Anda di halaman 1dari 22

BAB I

STATUS PASIEN
I.

II.

Identitas Pasien
a. Nama/Jenis Kelamin/Umur
b. Alamat
c. Pekerjaan
d. Pendidikan
e. Status Gizi

: Tn Ahmad Hotop / laki-laki / 42 tahun


: RT 2 Tanjung Pasir
: Buruh Bangunan
: SMP
: Baik (21,9)

Latar Belakang Sosio-ekonomi-demografi-lingkungan-keluarga


a. Status Perkawinan
: Menikah
b. Jumlah anak/saudara
: 2 orang anak
c. Status ekonomi keluarga
: cukup
d. Kondisi Rumah dan keseharian pasien :
Pasien tinggal di Rumah Pangung berlantai Kayu dan beratap seng.
Memiliki 1 ruang tamu dengan 1 ruang keluarga, 1 kamar tidur, dan 1 dapur
dan 1 kamar mandi. Sumber air dari PDAM. Kamar mandi menggunakan
wc jongkok. Kondisi rumah lembab dan kurang pencahayaan karena
ventilasi yang kurang .
Kondisi Lingkungan Keluarga
:
Pasien mempunyai istri dan mempunyai 2 orang anak. Semua anak
Masih kecil . Sekarang pasien tinggal bersama istri,. Keharmonisan keluarga
pasien biasa-biasa saja. Tidak ada masalah dalam hubungan satu sama lain.

III. Aspek Psikologis di Keluarga


: baik
IV. Riwayat Penyakit Dahulu/keluarga :
- Riwayat hipertensi diakui, diketahui sejak + 10 tahun yang lalu,
V.

mengkonsumsi obat anti hipertensi tidak rutin.


Riwayat diabetes melitus disangkal.
Riwayat stroke disangkal.
Riwayat keluarga hipertensi ada.

Keluhan Utama

Sakit kepala sejak + 2 hari sebelum datang ke Puskesmas.


VI. Riwayat Penyakit Sekarang

: (autoanamnesa)

Pasien datang ke dengan keluhan sakit kepala sejak + 2 hari yang lalu,
sakit kepala hilang timbul, Tetapi pasien masih dapat melakukan aktivitas
1

sehari-hari seperti biasa. Sebelumnya pasien memang sering merasakan keluhan


yang sama. Nyeri kepala dirasakan dalam sehari bisa timbul > 3 kali, lebih berat
jika pasien kecapaian atau stress. Keluhan ini membuat kepala pasien terasa
berat dan menjalar hingga ke leher. Selain nyeri kepala, selama seminggu
belakangan ini pasien merasa lehernya sering tegang atau kaku dan sulit tidur.
Pusing berputar (-). Demam(-), pandangan kabur (-), muntah (-), nyeri dada (-),
sesak nafas (-), BAK normal, BAB normal. Pasien hanya berobat ke Puskesmas
bila ada keluhan saja. Pasien tidak tahu nama obat yang biasa diminumnya,
namun pasien mengatakan bahwa dirinya tidak

mengkonsumsi Nipendifin

karena pasien selalu mengeluh Pusing setiap konsumsi Nipendifin.

VII. Pemeriksaan Fisik


Keadaan Umum
1. Keadaan umum
Kesadaran
2. Tanda vital
Suhu
Tekanan darah
Nadi
Pernafasan
- Frekuensi
- Irama
- Tipe
3. Kulit
- Turgor
- Lembab / kering
- Lapisan lemak

:
: tampak sakit sedang
: compos mentis
: 36,8C
: 170/110 mmHg
: 90 x/menit
: 20 x/menit
: reguler
: abdominothorakal
: baik
: lembab
: ada

Status Generalis
1. Kepala
: Normocephale, rambut hitam keputih-putihan
Mata
: Edema palpebra (-/-), ca (-/-), sklera ikterik (-/-). Pupil isokor.
Telinga
: Bentuk normal, sekret (-/-)
Hidung
: Napas cuping hidung (-), sekret (-/-)
Mulut
: Mukosa lembab, bibir sianosis (-), Lidah kotor (-)
Tenggorokan: hiperemis (-)
2. Leher
3. Thoraks
Jantung

: Deviasi trakea (-), pembesaran kelenjar limfe (-). JVP (5-2)


: Bentuk simetris normal, benjolan (-), retraksi (-)
:
2

Inspeksi
Auskultasi
Palpasi
Perkusi

Pulmo

: Ictus cordis tak tampak


: Suara normal jantung regular, bising (-)
: Nyeri tekan (-). ictus cordis tidak kuat angkat
: tidak dilakukan

Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi

: Bentuk dada simetris normal, pergerakan paru


simetris ki/ka.
: Pergerakan paru simetris, tidak ada gerakan yang
tertinggal, vokal fremitus kanan = kiri
: Sonor di seluruh lapang paru kanan dan kiri
: Suara dasar paru kanan kiri vesikular normal,
wheezing (-), ronki (-)

4. Punggung
: kifosis, lordosis, skoliosis (-), nyeri ketok kostovertebra (-)
5. Abdomen
:
Inspeksi
: hernia umbilikalis (-), asites (-), strie (-), lesi (-)
Auskultasi
: bisung usus (+) normal
Palpasi
: nyeri tekan (-), hepar dan lien tidak teraba
Perkusi
: timpani
6. Genitalia
7. Anorektal
8. Ekstremitas
Superior
Inferior

: Tidak dilakukan
: Tidak dilakukan
:
: Edema (-/-), akral dingin (-/-), kekuatan otot 5-5
: Edema (-/-), akral dingin (-/-), Kekuatan otot 5-5

VIII. Pemeriksaan Anjuran


Darah Rutin
Leukosit 9,5
103/mm3
Eritrosit 4,46 106/mm3
HB
11,1 gr/dl
HT
32,0 %
Trombosit

230

Kolesterol total 250

103/mm3
mg/dl

IX. Diagnosis :
Hipertensi Grade II
X.

Pemeriksaan Anjuran
Darah Rutin
Kolesterol
3

Asam Urat
GDS
Fungsi Ginjal
Rontgen torax

XI. Manajemen
a. Promotif :
- Mengatur pola makan yang benar, makan makanan yang rendah garam.
- Lakukan olah raga secara teratur.
- Mengkonsumsi obat secara rutin.
- Menerangkan kepada pasien tentang bahayanya penyakit hipertensi dan
komplikasinya.
b. Preventif :
- Menyarankan agar pasien menjaga pola makannya dengan diet rendah
-

garam, rendah lemak dan tinggi serat


Menyarankan agar pasien banyak banyak berolahraga.
Menyarankan agar pasien teratur minum obat dan memeriksakan

tekanan darahnya ke puskesmas secara berkala.


Menyarankan untuk mengurangi beban pikiran.

c. Kuratif :
Non Medikamentosa
Istirahat
Diet rendah garam, rendah lemak dan tinggi serat.
Medikamentosa

Amlodipine tablet 5 mg 2 x 1
Paracetamol tab 500 mg 3 x 1
CTM tab 3 x 1
Simvastatin tab 10 mg 1x1

d. Disability Limitation
Jelaskan pada pasien bahwa hipertensi itu merupakan penyakit yang
berbahaya bila dibiarkan, hipertensi bila dibiarkan dapat menyebabkan
pembuluh darah menjadi kaku lama-kelamaan bisa tersumbat bahkan bisa
pecah sehingga dapat menyebabkan stroke bahkan kematian, sehingga pasien
harus tetap mengkonsumsi obat antihipertensinya secara rutin dan teratur,
serta tetap control ke Puskesmas bila obat habis.
e. Rehabilitatif
4

Memantau tekanan darah pasien secara rutin. Hal ini dilakukan dengan
kerja sama dari pasien tersebut dengan mengikuti saran dokter untuk datang
secara berkala.

Dinas Kesehatan Kota Jambi


Puskesmas Olak Kemang
Dokter : Adika Perdana
SIP

: No.212/SIK/2014
Tanggal : 15 agustu 2014
R/ Amlodipine tab 5 mg No VI
2 dd tab I
R/ Paracetamol tab 500 mg

No XV

3 dd tab I
R/ CTM tab No XV
3 dd tab I
R/ Simvastatin tab 5 mg No vV
1 dd tab I

Pro : Tn A.Hatop / 43 tahun


Alamat : Tanjung Pasir RT.02
Resep Tidak Boleh Ditukar Tanpa Sepengetahuan Dokter

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi
Hipertensi adalah keadaan tekanan darah yang sama atau melebihi 140 mmHg
sistolik dan sama atau melebihi 90mmHg diastolik pada seseorang yang tidak sedang
mengkomsumsi obat antihipertensi.1 Hipertensi sering disebut sebagai the silent
disease karena penderita umumnya tidak mengetahui dirinya mengidap hipertensi
sebelum memeriksakan tekanan darahnya.1
Hipertensi yang lama atau berat dapat menimbulkan komplikasi berupa
kerusakan organ pada jantung, otak, ginjal, mata dan pembuluh darh perifer.1
Hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya didefinisikan sebagai hipertensi
esensial. Beberapa penulis memilih istilah hipertensi primer, untuk membedakan
dengan hipertensi sekunder (diketahui penyebabnya).1,2
2.2 Epidemiologi
Hipertensi merupakan salah satu penyakit utama didunia, mengenai hamper
50 juta orang di amerika serikat dan hamper 1 miliar orang diseluruh dunia.
Meningkatnya populasi usia lanjut, maka jumlah pasien hipertensi juga bertambah.
Lebih dari separuh orang berusia di atas 65 tahun menderita hipertensi. Pengendalian
tekanan darah penderita hipertensi hanya mencapai 34 % dari seluruh penderita
hipertensi.2,3
2.3 Etiologi
Berdasarkan penyebabnya, hipertensi dibagi menjadi 2 golongan, yaitu :3
1. Hipertensi essensial atau hipertensi primer yang tidak diketahui penyebabnya,
disebut juga hipertensi idiopatik. Terdapat sekitr 90% kasus. Banyak faktor
yang mempengaruhinya,seperti genetic, lingkungan, hiperaktivitas susunan
saraf simpatis, system rennin-angiotensin, defek dalam eksresi Na,
peningkatan Na dan Ca intraseluler dan faktor-faktor yang meningkatkan
6

resiko seperti obesitas, alcohol, merokok serta polisitemia.


2. Hipertensi sekunder. Terdapat sekitar 5 % kasus. Penyebab spesifiknya
diketahui, seperti penggunaan estrogen, penyakit ginjal, hipertensi vascular
renal, hiperaldosteronisme primer, sindroma cushing, feokromasitoma,
koarktasio aorta, hipertensi yang berhubungan dengan kehamilan, pemakaian
obat-obatan seperti pil KB, kortikosteroid, simpatomimetik amin (efedrin,
fenilefrin, fenilpropanolamin, amfetamin), siklosporin dan eritropoitin dan
lain-lain.
2.4 Faktor Faktor Risiko
Hipertensi disebabkan oleh faktor-faktor yang dapat dimodifikasi atau
dikendalikan serta faktor yang tidak dapat dimodifikasi.1,2,3
a. Faktor yang tidak dapat dimodifikasi atau dikendalikan
1. Genetik.
2. Umur
3. Jenis Kelamin
4. Etnis
5. Penyakit Ginjal
6. Obat-obataan
7. Preeklampsi pada kehamilan
8. Keracunan timbal akut
b. Faktor yang dapat dimodifikasi atau dikendalikan
1. Stress
2. Obesitas
3. Nutrisi
4. Merokok
5. Kurang olahraga
2.5 Patofisiologi
Mekanisme terjadinya hipertensi adalah melalui terbentuknya angiotensin II
dari angiotensin I oleh angiotensin I converting enzyme (ACE). ACE memegang
peran fisiologis penting dalam mengatur tekanan darah. Darah mengandung
angiotensinogen yang diproduksi di hati. Selanjutnya oleh hormon, renin (diproduksi
oleh ginjal) akan diubah menjadi angiotensin I. Oleh ACE yang terdapat di paru-paru,
angiotensin I diubah menjadi angiotensin II. Angiotensin II inilah yang memiliki
peranan kunci dalam menaikkan tekanan darah melalui dua aksi utama.1,3

Aksi pertama adalah meningkatkan sekresi hormon antidiuretik (ADH) dan


rasa haus. ADH diproduksi di hipotalamus (kelenjar pituitari) dan bekerja pada ginjal
untuk mengatur osmolalitas dan volume urin. Dengan meningkatnya ADH, sangat
sedikit urin yang diekskresikan ke luar tubuh (antidiuresis), sehingga menjadi pekat
dan tinggi osmolalitasnya. Untuk mengencerkannya, volume cairan ekstraseluler akan
ditingkatkan dengan cara menarik cairan dari bagian intraseluler. Akibatnya, volume
darah meningkat yang pada akhirnya akan meningkatkan tekanan darah.1,3
Aksi kedua adalah menstimulasi sekresi aldosteron dari korteks adrenal.
Aldosteron merupakan hormon steroid yang memiliki peranan penting pada ginjal.
Untuk mengatur volume cairan ekstraseluler, aldosteron akan mengurangi ekskresi
NaCl (garam) dengan cara mereabsorpsinya dari tubulus ginjal. Naiknya konsentrasi
NaCl akan diencerkan kembali dengan cara meningkatkan volume cairan
ekstraseluler yang pada gilirannya akan meningkatkan volume dan tekanan darah.1,3
Patogenesis dari hipertensi esensial merupakan multifaktorial dan sangat
komplek. Faktor-faktor tersebut merubah fungsi tekanan darah terhadap perfusi
jaringan yang adekuat meliputi mediator hormon, aktivitas vaskuler, volume sirkulasi
darah, kaliber vaskuler, viskositas darah, curah jantung, elastisitas pembuluh darah
dan stimulasi neural. Patogenesis hipertensi esensial dapat dipicu oleh beberapa
faktor meliputi faktor genetik, asupan garam dalam diet, tingkat stress dapat
berinteraksi untuk memunculkan gejala hipertensi.1,3
Perjalanan penyakit hipertensi esensial berkembang dari hipertensi yang
kadang- kadang muncul menjadi hipertensi yang persisten. Setelah periode
asimtomatik yang lama, hipertensi persisten berkembang menjadi hipertensi dengan
komplikasi, dimana kerusakan organ target di aorta dan arteri kecil, jantung, ginjal,
retina dan susunan saraf pusat. Progresifitas hipertensi dimulai dari prehipertensi pada
pasien umur 10-30 tahun (dengan meningkatnya curah jantung) kemudian menjadi
hipertensi dini pada pasien umur 20-40 tahun (dimana tahanan perifer meningkat)
kemudian menjadi hipertensi pada umur 30-50 tahun dan akhirnya menjadi hipertensi
dengan komplikasi pada usia 40-60 tahun.1,3

2.6 Gejala Klinis


Hipertensi diduga dapat berkembang menjadi masalah kesehatan yang lebih
serius dan bahkan dapat menyebabkan kematian. Seringkali hipertensi disebut sebagai
silent killer karena dua hal, yaitu:1,2,3,4,5
Hipertensi sulit disadari oleh seseorang karena hipertensi tidak memilikigejala
khusus. Gejala ringan seperti pusing, gelisah, mimisan, dan sakit
kepala biasanya jarang berhubungan langsung dengan hipertensi. Hipertensi
dapat diketahui dengan mengukur tekanan darah secara teratur.
Penderita hipertensi, apabila tidak ditangani dengan

baik,

akan

mempunyairisiko besar untuk meninggal karena komplikasi kardiovaskular


seperti stroke,serangan jantung, gagal jantung, dan gagal ginjal
Pada sebagian besar penderita, hipertensi tidak menimbulkan gejala;
meskipun

secara

tidak

sengaja

beberapa

gejala

terjadi

bersamaan

dan

dipercaya berhubungan dengan tekanan darah tinggi (padahal sesungguhnya tidak).


berikut beberapa gejala hipertensi :
Sakit kepala
Kelelahan
Mual
9

Muntah
Sesak nafas
Gelisah
Pandangan menjadi kabur yang terjadi karena adanya kerusakan pada

otak,mata, jantung dan ginjal.


Sering buang air kecil terutama di malam hari
Telinga berdenging.
Kadang penderita hipertensi berat mengalami penurunan kesadaran dan
bahkan koma karena terjadi pembengkakan otak. Keadaan ini disebut ensefalopati
hipertensif, yang memerlukan penanganan segera.
2.7 Diagnosis
Diagnosis krisis hipertensi harus ditegakkan sedini mungkin, karena hasil
terapi tergantung kepada tindakan yang cepat dan tepat. Tidak perlu menunggu hasil
pemeriksaan yang menyeluruh walaupun dengan data-data yang minimal kita sudah
dapat mendiagnosis suatu krisis hipertensi.3,5
Anamnesis
a. Riwayat hipertensi, lama dan beratnya.
b. Obat anti hipertensi yang digunakan dan kepatuhannya.
c. Usia, sering pada usia 30 70 tahun.
d. Gejala sistem syaraf ( sakit kepala, pusing, perubahan mental, ansietas ).
e. Gejala sistem ginjal ( gross hematuri, jumlah urin berkurang )
f. Gejala sistem kardiovascular (adanya payah jantung, kongestif dan oedem paru,
nyeri dada).
g. Riwayat penyakit glomerulonefrosis, pyelonefritis.
h. Riwayat kehamilan, tanda- tanda eklampsi.
Pemeriksaan fisik
Pada pemeriksaan fisik dilakukan pengukuran tekanan darah di kedua lengan,
mencari kerusakan organ sasaran (retinopati, gangguan neurologi, payah jantung
kongestif, diseksi aorta). Palpasi denyut nadi di keempat ekstremitas. Auskultasi
untuk mendengar ada atau tidak bruit pembuluh darah besar, bising jantung dan ronki

10

paru. Perlu dibedakan komplikasi krisis hipertensi dengan kegawatan neurologi


ataupun payah jantung, kongestif dan oedema paru. Perlu dicari penyakit penyerta
lain seperti penyakit jantung koroner.5
Batasan hipertensi ditetapkan dan dikenal dengan ketetapan JNC VII (The
Seventh Report of The Joint National Committee on Prevention, Detection,
Evaluation and Treatment of Hight Blood Pressure). Ketetapan ini juga telah
disepakati Badan Kesehatan Dunia (WHO), organisasi hipertensi International (ISH),
maupun organisasi hipertensi regional, termasuk Indonesia (InaSH).3
Tabel 1. Klasifikasi Tekanan Darah Pada Dewasa menurut JNC VII
Kategori

Tekanan Darah Sistolik

Tekanan Darah Diastolik

Normal

< 120 mmHg

(dan) < 80 mmHg

Pre-hipertensi

120-139 mmHg

(atau) 80-89 mmHg

Stadium 1

140-159 mmHg

(atau) 90-99 mmHg

Stadium 2

>= 160 mmHg

(atau) >= 100 mmHg

Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan laboratorium awal : urinalisis, Hb, Ht, ureum, kreatinin, gula
darah dan elektrolit.
Pemeriksaan penunjang: elektrokardiografi, foto thoraks.
Pemeriksaan penunjang lain bila memungkinkan:

CT

scan

kepala,

ekokardiogram, ultrasonogram.
2.8 Penatalaksanaan
1. Terapi nonfarmakologi
Menerapkan gaya hidup sehat bagi setiap orang untuk mencegah tekanan
darah tinggi dan merupakan bagian yang penting dalam penanganan hipertensi.
Semua pasien dengan prehipertensi dan hipertensi harus melakukan perubahan gaya
hidup. Modifikasi gaya hidup yang penting yang terlihat menurunkan tekanan darah
adalah:1,3,4,5

mengurangi berat badan untuk individu yang obes atau gemuk;


mengadopsi pola makan DASH (Dietary Approach to Stop Hypertension)

yang kaya akan kalium dan kalsium; diet rendah natrium; aktifitas fisik.
Mengurangi rokok

11

2.Terapi farmakologi
Kebanyakan pasien dengan hipertensi memerlukan dua atau lebih obat
antihipertensi untuk mencapai target tekanan darah yang diinginkan. Penambahan
obat kedua dari kelas yang berbeda dimulai apabila pemakaian obat tunggal dengan
dosis lazim gagal mencapai target tekanan darah. Apabila tekanan darah melebihi
20/10 mm Hg diatas target, dapat dipertimbangkan untuk memulai terapi dengan dua
obat. Yang harus diperhatikan adalah resiko untuk hipotensi ortostatik, terutama pada
pasien-pasien dengan diabetes, disfungsi autonomik,dan lansia.1,2,3,4,5
Diuretik
Diuretik

membantu

ginjal

membuang

garam

dan

air,

yang akan

mengurangi volume cairan di seluruh tubuh sehingga menurunkan tekanandarah.


Diuretik juga menyebabkan pelebaran pembuluh darah. Diuretik menyebabkan
hilangnya kalium melalui air kemih, sehingga kadang diberikan tambahan kalium
atau obat penahan kalium.
Penghambat adrenergik
Terdiri dari alfa-blocker, beta-blocker dan alfa-beta-blocker labetalol, yang
menghambat efek sistem saraf simpatis.Sistem saraf simpatis adalah sistem saraf
yang dengan segera akan memberikan respon terhadap stres, dengan cara
meningkatkan tekanan darah.Yang paling sering digunakan adalah beta-blocker,
yang efektif diberikan kepada: - penderita usia muda- penderita yang pernah
mengalami serangan jantung- penderita dengan denyut jantung yang cepat- angina
pektoris (nyeri dada)- sakit kepala migren.

Angiotensin converting enzyme inhibitor


Menyebabkan penurunan tekanan darah dengan cara melebarkan arteri. Obat ini
efektif diberikan kepada:- orang kulit putih- usia muda- penderita gagal jantung penderita dengan protein dalam air kemihnya yang disebabkan oleh penyakit
12

ginjal menahun atau penyakit ginjal diabetik- pria yang menderita impotensi
sebagai efek samping dari obat yang lain. Angiotensin-II-bloker menyebabkan
penurunan tekanan darah dengan suatu mekanisme yang mirip dengan ACEinhibitor.
Algoritma untuk evaluasi Krisis Hipertensi
parameter

Hipertensi urgency

Hipertensi
emergency

Biasa

Mendesak

Tekanan darah

>180/110

>180/110

>220/140

Gejala

Sakit kepala,
kecemasan, sering
kali tanpa gejala

Sakit kepala hebat,


sesak nafas

Sesak nafas, nyeri


dada, nokturia,
disarthria,
kelemahan,
kesadaran menurun

Pemeriksaan

Tidak ada
kerusakan organ
target, tidak ada
penyakit
kardiovaskuler

Kerusakan organ
target, muncul
klinis penyakit
kardiovaskuler,
stabil

Enselopati, edema
paru, insufisiensi
ginjal, iskemia
jantung

Terapi

Awasi 1-3 jam,


memulai atau
teruskan obat oral,
naikkan dosis

Awasi 3-6 jam,


obat oral berjangka
kerja pendek

Pasang jalur IV,


periksa
laboratorium
standar, terapi obat
IV

Rencana

Periksa ulang
dalam 3 hari

Periksa ulang
dalam 24 jam

Rawat ruangan
ICU

13

14

Tabel obat hipertensi parenteral


Obat

Dosis

Efek/ lama

Perhatian Khusus

kerja
Sodium

0,25-10mg /kg/

Langsung/2-3

Mula, muntah, penggunaan

nittroprusside

menit sebagai

menit setelah

jangka panjang dapat

infuse IV

infus

menyebabkan keracunan
tiosianat,methemoglobinemia,
asidosis, keracunan sianida

Nitrogliserin

500-1000mg

2-5 menit/5-10

Sakit kepala,takikardi,

sebagai infuse

menit

muntah, methemoglobinuria,

IV

membutuhkan system
pengiriman khusus karena
obat mengikat pipa PVS

Nicardipine

5-15mg/jam

1-5 menit/15-

Takikardi, mual, muntah,

sebagai infuse

30 menit

sakit kepala, peningkatan

iV

tekanan intra cranial,


hipotensi

Klonidin

150ug, 6 amp

30-60 min/24

Enselopati dengan gangguan

per 250 cc

jam

koroner

glukosa 5 %
mikrodrip
diltiazem

5-15ug/kg/menit 1-5 min/15-30

Takikardi, mula, mntah, sakit

sebagai infuse

kepala, peningkatan tekanan

IV

min

intracranial, hipotensi

2.9 Komplikasi

15

Hipertensi merupakan faktor resiko utama untuk terjadinya penyakit jantung,


gagal jantung kongesif, stroke, gangguan penglihatan dan penyakit ginjal. Tekanan
darah yang tinggi umumnya meningkatkan resiko terjadinya komplikasi tersebut.
Hipertensi yang tidak diobati akan mempengaruhi semua sistem organ dan akhirnya
memperpendek harapan hidup sebesar 10-20 tahun. 3
Mortalitas pada pasien hipertensi lebih cepat apabila penyakitnya tidak
terkontrol dan telah menimbulkan komplikasi ke beberapa organ

vital. Sebab

kematian yang sering terjadi adalah penyakit jantung dengan atau tanpa disertai
stroke dan gagal ginjal. Dengan pendekatan sistem organ dapat diketahui komplikasi
yang mungkin terjadi akibat hipertensi, yaitu:3
No. Sistem organ

Komplikasi

1.

Jantung

2.

System saraf pusat

Infark miokard, Angina pectoris, Gagal jantung


kongestif
Stroke, Ensefalopati hipertensif

3.

Ginjal

Gagal ginjal kronis

4.

Mata

Retinopati hipertensif

5.

Pembuluh darah perifer

Penyakit pembuluh darah perifer

Komplikasi yang terjadi pada hipertensi ringan dan sedang mengenai mata,
ginjal, jantung dan otak. Pada mata berupa perdarahan retina, gangguan penglihatan
sampai dengan kebutaan. Gagal jantung merupakan kelainan yang sering ditemukan
pada hipertensi berat selain kelainan koroner dan miokard. Pada otak sering terjadi
perdarahan

yang

disebabkan

oleh

pecahnya

mikroaneurisma

yang

dapat

mengakibakan kematian.3
Kelainan lain yang dapat terjadi adalah proses tromboemboli dan serangan
iskemia otak sementara (Transient Ischemic Attack/TIA). Gagal ginjal sering
dijumpai sebagai komplikasi hipertensi yang lama dan pada proses akut seperti pada
hipertensi maligna.3

16

Risiko penyakit kardiovaskuler pada pasien hipertensi ditentukan tidak hanya


tingginya tekanan darah tetapi juga telah atau belum adanya kerusakan organ target
serta faktor risiko lain seperti merokok, dislipidemia dan diabetes melitus. Tekanan
darah sistolik melebihi 140 mmHg pada individu berusia lebih dari 50 tahun,
merupakan faktor resiko kardiovaskular yang penting. Selain itu dimulai dari tekanan
darah 115/75 mmHg, kenaikan setiap 20/10 mmHg meningkatkan risiko penyakit
kardiovaskuler sebanyak dua kali.2

17

BAB III
ANALISIS KASUS

PENDEKATAN HOLISTIK
ANALISIS PASIEN SECARA HOLISTIK
a. Hubungan anamnesis, diagnosis dengan keadaan rumah :
Pasien Tn A.H, 43 tahun datang ke dengan keluhan sakit kepala sejak + 1 hari
yang lalu, sakit kepala hilang timbul, Tetapi pasien masih dapat melakukan
aktivitas sehari-hari seperti biasa. Sebelumnya pasien memang sering
merasakan keluhan yang sama. Nyeri kepala dirasakan dalam sehari bisa timbul
> 3 kali, lebih berat jika pasien kecapaian atau stress. Keluhan ini membuat
kepala pasien terasa berat dan menjalar hingga ke leher. Selain nyeri kepala,
selama seminggu belakangan ini pasien merasa lehernya sering tegang atau
kaku dan sulit tidur. Pusing berputar (-). Demam(-), pandangan kabur (-),
muntah (-), nyeri dada (-), sesak nafas (-), BAK normal, BAB normal. Pasien
hanya berobat ke Puskesmas bila ada keluhan saja. Pasien tidak tahu nama obat
yang biasa diminumnya. Pada pemeriksaan fisik didapatkan TD 170/ 110. Dari
anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang, akhirnya didapatkan
diagnosa penyakit yang diderita pasien yaitu Hipertensi grade II
Rumah pasien terletak di pinggir jalan yang jarak rumah satu dengan
rumah yang lainnya berdekatan. Rumah berlantai kayu dan beratap seng.
Memiliki 1 ruang tamu dan 1 dengan ruang keluarga, 1 kamar tidur, dan 1 dapur
dan 1 kamar mandi. Sumber air dari PDAM. Kamar mandi menggunakan wc
jongkok. Kondisi rumah lembab dan kurang pencahayaan karena ventilasi yang
kurang disebabkan rumah berdekatan dengan rumah yang lain. Disini tidak
terdapat hubungan antara kondisi rumah dengan penyakit yang diderita pasien.
b. Hubungan diagnosis dengan aspek psikologis di keluarga
Pasien mempunyai istri dan mempunyai 2 orang anak. Semua anak pasien
Masih kecil. Sekarang pasien tinggal bersama istri dan kedua anak nya ,

18

Keharmonisan keluarga pasien biasa-biasa saja. Tidak ada masalah dalam


hubungan satu sama lain.
Didalam hubungan diagnosis dan aspek psikologis dikeluarga tidak ada
hubungannya dengan penyakit pasien, karena didalam keluarga pasien
berhubungan baik dengan anak anaknya
c. Hubungan kausal antara beberapa masalah dengan diagnosis
Penyebab hipertensi terbagi 2 yaitu hipertensi esensial dan hipertensi sekunder.
Pada pasien ini penyebab hipertensi tidak diketahui atau sering disebut
hipertensi esensial. Dimana hipertensi ini dialami sekitar 90% kasus...
d. Analisis kemungkinan berbagai faktor risiko atau etiologi penyakit :
Adapun faktor yang menimbulkan penyakit hipertensi pada pasien ini terdiri
dari 2 faktor yakni faktor yang dapat dimodifikasi dan faktor yang tidak dapat
dimodifikasi. Dimana faktor yang tidak dapat dimodifikasi adalah faktor
umur, sedangkan faktor yang dapat dimodifikasi adalah gaya hidup yang
kurang sehat. Seperti tidak mengatur pola makan dengan benar serta
kurangnya berolahraga.
e.

Analisis untuk menghindari factor memperberat dan penularan penyakit :


Untuk menghindari factor yang memperberat yaitu dengan memodifikasi gaya
hidup yang sehat seperti mengatur pola makan dengan benar, hindari makan
yang mengandung kolesterol seperti makanan bersantan, hindari stres, olah
raga yang teratur. Selain itu pasien juga kontrol teratur, periksa tekanan darah
secara rutin serta mengkonsumsi obat yang teratur.

RENCANA PROMOSI DAN PENDIDIKAN KESEHATAN KEPADA PASIEN


DAN KEPADA KELUARGA
Menjelaskan kepada pasien tentang penyakitnya, faktor risiko, dan bagaimana
mengatasinya.

19

RENCANA EDUKASI PENYAKIT KEPADA PASIEN DAN KEPADA


KELUARGA
Menjelaskan kepada pasien bahwa penyakit ini tidak diketahui penyebabnya.
Namum ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhinya:
-

faktor yang tidak dapat dimodifikasi yaitu faktor umur.

faktor yang dapat dimodifikasi yaitu gaya hidup


Faktor gaya hidup merupakan faktor yang dapat dimodifikasi seperti

olah raga yang cukup, berfikir positif, hindari stres dan mengatur pola
makanan dengan benar yakni makan makanan yang rendah kolesterol, diet
rendah garam.
ANJURAN-ANJURAN PROMOSI KESEHATAN PENTING YANG DAPAT
MEMBERI SEMANGAT/MEMPERCEPAT PENYEMBUHAN PADA PASIEN
Pasien diberi nasehat bahwa hipertensi itu merupakan penyakit yang
berbahaya bila dibiarkan. Hipertensi bila dibiarkan dapat menyebabkan pembuluh
darah menjadi kaku dan bisa tersumbat bahkan bisa pecah sehingga dapat
menyebabkan komplikasi seperti stroke bahkan kematian.
Oleh karena itu pasien dianjurkan :
Mengatur pola makan yang benar, makan makanan yang rendah kolesterol,
diet rendah garam atau menggunakan garam untuk hipertensi.
Lakukan olah raga secara teratur.
Tidak merokok dan jauhkan diri dari asap rokok
Mengkonsumsi obat secara rutin.
Jika klinis memberat, segera di bawa ke Rumah Sakit untuk pemeriksaan
lebih lanjut.

20

DAFTAR PUSTAKA
1. Hirlan. 2006. Hipertensi, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I Edisi IV.
Jakarta : Balai Penerbit FKUI.
2. Yogiantoro M. Hipertensi Esensial dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam
Jilid I Edisi IV. Jakarta: FK UI. 2006.
3. Kaplan Norman M. Hipertensive Crisis. In : Flynn T Joseph. Kaplan clinical
hypertensive. 9 ed. Williams Wilkins, 2006. Chapter 8.
4. Kumar V, Abbas AK, Fausto N. Hypertensive Vascular Disease. Dalam: Robin
and Cotran Pathologic Basis of Disease, 7th edition. Philadelpia: Elsevier
Saunders, 2005.p 528-529.

21

LAMPIRAN

22

Anda mungkin juga menyukai