G1A112079
1)
ACYCLOVIR
Kontra indikasi:
Asiklovir jangan diberikan kepada penderita yang hipersensitif atau alergi terhadap antibiotik asiklovir.
Efek samping
1) Bintik-bintik merah yang bengkak dan gatal
2) Ruam atau kulit melepuh
3) Gatal
4) Sulit bernafas atau sulit menelan
5) Pembengkakan pada wajah, tenggorokan, lidah, mata, tangan, kaki, pergelangan kaki atau
tungkai bawah
6) Serak
7) Jantung berdebar
8) Kelemahan
9) Kulit pucat
10) Sulit tidur, demam, nyeri tenggorokan, menggigil, batuk dan gejala infeksi lainnya,
memar atau pendarahan yang tidak biasa
11) Hematuria
12) Nyeri atau kram lambung
13) Diare berdarah
14) Penurunan produksi urin
15) Sakit kepala
16) Halusinasi (melihat atau mendengar sesuatu yang sebenarnya tidak ada)
17) Bingung
18) Tingkah laku agresif
19) Sulit bicara
20) Mati rasa, seperti terbakar, atau sensasi gatal pada lengan atau kaki
21) Ketidakmampuan sementara untuk menggerakkan bagian badan
22) Tremor yang tidak dapat dikontrol
23) Kejang
24) Kehilangan kesadaran
2)
L2
L1 (Paling Aman)
L2 (Aman)
L3 (Cukup Aman)
L4 (Kemungkinan Barbahaya)
L5 (Kontra Indikasi)
Interferon
Merupakan glikoprotein yang terjadi alamiah jika ada perangsangan dan menggangugu kemampuan virus
menginfeksi sel. Meskipun interferon menghambat pertumbuhan berbagai virus in vitro, aktivitas in vivo
pada virus mengecewakan. Pada waktu ini, interferon disintesis dengan teknologi DNA rekombinan.
Setidaknya terdapat 3 jenis interferon; alfa, beta, gama. Satu dari 15 jenis -interferon, -2b telah
disetujui untuk pengobatan hepatitis B dan C. Dan terhadap kanker seperti leukemia sel berambutdan
sarcoma Kaposi.
Mekanisme kerja antivirus belum diketahui seluruhnya tetapi menyangkut induksi enzim sel pejamu yang
menghambat translasi RNA virus dan akhirnya menyebabkan degadrasi mRNA dan tRNA virus.
Interferon diberikan i.v dan masuk ke cairan sum-sum tulang
Efek samping : demam, alergi, depresi sum-sum tulang, gangguan kardiovaskular seperti gagal jantung
kongestif dan reaksi hipersensitif akut, gagal hati infiltrasi paru jarang.
Antipiretik
Indikasi pemberian
Obat antipiretik diindikasikan untuk segala penyakit yang menghasilkan gejala demam. Sejumlah
pedoman menyatakan bahwa obat antipiretik sebaiknya diberikan jika demam lebih dari 38,5 oC. Demam
yang kurang dari 38,50C sebaiknya jangan cepat-cepat diberi obat. Selain untuk menurunkan demam,
sebagian besar obat-obat antipiretik tersebut juga memiliki khasiat untuk mengurangi nyeri.
Untuk Anak :
Indikasi utama pemberian obat antipiretik adalah membuat anak merasa nyaman dan mengurangi
kecemasan orangtua, bukan menurunkan suhu tubuh. Pemberian obat penurun panas diindikasikan untuk
anak demam dengan suhu 38 oC (pengukuran dari lipat ketiak). Dengan menurunkan suhu tubuh maka
aktivitas dan kesiagaan anak membaik, dan perbaikan suasana hati (mood) dan nafsu makan juga semakin
membaik
3) Obat yang NSAID yang mempunyai efek antipiretik
ASPIRIN
Pemakaian aspirin yang lama dan kemudahan memprolehnya tanpa resep telah menghapus
daya tariknya di bandingkan dengan NSAID yang lebih baru. Akan tetapi, aspirin adalah standart
Efek-efek anti inflamasi. Aspirin adalah penghambat non-selektif kedua isoform COX , tetapi
salicylate jauh lebih kurang efektif dalam menghambat kedua isoform. Salicylate yang tidak di
asetilasi mungkin bekerja sebagai pemangsa (scavenger) radikal oksigen. Dari catatan diketahui
bahwa berbeda dari kebanyakan AINS lainnya, aspirin menghambat COX secara irreversible, dan
bahkan dosis rendah bisa efektif dalam keadaan tertentu, misalnya penghambatan agregasi platelet.
Selain mengurangi sintesis mediator-mediator eicosanoid, aspirin juga mempengaruhi mediatormediator kimia dari sistem kallikrein. Sebagai akibatnya, aspirin menghambat melekatnya granulosit
pada vasculature yang rusak, menstabilkan lysosome, dan menghambat migrasi leukosit
polimorfonuklear danb makrofag ke dalam daerah inflamasi.
2)
Efek-efek analgesik. Aspirin paling efektif untuk mengurangi nyeri dengan intensitas ringan sampai
sedang. Ia bekerja secara perifer melalui efeknya terhadap inflamasi, tetapi mungkin juga
menghambat rangsangan nyeri pada daerah subkortikal.
3)
Efek-efek antipiretik. Aspirin menurunkan suhu yang meningkat, sedangkan suhu badan normal
hanya terpengaruh sedidkit. Efek antipiretik aspirin mungkin diperantarai oleh hambatan kedua COX
dalam sistem saraf pusat dan hambatan IL-1 (yang dirilis dari makrofag selama episode inflamasi).
Turunnya suhu, dikaitkan dengan meningkatnya panas yang hilang karena vasodilatasi dari pembuluh
darah permukaan (superfisial) dan disertai keluarnya keringat yang banyak.
4)
Efek-efek platelet. Aspirin mempengaruhi hemostasis. Dosis rendah tunggal aspirin (kira-kira 80
mg sehari) menyebabkan sedikitnya perpanjangan waktu pendarahan, yang menjadi dua kali lipat bila
2.
Derivat inidol
3.
Fenamat
4.
Asam pirolalkanoat
5.
Derivate Pirazolon
6.
Aksikam
7.
Asam salisilat
Aktifitas anti inflamasi dari obat NSAID tersebut mempunyai mekanisme yang sama dengan
aspirin, terutama karena kemampuannya menghambat biosintesis prostaglandin.
Proses inflamasinya dikurangi dengan penurunan pelepasan mediator dari granulosit, basofil,
dan sel must. Obat-obat NSAID juga menurunkan sensitivitas pebuluh darah terhadap bradikinin dan
histamine, mempengaruhi produksi limfokin dari limfosit T dan meniadakan vasodilatasi. Semuanya
ialah penghambat sintesis protrombin, walau derajatnya berbeda-beda. Mereka semua juga :
1.
Analgesik
2.
Antiinflamasi
3.
Antipiretik
4.
5.
6.
Bersifat nofrotoksik
Ibuprofen
Ibuprofen
merupakan
derivate
dari
asam
fenilpropionat.
Pada
dosis
2400
mg,
efekantiinflamasinya setara dengan 4gr aspirin. Pada dosis lebih rendah, hanya efek analgesiknya
yang jelas, sedangkan efek antiinflamasinya sedikit. Waktu paro 2 jam , metabolism di hati, 10%
diekskresi tanpa di ubah.
2.
Fenoprofen
Merupakan derivate asam propionate. Waktu paronya 2 jam . Dosis anti atritis (inflamasi) ialah
600-800 mg, 4 kali sehari. Efek smpingnya menyerupai ibuprofen yaitu nefrotoksis, interik, nausea,
dispepsi, udema perifer, rash pruritas, efek sistem saraf pusatdan kardiovaskuler.
3.
Indomethacin
Indometasin merupakan derifat indol. Walaupun lebih toksik dari aspirin, tetapi efektivitasnya
juga lebih tinggi. Ia juga penghambat sintesis prostaglandin. Metabolisme di hati. Waktu paro serum 2
jam.
4.
Sulindac
Suatu obat sulfosid, yang baru aktif setelah di ubah oleh enzim hati menjadi sulfide, duraksi aksi
16 jam. Indikasi dan reaksi buruknya menyerupai obat NSAID yang lain. Dapat juga terjadi sindrom
Stevens-Jhonson, trombositipenia, agranulositosi dan sindrom nefrotik. Dosis rata-rata untuk arthritis
inflamasi ialah 200mg, 2 kali sehari.
5.
Maclofenamate
Derifat fenamat, mencapai kadar puncak dalam plasma darah 30-60 menit, waktu paro 2 jam.
Ekskresi lewat urin sebagai besar dalam bentuk konjungasi glukuronid. Efek sampingnya menyerupai
obat NSAID lain, nampaknya tidak mempunyai keistimewaan disbanding yang lain.
Kontraindikasi : hamil, belum terbukti keamanan dan efekasinya pada anak. Dosis untuk atritis
inflamasi ialah 200-400 mg/hari, terbagi dalam 4 dosis.
6.
Asam Mefenamat
Juga drifat fenamat, mempunyai efek analgesik, tapi sebagai antiinflamasi kurang kuat
disbanding aspirin serta lebih toksik. Obat ini tidak boleh di berikan berturut-turut lebih dari 1
minggu dan tidak diindikasikan untuk anak-anak. Dosis awal 500mg 9dewasa), selanjutnya 250 mg.
Tolmetin
Suatau derivate dari asam pirololkanoat, menyerupai aspirin dalam efektivitasnya terhadap
arthritis rematoid dan osteortritis pada penderita dewasa dan remaja. Waktu paronya pendek 1 jam.
Rata-rata dosis dewasanya ialah 400mg, 4 kali sehari
8.
Fenilbutazon
Merupakan derifat pirazolon, mempunyai efek antiinflamasi yang kuat. Akan tetapi di temukan
berbagai pengaruh buruknya seperti : agranulositosis, anemia aplastika, anemia hemolitik, sindrom
nefrotik, neuritis optic, tuli, reaksi alergi serius, dermatitis eksfoliotif serta nekrosis hepar dan tubuler
ren.
9.
Piroxicam
Waktu paronya 45 jam, oleh karena itu pemakaiannya cukup sekali sehari. Obat ini cepat
diabsorbsidari lambung, dan dalam 1 jam konsentrasi dalam plasma mencapai 80% dari kadar
puncaknya. Keluhan gastrointestinal di alami oleh sekitar 20 % penderita, efek buruk lainnya ialah
dizziness, tinnitus, nyeri kepala dan ruam kulit.
10. Diflunisal
Diflunsial ialah derivate difluorofenil asam salisilat. Waktu paronya dalam plasma ialah 8-12 jam
dan mencapai steady state setelah beberapa hari. Seperti halnya aspirin, ia mempnyai efek analgesik
dan antiinflamasi akan tetapi efek antipiretiknnya kecil. Indikasinya ialah nyeri dan osteoarthritis.
Efek buruknya menyerupai NSAID yang lain
11. Meloxicam
Merupakan generasi baru NSAID. Suatu penghambat sikloogsigenase-2 selektif (COX-2).
Banyak study menunjukkan bahwa meloxicam mempunyai efek samping pada saluran
gastrointestinal lebih renfdah di banding dengan NSAID yang lain, dengan kekuatan antiinflamasi,
analgetik dan antipiretik. Pemakaian meloxicam 15 mg tidak memperlihatkan perbedaan dalam hal
efek sampingnya terhadap saluran gastrointestinal yang dinilai sebelum dan sesudah pengobatan.