Anda di halaman 1dari 50

16

BAB II
LANDASAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS

A. Landasan Teori
1. Kemampuan Komunikasi Matematika
Matematika sebagai alat bagi ilmu yang lain sudah
cukup dikenal dan sudah tidak diragukan lagi. Matematika
bukan hanya sekedar alat bagi ilmu, tetapi lebih dari itu
matematika adalah bahasa. Sejalan dengan itu Jujun S.
Suriasumantri
merupakan
makna

(2007:190)

bahasa

dari

yang

pernyataan

mengatakan,

matematika

melambangkan

serangkaian

yang

ingin

kita

sampaikan.

Lambang-lambang matematika bersifat artifisial yang baru


mempunyai arti setelah sebuah makna diberikan padanya,
tanpa itu matematika hanya merupakan kumpulan rumusrumus yang mati.
Hal senada juga disampaikan oleh Evawati Alisah (2007:
23)

matematika

adalah

sebuah

bahasa,

ini

artinya

matematika merupakan sebuah cara mengungkapkan atau


menerangkan dengan cara tertentu. Dalam hal ini yang
dipakai

oleh

bahasa

matematika

menggunakan simbol-simbol.

ialah

dengan

17

Matematika merupakan bahasa, artinya matematika


tidak

hanya

sekedar

alat

bantu

berfikir,

alat

untuk

menemukan pola, tetapi matematika juga sebagai wahana


komunikasi antar siswa dan komunikasi antara guru
dengan

siswa.

pembelajaran

Komunikasi
matematika

dalam
menjadi

matematika

dan

sesuatu

yang

diperlukan seperti yang diungkapkan oleh Lindquist (1996),


jika kita sepakat bahwa matematika itu merupakan suatu
bahasa dan bahasa tersebut sebagai bahasan terbaik
dalam

komunitasnya,

maka

mudah

dipahami

bahwa

komunikasi merupakan esensi dan mengajar, belajar, dan


mengakssess matematika. Komunikasi merupakan bagian
yang sangat penting pada matematika dan pendidikan
matematika. Komunikasi merupakan cara berbagi ide dan
memperjelas pemahaman. Melalui komunikasi ide dapat
dicerminkan, diperbaiki, didiskusikan, dan dikembangkan.
Proses komunikasi juga membantu membangun makna dan
mempermanenkan ide dan proses komunikasi juga dapat
mempublikasikan ide. Ketika para siswa ditantang pikiran
dan kemampuan berfikir mereka tentang matematika dan
mengkomunikasikan hasil pikiran mereka secara lisan atau
dalam bentuk tulisan, mereka sedang belajar menjelaskan
dan menyakinkan. Mendengarkan penjelasan siswa yang

18

lain, memberi siswa kesempatan untuk mengembangkan


pemahaman mereka (NCTM: 2000:60).
Sudrajat (2001) mengatakan ketika seorang siswa
memperoleh informasi berupa konsep matematika yang
diberikan guru maupun yang diperoleh dan bacaan, maka
saat itu terjadi transformasi informasi matematika dan
sumber kepada siswa tersebut. Siswa akan memberikan
respon berdasarkan interpretasinya terhadap informasi itu.
Masalah yang sering timbul adalah respon yang diberikan
siswa atas informasi yang diterirnanya tidak sesuai dengan
apa yang diharapkan. Hal ini mungkin terjadi karena
karakteristik dan matematika yang sarat dengan istilah dan
simbol, sehingga tidak jarang ada siswa yang mampu
menyelesaikan soal matematika dengan baik, tetapi tidak
mengerti apa yang sedang dikerjakannya.
Pada bagian lain Cai, Lane, dan Jakabcsin (Helmaheri,
2004: 12) mengatakan adalah mengejutkan bagi siswa
ketika mereka diminta untuk memberikan pertimbangan
atau

penjelasan

atas

jawabannya

dalam

belajar

matematika. Hal ini terjadi sebagai akibat dan sangat


jarangnya

para

siswa

dituntut

untuk

menyediakan

penjelasan dalam pelajaran matematika, sehingga sangat


asing bagi mereka untuk berbicara tentang matematika.

19

Untuk mengurangi terjadinya hal seperti ini, siswa perlu


dibiasakan
tulisan

mengkomunikasikan

idenya

kepada

orang

secara

lisan

maupun

lain

sesuai

dengan

penafsirannya sendiri. Sehingga orang lain dapat menilai


dan memberikan tanggapan atas penafsirannya itu. Melalui
kegiatan seperti ini siswa akan mendapatkan pengertian
yang lebih bermakna baginya tentang apa yang sedang ia
lakukan. Ini berarti guru perlu mendorong kemampuan
siswa dalam berkomunikasi pada setiap pembelajaran.
Pugalee (2001) mengatakan bahwa siswa perlu dibiasakan
dalam pembelajaran untuk memberikan argumen atas
setiap jawabannya serta memberikan tanggapan atas
jawaban yang diberikan oleh orang lain, sehingga apa yang
sedang dipelajari menjadi lebih bermakna baginya.
Komunikasi secara umum dapat diartikan sebagai suatu
cara untuk menyampaikan suatu pesan dari pembawa
pesan ke penerima pesan untuk memberitahu, pendapat,
atau perilaku baik langsung secara lisan, maupun tak
langsung melalui media. Di dalam berkomunikasi tersebut
harus dipikirkan bagaimana caranya agar pesan yang
disampaikan seseorang itu dapat dipahami oleh orang lain.
Untuk mengembangkan kemampuan berkomunikasi, orang

20

dapat menyampaikan dengan berbagai bahasa termasuk


bahasa matematis.
Sedangkan kemampuan komunikasi matematis dapat
diartikan

sebagai

menyampaikan

suatu

sesuatu

kemampuan
yang

siswa

diketahuinya

dalam
melalui

peristiwa dialog atau saling hubungan yang terjadi di


lingkungan kelas, dimana terjadi pengalihan pesan. Pesan
yang dialihkan berisi tentang materi matematika yang
dipelajari siswa, misalnya berupa konsep, rumus, atau
strategi penyelesaian suatu masalah. Pihak yang terlibat
dalam peristiwa komunikasi di dalam kelas adalah guru dan
siswa. Cara pengalihan pesannya dapat secara lisan
maupun tertulis.
Di

dalam

pembelajaran

matematika,

komunikasi

gagasan matematika bisa berlangsung antara guru dengan


siswa, antara buku dengan siswa, dan antara siswa dengan
siswa. Menurut Hiebert (1990 : 32) setiap kali kita
mengkomunikasikan gagasan-gagasan matematika, kita
harus menyajikan gagasan tersebut dengan suatu cara
tertentu. Ini merupakan hal yang sangat penting, sebab
bila

tidak

demikian,

komunikasi

tersebut

tidak

akan

berlangsung efektif. Gagasan tersebut harus disesuaikan


dengan kemampuan orang yang kita ajak berkomunikasi.

21

Kita

harus

mampu

menyesuaikan

dengan

sistem

representasi yang mereka mampu gunakan. Tanpa itu,


komunikasi hanya akan berlangsung dari satu arah dan
tidak tercapai sasaran.
Agar komunikasi matematika itu dapat berjalan dan
berperan dengan baik, maka diciptakan suasana yang
kondusif dalam pembelajaran yang dapat mengoptimalkan
kemampuan siswa dalam komunikasi matematika, siswa
sebaiknya diorganisasikan dalam kelompok-kelompok kecil
yang dapat dimungkinkan terjadinya komunikasi multiarah, yaitu komunikasi siswa dengan siswa dalam satu
kelompok.
Kelompok-kelompok kecil tersebut terdiri dari 4-6 orang
siswa yang memiliki kemampuan heterogen. Di dalam
kelompok

tersebut

siswa

menyelesaikan

tugas

dan

memecahkan masalah. Dalam kelompok-kelompok kecil ini


memungkinkan timbulnya komunikasi dan interaksi yang
lebih baik antar siswa. Kramaski (2000 : 167) mengatakan
bahwa mempertinggi kemampuan komunikasi matematika
secara alami adalah dengan memberi kesempatan belajar
kepada siswa dalam kelompok kecil dimana mereka dapat
berinteraksi.

22

Pada saat pembagian kelompok itu perlu diperhatikan


komposisi siswa yang pandai, sedang dan kurang, misalnya
1 kelompok terdiri dari 1 orang siswa yang pandai, 2 orang
siswa sedang, dan 1 orang siswa yang kurang. Kehadiran
siswa pandai dapat menjadi tutor sebaya bagi rekanrekannya. Suherman (2001 : 233) menyatakan Bantuan
belajar

oleh

teman

kecanggungan.

sebaya

Bahasa

teman

dapat

menghilangkan

sebaya

lebih

mudah

dipahami. Dengan teman sebaya tidak ada rasa enggan,


rendah diri, malu dan sebagainya untuk bertanya ataupun
minta bantuan.
Melalui komunikasi yang terjadi di kelompok-kelompok
kecil, pemikiran matematika siswa dapat diorganisasikan
dan dikonsolidasikan. Pengkomunikasian matematika yang
dilakukan siswa pada setiap kali pelajaran matematika,
secara bertahap tentu akan dapat meningkatkan kualitas
komunikasi,

dalam

arti

bahwa

pengkomunikasian

pemikiran matematika siswa tersebut semakin cermat,


tepat, sistematis dan efisien.
Untuk

mengungkapkan

kemampuan

komunikasi

matematik dapat dilakukan dengan berbagai cara, seperti


diskusi dan mengerjakan berbagai bentuk soal, baik pilihan
ganda maupun uraian (Cai, Lane & Jakabcsin, 1998 : 240).

23

Ada sejumlah bentuk soal uraian yang dapat digunakan


untuk menjaring kemampuan komunikasi matematik siswa.
Berkaitan

dengan

komunikasi

matematika

atau

komunikasi dalam matematika ini, Sumarmo (2003, 2004)


memberikan indikator-indikator yang lebih rinci, yaitu:
1. Menghubungkan benda nyata, gambar, dan diagram ke
dalam ide matematika.
2. Menjelaskan ide, situasi dan relasi matematika, secara
lisan atau tulisan, dengan benda nyata, gambar, grafik,
dan aljabar.
3. Menyatakan peristiwa sehari-hari dalam bahasa atau
simbol matematika
4. Mendengarkan, berdiskusi,

dan

menulis

tentang

matematika.
5. Membaca presentasi matematika tertulis dan menyusun
pernyataan yang relevan
6. Membuat konjektur, menyusun argumen, merumuskan
definisi dan generalisasi.
7. Menjelaskan dan membuat pertanyaan Matematika
yang telah dipelajari.
Lebih lanjut Sumarmo (2003, 2004) menggambarkan
Indikator komunikasi matematika untuk siswa setingkat
SMP adalah:
1. Membuat model dari suatu situasi melalui lisan, tulisan,
benda-benda konkrit, gambar, grafik, dan metodemetode aljabar

24

2. Menyusun refleksi dan membuat klarifikasi tentang ideide matematika


3. Mengembangkan

pemahaman

dasar

matematika,

termasuk aturan-aturan definisi matematika


4. Menggunakan kemampuan membaca, menyimak, dan
mengamati untuk menginterpretasi dan mengevaluasi
suatu ide matematika
5. Mengapresiasi nilai-nilai dari suatu notasi matematis
termasuk aturan-aturannya dalam mengembangkan ide
matematika.
Penskoran

pada

komunikasi

matematika

dalam

pembelajaran matematika yang diadaptasi dari Cai, Lane,


dan Jakabcsin (1996b) dan Ansari (2004).

Tabel 2.1
Penskoran Kemampuan Komunikasi Matematika
Sko
r
0

Menulis
(Written
texts)

Menggamba
r (Drawing)

Ekpresi
Matematika
(Mathematical
Expression)
Tidak ada jawaban, kalaupun ada hanya
memperlihatkan tidak memahami konsep
sehingga informasi yang diberikan tidak
berarti apa-apa
Hanya
Hanya sedikit Hanya sedikit
sedikit
dari gambar, dari model
dari
diagram,
matematika yang
penjelasan atau tabel
benar.

25

yang
benar

yang benar.

Penjelasan
secara
matematis
masuk
akal
namun
hanya
sebagian
lengkap
dan benar
Penjelasan
secara
matematis
masuk
akal dan
benar,
meskipun
tidak
tersusun
secara
logis atau
terdapat
sedikit
kesalahan
bahasa.
Penjelasan
secara
matematis
masuk
akal dan
jelas serta
tersusun
secara
logis

Melukiskan,
diagram,
gambar, atau
tabel namun
kurang
lengkap dan
benar

Membuat model
matematika
dengan benar,
namun salah
dalam
mendapatkan
solusi.

Melukiskan,
diagram,
gambar, atau
tabel secara
lengkap dan
benar

Membuat model
matematika
dengan benar,
kemudian
melakukan
perhitungan atau
mendapatkan
solusi secara
benar dan
lengkap

Tabel 2.2
Kriteria Penilaian Kemampuan Komunikasi Matematika

26

Sko

Kriteria

r
4

Jawaban lengkap dan jelas sesuai dengan


petunjuk soal disertai argumen yang benar
berdasarkan prinsip dan konsep matematika

Jawaban hampir lengkap, sebagian petunjuk


soal diikuti dan disertai argumen yang benar

Jawaban hampir lengkap sebagian petunjuk


soal diikuti tetapi argumen kurang tepat

Jawaban kurang lengkap dan argumen kurang

tepat
Tidak

ada

jawaban

atau

salah

menginterpretasikan soal
Menurut Nasution (1982:194) Dalam situasi belajar,
komunikasi memegang peranan yang penting. Komunikasi
merupakan suatu bagian dari pengajaran. Komunikasi
diperlukan untuk:
1. Membangkitkan dan memelihara perhatian siswa.
2. Memberitahukan dan memperlihatkan hasil belajar yang
diharapkan.
3. Merangsang siswa untuk mengingat kembali hal-hal
yang bertalian dengan topik-topik tertentu.
4. Menyajikan stimulus untuk mempelajari suatu konsep,
prinsip atau masalah.
5. Memberi bimbingan siswa dalam belajar.

27

6. Menilai hasil belajar siswa.


Sedangkan

indikator

kemampuan

siswa

dalam

komunikasi matematis pada pembelajaran matematika


menurut NCTM (1989 : 214) dapat dilihat dari :
1. Kemampuan

mengekspresikan

ide-ide

matematika

melalui lisan, tertulis, dan mendemonstrasikannya serta


menggambarkannya secara visual
2. Kemampuan memahami, menginterpretasikan,

dan

mengevaluasi ide-ide Matematika baik secara lisan


maupun dalam bentuk visual lainnya
3. Kemampuan dalam menggunakan istilah-istilah, notasinotasi

Matematika

dan

struktur-strukturnya

untuk

menyajikan ide, menggambarkan hubungan-hubungan


dan model-model situasi.
Within (1992) menyatakan kemampuan komunikasi
menjadi penting ketika diskusi antar
dimana

siswa

diharapkan

siswa dilakukan,

mampu

menyatakan,

menjelaskan, menggambarkan, mendengar, menanyakan


dan bekerjasama sehingga dapat membawa siswa pada
pemahaman yang mendalam tentang matematika. Anakanak yang diberikan kesempatan untuk bekerja dalam
kelompok dalam mengumpulkan dan menyajikan data,
mereka menunjukkan kemajuan baik di saat mereka saling
mendengarkan

ide

yang

satu

dan

yang

lain,

28

mendiskusikannya

bersama

kemudian

menyusun

kesimpulan yang menjadi pendapat kelompoknya. Ternyata


mereka belajar sebagian besar dari berkomunikasi dan
mengkontruksi sendiri pengetahuan mereka.
Pendapat

tentang

pentingnya

komunikasi

dalam

pembelajaran matematika juga diusulkan NCTM (2000: 63)


yang

menyatakan

bahwa

program

pembelajaran

matematika sekolah harus memberi kesempatan kepada


siswa untuk:
1. Menyusun

dan

mengaitkan

mathematical

mereka melalui komunikasi.


2. Mengkomunikasikan mathematical

thinking

thinking
mereka

secara logis dan jelas kepada teman-temannya, guru,


dan orang lain.
3. Menganalisis dan menilai mathematical thinking dan
strategi yang dipakai orang lain.
4. Menggunakan
bahasa
matematika

untuk

mengekspresikan ide-ide matematika secara benar.


Menurut Utari Sumarmo (Gusni Satriawati, 2003: 110),
kemampuan
kemampuan

komunikasi
yang

dapat

matematika
menyertakan

merupakan
dan

memuat

berbagai kesempatan untuk berkomunikasi dalam bentuk:


1. Merefleksikan benda-benda nyata, gambar, dan diagram
ke dalam ide matematika.

29

2. Membuat model situasi atau persoalan menggunakan


metode lisan, tertulis, konkrit, grafik, dan aljabar.
3. Menyatakan peristiwa sehari-hari dalam bahasa atau
simbol matematika.
4. Mendengarkan, berdiskusi,
matematika.
5. Membaca dengan

dan

pemahaman

menulis
suatu

tentang
presentasi

matematika tertulis.
6. Membuat konjektur, menyusun argumen, merurnuskan
definisi, dan generalisasi.
7. Menjelaskan dan membuat

pertanyaan

tentang

matematika yang telah dipelajari.


Selain itu menurut Greenes dan Schulman (1996: 159)
komunikasi matematik adalah kemampuan :
1. menyatakan ide matematika melalui ucapan, tulisan,
demonstrasi, dan melukiskannya secara visual dalam
tipe yang berbeda
2. memahami, menafsirkan, dan menilai ide yang disajikan
dalam tulisan, lisan, atau dalam bentuk visual
3. mengkonstruk,
menafsirkan
dan
menghubungkan
bermacam-macam representasi ide dan hubungannya.
Selanjutnya menurut Sullivan & Mousley (Bansu Irianto
Ansari, 2003: 17), komunikasi matematik bukan hanya
sekedar menyatakan ide melalui tulisan tetapi lebih luas
lagi

yaitu

kemampuan

siswa

dalam

hal

bercakap,

menjelaskan, menggambarkan, mendengar, menanyakan,

30

kiarifikasi, bekerja sama (sharing), menulis, dan akhirnya


melaporkar apa yang telah dipelajani.
Bansu Irianto Ansari (2003) menelaah kemampuan
Komunikasi matematika dari dua aspek yaitu komunikasi
lisan (talking) dan komunikasi tulisan (writing). Komunikasi
lisan diungkap melaui intensitas keterlibatan siswa dalam
kelompok

kecil

pembelajaran.
komunikasi

selama

Sementara
matematika

berlangsungnya
yang
tulisan

proses

dimaksud

dengan

(writing)

adalah

kemampuan dan keterampilan siswa menggunakan kosa


kata (vocabulary), notasi dan struktur matematika untuk
menyatakan hubungan dan gagasan serta memahaminya
dalam memecahkan masalah. Kemampuan ini diungkap
melalui repsentasi matematika. Repsentasi matematika
siswa diklasifikasikan dalam tiga kategori:
1. pemunculan

model

konseptual,

seperti

gambar,

diagram,tabel dan grafik (aspek drawing)


2. membentuk model matematika (aspek mathematical
expression)
3. argumentasi verbal yang didasari pada analisis terhadap
gambar dan konsep-konsep formal (aspek written texts).
Komunikasi matematika adalah salah satu kompetensi
dasar dalam kurikulum 2004 atau Kurikulum Berbasis
Kompetensi (KBK). Kemampuan komunikasi matematika

31

dibagi

menjadi

dua

yaitu

kemampuan

komunikasi

matematika secara lisan dan secara tertulis. Indikator


dalam kemampuan komunikasi matematika secara lisan
adalah siswa dapat menjelaskan konsep kedalam bahasa
matematika, siswa dapat menjelaskan masalah kedalam
bahasa matematika, siswa dapat menjelaskan operasi
perhitungan, siswa dapat menjelaskan solusi matematika,
siswa dapat menjelaskan interpretasi jawaban, dan siswa
dapat menyampaikan ide atau pendapat.
Sedangkan indikator dalam kemampuan komunikasi
matematika secara tertulis adalah siswa dapat menuliskan
konsep

kedalam

bahasa

matematika,

siswa

dapat

menuliskan masalah kedalam bahasa matematika, siswa


dapat

menuliskan

menuliskan

solusi

operasi

perhitungan

matematika,

dan

,siswa

dapat

siswa

dapat

menuliskan kesimpulan jawaban.


Dari beberapa pendapat para ahli yang telah diuraikan di atas,
bahwasanya kemampuan komunikasi matematika pada penelitian ini
adalah kemampuan siswa dalam mengeluarkan pendapat berupa ide-ide
untuk mengklarifikasi pemahaman dalam membangun makna dan
mempertajam pemikiran matematis yaitu: kemampuan menyatakan ide
matematika melalui ucapan, tulisan, memahami, dan menafsirkannya

32

dalam bentuk visual. Kemampuan komunikasi matematis siswa


dapat dilihat dari kemampuan berikut :
1. menghubungkan benda nyata, gambar, dan diagram ke
dalam idea matematika.
2. menjelaskan idea, situasi, dan relasi matematik, secara
lisan dan tulisan dengan benda nyata, gambar, grafik
dan aljabar
3. menyatakan peristiwa sehari-hari dalam bahasa atau
simbol matematika
4. mendengarkan, berdiskusi, dan menulis tentang
matematika
5. membaca dengan pemahaman suatu presentasi
Matematika tertulis
6. membuat konjektur, menyusun argumen, merumuskan
definisi dan generalisasi
7. menjelaskan dan membuat pertanyaan matematika
yang telah dipelajari.

2. Model Pembelajaran Mind Mapping


Dalam proses belajar siswa mendapatkan pertambahan materi berupa
informasi mengenai teori, gejala, fakta ataupun kejadian-kejadian.
Informasi yang diperoleh akan diolah oleh siswa. Proses pengolahan

33

informasi melibatkan kerja sistem otak, sehingga informasi yang diperoleh


dan telah diolah akan menjadi suatu ingatan.
Ingatan merupakan suatu proses biologi, yaitu pemberian kode-kode
terhadap informasi dan pemanggilan informasi kembali ketika informasi
tersebut dibutuhkan. Pada dasarnya ingatan adalah sesuatu yang
membentuk jati diri manusia dan membedakan manusia dari mahluk hidup
lainnya. Ingatan memberikan titik-titik rujukan pada masa lalu dan
perkiraan pada masa depan. Ingatan merupakan reaksi kimia elektrokimia
yang rumit yang diaktifkan melalui beragam saluran inderawi dan
disimpan dalam jaringan saraf yang sangat rumit dan unik di seluruh
bagian otak. Ingatan dibentuk melalui berfikir, bergerak dan mengalami
hidup (rangsangan inderawi). Semua pengalaman yang dirasakan akan
disimpan dalam otak, kemudian akan diolah dan diurutkan oleh struktur
dan proses otak mengenai nilai dan kegunaannya ( Eric Jensen. 2002:21 ).
Berdasarkan tahapan evolusi, otak pada mahluk hidup terbagi menjadi
tiga bagian yaitu, batang atau otak reptilia (Primitif). Sistem limbic atau
otak mamalia, dan neokorteks. Masing-masing berkembang dalam waktu
yang berbeda dalam sejarah evolusi mahluk hidup. Perkembangan evolusi
pertama adalah otak reptile memiliki peranan yang berkaitan dengan
insting pertahanan hidup, bernafas, mencari makan, dan dorongan untuk
mengembangkan spesies.Manusia memiliki unsur-unsur yang sama

34

dengan reptilia dan otak reptil merupakan komponen kecerdasan terendah


dari manusia ( Bobbi de Poter dan Hernacki, 1999:26-28 ).
Lebih lanjut Taufik Bahaudin ( 1999: 42 ) menjelaskan, disekeliling
otak reptil terdapat sistem limbik yang disebut sebagai otak mamalia atau
paleo mamalian, otak ini berkaitan dengan perasaan atau emosi, memori,
bioritmik dan sistem kekebalan. Sistem limbik memungkinkan untuk
merekam suatu kejadian yang menyenangkan. Bagian ketiga, neokorteks
atau otak neomamalian, otak ini terbungkus dibagian atas dan sisi-sisi
sistem limbik. Otak neomamalian memiliki kemampuan belajar, berbicara,
mengembangkan kreativitas, memehami angka-angka, memecahkan
masalah dan dapat menentukan perilaku dalam berhubungan dengan orang
atau mahluk lain ataupun dengan lingkungan.
Otak merupakan organ tubuh yang kompleks. Otak manusia
merupakan otak yang paling sempurna dibandingkan dengan otak binatang
lainnya termasuk otak binatang mamalia, otak manusia memiliki
kemampuan untuk belajar oleh karena itu otak manusia dapat dikatakan
sebagai otak belajar. Hal ini yang dapat membedakan otak manusia dengan
otak binatang mamalia terletak pada fungsi sistem limbik.
Sistem limbik pada otak binatang mamalia hanya digunakan hanya
untuk hal-hal yang sederhana seperti kemampuan binatang merekam
sesuatu yang meyenagkan dan tidak meyenangkan. Sedangkan sistem
limbik pada manusia memiliki fungsi yang sangat kompleks. Otak

35

manusia terbagi atas cereblal cortex disebut neo cortex, basal ganglia,
sistem limbik, otak tengah, batang otak, dan otak kecil. Neocortex disebut
juga the thinking cap atau otak berfikir atau otak rasional yang sekaligus
menjadi bagian otak luar yang menutupi bagian otak yang ada di dalam
yaitu sistem limbik. Neocortex meliputi 80 persen dari seluruh volume
otak manusia. Neocortex pada otak manusia memberikan kemampuan
untuk berfikir, berpersepsi, berbicara berprilaku dan sebagainya ( Taufik
Bahaudin, 1999:57-60 ).
Sistem limbic atau disebut juga sebagai otak emosional yang
merupakan pusat otak yang berperan dalam mengendalikan emosi. Sistem
limbic berasal dari bahasa latin Limbus yang artinya kerah atau cincin
yang membungkus batang otak seperti kerah ( Gordon Dryden dan
Jeannette Vos. 2003:117 ).Lebih lanjut Taufik Bahaudin (1999:60 )
menjelaskan bahwa sistem limbic memberikan konstribusi yang mendasar
terhadap proses belaja, yaitu melakukan peran vital dalam meneruskan
informasi yang diterima kedalalm memori. Sistem limbic juga terkait
dengan peran thalamus dan hypothalamus yang berperan dalam mengatur
suhu tubuh, keseimbangan kimia tubuh, detak jantung, tekanan darah dan
seks. Sistem limbic merupakan pusat pengaturan emosi seperti marah,
senang, rasa lapar, haus, kenyang dan lainnya. Sistem limbic juga terlibat
dalam bekerjanya sistem ingatan,l yaitu pengiriman informasi dari ingatan
berjangka pendek ke ingatan jangka panjang.

36

Neocortex atau cerebral cortex terbagi menjadi dua belahan, yaitu


belahan otak kanan dan belahan kiri. Masing-masing kedua belahan ini
bertanggung jawab terhadap cara berpikir dan masing-masing memiliki
spesialisasi dalam kemampuankemampuan tertentu (Bobbi de Porter dan
Hernacki,1999:28). Lebih lanjut Taufik Bahaudin (1999:45) menjelaskan
bahwa, belahan otak kanan terkait mengenai gambar, imajinasi, warna,
ritme dan ruang. Otak kiri berkenaan dengan angka-angka, kata-kata,
logika, urutan atau daftar dan rincianrincian.
Secara umum otak kiri memainkan peranan penting dalam pemrosesan
logika.kata-kata, matematika dan urutan atau yang disebut sebagai otak
yang berkaitan dengan pembelajaran akademis. Oatak kana berkaitan
dengan irama, rima, musik. Gambar dan imajinasi atau yang disebut
sebagai otak berkaitan dengan aktivitas kreatif. Kedua belahan otak ini
dihubungkan oleh corpus collosum yang secara konstan manyeimbangkan
pesan-pesan yang datang dan menggabungkan gambar yang abstrak dan
holistik dengan pesan kongkret dan logis ( Gordon Dryden Jeannette Vos.
2003:125 ). Sebagian besar orang hanya menggunakan otak kirinya
sebagai berkomunikasi dan perolehan informasi dalam bentuk verbal
ataupun tertulis. Bidang pendidikan, bisnis, dan sains cenderung yang
digunakan adalah otak belahan kiri. Dalam proses belajar siswa selalu
dituntut untuk mempergunakan belahan otak kiri ketika menerima materi
pelajaran. Materi pelajaran akan diubah dan diolah dalam bentuk ingatan.
Terkadang siswa tidak dapat mempertahankaan ingatan tersebut dalam

37

jangka waktu yang lama. Hal itu disebabkan karena tidak adanya
keseimbangan

antara

kedua

belahan

otak

yang

akhirnya

dapat

menimbulkan terganggunya kesehatan fisik dan mental seseorang. Untuk


menyeimbangkan kecenderungan salah satu belahan otak maka diperlukan
adanya masukan musik dan estetika dalam proses belajar. Masukan musik
dan estetika dapat memberikan umpan balik positif sehingga dapat
menimbulkan emosi positif yang membuat kerja otak lebih efektif ( Bobbi
de Porter dan Hernacki.1999:38 ).
Informasi yang diperloleh siswa dalam bentuk materi pelajaran akan
diolah dan dismpan menjadi sebuah ingata. Ingatan jangka pendek yang
diubah menjadi sebuah ingatan jangka panjang memerlukan keterlibaan
kerja sistim limbic. Siswa menginginkan matri pelajaran yang diterima
dalam proses belajar menjadi se buah ingatan jangka panjang. Siswa
melakukan berbagai hal untuk menyimpan ingatan tersebut menjadi
ingatan jangka panjang, salah satunya dengan mencatat materi pelajaran
yang telah dipelajari.
Mencatat merupakan salah satu usaha untuk meningkatkan daya ingat.
Otak manusia dapat menyimpan segala sesuatu yang dilihat, didengar dan
dirasakan. Tujuan pencatatan adalah membantu mengingat informasi yang
tersimpan dalam memori tanpa mencatat dan mengulangi informasi, siswa
hanya mampu mengingat sebagian kecil materi yang diajarkan.

38

Umumnya siswa membuat catatan tradisional dalam bentuk tulisan


linier panjang yang mencakup seluruh isi materi pelajaran, sehingga
catatan terlihat sangat monoton dan membosankan. Umumnya catatan
monoton akan menghilangkan topik-topik utama yang penting dari materi
pelajaran. Otak tidak dapat langsung mengolah informasi menjadi bentuk
rapi dan teratur melainkan harus mencari, memilih, merumuskan dan
merangkainya dalam gambar-gambar, simbol-simbol, suara, citra, bunyi
dan perasaan sehingga informasi yang keluar satu persatu dihubungkan
oleh logika, diatur oleh bahasa dan menghasilkan arti yang dipahami.
Teknik mencatat dapat terbagi menjadi dua bagian. Pertama catat, tulis,
susun (CTS), yaitu teknik mencatat yang mampu mensinergiskan kerja
otak kiri dengan otak kanan, sehingga konsentrasi belajar dapat meningkat
sepuluh kali lipat. Catat , tulis , susun , menghubungkan apa yang
didengaran menjadi poin-poin utama dan menuliskan pemkiran dan kesan
dari materi pelajaran yang telah dipelajari (Bobbi de Portyer dan Hernacki,
1999: 152).
Teknik mencatat kedua, pemetaan pikiran (mind mapping), yaitu cara
yang paling mudah untuk memasuk informasi kedalam otak dan untuk
kembali mengambil informasi dari dalam otak. Peta pemikiran merupakan
teknik yang paling baik dalam membantu proses berfiki otak secara teratur
karena menggunakan teknik grafis yang berasal dari pemikiran manusia

39

yang bermanfaat untuk menyediakan kunci-kunci universal sehingga


membuka potensi otak (Tonny dan Bary Buzan, 2004: 68).
Mind merupakan gagasan berbagai imajinasi. Mind merupakan suatu
keadaan yang timbul bila otak (brain) hidup da sedang bekerja (Taufik
Bahaudin, 1999: 53). Lebih lanjut Bobbi de Porter dan Hernacki (199:
152)

menjelaskan,

peta

pikiran

merupakan

teknik

pemanfaatan

keseluruhan otak dengan menggunakan citra visual dan prasarana grafis


lainnya untuk membentuk suatu kesan yang lebih dalam.
Peta pikiran adalah teknik meringkas bahan yang akan dipelajari dan
memproyeksikan masalah yang dihadapi ke dalam bentuk peta atau teknik
grafik sehingga lebih mudah memahaminya (Iwan Sugiarto, 2004:75).
Pemetaan pikiran merupakan teknik visualisasi verbal ke dalam gambar.
Peta pikiran sangat bermanfaat untuk memahami materi, terutama materi
yang diberikan secara verbal. Peta pikiran bertujuan membuat materi
pelajaran terpola secara visual dan grafis yang akhirnya dapat membantu
merekam, memnperkuat, dan mengingat kemabli informasi yang telah
dipelajari (Eric Jensen, 2002: 95).
Bentuk mind mapping seperti peta sebuah jalan di kota yang
mempunyai banyak cabang. Mind mapping merupakan cara untuk
menempatkan informasi ke dalam otak dan mengambilnya kembali ke luar
otak (Buzan, 2007:2). Bentuk mind mapping seperti peta sebuah jalan di
kota yang mempunyai banyak cabang. Seperti peta jalan kita bisa

40

membuat pandangan secara menyeluruh tentang pokok masalah dalam


suatu area yang sangat luas. Dengan sebuah peta kita bisa merencanakan
sebuah rute yang tercepat dan tepat dan mengetahui kemana kita akan
pergi dan di mana kita berada.
Seperti peta jalan kita bisa membuat pandangan secara menyeluruh
tentang pokok masalah dalam suatu area yang sangat luas. Dengan sebuah
peta kita bisa merencanakan sebuah rute yang tercepat dan tepat dan
mengetahui kemana kita akan pergi dan di mana kita berada.
Mind mapping bisa disebut sebuah peta rute yang menggunakan
ingatan, membuat kita bisa menyusun fakta dan fikiran sehingga cara kerja
otak kita yang alami akan dilibatkan sejak awal hingga dalam mengingat
informasi akan lebih mudah dan bisa diandalkan dari pada menggunakan
teknik mencatat biasa.
Konsep Mind Mapping asal mulanya diperkenalkan oleh Tony Buzan.
Teknik ini dikenal juga dengan nama Radiant Thinking. Mind maping
memiliki sebuah ide atau kata sentral yang di tuangkakan pada tengah
kertas dan ada 5 sampai 10 ide lain yang keluar dari ide sentral tersebut.
Menurut Linda Campbell bahwasanya Mind maps are useful for
severalpurposes. They assist in organizing and remembering written or
verbalinformations, planning and evaluating projects or events, or making
visual record of meeting in progress (1996:107).
Mind Mapping sangat efektif bila digunakan untuk memunculkan ide
terpendam yang kita miliki dan membuat asosiasi di antara ide tersebut

41

juga berguna untuk mengorganisasikan informasi yang dimiliki. Bentuk


diagramnya

yang

seperti

diagram

pohon

dan

percabangannya

memudahkan untuk mereferensikan satu informasi kepada informasi yang


lain. Mind mapping merupakan tehnik penyusunan catatan demi
membantu anak didik menggunakan seluruh potensi otak agar optimum.
Caranya, menggabungkan kerja otak bagian kiri dan kanan. Dengan
metode mind mapping anak didik dapat meningkatkan daya ingat hingga
78%.
Ferni Olivia dalam buku Gembira Belajar Dengan Mind Mapping
Mengatakan Dengan mind mapping anak bisa membingkai suatu konsep
matematika (aljabar, geometri, aritmatika dan sebagainya), rumus-rumus
yang sedang dipelajari di sekolah (2003:135). Mind mapping membantu
siswa belajar membentuk konsep dan mencari pola serta hubungan abstrak
dari pelajaran matematika. Dengan begitu, strategi logis, kepekaan makna
angka, rancangan, dan bukan sekedar hafal.
Memahami

konsep

merupakan

elemen

yang

penting

dalam

menyelesaikan soal matematika. Karena konsep-konsep berfungsi sebagai


batu-batu dalam berpikir. Batu-batu itu dapat disusun menjadi suatu
bangunan, dengan menghubung-hubungkan konsep yang satu dengan yang
lain. Konsep itu sendiri dapat dilambangkan dalam bentuk suatu kata yang
mewakili suatu pengertian tertentu. Kata-kata itu kemudian dapat
dihubungkan satu sama lain dan menjadi alat dalam berpikir.

42

Keterkaitan antara konsep yang satu dengan konsep yang lain yang
dilambangkan dengan kata-kata tersebut dapat digambarkan seperti mind
map (peta pikiran). Mind map adalah suatu pendekatan pengajaran yang
dapat memudahkan siswa mengingat suatu poin-poin penting. Karena
mind map memuat butir-butir pokok informasi yang berkaitan yang
tersusun secara logis dan teratur. Sehingga siswa mampu memahami
hubungan antara konsep yang satu dengan konsep yang lain.
Kreativitas muncul karena adanya motivasi yang kuat dari diri individu
siswa secara efektif individu kreatif memiliki ciri rasa ingin tahu yang
besar, tertarik terhadap tugas-tugas majemuk yang dirasakan sebagai
tantangan,

berani

mengambil

resiko

untuk

membuat

kesalahan,

mempunyai rasa humoris, dan ingin mencari pengalaman-pengalaman


baru.
Siswa dalam proses belajar meginginkan materi pelajaran yang
diterima menjadi memori jangka panjang sehingga ketika materi tersebut
diperlukan kembali siswa dapat mengingatnya. Belahan otak kiri yang
berkaitan dengan kata-kata, angka, logika, urutan, dan rincian yang dapat
disebut aktivitas belajar. Belahan otak kanan berkaitan dengan warna,
gambar, imajinasi, dan ruang atau disebut sebagai aktivitas kreatif. Jika
kedua belahan ini dipadukan secara bersamaan maka informasi (memori)
yang diterima dapat bertahan menjadi memori jangka panjang.
Mind mapping merupakan teknik mencatat yang memadukan kedua
belahan otak (Buzan, 2007:2). Sebagai contoh, catatan materi pelajaran

43

yang dimiliki siswa dapat dituangkan melalui gambar, simbol dan warna.
Mind Mapping mewujudkan harapan siswa untuk memori jangka panjang.
Materi

pelajaran

yang

dibuat

dalam

bentuk

peta

pikiran

akan

mempermudah sistem limbic memproses informasi dan memasukkannya


menjad memori jangka panjang.
Mind map mirip seperti peta jalan. Menurut Tony Buzan yang
diterjemahkan oleh Marselita Harapan bahwa mind map akan:
1. Memberikan tinjauan menyeluruh atas sebuah subjek/area yang luas.
2. Membuat anda (siswa) mampu merencanakan rute/membuat pilihan
serta menunjukkan arah tujuan dan keberadaan anda (siswa).
3. Menghimpun dan Menyimpan sejumlah besar data.
4. Mendukung proses pemecahan masalah dengan menemukan jalan baru
yang kreatif.
5. Membuat anda (siswa) mampu bersikap sangat efisien.
6. Enak dilihat, dibaca, direnungkan, dan diingat.
7. Menarik dan manahan mata/otak anak anda (siswa).
Dari uraian tersebut, peta pikiran (mind mapping) adalah satu teknik
mencatat yang mengembangkan gaya belajar visual. Peta pikiran
memadukan dan mengembangkan potensi kerja otak yang terdapat di
dalam diri seseorang. Dengan adanya keterlibatan kedua belahan otak
maka kan memudahkan seserorang untuk mengatur dan mengingat segala
bentuk informasi, baik secara tertulis maupun secara verbal. Adanya

44

kombinasi warna, simbol, bentuk dan sebagainya memudahkan otak dalam


menyerap informasi yang diterima.
Peta pikiran yang dibuat oleh siswa dapat bervariasi setiap hari. Hal ini
disebabkan karena berbedanya emosi dan perasaan yang terdapat dalam
diri siswa setiap harinya. Suasana menyenangkan yang diperoleh siswa
ketika berada di ruang kelas pada saat proses belajar akan mempengaruhi
penciptaan peta pikiran. Tugas guru dalam proses belajar adalah
menciptakan suasana yang dapat mendukung kondisi belajar siswa
terutama dalam proses pembuatan mind mapping dan menciptakan sebuah
interaksi yang baik dalam proses belajar yang akhirnya dapat
menimbulkan motivasi yang tinggi pada diri seseorang sehingga secara
langsung dapat mempengaruhi proses belajar.
3. Model Pembelajaran Jigsaw
Seorang guru harus memahami tentang strategi dalam pembelajaran
matematika serta mampu menerapkannya dalam praktek pengajaran di
kelas agar mampu melaksanakan kegiatan pembelajaran matematika
dengan tepat. Supaya memiliki strategi pembelajaran matematika yang
tepat, seorang guru sebaiknya melibatkan pendekatan, metode serta teknik
yang sesuai dengan pelajaran matematika. Pelaksanaan suatu strategi
pembelajaran

diperlukan

beberapa

pendekatan,

suatu

pendekatan

memerlukan beberapa metode, dan suatu metode memerlukan beberapa

45

teknik. Salah satu strategi dalam proses pembelajaran matematika adalah


model pembelajaran cooperative learning.
Model pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) merupakan
salah

satu

model

pembelajaran

yang

mendukung

pembelajaran

kontekstual. Sistem pengajaran Cooperative Learning dapat didefinisikan


sebagai sistem kerja/ belajar kelompok yang terstruktur. Yang termasuk di
dalam struktur ini adalah lima unsur pokok (Johnson & Johnson, 1993),
yaitu saling ketergantungan positif, tanggung jawab individual, interaksi
personal, keahlian bekerja sama, dan proses kelompok.
Pembelajaran kooperatif adalah salah satu bentuk pembelajaran yang
berdasarkan faham konstruktivis. Pembelajaran kooperatif merupakan
strategi belajar dengan sejumlah siswa sebagai anggota kelompok kecil
yang tingkat kemampuannya berbeda. Dalam menyelesaikan tugas
kelompoknya, setiap siswa anggota kelompok harus saling bekerja sama
dan saling membantu untuk memahami materi pelajaran. Dalam
pembelajaran kooperatif, belajar dikatakan belum selesai jika salah satu
teman dalam kelompok belum menguasai bahan pelajaran.
Menurut Anita Lie dalam bukunya Cooperative Learning, bahwa
model pembelajaran Cooperative Learning tidak sama dengan sekadar
belajar kelompok, tetapi ada unsur-unsur dasar yang membedakannya
dengan pembagian kelompok yang dilakukan asal-asalan. Roger dan
David Johnson mengatakan bahwa tidak semua kerja kelompok bisa

46

dianggap Cooperative Learning, untuk itu harus diterapkan lima unsur


model pembelajaran gotong royong yaitu :
1. Saling ketergantungan positif.
Keberhasilan suatu karya sangat bergantung pada usaha setiap
anggotanya. Untuk menciptakan kelompok kerja yang efektif, pengajar
perlu menyusun tugas sedemikian rupa sehingga setiap anggota
kelompok harus menyelesaikan tugasnya sendiri agar yang lain dapat
mencapai tujuan mereka.
2. Tanggung jawab perseorangan.
Jika tugas dan pola penilaian dibuat menurut prosedur model
pembelajaran Cooperative Learning, setiap siswa akan merasa
bertanggung jawab untuk melakukan yang terbaik. Pengajar yang
efektif dalam model pembelajaran Cooperative Learning membuat
persiapan dan menyusun tugas sedemikian rupa sehingga masingmasing anggota kelompok harus melaksanakan tanggung jawabnya
sendiri agar tugas selanjutnya dalam kelompok bisa dilaksanakan.
3. Tatap muka.
Dalam pembelajaran Cooperative Learning setiap kelompok harus
diberikan kesempatan untuk bertatap muka dan berdiskusi. Kegiatan
interaksi ini akan memberikan para pembelajar untuk membentuk
sinergi yang menguntungkan semua anggota. Inti dari sinergi ini adalah
menghargai
kekurangan.

perbedaan,

memanfaatkan

kelebihan,

dan

mengisi

47

4. Komunikasi antar anggota.


Unsur ini menghendaki agar para pembelajar dibekali dengan
berbagai keterampilan berkomunikasi, karena keberhasilan suatu
kelompok juga bergantung pada kesediaan para anggotanya untuk
saling mendengarkan dan kemampuan mereka untuk mengutarakan
pendapat mereka. Keterampilan berkomunikasi dalam kelompok juga
merupakan proses panjang. Namun, proses ini merupakan proses yang
sangat bermanfaat dan perlu ditempuh untuk memperkaya pengalaman
belajar dan pembinaan perkembangan mental dan emosional para siswa.
5. Evaluasi proses kelompok.
Pengajar perlu menjadwalkan waktu khusus bagi kelompok untuk
mengevaluasi proses kerja kelompok dan hasil kerja sama mereka agar
selanjutnya bisa bekerja sama dengan lebih efektif.
Model pembelajaran Jigsaw pertama kali dikembangkan dan
diujicobakan oleh Elliot Aronson dan teman-teman di Universitas Texas,
dan kemudian diadaptasi oleh Slavin dan teman-teman di Universitas John
Hopkins (Arends, 2001).
Model mengajar Jigsaw dikembangkan oleh Aronson et. al. sebagai
metode Cooperative Learning. Model ini dapat digunakan dalam
pengajaran membaca, menulis, mendengarkan, ataupun berbicara. Dalam
teknik ini, guru memperhatikan skemata atau latar belakang pengalaman
siswa dan membantu siswa mengaktifkan skemata ini agar bahan pelajaran
menjadi lebih bermakna. Selain itu, siswa bekerja sama dengan sesama

48

siswa dalam suasana gotong royong dan mempunyai banyak kesempatan


untuk

mengolah

informasi

dan

meningkatkan

keterampilan

berkomunikasi.
Pembelajaran kooperatif model Jigsaw adalah suatu tipe pembelajaran
kooperatif yang terdiri dari beberapa anggota dalam satu kelompok yang
bertanggung jawab atas penguasaan bagian materi belajar dan mampu
mengajarkan materi tersebut kepada anggota lain dalam kelompoknya
(Arends, 1997).
Model

pembelajaran

kooperatif

Jigsaw

merupakan

model

pembelajaran kooperatif dimana siswa belajar dalam kelompok kecil yang


terdiri dari 46 orang secara heterogen dan bekerja sama saling
ketergantungan yang positif dan bertanggung jawab atas ketuntasan bagian
materi pelajaran yang harus dipelajari dan menyampaikan materi tersebut
kepada anggota kelompok yang lain (Arends, 1997).
Jigsaw didesain untuk meningkatkan rasa tanggung jawab siswa
terhadap pembelajarannya sendiri dan juga pembelajaran orang lain. Siswa
tidak hanya mempelajari materi yang diberikan, tetapi mereka juga harus
siap memberikan dan mengajarkan materi tersebut pada anggota
kelompoknya yang lain. Dengan demikian, siswa saling tergantung satu
dengan yang lain dan harus bekerja sama secara kooperatif untuk
mempelajari materi yang ditugaskan (Lie, A., 1994).
Para anggota dari tim-tim yang berbeda dengan topik yang sama
bertemu untuk diskusi (tim ahli) saling membantu satu sama lain tentang

49

topic pembelajaran yang ditugaskan kepada mereka. Kemudian siswasiswa itu kembali pada tim / kelompok asal untuk menjelaskan kepada
anggota kelompok yang lain tentang apa yang telah mereka pelajari
sebelumnya pada pertemuan tim ahli.
Pada model pembelajaran kooperatif Jigsaw, terdapat kelompok asal
dan kelompok ahli. Kelompok asal yaitu kelompok induk siswa yang
beranggotakan siswa dengan kemampuan, asal, dan latar belakang
keluarga yang beragam. Kelompok asal merupakan gabungan dari
beberapa ahli. Kelompok ahli yaitu kelompok siswa yang terdiri dari
anggota kelompok asal yang berbeda yang ditugaskan untuk mempelajari
dan mendalami topik tertentu dan menyelesaikan tugas-tugas yang
berhubungan dengan topiknya untuk kemudian dijelaskan kepada anggota
kelompok asal.
Menurut Trianto (2010:67) Cooperative learning memiliki beberapa
bentuk yaitu : Student Teams Achievement Division (STAD), Teams
Games Tournament (TGT), Team Assited Individualization (TAI), Jigsaw,
Cooperative Integrated Reading and Composition, Learning Together,
Think Pairs Share (TPS), dan Group Investigation.
Cooperative learning mempunyai banyak teknik, akan tetapi penerapan
teknik jigsaw lebih memungkinkan bagi terwujudnya kondisi belajar yang
dinamis. Siswa dapat mengembangkan berbagai kemampuan dalam hal
bersosialisasi dan berinteraksi, belajar mandiri serta meningkatkan
kemampuan dalam hal bekerjasama. Teknik jigsaw dalam cooperative

50

learning memiliki pemikiran dasar yakni memberi kesempatan bagi siswa


untuk berbagi dengan yang lain, mewujudkan proses sosialisasi yang
berkesinambungan dan berkelanjutan serta yang terpenting adalah
terjadinya proses belajar dimana siswa mengajar serta diajar oleh sesama
siswa. Penerapan teknik jigsaw dalam pembelajaran dapat menumbuhkan
motivasi siswa untuk dapat mengemukakan pendapat, menghargai
pendapat teman, sehingga siswa dapat terlibat langsung dan aktif dalam
proses pembelajaran dan memberikan dampak positif terhadap hasil
belajarnya.
The jigsaw is an effective technique that nurtures positive inter
dependence among group members. It is appropriate for studying portions
of textbooks (Linda Cammel, 2005:166). Teknik jigsaw merupakan
cooperative learning yang mendorong siswa aktif dan saling membantu
dalam menguasai materi pelajaran untuk mencapai prestasi yang
maksimal.

Teknik

jigsaw

mempunyai

tahapan-tahapan

dalam

pelaksanaannya. Siswa di kelompokkan dalam bentuk kelompokkelompok kecil. Pembentukan kelompok-kelompok siswa tersebut dapat
dilakukan dengan pertimbangan tertentu yakni dapat di tinjau dari
kemampuan, ras, dan karakteristik lain. Manfaat belajar kelompok,
keanggotaan kelompok dapat optimal jika penentuannya secara heterogen.
Jumlah siswa yang bekerja sama dalam masing-masing harus dibatasi,
agar kelompok-kelompok yang terbentuk dapat bekerja sama secara

51

efektif, karena suatu ukuran kelompok mempengaruhi kemampuan


produktivitasnya.
Teknik jigsaw merupakan pembelajaran yang terdiri dari kelompok
asal dan kelompok ahli. Siswa dibagi dalam kelompok-kelompok kecil
yang terdiri dari 4-5 orang. Kemudian guru membagikan materi yang akan
dibahas oleh kelompok, setiap anggota kelompok mempelajari bagian dari
materi yang telah diberikan oleh guru dan berkumpul bersama dengan
anggota kelompok lain untuk mendiskusikan materi tersebut. Mereka
berdiskusi sampai mereka menguasai materi tersebut sehingga dapat
disebut sebagai kelommpok ahli. Kemudian, setiap anggota kelompok ahli
kembali ke kelompok asal untuk memberikan penjelasan kepada temantemannya. Terakhir siswa diberikan kuis oleh guru.
Dari uraian pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan model
pembelajaran jigsaw dapat digunakan secara efektif di tiap level dimana
siswa telah mendapatkan keterampilan akademis dan pemahaman,
membaca maupun keterampilan kelompok untuk belajar bersama. Jenis
materi yang paling mudah digunakan, materi yang disajikan dapat
mengembangkan konsep daripada mengembangkan keterampilan sebagai
tujuan umum. lebih lanjut bahwa model pembelajaran jigsaw dapat
mengembangkan tingkah laku kooperatif dan hubungan yang lebih baik
antar siswa, dan dapat mengembangkan kemampuan akademis siswa serta
interaksi yang terjadi di dalamnya dapat memacu terbentuknya ide baru
dan memperkaya perkembangan intelektual siswa.

52

4. Sistem Persamaan Linear Dua Variabel


Persamaan linear dua variabel adalah persamaan yang memiliki dua
variabel dan pangkat masing-masing variabelnya satu dan tidak ada
perkalian di antara kedua variable tersebut (J. Dris Tasari, 2008:80). Jika
dua variabel tersebut x dan y, maka PLDV-nya dapat dituliskan
ax by c .
Sistem persamaan linear dua variabel adalah suatu sistem persamaan
yang terdiri atas dua persamaan linear (PLDV) dan setiap persamaan
mempunyai dua variabel.
Dalam sistem persamaan linear dua variabel (SPLDV) terdapat
pengganti-pengganti dari variabel sehingga kedua persamaan menjadi
benar. Pengganti-pengganti variabel yang demikian disebut penyelesaian
atau akar dari sistem persamaan linear dua variabel. Apabila pasangan
pengganti menyebabkan salah satu atau kedua persamaan menjadi kalimat
tidak benar disebut bukan penyelesaian atau bukan akar dari SPLDV
tersebut.
Untuk menentukan penyelesaian atau akar dari SPLDV dapat
ditentukan dengan 4 cara, yaitu metode grafik, metode substitusi, metode
eliminasi.
1. Metode grafik
Prinsip dari metode grafik yaitu mencari koordinat titik potong grafik
dari kedua persamaan.
2. Metode substitusi

53

Hal ini dilakukan dengan cara memasukkan atau mengganti salah satu
variabel dengan variabel dari persamaan kedua.
3. Metode eliminasi
Mengeliminasi

artinya

menghilangkan

atau

menyembunyikan

sementara salah satu variabel menjadi hanya satu variabel sehingga


persamaannya dapat diselesaikan.
4. Gabungan metode eliminasi dan substitusi
Menyelesaikan SPLDV dengan menggunakan gabungan metode
eliminasi dan substitusi dilakukan dengan cara mengeliminasi salah satu
variabel pada salah satu persamaan, kemudian substitusikan nilai dari
variabel yang diperoleh ke dalam persamaan yang lain. SPLDV juga
dapat digunakan untuk menyelesaikan masalah sehari-hari. Langkah
pertama, kita harus mengetahui dan membuat model matematika dari
masalah tersebut. Tentukan variabel-variabel yang sesuai dan bentuk
sistem persamaan linearnya. Kemudian selesaikan sistem persamaan
linear tersebut dengan menggunakan metode-metode yang telah
dipelajari.
5. Hasil Belajar Matematika
Belajar merupakan proses perubahan tingkah laku dari tidak tahu
menjadi tahu, tidak bisa menjadi bisa, dan tidak baik menjadi baik.
Perubahan-perubahan tersebut akan nyata dalam seluruh aspek tingkah
laku. Sedangkan menurut Gagne yang dikutip oleh Syaiful Sagala, belajar
adalah sebagai suatu proses dimana suatu organisme berubah perilakunya

54

sebagai akibat dari pengalaman (Syaiful Sagala, 2002:13). Pengalamanpengalaman dalam belajar akan meghasilkan hasil belajar yang merupakan
output atau keluaran sebagai hasil dari proses belajar.
Menurut S. Nasution (1982:25) Hasil belajar adalah perubahan yang
terjadi pada individu yang belajar, bukan saja perubahan mengenai
pengetahuan tetapi juga pembentukan kecakapan, sikap, pengertian,
penguasaan, dan penghargaan dalam diri individu yang belajar.
Sedangkan menurut Nana Sujana (1990:3) yang merujuk pada
taksonomi Bloom mengatakan bahwa: Hasil belajar bukanlah suatu hasil
latihan, melainkan hasil perubahan tingkah laku yang mencakup aspek
kognitif, apektif, dan Psikomotor.
Berdasarkan uraian diatas dapat dikatakan bahwa hasil belajar adalah
suatu perubahan yang terjadi pada individu setelah mengalami suatu
proses belajar yang meliputi aspek kognitif, afektif dan psikomotorik.
Perubahan tersebut dapat berupa hasil dari perubahan tingkah laku yang
diwujudkan melalui perolehan pengetahuan, pemahaman, kebiasaan,
keterampilan dan sikap.
Hasil belajar dipengaruhi oleh faktor yang mempengaruhi proses
belajar itu sendiri, yaitu faktor internal yang meliputi kematangan atau
pertumbuhan, kemampuan belajar yang merupakan gabungan dari
kemampuan intelegensi, bakat, motivasi dan kehendak, sedangkan faktor
eksternal meliputi keadaan keluarga dan lingkungan, keadaan dari materi
belajar dan faktor-faktor yang berhubungan dengan cara belajar.

55

B. Kerangka Berpikir
1. Pengaruh Model Pembelajaran Terhadap Hasil Belajar Matematika
Siswa
Belajar adalah kewajiban yang dilakukan oleh siswa yang
melibatkan peranan guru dalam pembimbingan dan kemauan siswa dengan
perasaan gembira dan senang. Belajar merupakan rangkaian proses
pematangan kognitif yang didapati siswa dari asumsi-asumsi yang
didapatinya selama proses pembelajaran. Oleh karena itu proses belajar
mengajar di dalam kelas mampu membentuk siswa mengetahui
pengembangan diri mereka dengan potensi diri yang kreatif, mampu
mengadakan analisa, membentuk ahlak yang baik, mampu memecahkan
masalah dan mampu mengingat akan semua yang telah dilalui secara
sistematis dan menarik yang merangsang kemampuan otak dan
mengaplikasikannya di dalam kesehariannya.
Proses pembelajaran yang mengakibatkan kejenuhan belajar ada
model-model atau metode-metode yang dapat mengubah perspektif
tersebut menjadi sebuah proses yang akahirnya menjadikan anak didik
riang gembira dalam pembelajaran dan tidak mersakan sedang belajar

56

melainkan mereka merasa sedang bermain dan bercanda ria dengan semua
anggota kelas.
Hasil belajar dapat mencerminkan hasil keberhasilan belajar siswa
terhadap tujuan belajar yang telah ditetapkan. Hasil belajar siswa dapat
meliputi aspek kognitif (pengetahuan), afektif (sikap), dan psikomotorik
(tingkah laku). Salah satu tes yang dapat melihat pencapaian hasil belajar
sisiwa adalah dengan melakukan tes prestasi belajar. Tes hasil belajar yang
dilaksanakan oleh siswa memiliki peranan penting, baik bagi guru ataupun
bagi siswa yang bersangkutan. Bagi guru, tes hasil belajar dapat
mencerminkan sejauh mana materi pelajaran dalam proses belajar dapat
diikuti dan diserap oleh siswa sebagai tujuan instruksional. Bagi siswa tes
hasil belajar bermanfaat untuk mengetahui sebagai mana kelemahankelemahannya dalam mengikuti pelajaran.
Hasil belajar adalah puncak hasil belajar yang dapat
mencerminkan

keberhasilan

belajar

siswa

terhadap

pencapaian tujuan belajar yang telah ditetapkan. Hasil


belajar siswa dapat meliputi aspek kognitif (pengetahuan),
afektif (sikap), dan psikomotorik (tingkah laku). Salah satu
tes yang dapat melihat pencapaian hasil belajar siswa
adalah dengan melakukan tes prestasi belajar. Tes prestasi
belajar yang dilaksanakan oleh siswa memiliki peranan
penting,

baik

bagi

guru

ataupun

bersangkutan.

Bagi

guru,

tes

bagi

prestasi

siswa
belajar

yang
dapat

57

mencerminkan sejauh mana materi pelajaran dalam proses


belajar dapat diikuti dan diserap oleh siswa sebagai tujuan
instruksional. Bagi siswa tes prestasi belajar bermanfaat
untuk

mengetahui

sebagai

mana

kelemahan-

kelemahannya dalam mengikuti pelajaran.


Mind Mapping atau pemetaan pikiran merupakan
salah satu teknik mencatat tingkat tinggi. Informasi berupa
materi pelajaran yang diterima siswa dapat diingat dengan
bantuan catatan. Peta pikiran merupakan bentuk catatan
yang tidak monoton karena memadukan fungsi kerja otak
secara bersamaan dan saling berkaitan satu sama lain.
Dengan demikian, akan terjadi keseimbangan kerja kedua
belahan otak. Otak dapat menerima informasi berupa
gambar,

simbol,

citra,

musik

dan

lain

lain

yang

berhubungan dengan fungsi kerja otak kanan.


Penggunaan model atau metode pembelajaran yang
sesuai sangat menentukan keberhasilan belajar siswa.
Dengan metode pembelajaran yang sesuai, siswa dapat
mencapai

prestasi

belajar

yang

tinggi

dan

dapat

mengembangkan potensi yang tersimpan dalam dirinya.


Proses belajar siswa sangat dipengaruhi oleh emosi di
dalam dirinya. Emosi dapat mempengaruhi pencapaian
hasil

belajar

apakah

hasilnya

baik

atau

buruk.

58

Pembelajaran

berbasis

peta

pikiran,

berusaha

menggabungkan kedua belahan otak yakni otak kiri yang


berhubungan dengan hal yang bersifat logis (seperti
belajar)

dan

otak

kanan

yang

berhubungan

dengan

keterampilan (aktivitas kreatif). Dengan demikian, adanya


teknik Mind Mapping atau pemetaan pikiran patut diduga
dapat meningkatkan pencapaian hasil belajar siswa.
Mind mapping atau pemetaan pikiran merupakan salah satu teknik
mencatat tinggi. Informasi berupa materi pelajaran yang diterima siswa
dapat diingat dengan bantuan catatan. Peta pikiran merupakan bentuk
catatan yang tidak monoton karena mind mapping memadukan fungsi
kerja otak secara bersamaan dan saling berkaian satu sama lain. Sehngga
akan terjadi keseimbangan kerja kedua belahan otak. Otak dapat menerima
informasi berupa gambar, simbol, citra, musik dan lain lain yang
berhubungan dengan fungsi kerja otak kanan.
Salah satu teknik mencatat yang dikembangkan dalam metode
pembelajaran kuantum adalah teknik pemetaan (mind mapping). Dengan
digunakannya mind mapping maka akan terjadi keseimbangan kerja kedua
belahan otak. Dengan adanya teknik mind mapping atau pemetaan pikiran
diduga hasil siswa akan meningkat.
Mind Mapping adalah kiat, petunjuk, strategi, dan seluruh proses
belajar yang dapat mempertajam pemahaman dan daya ingat, serta
membuat belajar sebagai suatu proses yang menyenangkan dan

59

bermanfaat, mind mapping adalah alternative pemikiran keseluruhan otak


terhadap pemikiran linear. Dari pembahasan tersebut maka dapat
disimpulkan diduga terdapat pengaruh model pembelajaran terhadap hasil
belajar matematika siswa.
2. Pengaruh Kemampuan Komunikasi Matematik Terhadap Hasil
Belajar Matematika siswa
Banyak penelitian yang mengungkapkan tentang masih rendahnya
pencapaian hasil belajar matematika. Sebagai contoh adalah hasil analisis
terhadap pembelajaran, termasuk matematika, yang disampaikan oleh
Ibrahim Bafadal dalam Sri Wardhani (2004:25) makalah dalam forum
Pendidikan dan Pelatihan Instruktur/ Pengembang matematika SMP
jenjang dasar tingkat nasional mengungkapkan beberapa permasalahan
dalam pendidikan matematika di Indonesia secara umum, beberapa di
antarannya adalah siswa terjebak dalam rutinitas, media pembelajaran
yang kurang, motivasi belajar rendah, siswa banyak menghafal, tingkat
pemahaman dalam pembelajaran rendah (mengingat, menyebutkan), dan
umumnya siswa tidak tahu makna atau fungsi dari hal yang dipelajari
dalam kehidupannya. Kenyataan ini dibuktikan dengan prestasi belajar
siswa masih cukup rendah. Perolehan rerata UN (Ujian Nasional)
menunjukan pergerakan angka pada rentang yang rendah (3,00-6,00).
Selain itu, keikutsertaan Indonesia di IMO (International Mathematical
Olympiade) masih memberi hasil belum memuaskan. Hal ini menguatkan
kenyataan bahwa pendidikan di Indonesia kurang memberi perhatian

60

kepada

peningkatan

kemampuan

komunikasi

matematika.

Untuk

memecahkan masalah matematika dengan menggunakan bahasa seharihari sebagai bentuk komunikasi dengan orang lain (teman sekelas),
terlebih lagi dengan menggunakan simbol dan kosakata matematika secara
benar dan lancar merupakan bagian penting dalam pembelajaran
matematika. Namun sebagian besar siswa pada umumnya enggan untuk
mengadakan pembicaraan mengenai matematika kecuali untuk tujuan
menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan gurunya. Dalam perspektif ini
pun, banyak siswa yang hanya mengikuti jalan pikiran atau bahkan meniru
penyelesaian soal dari teman sekelas yang dianggap mampu atau pintar.
Selain itu, kecenderungan siswa untuk menghargai atau menyukai
matematika (pelajaran matematika) mungkin tergantung kepada sikap
siswa terhadap matematika atau pembelajaran matematika. Bagi siswa
yang

tidak

menyenangi

pelajaran

matematika

cenderung

untuk

"menghindari" pembicaraan mengenai pelajaran matematika dan memilih


berbicara lain yang tidak bermanfaat dalam pembelajaran matematika.
Ketidaksenangan

siswa

terhadap

pelajaran

matematika

bisa

jadi

dipengaruhi oleh kemampuan komunikasi matematika yang rendah.


Seperti yang kita ketahui, kemampuan komunikasi matematika bisa
berbeda-beda, ada yang memiliki kemampuan komunikasi matematika
yang rendah atau tinggi, dan ada pula yang tidak kemampuan komunikasi
matematika sama sekali.

61

Berangkat dari hal-hal yang dikemukakan di atas bahwasanya


kemampuan komunikasi adalah kemampuan seseorang untuk menyatakan
buah pikiranya dalam bentuk ungkapan kalimat yang bermakna, logis dan
sistematis. Matematika merupakan alat yang efisien dan diperlukan oleh
semua ilmu pengetahuan, dan tanpa bantuan matematika semuanya tidak
akan mendapat kemajuan yang berarti. Matematika memegang peranan
penting dalam perkembangan peradaban modern, karena dengan bantuan
matematika

semua

ilmu

pengetahuan

menjadi

lebih

sempurna.

Berdasarkan pendapat tersebut dalam matematika, diperlukan kemampuan


berkomunikasi agar dapat

mengkomunikasikan konsep matematika

dengan baik. Dari pembahasan tersebut maka dapat disimpulkan diduga


terdapat pengaruh kemampuan lomunikasi matematika terhadap hasil
belajar matematika siswa.
Melalui komunikasi matematis, para guru dapat membantu siswasiswa membangun pengetahuan dan memanfaatkan hubungan-hubungan
matematis dalam menyelesaikan permasalahan.
Siswa diberikan kesempatan, dorongan, dukungan untuk berbicara,
menulis, membaca, dan mendengar dalam kelas matematika memiliki
keuntungan ganda, yaitu mereka berkomunikasi untuk belajar matematika
dan mereka berkomunikasi secara matematika karena matematika sering
diberikan dalam komunikasi simbol, komunikasi tertulis, dan komunikasi
lisan yang berisi gagasan matematika yang tidak selalu dikenal sebagai
bagian penting dalam pendidikan matematika. Dengan demikian aspek

62

komunikasi juga merupakan bagian penting dalam pembelajaran


matematika melatih siswa untuk mengkomunikasikan gagasanya, baik
lisan maupun tulisan.
Dapat dikatakan bahwa apabila komunikasi matematik siswa baik,
siswa akan cenderung tidak mengalami kesulitan dalam mempelajari
matematika selanjutnya, ataupun mempelajari pelajaran lain. Dari
pembahasan tersebut maka dapat disimpulkan diduga terdapat pengaruh
model pembelajaran mind mapping terhadap hasil belajar matematika
siswa.
3. Pengaruh Interaksi Antara Model Pembelajaran dan Kemampuan
Komunikasi Matematika Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa
Peranan pendidikan matematika yang sangat penting dalam
peningkatan kualitas SDM, harus didukung dengan suatu proses
pembelajaran matematika yang memberikan kesempatan pada siswa untuk
dapat melihat dan mengalami sendiri kegunaan matematika dalam
kehidupan nyata, serta memberikan kesempatan pada siswa mengetahui
manfaatnya belajar matematika bagi mata pelajaran lainnya. Melalui
pembelajaran matematika yang mengkaitkan konsep matematika dengan
konsep lain serta mengkaitkan matematika dengan suatu permasalahan
dalam kehidupan nyata, siswa akan sadar betapa pentingnya belajar
matematika.
Selain itu, proses pembelajaran yang mengkaitkan pengetahuan
yang berbeda, akan mengarahkan kepada kemampuan komunikasi

63

matematik siswa, baik kemampuan komunikasi antara matematika dengan


pelajaran lain, komunikasi matematika dalam kehidupan sehari-hari,
maupun kemampuan siswa dalam mengkoneksikan konsep antar pokok
bahasan dalam matematika itu sendiri.
Siswa harus diberikan kesempatan, dorongan, dukungan untuk
berbicara, menulis, membaca, dan mendengar dalam kelas matematika
memiliki keuntungan ganda, yaitu mereka berkomunikasi untuk belajar
matematika dan mereka berkomunikasi secara matematika karena
matematika sering diberikan dalam komunikasi simbol, komunikasi
tertulis, dan komunikasi lisan yang berisi gagasan matematika yang tidak
selalu dikenal sebagai bagian penting dalam pendidikan matematika.
Dengan demikian aspek komunikasi juga merupakan bagian penting dalam
pembelajaran matematika melatih siswa untuk mengkomunikasikan
gagasanya, baik lisan maupun tulisan.
Dapat dikatakan bahwa apabila komunikasi matematik siswa baik,
siswa akan cenderung tidak mengalami kesulitan dalam mempelajari
matematika selanjutnya, ataupun mempelajari pelajaran lain. Dalam proses
kegiatan belajar-mengajar perlu adanya pendekatan pembelajaran yang
memberi

penekanan

pada

komunikasi

matematik.

Kemampuan

komunikasi akan berkembang secara optimal apabila siswa dihadapkan


pada

masalah

kontekstual.

Pembelajaran

yang

memungkinkan

mengenalkan konsep matematika yang disajikan melalui masalah


kontekstual, yaitu melalui model pembelajaran mind mapping.

64

Mind mapping adalah teknik mencatat quantum learning dengan


konsep merangkai yang ditemukan oleh Tony Buzan. Konsep ini
didasarkan pada cara kerja otak kita dalam menyimpan informasi. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa otak kita tidak menyimpan informasi
dalam kotak-kotak sel saraf yang tersusun rapi melainkan dikumpulkan
pada sel-sel saraf yang berbercabang-cabang yang dapat dilihat sekilas
akan tampak seperti cabang-cabang pohon.
Model pembelajaran mind mapping dan kemampuan komunikasi
matematika diharapkan menjadi salah satu solusi untuk meningkatkan
hasil belajar matematika siswa. Dari pembahasan tersebut maka dapat
disimpulkan diduga terdapat pengaruh interaksi model pembelajaran mind
mapping dan kemampuan komunikasi matematika terhadap hasil belajar
matematika siswa.

C. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah dan kajian teoritis di atas, maka diajukan
hipotesis penelitian yang akan diuji kebenarannya dalam penelitian ini, yaitu
sebagai berikut:
1.

Hasil belajar matematika siswa yang memperoleh


model pembelajaran mind mapping lebih baik daripada siswa yang
memperoleh pembelajaran jigsaw.

65

2.

Hasil belajar matematika siswa yang memiliki


kemampuan komunikasi matematika tinggi

lebih baik daripada siswa

yang kemampuan komunikasi matematika rendah


3.

Terdapat

pengaruh

interaksi

antara

model

pembelajaran dan kemampuan komunikasi matematik siswa terhadap hasil


belajar siswa.

Anda mungkin juga menyukai