis akan mendominasi.
Macam Endapan Mineral Mesothermal
Endapan mineral mesothermal terdiri dari beberapa beberapa mineral logam yang
beberapa diantaranya adalah timbal, seng, perak, dan emas. Mineral-mineral
logam tersebut dapat terendapkan bersama dengan mineral-mineral lain seperti
kuarsa, pirit, dan juga mineral karbonat. Zona altrasi yang luas mengeliilingi
endapan mineral mesothermal tersebut. Produk dari altrasi itu antara lain, sericite,
kuarsa, kalsit, pirit, dolomit, piroklas, klorit , dan mineral lempung. Ortoklas
sekunder dan mineral lempung dijumpai pada endapan tembaga yang tersebar
dalam zona tersebut. Beberapa mineral tersebut seperti klorit dan lempung lebih
memiliki karakteristik seperti endapan epithermal, akan tetapi biasanya endapan
tersebut terdapat pada bagian luar dari endapan mesothermal.
Berikut merupakan ciri-ciri umum dari endapan mesothermal :
- Pada endapan ini tekanan temperaturnya medium(300o - 200oC),
- Karena bertemperaturnya medium maka proses pengendapan hanya mengisi
cela-cela (cavity filling) pada batuan yang dibentuk oleh tekanan dan juga kadangkadang mengalami replacement karena temperature yang masih medium.
- Asosiasi mineral yang ada berupah berupah sulfide Ag, As, Au, Sb dan oksida
(Sn) yang berasosiasi dengan batuan beku asam yang didekat permukaan bumi
oleh karena itu, mineral Au, Cu dapat dijumapi pada mineral kuarsa dan kalsit
pada batuan beku asam dan batuan sedimen.
Setiap tipe endapan hidrothermal diatas selalu membawa mineral-mineral yang
tertentu (spesifik), berikut altersi yang ditimbulkan barbagai macam batuan
dinding. Tetapi minera-mineral seperti pirit (FeS2), kuarsa(SiO2), kalkopirit
(CuFeS2), florida-florida hampir selalu terdapat dalam ke tiga tipe endapan
hidrothermal. Sedangkan alterasi yang ditimbulkan untuk tipe endapan
mesothermal khususnya pada dapat dilihat pada Tabel di bawah ini.

Paragenesis dari endapan mesothermal dan mineral gangue antara lain stanite (Sn,
Cu) sulfida, sulfida-sulfida : spalerit, enargit (Cu3AsS4), Cu sulfida, Sb sulfida,
stibnit (Sb2S3), tetrahedrit (Cu,Fe)12Sb4S13, bornit (Cu2S), galena (PbS), dan
kalkopirit (CuFeS2), dengan mineral-mineral ganguenya : kabonat-karbonat,
kuarsa, dan pirit.
Lindgren (1933) menyatakan bahwa endapan mesothermal tidak mengandung
mineral garnet, topas, piroksen, amphibole, dan tourmaline yang merupakan
mineral dengan suhu pembentukan yang tergolong tinggi. sedangkan endapan
mesothermal juga tidak mengandung zeolite yang proses pembentukannya pada
suhu yang tergolong rendah.
Endapan mineral mesothermal berhubungan erat dengan batuan beku secara
spasial ataupun secara genetic (genesa), sedangkan dalam hal lain, tidak ada
asosiasi genetic yang bisa dijabarkan.
Lokasi Pembentukan Endapan Mineral Mesothermal
Lokasi Pembentukan dari Endapan Mineral Mesothermal adalah pada Urat-urat
polimetalik pada batuan yang berumur paleozoikum bawah, dengan contoh batuan
yang telah diketahui dari Pembrokeshire, melewati Wales tengah ke Snowdonia
dan pada Anglesey.
Secara khusus, urat-urat polimetalik terdapat pada patahan, rekahan-rekahan
batuan dan zona patahan. Proses mineralisasi dimungkinkan terdapat pada
struktur, atau berkembang dengan pola minim (jarang). Gerakan perulangan dan
proses aktivitas mineralisasi adalah hal yang khusus. Dip-dip sangat
dimungkinkan untuk berubah-ubah dan dip-dip curam merupakan hal yang lazim
pada batuan-batuan yang berkompeten (contoh batupasir, dolerite sills) dan dipdip yang kurang curam terdapat pada batuan-batuan yang tidak berkompeten
(contoh serpih, batulempung). Wallrock biasanya teralterasi, dengan kenampakkan
yang agak memudar.
Di dalam Urat-urat polimetalik terkandung tembaga, timbal, seng, perak, dan
emas (sangat ekonomis), arsenic, dan logam putih, selalu didapatkan sufida
langka, arsenide atau telluride,. Material material ini terbentuk dari sejumlah
proses, yang berada di Wales,

Ketika sekuen sedimen tebal dan batuan vulkanik terkubur sangat dalam, hal ini
digunakan untuk penambahan tekanan dan suhu, menghasilkan produk dalam
metamorfisme tingkat rendah. Jumlah kebebasan air yang signifikan ini berasal
dari mineral yang terhidrasi, seperti lanau, sebagai rekristalisasinya. Unsur yang
mengandung air ini lalu pindah sebagai fluida hidrotermal sepanjang jalan yang
dapat dilewati air pada batuan, seperti patahan dan zona rekahan, dimana mineralmineral terdepositkan.
Beberapa sampel terbaik yang berasal dari Welsh, sama seperti urat-urat yang
berada di sabuk emas Dolgellau, diisi oleh batuan sedimen berumur tengah
sampai atas kambrian, dan intrusi, dan terbentuk lebih dahulu dari deformasi
Caledonian yang terangkat menjadi cekungan Welsh pada masa Devonian. Uraturat tersebut mengisi rekahan patahan dengan panjang strike hingga beberapa
kilometer dan khususnya terungkap menyerupai struktur pita sebagai contoh
ilustrasi diatas.
Reaksi metamorfisme menyebabkan pengisian air berskala luas pada batuan yang
terkubur sangat dalam, dipercaya telah mengalami proses mekanisme yang
memicu fluida hidrotermal.

3. Endapan Epithermal
Endapan epitermal didefinisikan sebagai salah satu endapan dari sistem
hidrotermal yang terbentuk pada kedalaman dangkal yang umumnya pada busur
vulkanik yang dekat dengan permukaan (Simmons et al, 2005 dalam Sibarani,
2008). Penggolongan tersebut berdasarkan temperatur (T), tekanan (P) dan
kondisi geologi yang dicirikan oleh kandungan mineralnya. Secara lebih detailnya
endapan epitermal terbentuk pada kedalaman dangkal hingga 1000 meter dibawah
permukaan dengan temperatur relatif rendah (50-200) oC dengan tekanan tidak
lebih dari 100 atm dari cairan meteorik dominan yang agak asin (Pirajno, 1992).
Tekstur penggantian (replacement) pada mineral tidak menjadi ciri khas karena
jarang terjadi. Tekstur yang banyak dijumpai adalah berlapis (banded) atau berupa
fissure vein. Sedangkan struktur khasnya adalah berupa struktur pembungkusan
(cockade structure). Asosiasi pada endapan ini berupa mineral emas (Au) dan

perak (Ag) dengan mineral penyertanya berupa mineral kalsit, mineral zeolit dan
mineral kwarsa. Dua tipe utama dari endapan ini adalah low sulphidation dan high
sulphidation yang dibedakan terutama berdasarkan pada sifat kimia fluidanya dan
berdasarkan pada alterasi dan mineraloginya.
Endapan epithermal umumnya ditemukan sebagai sebuah pipe-seperti zona
dimana batuan mengalami breksiasi dan teralterasi atau terubah tingkat tinggi.
Veins juga ditemukan, khususnya sepanjang zona patahan., namun mineralisasi
vein mempunyai tipe tidak menerus (discontinuous).
Pada daerah volcanic, sistem epithermal sangat umum ditemui dan seringkali
mencapai permukaan, terutama ketika fluida hydrothermal muncul (erupt) sebagai
geyser dan fumaroles. Banyak endapan mineral epithermal tua menampilkan
fossil roots dari sistem fumaroles kuno. Karena mineral-mineral tersebut berada
dekat permukaan, proses erosi sering mencabutnya secara cepat, hal inilah
mengapa endapan mineral epithermal tua relatif

tidak umum secara global.

Kebanyakan dari endapan mineral epithemal berumur Mesozoic atau lebih muda.
Mineralisasi epitermal memiliki sejumlah fitur umum seperti hadirnya kalsedonik
quartz, kalsit, dan breksi hidrotermal. Selain itu, asosiasi elemen juga merupakan
salah satu ciri dari endapan epitermal, yaitu dengan elemen bijih seperti Au, Ag,
As, Sb, Hg, Tl, Te, Pb, Zn, dan Cu. Tekstur bijih yang dihasilkan oleh endapan
epitermal termasuk tipe pengisian ruang terbuka (karakteristik dari lingkungan
yang bertekanan rendah), krustifikasi, colloform banding dan struktur sisir.
Endapan yang terbentuk dekat permukaan sekitar 1,5 km dibawah permukaan ini
juga memiliki tipe berupa tipe vein, stockwork dan diseminasi.
Dua tipe utama dari endapan ini adalah low sulphidation dan high sulphidation
yang dibedakan terutama berdasarkan pada sifat kimia fluidanya dan berdasarkan
pada

alterasi

dan

mineraloginya

(Hedenquistetal.,1996:2000

dalam

Chandra,2009).
Dibawah ini digambarkan ciri-ciri umum endapan epitermal (Lingren, 1933 dalam
Sibarani,2008)):
Suhu relatif rendah (50-250C) dengan salinitas bervariasi antara 0-5 wt.%

Terbentuk pada kedalaman dangkal (~1 km)


Pembentukan endapan epitermal terjadi pada batuan sedimen atau batuan beku,
terutama yang berasosiasi dengan batuan intrusiv dekat permukaan atau ekstrusif,
biasanya disertai oleh sesar turun dan kekar.
Zona bijih berupa urat-urat yang simpel, beberapa tidak beraturan dengan
pembentukan kantong-kantong bijih, seringkali terdapat pada pipa dan stockwork.
Jarang terbentuk sepanjang permukaan lapisan, dan sedikit kenampakan
replacement (penggantian).
- Logam mulia terdiri dari Pb, Zn, Au, Ag, Hg, Sb, Cu, Se, Bi, U
- Mineral bijih berupa Native Au, Ag, elektrum, Cu, Bi, Pirit, markasit, sfalerit,
galena, kalkopirit, Cinnabar, jamesonite, stibnite, realgar, orpiment, ruby silvers,
argentite, selenides, tellurides.
- Mineral penyerta adalah kuarsa, chert, kalsedon, ametis, serisit, klorit rendah-Fe,
epidot, karbonat, fluorit, barite, adularia, alunit, dickite, rhodochrosite, zeolit
- Ubahan batuan samping terdiri dari

chertification (silisifikasi), kaolinisasi,

piritisasi, dolomitisasi, kloritisasi


- Tekstur dan struktur yang terbentuk adalah Crustification (banding) yang sangat
umum, sering sebagai fine banding, vugs, urat terbreksikan.
Karakteristik umum dari endapan epitermal (Simmons et al, 2005 dalam Sibarani,
2008) adalah:
- Jenis air berupa air meteorik dengan sedikit air magmatik
- Endapan epitermal mengandung mineral bijih epigenetic yang pada umumnya
memiliki batuan induk berupa batuan vulkanik.
- Tubuh bijih memiliki bentuk yang bervariasi yang disebabkan oleh kontrol dan
litologi dimana biasanya merefleksikan kondisi paleo-permeability pada
kedalaman yang dangkal dari sistem hidrotermal.
Sebagian besar tubuh bijih terdapat berupa sistem urat dengan dip yang terjal
yang terbentuk sepanjang zona regangan. Beberapa diantaranya terdapat bidang
sesar utama, tetapi biasanya pada sesar-sesar minor.

- Pada suatu jaringan sesar dan kekar akan terbentuk bijih pada urat.
- Mineral gangue yang utama adalah kuarsa sehingga menyebabkan bijih keras
dan realtif tahan terhadap pelapukan.
- Kandungan sulfida pada urat relatif sedikit (<1 s/d 20%).
Pada lingkungan epitermal terdapat 2 (dua) kondisi sistem hidrotermal (Gambar
2.4) yang dapat dibedakan berdasarkan reaksi yang terjadi dan keterdapatan
mineral-mineral alterasi dan mineral bijihnya yaitu epitermal low sulfidasi dan
high sulfidasi (Hedenquist et al .,1996; 2000 dalam Sibarani, 2008).
Pengklasifikasian endapan epitermal masih merupakan perdebatan hingga saat ini,
akan tetapi sebagian besar mengacu kepada aspek mineralogi dan gangue mineral,
dimana aspek tersebut merefleksikan aspek kimia fluida maupun aspek
perbandingan karakteristik mineralogi, alterasi (ubahan) dan bentuk endapan pada
lingkungan epitermal. Aspek kimia dari fluida yang termineralisasi adalah salah
satu faktor yang terpenting dalam penentuan kapan mineralisasi tersebut terjadi
dalam sistem hidrotermal.
1. Karakteristik Endapan Epitermal Sulfida Rendah / Tipe Adularia-Serisit (
Epithermal Low Sulfidation )
a. Tinjauan Umum
Endapan epitermal sulfidasi rendah dicirikan oleh larutan hidrotermal yang
bersifat netral dan mengisi celah-celah batuan. Tipe ini berasosiasi dengan alterasi
kuarsa-adularia, karbonat, serisit pada lingkungan sulfur rendah dan biasanya
perbandingan perak dan emas relatif tinggi. Mineral bijih dicirikan oleh
terbentuknya elektrum, perak sulfida, garam sulfat, dan logam dasar sulfida.
Batuan induk pada deposit logam mulia sulfidasi rendah adalah andesit alkali,
dasit, riodasit atau riolit. Secara genesa sistem epitermal sulfidasi rendah
berasosiasi dengan vulkanisme riolitik. Tipe ini dikontrol oleh struktur-struktur
pergeseran (dilatational jog).

Genesa dan Karakteristik


Endapan ini terbentuk jauh dari tubuh intrusi dan terbentuk melalui larutan sisa
magma yang berpindah jauh dari sumbernya kemudian bercampur dengan air
meteorik di dekat permukaan dan membentuk jebakan tipe sulfidasi rendah,
dipengaruhi oleh sistem boiling sebagai mekanisme pengendapan mineral-mineral
bijih. Proses boiling disertai pelepasan unsur gas merupakan proses utama untuk
pengendapan emas sebagai respon atas turunnya tekanan. Perulangan proses
boiling akan tercermin dari tekstur crusstiform banding dari silika dalam urat
kuarsa. Pembentukan jebakan urat kuarsa berkadar tinggi mensyaratkan pelepasan
tekanan secara tiba-tiba dari cairan hidrotermal untuk memungkinkan proses
boiling. Sistem ini terbentuk pada tektonik lempeng subduksi, kolisi dan
pemekaran (Hedenquist dkk., 1996 dalam Pirajno, 1992).
Kontrol utama terhadap pH cairan adalah konsentrasi CO2 dalam larutan dan
salinitas. Proses boiling dan terlepasnya CO2 ke fase uap mengakibatkan kenaikan
pH, sehingga terjadi perubahan stabilitas mineral contohnya dari illit ke adularia.
Terlepasnya CO2 menyebabkan terbentuknya kalsit, sehingga umumnya dijumpai
adularia dan bladed calcite sebagai mineral pengotor (gangue minerals) pada urat
bijih sistem sulfidasi rendah
Endapan epitermal sulfidasi rendah akan berasosiasi dengan alterasi kuarsa
adularia, karbonat dan serisit pada lingkungan sulfur rendah. Larutan bijih dari
sistem sulfidasi rendah variasinya bersifat alkali hingga netral (pH 7) dengan
kadar garam rendah (0-6 wt)% NaCl, mengandung CO2 dan CH4 yang bervariasi.
Mineral-mineral sulfur biasanya dalam bentuk H2S dan sulfida kompleks dengan
temperatur sedang (150-300 C) dan didominasi oleh air permukaan
Batuan samping (wallrock) pada endapan epitermal sulfidasi rendah adalah
andesit alkali, riodasit, dasit, riolit ataupun batuan batuan alkali. Riolit sering
hadir pada sistem sulfidasi rendah dengan variasi jenis silika rendah sampai
tinggi. Bentuk endapan didominasi oleh urat-urat kuarsa yang mengisi ruang
terbuka (open space), tersebar (disseminated), dan umumnya terdiri dari urat-urat
breksi (Hedenquist dkk., 1996). Struktur yang berkembang pada sistem sulfidasi

rendah berupa urat, cavity filling, urat breksi, tekstur colloform, dan sedikit vuggy
(Corbett dan Leach, 1996),
Epithermal Low Sulphidation terbentuk dalam suatu sistem geotermal yang
didominasi oleh air klorit dengan pH netral dan terdapat kontribusi dominan dari
sirkulasi air meteorik yang dalam dan mengandung CO2, NaCl, and H2S

Karakteristik Endapan Epitermal Sulfida Tinggi (Epithermal High


Sulfidation) atau Acid Sulfate
Tinjauan Umum
Endapan epitermal high sulfidation dicirikan dengan host rock berupa batuan
vulkanik bersifat asam hingga intermediet dengan kontrol struktur berupa sesar
secara regional atau intrusi subvulkanik, kedalaman formasi batuan sekitar 5002000 meter dan temperatur 1000C-3200C. Endapan Epitermal High Sulfidation
terbentuk oleh sistem dari fluida hidrotermal yang berasal dari intrusi magmatik
yang cukup dalam, fluida ini bergerak secara vertikal dan horizontal menembus
rekahan-rekahan pada batuan dengan suhu yang relatif tinggi (200-3000C), fluida
ini didominasi oleh fluida magmatik dengan kandungan acidic yang tinggi yaitu
berupa HCl, SO2, H2S (Pirajno, 1992).
Genesa dan Karakteristik
Endapan epitermal high sulfidation terbentuk dari reaksi batuan induk dengan
fluida magma asam yang panas, yang menghasilkan suatu karakteristik zona
alterasi (ubahan) yang akhirnya membentuk endapan Au+Cu+Ag. Sistem bijih
menunjukkan kontrol permeabilitas yang tergantung oleh faktor litologi, struktur,
alterasi di batuan samping, mineralogi bijih dan kedalaman formasi. High
sulphidation berhubungan dengan pH asam, timbul dari bercampurnya fluida yang
mendekati pH asam dengan larutan sisa magma yang bersifat encer sebagai hasil
dari diferensiasi magma, di kedalaman yang dekat dengan tipe endapan porfiri dan
dicirikan oleh jenis sulfur yang dioksidasi menjadi SO.
Epithermal High Sulphidation terbentuk dalam suatu sistem magmatichydrothermal yang didominasi oleh fluida hidrothermal yang asam, dimana

terdapat fluks larutan magmatik dan vapor yang mengandung H2O, CO2, HCl,
H2S, and SO2, dengan variabel input dari air meteorik lokal.
Potensi Dan Keberadaan Endapan Epithermal
Jenis endapan epitermal yang terletak 500 m bagian atas dari suatu sistem
hidrotermal ini merupakan zone yang menarik dan terpenting. Disini terjadi
perubahan-perubahan suhu dan tekanan yang maksimum serta mengalami
fluktuasi-fluktuasi

yang

paling

cepat.

Fluktuasi-fluktuasi

tekanan

ini

menyebabkan perekahan hidraulik (hydraulic fracturing), pendidihan (boiling),


dan perubahan-perubahan hidrologi sistem yang mendadak. Proses-proses fisika
ini

secara

langsung

berhubungan

dengan

proses-proses

kimiawi

yang

menyebabkan mineralisasi.
Terdapat suatu kelompok unsur-unsur yang umumnya berasosiasi dengan
mineralisasi epitermal, meskipun tidak selalu ada atau bersifat eksklusif dalam
sistem epitermal. Asosiasi klasik unsur-unsur ini adalah: emas (Au), perak (Ag),
arsen (As), antimon (Sb), mercury (Hg), thallium (Tl), dan belerang (S)
(www.terrasia.tripod.com) .
Dalam endapan yang batuan penerimanya karbonat (carbonat-hosted deposits),
arsen dan belerang merupakan unsur utama yang berasosiasi dengan emas dan
perak (Berger, 1983), beserta dengan sejumlah kecil tungsten/wolfram (W),
molybdenum (Mo), mercury (Hg), thallium (Tl), antimon (Sb), dan tellurium (Te);
serta juga fluor (F) dan barium (Ba) yang secara setempat terkayakan. Dalam
endapan yang batuan penerimanya volkanik (volcanic-hosted deposits) akan
terdapat pengayaan unsur-unsur arsen (As), antimon (Sb), mercury (Hg), dan
thallium (Tl); serta logam-logam mulia (precious metals) dalam daerah-daerah
saluran fluida utama, sebagaimana asosiasinya dengan zone-zone alterasi
lempung. Menurut Buchanan (1981), logam-logam dasar (base metals)
karakteristiknya rendah dalam asosiasinya dengan emas-perak, meskipun
demikian dapat tinggi pada level di bawah logam-logam berharga (precious
metals) atau dalam asosiasi-nya dengan endapan-endapan yang kaya perak dimana
unsur mangan juga terjadi. Cadmium (Cd), selenium (Se) dapat berasosiasi
dengan logam-logam dasar; sedangkan fluor (F), bismuth (Bi), tellurium (Te), dan

tungsten (W) dapat bervariasi tinggi kandungannya dari satu endapan ke endapan
yang lainnya; serta boron (B) dan barium (Ba) terkadang terkayakan.
(www.terrasia.tripod.com).
Mineral-mineral ekonomis yang dihasilkan dari epitermal antara lain Au, Ag, Pb,
Zn, Sb, Hg, arsenopirit, pirit, garnet, kalkopirit, wolframit, siderit, tembaga,
spalerite, timbal, stibnit, katmiun, galena, markasit, bornit, augit, dan topaz.
Berikut ini adalah beberapa contoh logam hasil dari endapan epitermal yang
memiliki nilai ekonomi yang tinggi, antara lain: Emas (Au) dan Perak (Ag).

4. Endapan Pegmatit
Pegmatit adalah suatu endapan dari batuan beku yang biasanya bersifat granitic
dan memiliki ukuran kristal yang sangat kasar (>2,5 cm). Pegmatit terbentuk
ketika tahap kristalisasi akhir, dengan kandungan air cukup tinggi dan
pertumbuhan kristal yang relatif cepat pada bagian atas suatu komplek struktur.
Pegmatit kadang mempunyai kensentrasi beberapa rare elements (lithium, boron,
fluorine, tantalum, niobium, REE dan uranium) yang bernilai ekonomis.Pegmatit
adalah sumber utama dari beryllium, lithium, cesium, tantalum, muscovite dan
feldspar. Pegmatit juga merupakan sumber minor dari Uranium, Yttrium, REE,
Tin dan Tungsten. Miarolitik pegmatite adalah sumber penting dari gemston
seperti beryl (emerald), topaz dan tourmaline.
Pegmatit terdapat pada batuan berumur Archean sampai Kenozoik. Pegmatit pada
Prakambrium

terdapat

pada

tatanan

tektonik

yang

berasosiasi

dengan

metamorfisme amfibolit, sedangkan pada umur yang lebih muda berasosiasi


dengan intrusi di sepanjang jalur tektonik.
Pegmatit bisa terbentuk dari metamorfisme regional yang menyebabkan batuan
menuju fase granitization, yang menghasilkan produk akhir berupa granit dan
pegmatite. Selain itu, pegmatit juga dapat terbentuk dari aktifitas magma, yaitu
ketika magma terbentuk sehingga terjadi diferensiasi yang mengakibatkan
kandungan volatile tinggi dan terinjeksikan pada batuan sekitar sehingga
terbentuk pegmatite. Material yang diinjeksikan pada sistem tertutup (sistem
kimia) sehingga terbentuk pegmatite sederhana yang mengandung albit, kuarsa,

mikroklin dan muskovit. Ketika ada interaksi dengan dapur magma sehingga
terjadi pergantian, maka akan terbentuk pegmatite kompleks yang membawa rare
minerals. Umumnya pegmatite muncul berupa dike atau vein.
Zonasi Endapan Pegmatit (berdasarkan mineralogi dan tekstur) berdasarkan
Cameron, dkk 1949 dalam Guilbert, 1986.
1. Border zone, tipis, terdiri dari mineral feldspar, kuarsa, muskovit, aksesoris
(garnet, tourmaline, beryl)
2. Wall zone, umum hadir dengan mineral yang hampir sama dengan border zone
tetapi lebih intensif dan kasal, muncul mineral logam
3. Intermediete zone : dapat mengandung mineral bijih yang ekonomis (Be, Nb,
Ta, Sn, Li, U), variasi mineral cukup banyak (berylniobite-tentalite-perthitecessiterite-uranite-gems), ukuran butir kasar
4. Core zone, didominasi kuarsa
Contoh endapan pegmatit yang ada di dunia adalah pegmatite dike dalam quartzbiotite schist di Northwest Territories, Canada dan Elba granitic pegmatit di Laut
Tyrrhenian, Italia.

5. Proses Kristalisasi
Karena magma merupakan cairan yang panas, maka ion-ion yang menyusun
magma akan bergerak bebas tak beraturan. Sebaliknya pada saat magma
mengalami pendinginan, pergerakan ion-ion yang tidak beraturan ini akan
menurun, dan ion-ion akan mulai mengatur dirinya menyusun bentuk yang teratur.
Proses inilah yang disebut kristalisasi. Pada proses ini yang merupakan kebalikan
dari proses pencairan, ion-ion akan saling mengikat satu dengan yang lainnya dan
melepaskan kebebasan untuk bergerak. Ion-ion tersebut akan membentuk ikatan
kimia dan membentuk kristal yang teratur. Pada umumnya material yang
menyusun magma tidak membeku pada waktu yang bersamaan.
Kecepatan pendinginan magma akan sangat berpengaruh terhadap proses
kristalisasi, terutama pada ukuran kristal. Apabila pendinginan magma

berlangsung

dengan

lambat,

ion-ion

mempunyai

kesempatan

untuk

mengembangkan dirinya, sehingga akan menghasilkan bentuk kristal yang besar.


Sebaliknya pada pendinginan yang cepat, ion-ion tersebut tidak mempunyai
kesempatan bagi ion untuk membentuk kristal, sehingga hasil pembekuannya
akan menghasilkan atom yang tidak beraturan (hablur), yang dinamakan dengan
mineral gelas (glass).
Pada saat magma mengalami pendinginan, atom-atom oksigen dan silikon akan
saling mengikat pertama kali untuk membentuk tetrahedra oksigen-silikon.
Kemudian tetahedra-tetahedra oksigen-silikon tersebut akan saling bergabung dan
dengan ion-ion lainnya akan membentuk inti kristal dan bermacam mineral silikat.
Tiap inti kristal akan tumbuh dan membentuk jaringan kristalin yang tidak
berubah. Mineral yang menyusun magma tidak terbentuk pada waktu yang
bersamaan atau pada kondisi yang sama. Mineral tertentu akan mengkristal pada
temperatur yang lebih tinggi dari mineral lainnya, sehingga kadang-kadang
magma mengandung kristal-kristal padat yang dikelilingi oleh material yang
masih cair.
Komposisi dari magma dan jumlah kandungan bahan volatil juga mempengaruhi
proses kristalisasi. Karena magma dibedakan dari faktor-faktor tersebut, maka
penampakan fisik dan komposisi mineral batuan beku sangat bervariasi. Dari hal
tersebut, maka penggolongan (klasifikasi) batuan beku dapat didasarkan pada
faktor-faktor tersebut di atas. Kondisi lingkungan pada saat kristalisasi dapat
diperkirakan dari sifat dan susunan dari butiran mineral yang biasa disebut sebagai
tekstur. Jadi klasifikasi batuan beku sering didasarkan pada tekstur dan komposisi
mineralnya.
Tingkat Kristalisasi
Tingkat kristalisasi pada batuan beku tergantung dari proses pembekuan itu
sendiri. Bila pembekuan berlangsung lambat maka akan terdapat cukup energi
pertumbuhan kristal pada saat melewati perubahan dari fase cair ke fase padat
sehingga akan terbentuk kristal-kristal yang berukuran besar. Bila penurunan suhu
relatif cepat maka kristal yang dihasilkan kecil-kecil dan tidak sempurna. Apabila
pembekuan magma terjadi sangat cepat maka kristl tidak akan terbentuk karena

tidak ada energi yang cukup untuk pengintian dan pertumbuhan kristal sehingga
akan dihasilkan gelas.
Tingkat kristalisasi batuan beku dapat dibagi menjadi :
1. Holokristalin, jika mineral dalam batuan semua berbentuk kristal.
2. Hipokristalin, jika sebagian berbentuk kristal sedangkan yang lain berbentuk
mineral gelas.
3. Holohyalin, hampir seluruh mineral terdiri dari gelas. Pengertian gelas disini
adalah mineral yang tidak mengkristal atau amorf.

6. Proses diferensiasi
Diferensiasi magma adalah proses yang memungkinkan satu magma homogen
menghasilkan bermacam-macam batuan beku yang secara kimiawi berbeda.
Proses ini terjadi pada saat magma mulai mendingin, terjadilah kristal-kristal
mineral pada suhu yang tinggi. Akibat gaya gravitasi, kristal-kristal yang
terbentuk lebih dulu akan mengendap.dan demikianlah seterusnya sehingga
terjadilah pemisahan kristal yang mengakibatkan komposisi magma induknya
berubah. Hasilnya adalah batuan beku lain dengan komposisi berbeda. Yang
termasuk dalam diferensiasi magma antara lain:

1. Fraksinasi Kristal
Komposisi cairan magma dapat berubah sebagai hasil dari kristal dan magma
tersebut pada saat kristal terbentuk. Kondisi ini terjadi dalam semua kasus kecuali
pada komposisi eutetik. Kristalisasi mengakibatkan komposisi magma berubah
dan jika kristal dipindahkan oleh suatu proses maka akan muncul komposisi
magma baru yang berbeda dengan magma induk. Dan mineral yang dihasilkan
merupakan mineral baru atau mineral solid solution yang telah mengalami
perubahan. Fraksinasi kristal juga dapat menghasilkan komposisi larutan yang
berbeda dari kristalisasi normal yang dilakukan oleh magma induk.
Untuk menghasilkan fraksinasi Kristal dibutuhkan suatu mekanisme alami. Yang
dapat memisahkan Kristal dari magma atau memisahkan Kristal tersebut sehingga
tidak lagi bereaksi dengan magma. Mekanisme yang terjadi secara alami antara
lain:

Crystal Setling. Umumnya kristal yang terbentuk dari suatu magma akan
mempunyai densitas yang berbeda dengan larutannya, antara lain:

1. gravity settling: Kristal-kristal yang mempunyai densitas lebih besar dari


larutan akan tenggelam dan membentuk lapisan pada bagian bawah tubuh
magma (tekstur kumulat atau tekstur berlapis pada batuan beku).
2. Crystal floating: Kristal-kristal yang mempunyai densitas lebih rendah dari
larutan akan mengambang dan membentuk lapisan pada bagian atas tubuh
magma. Kristal-kristal tersebut kaya akan unsur silik.

Filter pressing, yaitu suatu mekanisme yang digunakan untuk memisahkan


larutan dari larutan Kristal. Dalam filter settling Kristal dengan konsentrasi
cairan yang tinggi, cairannya akan dipaksa keluar dari ruang antar Kristal, hal
ini dapat dicontohkan ketika kita sedang meremas spons yang berisi air.
Mekanisme ini sulit untuk diketahui karena:

1. Tidak seperti spons matriks Kristal getas dan tidak dapat mengubah bentuk
dengan mudah untuk menekan cairan keluar.
2. Dibutuhkan retakan pada Kristal untuk memindahkan cairan. Filter settling
adalah suatu metode umum yang digunakan dalam memnisahkan Kristal dari
larutan pada proses-proses industri tetapi belum ditemukannya yang terjadi
secara alami.
2. Liquid immiscibility
Proses ini disebabkan oleh perpindahan atau menghilangnya kandungan gas,
sehingga terjadi pemisahan fraksi-fraksi hablur atau mineral berdasarkan
komposisinya masing-masing. Pelepasan kandungan gas menjadi semakin
meningkat dekat makin dekatnya magma tersebut ke permukaan.
Berdasarkan proses diferensiasi magma itulah, magma induk yang sama dapat
menghasilkan beberapa jenis batuan yang berbeda. Misalnya saja magma induk
berupa magma basa, jika mengalami diferensiasi magma, maka akan terbentuk
tiga jenis batuan beku berupa batuan beku basa, batuan beku intermedier, dan
batuan beku asam.

Anda mungkin juga menyukai