BAB II
LANDASAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS
A. Landasan Teori
1. Kemampuan Komunikasi Matematika
Matematika sebagai alat bagi ilmu yang lain sudah
cukup dikenal dan sudah tidak diragukan lagi. Matematika
bukan hanya sekedar alat bagi ilmu, tetapi lebih dari itu
matematika adalah bahasa. Sejalan dengan itu Jujun S.
Suriasumantri
merupakan
makna
(2007:190)
bahasa
dari
yang
pernyataan
mengatakan,
matematika
melambangkan
serangkaian
yang
ingin
kita
sampaikan.
matematika
adalah
sebuah
bahasa,
ini
artinya
oleh
bahasa
matematika
menggunakan simbol-simbol.
ialah
dengan
17
hanya
sekedar
alat
bantu
berfikir,
alat
untuk
siswa.
pembelajaran
Komunikasi
matematika
dalam
menjadi
matematika
dan
sesuatu
yang
komunitasnya,
maka
mudah
dipahami
bahwa
18
penjelasan
atas
jawabannya
dalam
belajar
para
siswa
dituntut
untuk
menyediakan
19
mengkomunikasikan
idenya
kepada
orang
secara
lisan
maupun
lain
sesuai
dengan
20
sebagai
menyampaikan
suatu
sesuatu
kemampuan
yang
siswa
diketahuinya
dalam
melalui
dalam
pembelajaran
matematika,
komunikasi
tidak
demikian,
komunikasi
tersebut
tidak
akan
21
Kita
harus
mampu
menyesuaikan
dengan
sistem
tersebut
siswa
menyelesaikan
tugas
dan
22
oleh
teman
kecanggungan.
sebaya
Bahasa
teman
dapat
menghilangkan
sebaya
lebih
mudah
dalam
arti
bahwa
pengkomunikasian
mengungkapkan
kemampuan
komunikasi
23
dengan
komunikasi
matematika
atau
dan
menulis
tentang
matematika.
5. Membaca presentasi matematika tertulis dan menyusun
pernyataan yang relevan
6. Membuat konjektur, menyusun argumen, merumuskan
definisi dan generalisasi.
7. Menjelaskan dan membuat pertanyaan Matematika
yang telah dipelajari.
Lebih lanjut Sumarmo (2003, 2004) menggambarkan
Indikator komunikasi matematika untuk siswa setingkat
SMP adalah:
1. Membuat model dari suatu situasi melalui lisan, tulisan,
benda-benda konkrit, gambar, grafik, dan metodemetode aljabar
24
pemahaman
dasar
matematika,
pada
komunikasi
matematika
dalam
Tabel 2.1
Penskoran Kemampuan Komunikasi Matematika
Sko
r
0
Menulis
(Written
texts)
Menggamba
r (Drawing)
Ekpresi
Matematika
(Mathematical
Expression)
Tidak ada jawaban, kalaupun ada hanya
memperlihatkan tidak memahami konsep
sehingga informasi yang diberikan tidak
berarti apa-apa
Hanya
Hanya sedikit Hanya sedikit
sedikit
dari gambar, dari model
dari
diagram,
matematika yang
penjelasan atau tabel
benar.
25
yang
benar
yang benar.
Penjelasan
secara
matematis
masuk
akal
namun
hanya
sebagian
lengkap
dan benar
Penjelasan
secara
matematis
masuk
akal dan
benar,
meskipun
tidak
tersusun
secara
logis atau
terdapat
sedikit
kesalahan
bahasa.
Penjelasan
secara
matematis
masuk
akal dan
jelas serta
tersusun
secara
logis
Melukiskan,
diagram,
gambar, atau
tabel namun
kurang
lengkap dan
benar
Membuat model
matematika
dengan benar,
namun salah
dalam
mendapatkan
solusi.
Melukiskan,
diagram,
gambar, atau
tabel secara
lengkap dan
benar
Membuat model
matematika
dengan benar,
kemudian
melakukan
perhitungan atau
mendapatkan
solusi secara
benar dan
lengkap
Tabel 2.2
Kriteria Penilaian Kemampuan Komunikasi Matematika
26
Sko
Kriteria
r
4
tepat
Tidak
ada
jawaban
atau
salah
menginterpretasikan soal
Menurut Nasution (1982:194) Dalam situasi belajar,
komunikasi memegang peranan yang penting. Komunikasi
merupakan suatu bagian dari pengajaran. Komunikasi
diperlukan untuk:
1. Membangkitkan dan memelihara perhatian siswa.
2. Memberitahukan dan memperlihatkan hasil belajar yang
diharapkan.
3. Merangsang siswa untuk mengingat kembali hal-hal
yang bertalian dengan topik-topik tertentu.
4. Menyajikan stimulus untuk mempelajari suatu konsep,
prinsip atau masalah.
5. Memberi bimbingan siswa dalam belajar.
27
indikator
kemampuan
siswa
dalam
mengekspresikan
ide-ide
matematika
dan
Matematika
dan
struktur-strukturnya
untuk
siswa
diharapkan
siswa dilakukan,
mampu
menyatakan,
ide
yang
satu
dan
yang
lain,
28
mendiskusikannya
bersama
kemudian
menyusun
tentang
pentingnya
komunikasi
dalam
menyatakan
bahwa
program
pembelajaran
dan
mengaitkan
mathematical
thinking
thinking
mereka
untuk
komunikasi
yang
dapat
matematika
menyertakan
merupakan
dan
memuat
29
dan
pemahaman
menulis
suatu
tentang
presentasi
matematika tertulis.
6. Membuat konjektur, menyusun argumen, merurnuskan
definisi, dan generalisasi.
7. Menjelaskan dan membuat
pertanyaan
tentang
yaitu
kemampuan
siswa
dalam
hal
bercakap,
30
kecil
pembelajaran.
komunikasi
selama
Sementara
matematika
berlangsungnya
yang
tulisan
proses
dimaksud
dengan
(writing)
adalah
model
konseptual,
seperti
gambar,
31
dibagi
menjadi
dua
yaitu
kemampuan
komunikasi
kedalam
bahasa
matematika,
siswa
dapat
menuliskan
menuliskan
solusi
operasi
perhitungan
matematika,
dan
,siswa
dapat
siswa
dapat
32
33
34
35
manusia terbagi atas cereblal cortex disebut neo cortex, basal ganglia,
sistem limbik, otak tengah, batang otak, dan otak kecil. Neocortex disebut
juga the thinking cap atau otak berfikir atau otak rasional yang sekaligus
menjadi bagian otak luar yang menutupi bagian otak yang ada di dalam
yaitu sistem limbik. Neocortex meliputi 80 persen dari seluruh volume
otak manusia. Neocortex pada otak manusia memberikan kemampuan
untuk berfikir, berpersepsi, berbicara berprilaku dan sebagainya ( Taufik
Bahaudin, 1999:57-60 ).
Sistem limbic atau disebut juga sebagai otak emosional yang
merupakan pusat otak yang berperan dalam mengendalikan emosi. Sistem
limbic berasal dari bahasa latin Limbus yang artinya kerah atau cincin
yang membungkus batang otak seperti kerah ( Gordon Dryden dan
Jeannette Vos. 2003:117 ).Lebih lanjut Taufik Bahaudin (1999:60 )
menjelaskan bahwa sistem limbic memberikan konstribusi yang mendasar
terhadap proses belaja, yaitu melakukan peran vital dalam meneruskan
informasi yang diterima kedalalm memori. Sistem limbic juga terkait
dengan peran thalamus dan hypothalamus yang berperan dalam mengatur
suhu tubuh, keseimbangan kimia tubuh, detak jantung, tekanan darah dan
seks. Sistem limbic merupakan pusat pengaturan emosi seperti marah,
senang, rasa lapar, haus, kenyang dan lainnya. Sistem limbic juga terlibat
dalam bekerjanya sistem ingatan,l yaitu pengiriman informasi dari ingatan
berjangka pendek ke ingatan jangka panjang.
36
37
jangka waktu yang lama. Hal itu disebabkan karena tidak adanya
keseimbangan
antara
kedua
belahan
otak
yang
akhirnya
dapat
38
39
menjelaskan,
peta
pikiran
merupakan
teknik
pemanfaatan
40
41
yang
seperti
diagram
pohon
dan
percabangannya
konsep
merupakan
elemen
yang
penting
dalam
42
Keterkaitan antara konsep yang satu dengan konsep yang lain yang
dilambangkan dengan kata-kata tersebut dapat digambarkan seperti mind
map (peta pikiran). Mind map adalah suatu pendekatan pengajaran yang
dapat memudahkan siswa mengingat suatu poin-poin penting. Karena
mind map memuat butir-butir pokok informasi yang berkaitan yang
tersusun secara logis dan teratur. Sehingga siswa mampu memahami
hubungan antara konsep yang satu dengan konsep yang lain.
Kreativitas muncul karena adanya motivasi yang kuat dari diri individu
siswa secara efektif individu kreatif memiliki ciri rasa ingin tahu yang
besar, tertarik terhadap tugas-tugas majemuk yang dirasakan sebagai
tantangan,
berani
mengambil
resiko
untuk
membuat
kesalahan,
43
yang dimiliki siswa dapat dituangkan melalui gambar, simbol dan warna.
Mind Mapping mewujudkan harapan siswa untuk memori jangka panjang.
Materi
pelajaran
yang
dibuat
dalam
bentuk
peta
pikiran
akan
44
diperlukan
beberapa
pendekatan,
suatu
pendekatan
45
satu
model
pembelajaran
yang
mendukung
pembelajaran
46
perbedaan,
memanfaatkan
kelebihan,
dan
mengisi
47
48
mengolah
informasi
dan
meningkatkan
keterampilan
berkomunikasi.
Pembelajaran kooperatif model Jigsaw adalah suatu tipe pembelajaran
kooperatif yang terdiri dari beberapa anggota dalam satu kelompok yang
bertanggung jawab atas penguasaan bagian materi belajar dan mampu
mengajarkan materi tersebut kepada anggota lain dalam kelompoknya
(Arends, 1997).
Model
pembelajaran
kooperatif
Jigsaw
merupakan
model
49
topic pembelajaran yang ditugaskan kepada mereka. Kemudian siswasiswa itu kembali pada tim / kelompok asal untuk menjelaskan kepada
anggota kelompok yang lain tentang apa yang telah mereka pelajari
sebelumnya pada pertemuan tim ahli.
Pada model pembelajaran kooperatif Jigsaw, terdapat kelompok asal
dan kelompok ahli. Kelompok asal yaitu kelompok induk siswa yang
beranggotakan siswa dengan kemampuan, asal, dan latar belakang
keluarga yang beragam. Kelompok asal merupakan gabungan dari
beberapa ahli. Kelompok ahli yaitu kelompok siswa yang terdiri dari
anggota kelompok asal yang berbeda yang ditugaskan untuk mempelajari
dan mendalami topik tertentu dan menyelesaikan tugas-tugas yang
berhubungan dengan topiknya untuk kemudian dijelaskan kepada anggota
kelompok asal.
Menurut Trianto (2010:67) Cooperative learning memiliki beberapa
bentuk yaitu : Student Teams Achievement Division (STAD), Teams
Games Tournament (TGT), Team Assited Individualization (TAI), Jigsaw,
Cooperative Integrated Reading and Composition, Learning Together,
Think Pairs Share (TPS), dan Group Investigation.
Cooperative learning mempunyai banyak teknik, akan tetapi penerapan
teknik jigsaw lebih memungkinkan bagi terwujudnya kondisi belajar yang
dinamis. Siswa dapat mengembangkan berbagai kemampuan dalam hal
bersosialisasi dan berinteraksi, belajar mandiri serta meningkatkan
kemampuan dalam hal bekerjasama. Teknik jigsaw dalam cooperative
50
Teknik
jigsaw
mempunyai
tahapan-tahapan
dalam
pelaksanaannya. Siswa di kelompokkan dalam bentuk kelompokkelompok kecil. Pembentukan kelompok-kelompok siswa tersebut dapat
dilakukan dengan pertimbangan tertentu yakni dapat di tinjau dari
kemampuan, ras, dan karakteristik lain. Manfaat belajar kelompok,
keanggotaan kelompok dapat optimal jika penentuannya secara heterogen.
Jumlah siswa yang bekerja sama dalam masing-masing harus dibatasi,
agar kelompok-kelompok yang terbentuk dapat bekerja sama secara
51
52
53
Hal ini dilakukan dengan cara memasukkan atau mengganti salah satu
variabel dengan variabel dari persamaan kedua.
3. Metode eliminasi
Mengeliminasi
artinya
menghilangkan
atau
menyembunyikan
54
sebagai akibat dari pengalaman (Syaiful Sagala, 2002:13). Pengalamanpengalaman dalam belajar akan meghasilkan hasil belajar yang merupakan
output atau keluaran sebagai hasil dari proses belajar.
Menurut S. Nasution (1982:25) Hasil belajar adalah perubahan yang
terjadi pada individu yang belajar, bukan saja perubahan mengenai
pengetahuan tetapi juga pembentukan kecakapan, sikap, pengertian,
penguasaan, dan penghargaan dalam diri individu yang belajar.
Sedangkan menurut Nana Sujana (1990:3) yang merujuk pada
taksonomi Bloom mengatakan bahwa: Hasil belajar bukanlah suatu hasil
latihan, melainkan hasil perubahan tingkah laku yang mencakup aspek
kognitif, apektif, dan Psikomotor.
Berdasarkan uraian diatas dapat dikatakan bahwa hasil belajar adalah
suatu perubahan yang terjadi pada individu setelah mengalami suatu
proses belajar yang meliputi aspek kognitif, afektif dan psikomotorik.
Perubahan tersebut dapat berupa hasil dari perubahan tingkah laku yang
diwujudkan melalui perolehan pengetahuan, pemahaman, kebiasaan,
keterampilan dan sikap.
Hasil belajar dipengaruhi oleh faktor yang mempengaruhi proses
belajar itu sendiri, yaitu faktor internal yang meliputi kematangan atau
pertumbuhan, kemampuan belajar yang merupakan gabungan dari
kemampuan intelegensi, bakat, motivasi dan kehendak, sedangkan faktor
eksternal meliputi keadaan keluarga dan lingkungan, keadaan dari materi
belajar dan faktor-faktor yang berhubungan dengan cara belajar.
55
B. Kerangka Berpikir
1. Pengaruh Model Pembelajaran Terhadap Hasil Belajar Matematika
Siswa
Belajar adalah kewajiban yang dilakukan oleh siswa yang
melibatkan peranan guru dalam pembimbingan dan kemauan siswa dengan
perasaan gembira dan senang. Belajar merupakan rangkaian proses
pematangan kognitif yang didapati siswa dari asumsi-asumsi yang
didapatinya selama proses pembelajaran. Oleh karena itu proses belajar
mengajar di dalam kelas mampu membentuk siswa mengetahui
pengembangan diri mereka dengan potensi diri yang kreatif, mampu
mengadakan analisa, membentuk ahlak yang baik, mampu memecahkan
masalah dan mampu mengingat akan semua yang telah dilalui secara
sistematis dan menarik yang merangsang kemampuan otak dan
mengaplikasikannya di dalam kesehariannya.
Proses pembelajaran yang mengakibatkan kejenuhan belajar ada
model-model atau metode-metode yang dapat mengubah perspektif
tersebut menjadi sebuah proses yang akahirnya menjadikan anak didik
riang gembira dalam pembelajaran dan tidak mersakan sedang belajar
56
melainkan mereka merasa sedang bermain dan bercanda ria dengan semua
anggota kelas.
Hasil belajar dapat mencerminkan hasil keberhasilan belajar siswa
terhadap tujuan belajar yang telah ditetapkan. Hasil belajar siswa dapat
meliputi aspek kognitif (pengetahuan), afektif (sikap), dan psikomotorik
(tingkah laku). Salah satu tes yang dapat melihat pencapaian hasil belajar
sisiwa adalah dengan melakukan tes prestasi belajar. Tes hasil belajar yang
dilaksanakan oleh siswa memiliki peranan penting, baik bagi guru ataupun
bagi siswa yang bersangkutan. Bagi guru, tes hasil belajar dapat
mencerminkan sejauh mana materi pelajaran dalam proses belajar dapat
diikuti dan diserap oleh siswa sebagai tujuan instruksional. Bagi siswa tes
hasil belajar bermanfaat untuk mengetahui sebagai mana kelemahankelemahannya dalam mengikuti pelajaran.
Hasil belajar adalah puncak hasil belajar yang dapat
mencerminkan
keberhasilan
belajar
siswa
terhadap
baik
bagi
guru
ataupun
bersangkutan.
Bagi
guru,
tes
bagi
prestasi
siswa
belajar
yang
dapat
57
mengetahui
sebagai
mana
kelemahan-
simbol,
citra,
musik
dan
lain
lain
yang
prestasi
belajar
yang
tinggi
dan
dapat
belajar
apakah
hasilnya
baik
atau
buruk.
58
Pembelajaran
berbasis
peta
pikiran,
berusaha
dan
otak
kanan
yang
berhubungan
dengan
59
60
kepada
peningkatan
kemampuan
komunikasi
matematika.
Untuk
memecahkan masalah matematika dengan menggunakan bahasa seharihari sebagai bentuk komunikasi dengan orang lain (teman sekelas),
terlebih lagi dengan menggunakan simbol dan kosakata matematika secara
benar dan lancar merupakan bagian penting dalam pembelajaran
matematika. Namun sebagian besar siswa pada umumnya enggan untuk
mengadakan pembicaraan mengenai matematika kecuali untuk tujuan
menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan gurunya. Dalam perspektif ini
pun, banyak siswa yang hanya mengikuti jalan pikiran atau bahkan meniru
penyelesaian soal dari teman sekelas yang dianggap mampu atau pintar.
Selain itu, kecenderungan siswa untuk menghargai atau menyukai
matematika (pelajaran matematika) mungkin tergantung kepada sikap
siswa terhadap matematika atau pembelajaran matematika. Bagi siswa
yang
tidak
menyenangi
pelajaran
matematika
cenderung
untuk
siswa
terhadap
pelajaran
matematika
bisa
jadi
61
semua
ilmu
pengetahuan
menjadi
lebih
sempurna.
62
63
penekanan
pada
komunikasi
matematik.
Kemampuan
masalah
kontekstual.
Pembelajaran
yang
memungkinkan
64
C. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah dan kajian teoritis di atas, maka diajukan
hipotesis penelitian yang akan diuji kebenarannya dalam penelitian ini, yaitu
sebagai berikut:
1.
65
2.
Terdapat
pengaruh
interaksi
antara
model