Anda di halaman 1dari 2

Program rujuk balik adalah program BPJS Kesehatan dalam menjamin kebutuhan obat bagi

peserta yang memiliki penyakit kronis.


"Rujuk balik berlaku untuk penderita penyakit kronis. Sebelumnya ada 10 jenis penyakit
kronis yang termasuk dalam cakupan program rujuk balik. Namun sesuai rekomendasi
Perhimpunan Peneliti Hati Indonesia (PPHI) dan Komite Nasional Formularium Nasional,
sirosis hati tidak masuk dalam program rujuk balik karena sifatnya yang kronis dan tidak
dapat dilakukan rujuk balik ke faskes (fasilitas kesehatan) tingkat pertama.
Setelah diputuskan sirosis hati tidak masuk, saat ini ada 9 penyakit kronis yang masuk
program rujuk balik, yaitu:
1. Diabetes mellitus
2. Hipertensi
3. Jantung
4. Asma
5. Penyakit paru obstruktif kronik (PPOK)
6. Epilepsi
7. Skizofrenia
8. Stroke
9. Systemic lupus erytematosus (SLE)
Jika ada peserta yang mengalami salah satu dari kesembilan penyakit ini dan sudah
dinyatakan pulih oleh dokter rumah sakit, maka pengobatan dilanjutkan di fasilitas tingkat
pertama, misalnya puskesmas. Mekanisme ini diawali surat rekomendasi dokter rumah sakit
tentang kondisi pasien.
"Selanjutnya pasien bisa mendaftar ke fasilitas pelayanan primer atau kantor cabang BPJS
untuk dimasukkan dalam mekanisme rujuk balik. Lalu pasien akan menerima pengobatan di
fasilitas kesehatan primer dan menebus obat di apotik yang sudah bekerja sama dengan
BPJS.
Yang jadi masalah, ketentuan dalam tarif paket Rumah Sakit atau InaCBGs (Indonesia Case
Base Grup) menyebutkan bahwa obat untuk penderita penyakit ini hanya diberikan untuk 37 hari. Bisa dibayangkan, peserta BPJS dalam jangka waktu tersebut harus bolak-balik
mengantre demi mendapatkan obat kembali mulai dari faskes primer untuk meminta rujukan
dan mengambil obat ke rumah sakit.
Karena hal tersebut kurang efektif, sejak 15 Januari lalu, Kementerian Kesehatan telah
mengeluarkan Surat Edaran (SE) Menteri Kesehatan nomor HK/Menkes32/I/2014 yang
diharapkan bisa menjadi solusi untuk masalah resep obat kronis dan obat kemoterapi yang
selama ini menjadi keluhan pasien peserta JKN.

"Sesuai SE Menkes Nomor 32 tersebut, pada masa transisi terdapat 3 jenis obat yang dapat
ditagihkan diluar paket InaCBGs, yaitu pelayanan kronis bagi pasien yang kondisinya belum
stabil, pelayanan obat kronis bagi pasien yang kondisinya sudah stabil dan pelayanan obat
kemoterapi untuk penderita Thalasemia dan Hemofilia akan ditambahkan tarif top up.

Anda mungkin juga menyukai