Anda di halaman 1dari 42

1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) khusunya fisika berkaitan dengan cara
mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga fisika bukan hanya
penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep,
atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan
(Depdiknas, 2006 : 5). Pendidikan fisika di SMP diharapkan dapat menjadi
wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar,
serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam
kehidupan sehari-hari. Proses pembelajarannya menekankan pada pemberian
pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar menjelajahi
dan memahami alam sekitar secara ilmiah. Pendidikan IPA fisika diarahkan
untuk inkuiri

dan berbuat sehingga dapat membantu peserta didik untuk

memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar.


Pembelajaran Fisika

di SMP Negeri 1 Baureno seharusnya

mengaktifkan dan mendorong siswa untuk bekerja secara ilmiah, selama ini
pembelajaran IPA di SMPN 1 Baureno lebih banyak menggunakan metode
ceramah dan tanya jawab. Realitas menunjukkan sebanyak 55 % nilai IPA di
kelas VII H dari hasil ulangan harian kurang dari KKM Individu yang
ditentukan sekolah yaitu sebesar 75. Sedangkan rata rata nilai kelas adalah
74,50. Ini menunjukkan bahwa selama ini prestasi belajar siswa di kelas VII H
dalam mata pelajaran IPA Fisika masih rendah. Hal ini disebabkan kurangnya

motivasi dan antusiasme siswa dalam belajar fisika. Sehingga Perlu di


terapkan suatu strategi pembelajaran inovatif yang dapat menambah motivasi
dan antusiasme siswa dalam belajar IPA.
Salah satu jenis strategi pembelajaran yang memberikan kesempatan
siswa secara aktif berpartisipasi dalam pembelajaran dan menciptakan suasana
yang menyenangkan dalam belajar adalah Pembelajaran dengan menerapkan
strategi Quantum Teaching. Dalam Quantum teaching, pembelajaran berusaha
mengakomodir setiap bakat siswa atau dapat menjangkau setiap siswa
sehingga diharapkan siswa dapat melibatkan seluruh emosinya dalam belajar.
Menurut Bobby De Porter dalam
1 buku Quantum Teaching (dalam Ani ,
2003:3) menjelaskan Quantum Teaching adalah konsep yang menguraikan
cara-cara baru dalam memudahkan proses belajar mengajar , lewat pemaduan
unsur seni dan pencapaian-pencapaian yang terarah, apapun mata pelajaran
yang diajarkan. Dengan menerapkan quantum teaching dalam pembelajaran
IPA diharapkan dapat lebih menggairahkan suasana pembelajaran sehingga
siswa lebih termotivasi dalam belajar yang pada akhirnya dapat melejitkan
prestasi belajar.
Berdasarkan uraian di atas maka penelitian ini mengambil judul :
Peningkatan prestasi belajar fisika materi gerak lurus gerak melalui
strategi pembelajaran Quantum Teaching dengan media papan luncur pada
siswa kelas VII- H SMPN 1 Baureno tahun pelajaran 2012 - 2013

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, dapat dirumuskan permasalahan


sebagai berikut :
1. Bagaimanakah pelaksanaan pembelajaran fisika di kelas VII H SMP
Negeri 1 Bojonegoro dengan menerapkan strategi pembelajaran Quantum
Teaching dengan media papan luncur?
2. Seberapa besar peningkatan prestasi belajar fisika materi gerak lurus
melalui strategi pembelajaran Quantum Teaching dengan media papan
luncur pada siswa kelas VII H SMPN 1 Baureno ?

C. Rumusan Tujuan Penelitian


Sesuai dengan Rumusan Masalah , penelitian ini bertujuan untuk :
1. Untuk mendeskripsikan pelaksanaan pembelajaran fisika di kelas VII H
SMP Negeri 1 Baureno dengan menerapkan strategi pembelajaran
Quantum Teaching dengan media papan luncur.
2. Untuk mengetahui besarnya peningkatan prestasi belajar fisika materi gerak
lurus melalui strategi pembelajaran Quantum Teaching dengan media
papan luncur pada siswa kelas VII H SMPN 1 Baureno.
D. Rumusan Hipotesa Penelitian
Hipotesa dalam penelitian tindakan ini adalah :
Penerapan pembelajaran Quantum teaching dengan media papan luncur
dapat meningkatkan prestasi belajar fisika materi gerak lurus kelas VII H SMP
Negeri 1 Baureno Bojonegoro

E. Manfaat Penelitian
Manfaat yang di ambil dari hasil penelitian ini antara lain :

1. Bagi Siswa
a.

Dapat meningkatkan semangat siswa untuk mengikuti pembelajaran


fisika

b. Dapat meningkatkan rasa senang untuk mengikuti pembelajaran


c. Dapat meningkatkan prestasi belajar siswa, khususnya mata pelajaran
fisika
2. Bagi guru
a. Dapat meningkatkan kualitas proses pembelajaran, khususnya mata
pelajaran fisika kelas VII
b. Dapat meningkatkan ketepatan dalam menerapkan model, pendekatan,
strategi dan metode mengajar
c. Dapat meningkatkan semangat, rasa senang, dalam proses pembelajaran
3. Bagi Sekolah
a. Dapat meningkatkan kinerja yang mempunyai kompetensi profesional
b. Dapat meningkatkan kualitas sekolah dalam rangka perbaikan
pembelajaran pada khususnya dan sekolah lain pada umumnya.
F. Rumusan Ruang lingkup Penelitian
Untuk membatasi pembahasan dan untuk menghindari kesalahan
persepsi dalam memahami penelitian ini, maka penulis membatasi ruang
lingkup pembahasan hanya pada materi pemahaman konsep gerak.

G. Rumusan Definisi Operasional

Beberapa istilah penting dalam penelitian ini dapat didefinikan


sebagai berikut :
1. Quantum Teaching adalah konsep yang menguraikan cara-cara baru dalam
memudahkan proses belajar mengajar, yang memiliki langkah-langkah :
Tumbuhkan, Alami, Namai, Demonstrasikan, Ulangi dan Rayakan.
2. Media Papan luncur adalah alat bantu pembelajaran yang berupa papan
untuk membantu eksperimen tentang gerak.
3. Prestasi belajar fisika adalah kemampuan siswa dalam memahami materi
tentang gerak yang didapat dari tes hasil belajar materi gerak.

BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Prestasi Belajar Fisika


1. Pengertian Prestasi belajar Fisika
Prestasi adalah pencapaian atau tingkat daya serap. Dalam Ensiklopedi
Umum dijelaskan pengertian secara etimologis dari kata prestasi itu adalah :
Hasil yang dicapai dari yang dilakukan, dikerjakan. (Pringgodibyo,
1993 :263)
Maka prestasi belajar adalah pencapaian atau perolehan yang didapat
setelah suatu kegiatan pembelajaran pada suatu periode tertentu. Prestasi itu
lebih lanjut tercermin pada adanya perubahan.
Dalam melakukan kegiatan belajar mengajar, siswa dikondisikan untuk
mengalami suatu proses interaksi dengan lingkungan. Pada aktivitas Interaksi
tersebut siswa dihadapkan dengan nilai-nilai positif dalam suatu pembelajaran
yang diharapkan akan berdampak pada perubahan perilaku yang mengarah
pada nilai positif tersebut. Perubahan perilaku yang mengarah pada nilai
positif itulah yang merupakan subtansi dari prestasi belajar itu.
Jadi jelaskah kiranya bahwa prestasi belajar fisika adalah pencapaian
yang berwujud perubahan yang terjadi pada diri siswa (seseorang) yang
mengarah pada tingkat nilai positif tertentu. Dalam pembelajaran fisika
prestasi tersebut sering kali disimbolkan dengan angka yang berjenjang dalam
skala tertentu yang menunjukkan tingkatan yang dicapai oleh siswa setelah
mengikuti suatu periodesasi pembelajaran.
Dapat dikatakan juga bahwa prestasi belajar merupakan tingkat
kemanusiaan yang dimiliki siswa dalam menerima, menolak dan menilai
6
informasi-informasi yang diperoleh dalam proses belajar mengajar. Prestasi

belajar seseorang sesuai dengan tingkat keberhasilan sesuatu dalam


mempelajari materi pelajaran yang dinyatakan dalam bentuk nilai atau raport
setiap bidang studi setelah mengalami proses belajar mengajar. Prestasi belajar
fisika siswa dapat diketahui setelah diadakan evaluasi. Hasil dari evaluasi
dapat memperlihatkan tentang tinggi atau rendahnya prestasi belajar siswa.
2. Aspek-Aspek Prestasi Belajar Siswa
Aspek-aspek prestasi belajar bisa dilihat dari beberapa sudut pandang.
Dalam hal ini S. Bloom dalam Abdullah (2008:42) mengemukakan bahwa
aspek-aspek

itu

meliputi

aspek

kognitif

(pemahaman,

kecerdasan),

pshychomotor (aspek ketrampilan) dan Afektif Domain yakni sikap.


Demikian menyangkut aspek-aspek prestasi belajar. suatu contoh
prestasi yang berkenaan dengan prestasi belajar bidang study fisika

tentu

tinggallah mengaitkan dengan aspek-aspek tersebut misalnya dalam aspek


kognitif ditandai dengan tingkat hafalan, pemahaman, analisis, sintesis,
terhadap konsep-konsep fisika

. Sedang Afektif misalnya sikapnya yang

sesuai dengan kaidah ilmiah seperti jujur, disiplin, rendah hati, menghargai
orang lain dan lain sebagainya. Dalam kaitan prestasi bidang studi fisika ini
justru antara aspek kognitif dan yang lainnya harus mempunyai suatu
keseimbangan.

B. Pembelajaran Quantum Teaching


1. Pengertian, Asas dan Tujuan Quantum Teaching

Adapun pengertian Quantum Teaching Menurut Bobby De Porter


(2003:3) adalah konsep yang menguraikan cara-cara baru dalam
memudahkan proses belajar mengajar, lewat pemaduan unsur seni dan
pencapaian-pencapaian yang terarah, apapun mata pelajaran yang diajarkan .
Quantum Teaching menjadikan segala sesuatu berarti dalam proses
belajar mengajar, setiap kata, pikiran, tindakan asosiasi dan sampai
sejauhmana mengubah lingkungan, presentasi dan rancangan pengajaran.
Sebagaimana ungkapan di atas, Colin Rose (2001:247) juga berpendapat
bahwa Quantum Teaching adalah panduan praktis dalam mengajar yang
berusaha mengakomodir setiap bakat siswa atau dapat menjangkau setiap
siswa. Metode ini sarat dengan penemuan-penemuan terkini yang
menimbulkan antusiasme siswa.

Quantum Teaching menjadikan ruang-

ruang kelas ibarat sebuah konser musik yang memadukan berbagai


instrumen

sehingga

tercipta

komposisi

yang

menggerakkan

dari

keberagaman tersebut. Sebagai guru yang akan mempengaruhi kehidupan


murid, anda seolah-olah memimpin konser saat berada di ruang kelas.
Adapun asas Quantum Teaching adalah bawalah dunia mereka ke
dunia kita, dan antarkan dunia kita ke dunia mereka. Hal ini mengingatkan
kita pada pentingnya memasuki dunia murid sebagai langkah pertama.
Memasuki terlebih dahulu dunia mereka berarti akan memberi izin untuk
memimpin, menuntun, dan memudahkan perjalanan mereka menuju
kesadaran dan ilmu pengetahuan yang lebih luas. Dengan mengaitkan apa
yang diajarkan oleh guru dengan sebuah peristiwa, pikiran atau perasaan
yang didapatkan dari kehidupan rumah, sosial, atletik, musik, seni, rekreasi

atau akademis mereka. Setelah kaitan itu terbentuk, dengan mudah dunia
siswa dibawa ke dunia guru atau pengajar. Guru akan memberikan
pemahaman tentang isi dunia itu.
Adapun tujuan Quantum Teaching menurut

Bobby (2003:4)

adalah untuk meraih ilmu pengetahuan yang luas dengan berdasarkan


prinsip belajar yang menyenangkan dan menggairahkan Terdapat perbedaan
antara tujuan dan prioritas. Tujuan merupakan hasil akhir yang ingin diraih.
Sedangkan prioritas merupakan tahapan-tahapan yang akan dilalui dalam
mencapai tujuan. Menciptakan suasana yang dinamis dalam belajar, dengan
memadukan berbagai unsur-unsurnya serta melakukan penggubahan,
merupakan tahapan-tahapan untuk mencapai ilmu pengetahuan yang luas
sebagai tujuan.
2. Prinsip Quantum Teaching
Adapun prinsip Quantum Teaching adalah sebagai berikut:
a)

Segalanya berbicara
Menurut Bobby (2003:7) segalanya dari lingkungan kelas hingga
bahasa tubuh, dari kertas yang dibagikan hingga rancangan pelajaran,
semuanya mengirim pesan tentang belajar.

b).

Segalanya bertujuan
Semua yang terjadi dalam penggubahan kita, mempunyai tujuan. Oleh
karena itu, Kathy Wagone

(2004:7) membuat istilah yang

memotivasi: tetapkanlah sasaran tersebut agar bisa berprestasi setiap


harinya.
c). Pengalaman Sebelum Pemberian Nama

10

Otak kita berkembang pesat dengan adanya rangsangan kompleks, yang


akan menggerakkan rasa ingin tahu. Oleh karena itu, proses yang paling
baik terjadi ketika siswa telah mendapatkan informasi sebelum
memperoleh kesimpulan dari apa yang mereka pelajari.
d). Akui Setiap Usaha
Belajar mengandung resiko. Belajar berarti keluar dari kenyamanan.
Pada saat siswa mengambil langkah ini, mereka patut mendapat
pengakuan atas kecakapan dan kepercayaan diri mereka. Seperti kata
Noelle C. Nelson ( dalam Yulianto Rahmat, 2005:7) bahwa pujian atau
penghargaan kepada seseorang atas karyanya memunculkan suatu
energi yang membangkitkan emosi positif.
e). Jika Layak Dipelajari, Layak Pula Dirayakan
Perayaan adalah sarapan para pelajar juara. Perayaan memberikan
umpan balik mengenai kemajuan dan meningkatkan minat dalam
belajar. Sehubungan dengan itu, Dryden (2004:327)

berpesan bahwa

ingatlah selalu untuk merayakan setiap keberhasilan.


3. Langkah langkah penerapan Quntum Teaching
Quantum

Teaching

merupakan

salah

satu

jenis

strategi

pembelajaran yang berorientasi untuk meraih ilmu pengetahuan yang luas


dengan berdasarkan prinsip belajar yang menyenangkan dan menggairahkan
(Fun and Motivated Learning). Dalam penerapannya Quantum Teaching
memiliki langkah langkah antara lain :
a. Tumbuhkan

11

Langkah pertama yang dilakukan oleh guru adalah menumbuhkan


motivasi siswa dalam belajar, memikat siswa dan menyertakan siswa
secara langsung dalam pembelajaran.
b. Alami
Langkah kedua adalah member siswa pengalaman belajar dan
menumbuhkan kebutuhan untuk mengetahui.
c. Namai
Langkah ketika guru memberikan data saat siswa minat siswa telah
mencapai maksimal.
d. Demonstrasikan
Langkah keempat guru mengkaitkan pengalaman dengan data baru agar
siswa menghayai pengetahuan yang telah di dapat.
e. Ulangi
Langkah kelima guru mengajak siswa untuk mengulangi konsep yang
telah di bahas dan juga dalam fase ini guru melaksanakan evaluasi
f. Rayakan
Langkah terakhir guru dan siswa merayakan atau melakukan selebrasi
terhadap kesuksesan pembelajaran yang telah dilakukan.
C. Media Pembelajaran
Media pembelajaran diartikan sebagai semua benda yang menjadi
perantara dalam terjadinya pembelajaran (Sukayati , 2003 :1). Media
pembelajaran banyak sekali jenis dan macamnya. Mulai yang paling
sederhana dan murah hingga media yang canggih serta mahal harganya.
Ada media yang dapat dibuat oleh guru sendiri, ada media yang diproduksi

12

pabrik. Ada media yang sudah tersedia di lingkungan yang berlangsung


dapat kita manfaatkan, ada pula media yang secara khusus sengaja
dirancang untuk keperluan pembelajaran.
Pada dasarnya media media yang banyak digunakan untuk kegiatan
pembelajaran adalah media komunikasi (Azhar, 1997 : 21). Meskipun
media banyak sekali ragamnya, namun kenyataannya tidak banyak jenis
media yang biasa digunakan oleh guru di sekolah. Berbagai jenis media
yang telah dimanfaatkan guru di sekolah antara lain gambar, Overhead
Projektor (OHP), kaset audio, Video, VCD, slide (Film bingkai), program
pembelajaran komputer dan presentasi meggunakan program microsof
powerpoint dan program-program lain.
Rudi & Cepi (2007: 13) mengelompokkan media melalui bentuk
penyajiannya dan cara penyajiannya, yaitu meliputi tujuh kelompok media
penyaji yaitu (a) Kelompok kesatu; grafis, bahan cetak, peralatan dan
gambar diam, (b) kelompok kedua,; media proyeksi diam (c) kelompok
ketiga; media audio, (d) kelompok keempat, media gambar hidup/film, (e)
kelompok kelima, media televisi, (f) kelompok ketujuh multi media.
Selain itu perlu kita ingat bahwa ada media lain yang tidak termasuk
media penyaji, yaitu media obyek dan media interaktif.
Secara umum, manfaat media dalam proses pembelajaran adalah
memperlancar interaksi antara guru dengan siswa sehingga kegiatan
pembelajaran akan lebih efektif dan efisien. Kemp dan Dyaton (1985)
dalam Aristo (2004:13), Mengidentifikasi beberapa manfaat media dalam
pembelajaran, yaitu :

13

a. Penyampaian materi pelajaran dapat diseragamkan


Setiap guru mungkin mempunyai beberapa penafsiran yang berbedabeda terhadap suatu konsep materi pelajaran tertentu. Dengan bantuan
media, penafsiran yang beragam tersebut dapat dihindari sehingga
dapat disampaikan kepada siswa secara seragam. Setiap siswa yang
melihat atau mendengar uraian suatu materi melalui media yang sama,
akan menerima informasi yang sama persis sama seperti yang diterima
oleh siswa-siswa lain. Dengan demikian, media juga dapat mengurangi
terjadinya kesenjangan informasi diantara siswa di manapun berada.
b. Proses pembelajaran dapat lebih menarik
Dengan berbagai potensi yang dimilikinya, media dapat menampilkan
informasi melalui suara, gambar, gerakan dan warna, baik secara alami
maupun manipulasi. Pendek kata, media dapat membantu guru untuk
menciptakan suasana belajar menjadi lebih hidup, tidak monoton dan
membosankan.
c. Proses pembelajaran menjadi lebih interaktif
Jika dipilih dan dirancang secara baik, media dapat membantu guru
dan siswa dalam melakukan komunikasi dua arah secara aktif selama
proses pembelajaran. Tanpa media, seorang guru mungkin akan
cenderung berbicara satu arah kepada siswa. Namun dengan media,
guru dapat mengatur kelas sehingga bukan hanya guru sendiri yang
aktif tetapi juga siswanya.
d. Efisiensi dalam waktu dan tenaga

14

Keluhan yang selama ini sering kita dengar dari guru adalah, selalu
kekurangan waktu dalam mencapai target kurikulum. Sering terjadi
guru menghabiskan banyak waktu untuk menjelaskan suatu materi
pelajaran. Hal ini sebenarnya tidak harus terjadi jika guru dapat
memanfaatkan media secara maksimal. Dengan media, guru tidak
harus menjelaskan materi ajaran secara berulang-ulang, sebab hanya
dengan sekali sajian menggunakan media, siswa akan lebih mudah
memahami pelajaran.
e. Meningkatkan kualitas hasil belajar siswa
Penggunaan media bukan hanya membuat proses pembelajaran
menjadi efisien, tetapi juga membantu siswa menyerap materi belajar
lebih mendalam dan untuh. Bila hanya dengan mendengarkan
informasi verbal dari guru saja, siswa mungkin kurang memahami
pelajaran secara baik. Tetapi jika hal itu diperkaya dengan kegiatan
melihat, menyentuh, merasakan atau mengalami sendiri melalui media,
maka pemahaman siswa pasti akan lebih baik.
f. Media memungkinkan proses belajar dapat berlangsung kapanpun dan
dimanapun diperlukan
Media pembelajaran dapat dirancang sedemikian rupa sehingga siswa
dapat melakukan kegiatan belajar secara leluasa, kapanpun dan
dimanapun, tanpa bergantung pada keberadaan seseorang guru.
Program-program pembelajaran audio visual, termasuk program
pembelajaran menggunakan komputer, memungkinkan siswa dapat

15

melakukan kegiatan belajar secara mandiri, tanpa terikat oleh waktu


dan tempat.
g. Media dapat menumbuhkan sikap positif siswa terhadap materi dan
proses belajar
Dengan media, proses pembelajaran menjadi lebih menarik, sehingga
mendorong siswa untuk mencintai ilmu pengetahuan dan gemar
mencari sendiri sumber-sumber ilmu pengetahuan.
h. Merubah peran guru ke arah yang lebih positif dan produktf
Dengan memanfaatkan media secara baik, seorang guru bukan lagi
satu-satunya sumber belajar bagi siswa. Seorang guru tidak perlu
menjelaskan seluruh materi pelajaran, karena bisa berbagi peran
dengan media. Dengan demikian, guru akan lebih banyak memiliki
perhatian kepada aspek-aspek edukatif lainnya. Seperti membantu
kesulitan belajar siswa, pembentukan kepribadian, memotivasi belajar
dan lain-lain.
D. Peningkatan Prestasi Fisika materi

gerak lurus melalui strategi

pembelajaran Quantum Teaching dengan media papan luncur


Materi gerak lurus
pelajaran IPA

merupakan salah satu materi pokok pada mata

Fisika di SMP semester II. Kompetensi dasar yang harus

dikuasai siswa adalah Menganalisis data percobaan gerak lurus beraturan dan
gerak lurus berubah beraturan serta penerapanya dalam kehidupan sehari-hari.
Dengan menggunakan atau menerapkan strategi Quantum Teaching
pada Pembelajaran IPA Fisika di SMP khususnya pada materi gerak diharapkan
siswa lebih termotivasi dalam mengikuti pembelajaran karena pembelajaran

16

dikemas dengan suasana yang menyenangkan. Adapun secara garis besar


langkah langkahnya adalah sebagai berikut :
1. Tumbuhkan : Guru memberikan motivasi kepada siswa dengan pertanyaan
misalkan : pernahkan kalian naik kereta api ?
2. Alami : Guru meminta siswa secara berkelompok melakukan percobaan
tentang gerak lurus dengan media papan luncur.
3. Namai : Guru meminta siswa untuk menamai jenis gerak apa yang telah ia
praktekkan.
4. Demonstrasikan : Guru meminta siswa untuk mendemonstrasikan
pengetahuan yang dimiliki siswa
5. Ulangi : Guru meminta siswa untuk mengulangi materi yang diperoleh dan
juga melakukan umpan balik kepada siswa.
6. Rayakan : Guru bersama-sama siswa merayakan keberhasilan dalam
pembelajaran ini dengan melakukan tepuk tangan bersama-sama.

BAB III
METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian

17

Penelitian ini bertempat di SMP Negeri 1 Baureno Bojonegoro dan


berlangsung dan berlangsung selama 3 ( tiga ) bulan yaitu dari bulan Pebruari
2013 sampai dengan Mei 2013
B. Prosedur Penelitian
Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang
dilaksanakan terdiri dari 2 siklus dan tiap siklusnya terdiri dari 1 kegiatan
tatap muka , dengan masing masing tatap muka selama 2 jam pelajaran ( 2 x
40 menit ).
Setiap siklus terdiri dari 4 tahap, yaitu perencanaan, pelaksanaan,
pengamatan, dan refleksi.

Hal ini dapat dilihat dalam Gb. 3.1 sebagai

berikut :

Perencanaan
Refleksi

SIKLUS I

Pelaksanaa
n

Pengamatan
Perencanaan
SIKLUS II

Refleksi

Pengamatan

Pelaksanaa
n

?
Gambar 3.1 Siklus Penelitian Tindakan Kelas
(Suharsimi Arikunto dkk, 2007:9)
Dari gambar diatas dapat dijelaskan prosedur dalam penelitian ini
adalah :
1. Siklus I

17

18

a. Perencanaan
1. Melakukan observasi awal untuk identifikasi masalah dan mencari
penyebab masalah melalui observasi langsung terhadap proses
pembelajaran.
2. Menyusun perangkat pembelajaran ( RPP, LKS) tentang materi gerak
lurus
3. Menyusun instrumen pengamatan yang meliputi lembar pengamatan
pengelolaan kelas, lembar pengamatan aktifitas siswa, tes hasil belajar
serta lembar angket untuk mengetahui respon siswa.
4. Menyiapkan media, alat, dan bahan (papan luncur, mobil mainan,
stopwatch ) yang diperlukan dalam proses pembelajaran.
b. Pelaksanaan
1.

Guru menjelaskan rencana kegiatan yang akan dilakukan yaitu


penerapan strategi Quantum Teaching dalam materi Gerak lurus .

2.

Guru melakukan pembentukan kelompok.

3.

Guru memotivasi siswa dengan cara menanyakan kepada siswa :


Apakah kalian pernah bepergian dengan kereta api ?

( Fase

Tumbuhkan)
4.

Siswa melakukan percobaan tentang gerak lurus beraturan ( Fase


Namai)

5.

Tiap kelompok mendemonstrasikan gerak lurua beraturan ( Fase


Demonstrasikan)

6.

Guru meminta siswa untuk menyimpulkan hasil percobaan ( Fase


Ulangi)

19

7.

Guru mengevaluasi siswa ( Fase Ulangi)

8.

Guru dan siswa merayakan keberhasilan pembelajaran dengan cara


bertepuk tangan dan bernyanyi bersama ( Fase rayakan)

c. Pengamatan
1.

Pengamatan dilakukan oleh observer, dalam hal ini yang bertindak


sebagai pengamat adalah peneliti.

2.

Aspek yang diamati adalah kemampuan guru dalam mengelola


pembelajaran dan aktivitas siswa yang dijadikan acuan untuk
penilaian hasil belajar ranah afektif dan psikomotor.

3.

Untuk merekam pengamatan pada pengelolaan pembelajaran dan


aktivitas siswa selama pembelajaran, digunakan lembar pengamatan
( Format terlampir).

d. Refleksi
Guru dan observer merangkum hasil pelaksanaan pembelajaran
sebagai acuan apakah pembelajaran dilanjutkan ke siklus II atau tidak.
Dalam melakukan refleksi ini guru dibantu oleh teman sejawat yang juga
bertindak sebagai observer.

Siklus II
a.
1.

Perencanaan
Mengidentifikasi dan merumuskan masalah berdasarkan refleksi
pada siklus I.

20

2.

Menyusun perangkat pembelajaran ( RPP, LKS) tentang Gerak


lurus

3.

Menyusun

instrumen

pengamatan

yang

meliputi

lembar

pengamatan pengelolaan kelas, lembar pengamatan aktifitas siswa, tes


hasil belajar serta lembar angket untuk mengetahui respon siswa.
4.
Menyiapkan media, alat, dan bahan (papan luncur, mobil
mainan, ticker timer) yang diperlukan dalam proses pembelajaran.
b.
1.

Pelaksanaan
Guru menjelaskan rencana kegiatan yang akan dilakukan yaitu
penerapan strategi Quantum Teaching dalam materi Gerak lurus .

2.

Guru melakukan pembentukan kelompok.

3.

Guru memotivasi siswa dengan cara menanyakan kepada siswa :


Apa yang terjadi dengan kereta api yang di rem ? ( Fase Tumbuhkan)

4.

Siswa melakukan percobaan tentang gerak lurus berubah beraturan


( Fase Alami)

5.

Siswa mengisi lembar kerja secara berkelompok ( Fase Namai )

6.

Tiap kelompok mendemonstrasikan gerak lurus berubah beraturan


secara bergiliran ( Fase Demonstrasikan)

7.

Guru meminta siswa untuk menyimpulkan hasil percobaan

8.

Guru mengevaluasi siswa ( Fase Ulangi)

9.

Guru dan siswa merayakan keberhasilan pembelajaran dengan cara


bertepuk tangan dan bernyanyi bersama ( Fase rayakan)

c.

Pengamatan

1. Pengamatan dilakukan oleh observer, dalam hal ini yang bertindak


sebagai pengamat adalah peneliti.

21

2. Aspek yang diamati adalah kemampuan guru dalam mengelola


pembelajaran dan aktivitas siswa yang dijadikan acuan untuk penilaian
hasil belajar ranah afektif dan psikomotor.
3. Untuk merekam pengamatan pada pengelolaan pembelajaran dan
aktivitas siswa selama pembelajaran, digunakan lembar pengamatan
( Format terlampir)
d. Refleksi
Mengevaluasi proses dan hasil belajar apakah sudah sesuai dengan
kriteria yang diharapkan.
C. Subyek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah siswa kelas SMP Negeri 1 Baureno
Kabupaten Bojonegoro sejumlah 31 siswa. Karakteristik responden adalah
kelompok siswa yang beragam dari segi jenis kelamin dan tingkat prestasi
belajarnya.
D. Sumber Data
Data yang diambil dalam penelitian ini adalah :
1. Nilai hasil belajar yang di dapatkan dari tes hasil belajar setiap akhir siklus
pembelajaran.
2. Aktivitas siswa diambil dari lembar pengamatan aktivitas siswa selama
pembelajaran berlangsung.
2. Respon siswa didapatkan dari angket respon siswa.
E. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan dengan teknik observasi, tes dan angket.
1. Tes digunakan untuk memperoleh data hasil belajar kognitif siswa. Bentuk
tes adalah tes tertulis dengan format Isian ( Format terlampir)

22

2. Teknik observasi digunakan untuk mengetahui aktivitas siswa selama


pembelajaran, untuk melaksanakan observasi digunakan lembar observasi
aktivitas siswa ( Format terlampir)
3. Teknik angket digunakan untuk memperoleh data tentang respon siswa.
Angket yang diberikan berupa angket terbuka.
F. Analisis Data
Analisis digunakan untuk menjawab masalah penelitian yaitu apakah
Pembelajaran

dengan

menerapkan

strategi

Quantum

Teaching

dapat

meningkatkan prestasi belajar siswa dalam materi Gerak lurus .


Setelah semua data terkumpul, kemudian dianalisis sebagai berikut :
1. Data Hasil Belajar Siswa
Data hasil belajar siswa dianalisis secara deskriptif kuantitatif dengan
teknik persentase berdasarkan KKM (Kriteria Ketuntasan Minimum. Sesuai
perhitungan KKM yang mempertimbangkan intake, daya dukung dan
kompleksitas, dalam penelitian ini siswa dikatakan tuntas secara individual
apabila skornya mencapai 75. Ketuntasan klasikal dicapai apabila dalam
satu kelas siswa yang tuntas secara individu minimal 85 % dari keseluruhan
siswa.
2. Data hasil pengamatan Aktivitas siswa
Data hasil pengamatan

hasil aktivitas siswa dianalisis secara

deskriptif kuantitatif dengan menggunakan teknik persentase. Dalam


penelitian ini siswa dikatakan aktif apabila skor aktivitasnya minimal
mencapai 70 % dari skor maksimal. Secara klasikal siswa dikatakan aktif

23

apabila dalam satu kelas siswa yang aktif secara individu minimal 85 %
dari keseluruhan siswa
3. Respon siswa
Setelah data terkumpul dianalisis dengan rumus sebagai berikut :
Nilai respon siswa =

Skor Siswa
Skor Maksimal

x 100

Setiap pernyataan Ya mendapat Skor = 1


Setiap pernyataan Tidak mendapat Skor = 0
Siswa secara individual dikatakan member respon positif apabila nilainya
70.
Kelas dikatakan memiliki respon yang positif apabila dalam satu kelas
ada 85 % siswa yang memberi respon positif. Dengan rumus :
P =

Siswa yang memiliki r espon positif


Seluruh siswa

x 100 %

BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi setiap siklus
a. Data rencana, pelaksanaan, pengamatan refleksi setiap siklus
1. Siklus I
a. Perencanaan (Planning)
Perencanaan tindakan dilakukan dengan mempersiapkan segala
sesuatu yang berkaitan dengan kegiatan pembelajaran, diantaranya :

24

1) Menyusun perangkat pembelajaran, yang terdiri dari :


a) Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran ( Lampiran 1)
b) Menyiapkan media pembelajaran, yaitu : papan luncur, mobil
mainan, stopwatch
c) Membuat lembar kerja siswa ( lampiran 2 )
2) Menyusun pedoman pengamatan, yang terdiri dari :
a) Pedoman pengamatan aktivitas siswa ( Lampiran 7)
b) Pedoman pengamatan kegiatan guru dalam mengajar ( Lampiran
8)
b. Pelaksanaan ( Acting)
Kegiatan pembelajaran berpedoman pada Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) dengan langkah langkah sebagai berikut :
1)

Kegiatan Awal
a) Kegiatan belajar dimulai dengan salam kemudian dilanjutkan
dengan menjelaskan bahwa materi yang dipelajari hari ini tentang
gerak lurus.
b) Guru memulai dengan pernyataan : pernahkan kalian bepergian
dengan kereta api ? bagaimana gerak kereta api ?
c) Guru

menugaskan

siswa

untuk

membentuk

kelompok

beranggotakan 4 - 5 orang dan terbentuklah dan setiap kelompok


melakukan percobaan seperti yang ada pada LKS yaitu percobaan
I. Dalam melakukan percobaan siswa masih terlihat belum
mengerti dan meminta bantuan dari guru.
2) Kegiatan Inti

25

a)

Guru menugaskan masing-masing siswa dalam kelompok untuk


menjawab pertanyaan yang ada di LKS berdasarkan percobaan
yang telah dilakukan. Tampak beberapa siswa dalam kelompok
mengerjakan dengan lancar tetapi ada yang kesulitan dalam
mengerjakan soal yang telah diberikan dalam LKS.

b) Guru menugaskan masing masing kelompok untuk memaparkan


hasil dengan cara mengundi.
c) Masing-masing kelompok menyampaikan hasil pekerjaannya
dengan diwakili oleh dua orang siswa. Saat sesi tanya jawab
berlangsung siswa-siswi terdiam, sehingga guru harus menawarkan
pertanyaan beberapa kali, baru kemudian terjadi Tanya jawab.
3) Kegiatan Akhir
a)

Guru memberikan pertanyaan kepada siswa tentang materi yang


telah dibahas untuk memperkuat pemahaman siswa terhadap materi
gerak lurus.

b) Guru bersama-sama siswa merayakan kesuksesan pembelajaran


kali ini dengan bertepuk tangan dan bernyanyi bersama.
c. Pengamatan ( Observing)
Dari hasil pengamatan yang telah dilakukan diperoleh data-data
sebagai berikut :
1. Data Hasil Aktivitas Siswa
Hasil observasi aktivitas siswa seperti pada tabel berikut :
Tabel 4.1 Rekapitulasi Nilai Aktivitas siswa dalam pembelajaran siklus I
Nilai
< 70

Kriteria
Tidak Aktif

Frekuensi

25,80

26

70

Aktif

23

74,19

Pada tabel 4.1 di atas, dapat diketahui yang memperoleh nilai


70 adalah 23 siswa, dan yang memperoleh nilai <70 = 8 siswa. Dari
kriteria yang ditetapkan yaitu ketuntasan individu = 70 dan ketuntasan
klasikal = 85 % ke atas. Maka ketuntasan klasikal aktivitas siswa pada
siklus I baru mencapai 74,19 % sehingga belum mencapai indikator
yang ditentukan. Untuk memperbaiki pelaksanakan pembelajaran
terutama agar aktivitas siswa dapat meningkat dan mencapai indikator
yang ditentukan maka pembelajaran perlu dilanjutkan ke siklus II.

2. Data Hasil Belajar Siswa


Hasil tes prestasi

yang dilakukan setelah berlangsungnya

pembelajaran adalah sebagai berikut :

Tabel 4.2 Rekapitulasi hasil belajar siswa mata pelajaran siklus I


KKM
75
< 75

Keterangan
Tuntas
Belum Tuntas

Frekuensi
22
9

%
70,96
29,03

Dari tabel 4.2 di atas dapat dikatakan bahwa pada siklus I siswa
yang tuntas baru mencapai 70,96% dan yang belum tuntas 29,03%,
sehingga pada siklus I belum mencapai indikator yang telah ditentukan
yaitu minimal 85% siswa sudah tuntas belajar. Untuk memperbaiki
pelaksanakan pembelajaran terutama agar hasil belajar siswa dapat

27

meningkat dan mencapai indikator ketuntasan yang ditentukan maka


pembelajaran maka perlu dilanjutkan pada siklus II.
3. Data Hasil Respon Siswa
Dari hasil skoring terhadap angket respon siswa didapat hasil
sebagai berikut :
Tabel 4.3 Rekapitulasi hasil respon siswa mata pelajaran IPA siklus I
Nilai
70

Kriteria
Positif

Frekuensi

24

77,41

<70

Negatif

22,58

Dari tabel 4.3 di atas dapat dikatakan bahwa pada siklus I siswa
yang memberikan respon positif 77,41% dan yang memberikan respon
negatif 22,58%, sehingga pada siklus I belum mencapai indikator yang telah
ditentukan yaitu minimal 85% siswa memberikan respon positif terhadap
pembelajaran. Untuk memperbaiki pelaksanakan pembelajaran terutama
agar respon siswa dapat meningkat dan mencapai indikator yang ditentukan
maka pembelajaran maka perlu dilanjutkan pada siklus II.

d. Refleksi ( Reflection)
Melalui tindakan refleksi akan diketahui kelebihan dan kekurangan
yang dilakukan dalam pelaksanaan. Dari data hasil pengamatan dicari
penjelasannya, dianalisis dan dikaji secara matang. Dari data yang diperoleh
setelah penelitian siklus I dilaksanakan, maka terdapat beberapa hal yang
perlu dibahas secara lebih lanjut, yaitu :
1) Aktivitas Siswa

28

Setelah peneliti memperoleh data nilai rata-rata siswa pada siklus


I yang baru mencapai 74,19% hal tersebut disebabkan :
-

Siswa belum terbiasa dengan pembelajaran yang menekankan


keaktifan siswa dan masih canggung dalam bekerja secara
kelompok.

Beberapa siswa masih terlihat pasif dalam bekerja kelompok, dan


hanya mengandalkan satu atau dua orang untuk menyelesaikan
tugas.

Siswa belum terampil dalam melakukan percobaan.


Hal tersebut dapat dilihat pada saat kegiatan belajar mengajar
masih ada beberapa siswa yang masih melakukan aktivitas yang tidak
relevan

dengan

kegiatan

belajar

mengajar

sehingga

kurang

memperhatikan pelajaran dan pengarahan dari guru.


2) Hasil Belajar Siswa
Setelah peneliti memperoleh data nilai rata-rata siswa pada
siklus I yang baru mencapai 70,96%. Hal tersebut dikarenakan dalam
mengikuti kegiatan belajar mengajar masih banyak siswa yang kurang
konsentrasi, kurang memperhatikan petunjuk yang ada di Lembar
Kegiatan Siswa. Pada siklus II diharapkan pembelajaran dapat berjalan
lebih optimal dengan meningkatkan konsentrasi dan perhatian siswa
pada pelajaran yang berlangsung.
3) Respon Siswa
Setelah peneliti memperoleh data respon siswa pada siklus I
yang baru mencapai 77,41%. Secara klasikal siswa belum menunjukkan

29

respon positif terhadap pembelajaran. Hal tersebut dikarenakan dalam


mengikuti kegiatan belajar mengajar terpaku pada pembelajaran yang
sebelumnya.
Dari temuan-temuan dan kelemahan-kelemahan yang peneliti
peroleh dari kegiatan pembelajaran pada siklus I tersebut akan dibuat
acuan untuk perbaikan pada siklus II agar aktivitas siswa, hasil belajar
dan respon siswa mengalami peningkatan.
2.

Siklus II
Pada siklus II ini peneliti tetap menggunakan pembelajaran dengan
pendekatan Quantum Teaching pada pembelajaran fisika materi gerak lurus.
Langkah langkahnya adalah sebagai berikut :
a. Perencanaan (Planning)
Perencanaan tindakan dilakukan dengan mempersiapkan segala
sesuatu

yang

berkaitan

dengan

kegiatan

pembelajaran

mempertimbangkan refleksi pada siklus I, diantaranya :

1) Menyusun perangkat pembelajaran, yang terdiri dari :


a) Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran ( Lampiran 4)
b) Menyiapkan media pembelajaran, yaitu : papan luncur, mobil
mainan, ticker timer
c) Membuat lembar kerja siswa ( Lampiran 5)
2) Menyusun pedoman pengamatan, yang terdiri dari :
a) Pedoman pengamatan aktivitas siswa ( Lampiran 7)

dan

30

b) Pedoman pengamatan kegiatan guru dalam mengajar ( Lampiran8 )


b. Pelaksanaan ( Acting)
Kegiatan pembelajaran berpedoman pada Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) dengan langkah langkah sebagai berikut :
1)

Kegiatan Awal
a) Kegiatan belajar dimulai dengan salam kemudian dilanjutkan dengan
menjelaskan bahwa materi yang dipelajari hari ini tentang gerak lurus
berubah beraturan.
b) Guru memulai dengan pernyataan : Apa yang terjadi dengan kereta
api yang direm ? bagaimana kecepatannya?.
c) Guru menugaskan siswa untuk membentuk kelompok beranggotakan
4 - 5 orang dan terbentuklah dan setiap kelompok melakukan
percobaan seperti yang ada pada LKS.
2) Kegiatan Inti
d)

Guru menugaskan masing-masing siswa dalam kelompok untuk


menjawab pertanyaan yang ada di LKS berdasarkan percobaan yang
telah

dilakukan.

Tampak

beberapa

siswa

dalam

kelompok

mengerjakan dengan lancar. Dalam melakukan percobaan siswa sudah


terlihat terampil dalam menggunakan peralatan. Selama percobaan
guru memberikan bimbingan pada masing-masing kelompok yang
merasa kesulitan.
d) Guru menugaskan masing masing kelompok untuk memaparkan
hasil dengan cara mengundi.

31

e) Masing-masing kelompok menyampaikan hasil pekerjaannya dengan


diwakili oleh dua orang siswa. Saat sesi tanya jawab berlangsung
siswa-siswi terdiam, sehingga guru harus menawarkan pertanyaan
beberapa kali, baru kemudian terjadi Tanya jawab.
3) Kegiatan Akhir
f)

Guru memberikan pertanyaan kepada siswa tentang materi yang telah


dibahas untuk memperkuat pemahaman siswa terhadap materi gerak
lurus.

g) Guru bersama-sama siswa merayakan kesuksesan pembelajaran kali ini


dengan bertepuk tangan dan bernyanyi bersama.
c. Pengamatan (Observing)
Dari hasil pengamatan yang telah dilakukan diperoleh data-data
sebagai berikut :
1. Data Hasil Aktivitas Siswa
Hasil observasi aktivitas siswa seperti pada tabel berikut :
Tabel 4.4 Rekapitulasi Nilai Aktivitas siswa dalam pembelajaran siklus II
Nilai
< 70

Kriteria
Tidak Aktif

Frekuensi

12,90

70

Aktif

27

87,10

Pada tabel 4.4 di atas, dapat diketahui yang memperoleh nilai 70


= 27 siswa, dan yang memperoleh nilai < 70 = 4 siswa. Dari kriteria yang
ditetapkan yaitu ketuntasan individu = 70 dan ketuntasan klasikal = 85 % ke
atas. Dari hasil pengamatan aktivitas siswa, ketuntasan klasikal aktivitas
siswa pada siklus II mencapai 87,10 % sehingga sudah mencapai indikator

32

keberhasilan yang ditentukan, sehingga tidak perlu dilanjutkan ke siklus


berikutnya.
2. Data Hasil Belajar Siswa
Sedangkan

hasil

tes

prestasi

yang

dilakukan

setelah

berlangsungnya pembelajaran adalah sebagai berikut :


Tabel 4.5 Rekapitulasi hasil belajar siswa siklus II
KKM
75
< 75

Kriteria
Tuntas
Belum Tuntas

Frekuensi
28
3

%
90,32
9,68

Dari tabel 4.5 di atas dapat dikatakan bahwa pada siklus II siswa
yang tuntas mencapai 90,32% dan yang belum tuntas 9,68%, sehingga pada
siklus II sedah melebihi indikator yang telah ditentukan yaitu minimal 85%
siswa sudah tuntas belajar, sehingga tidak perlu dilanjutkan pada siklus
berikutnya.
3. Data Hasil Respon Siswa
Dari hasil skoring terhadap angket respon siswa didapat hasil
sebagai berikut :
Tabel 4.6 Rekapitulasi hasil respon siswa mata pelajaran IPA siklus II
Nilai
70

Kriteria
Positif

Frekuensi

28

90,32

<70

Negatif

9,68

Dari tabel 4.6 di atas dapat dikatakan bahwa pada siklus II siswa
yang memberikan respon positif 90,32 % dan yang memberikan respon
negatif 9,68%, sehingga pada siklus II sudah melebihi indikator yang telah
ditentukan yaitu minimal 85% siswa memberikan respon positif terhadap
pembelajaran. Sehingga tidak perlu dilanjutkan pada siklus berikutnya.

33

d. Refleksi ( Reflection)
Dari data yang diperoleh setelah penelitian siklus II, maka ada
beberapa hal yang perlu dibahas secara lebih lanjut, yaitu :
1) Aktivitas Siswa
Setelah peneliti memperoleh data nilai rata-rata siswa pada siklus
II yang mencapai 87,10% yang sudah melebihi indikator yang telah
ditentukan. Hal tersebut disebabkan siswa sudah bisa beradaptasi dengan
pembelajaran Quantum Teaching dengan baik, selain itu siswa juga sudah
trampil melakukan percobaan. Perhatian dan bimbingan guru pada tiap
kelompok membuat siswa cenderung lebih aktif dalam kegiatan
pembelajaran.
2) Hasil Belajar Siswa
Setelah peneliti memperoleh data nilai rata-rata siswa pada siklus
II terjadi peningkatan yaitu ketuntasan klasikal mencapai 90,32%. Dari
hasil tersebut menunjukkan bahwa siswa lebih mudah memahami materi
dengan pendekatan pembelajaran Quantum Teaching. Dengan demikian
hasil belajar siswa lebih meningkat

3) Respon Siswa
Setelah peneliti memperoleh data respon siswa pada siklus II
mencapai 90,32%. Secara klasikal siswa sudah menunjukkan respon
positif terhadap pembelajaran.

Hal tersebut dikarenakan dalam

34

mengikuti kegiatan belajar mengajar sudah merasa senang dan lebih


mudah memahami materi.
b. Paparan keberhasilan dan kegagalan
Sesuai dengan tujuan awal dari penelitian tindakan kelas ini yaitu ingin
mendeskripsikan penerapan strategi pembelajaran Quantum Teaching dengan
menggunakan media papan luncur pada materi gerak lurus di kelas VII H SMP
Negeri 1 Baureno

maka telah dilakukan perancangan pembelajaran dengan

mempertimbangkan karakteristik siswa dan prinsip-prinsip pada strategi


pembelajaran Quantum Teaching.
Pada pelaksanaan pembelajaran siklus I secara umum belum mencapai
criteria keberhasilan yang telah ditentukan, ketuntasan klasikal 85 % dari
seluruh jumlah siswa di kelas tersebut. Di Siklus I ini aktivitas siswa, hasil
belajar dan respon siswa belum mencapai criteria yang diharapkan. Kegagalan
ini menjadi bahan refleksi untuk melakukan perancangan pada siklus II.
Sedangkan pada pelaksanaan pembelajaran siklus II secara umum telah
mencapai criteria keberhasilan yang telah ditentukan, ketuntasan klasikal 85 %
dari seluruh jumlah siswa di kelas tersebut. Di Siklus I ini aktivitas siswa, hasil
belajar dan respon siswa sudah mencapai criteria yang diharapkan.

B. Pembahasan
Dari data-data hasil penelitian dilakukan pembahasan sebagai berikut :
1. Aktivitas Siswa
Tabel 4. 7 Persentase peningkatan aktivitas siswa siklus I dan II
Data yang diperoleh

Hasil

Peningkatan

35

Siklus I
Frekuensi
%
siswa yang tuntas

23

Siklus II
Frekuens
%

74,19

i
27

87.10

12,91%

Indikator 85 %
Dari tabel 4.7 diatas dapat dilihat secara jelas bahwa aktivitas siswa
dengan menggunakan pembelajaran Quantum Teaching dari siklus I sampai
siklus II mengalami peningkatan yang signifikan yaitu sebesar 12,91%. Hal
ini disebabkan dengan pembelajaran Quantum Teaching siswa lebih
memberi kesempatan siswa untuk aktif berdiskusi dan bekerjasama dalam
kelompok.

100

90.32
77.41

80
60
40
20
0
Siklus I

Siklus II

Dari hasil observasi aktivitas siswa pada siklus I dan II secara keseluruhan
dapat digambarkan dengan histogram berikut :

36

Grafik 4.1 Histogram Aktivitas siswa Siklus I sampai dengan siklus II

2. Hasil Belajar Siswa


Tabel 4. 8 Persentase peningkatan hasil belajar siswa siklus I dan II
Hasil
Data yang diperoleh
siswa yang tuntas
Indikator 85%

Siklus I
Frekuensi
%
22

70,96

Siklus II
Frekuens
%
i
28

90,32

Peningkatan
19,36%

Dari tabel 4.8 diatas dapat dilihat secara jelas bahwa hasil belajar
siswa dengan menggunakan pembelajaran Quantum Teaching dari siklus I
sampai siklus II mengalami peningkatan yang signifikan yaitu sebesar
19,36%. Hal ini disebabkan dengan pembelajaran Quantum Teaching siswa
lebih termotivasi dalam belajar karena pembelajaran dikemas dengan
menyenangkan, sehingga hasil belajar siswa meningkat.
Hasil belajar siswa pada siklus I dan II secara keseluruhan dapat
digambarkan dengan histogram berikut :

100
90
80
70
60
50
40
30
20
10
0

90.32
70.96

Siklus I

Siklus II

37

Grafik 4.2 Histogram Hasil Belajar Siswa Siklus I sampai dengan siklus II

3. Respon Siswa
Tabel 4. 9 Persentase Peningkatan respon siswa siklus I dan II
Hasil
Data yang
diperoleh
siswa yang
memberi respon
positif
Indikator 85%

Siklus I
Frekuensi

24

77,41

Siklus II
Frekuens
%
i
28

90,32

Peningkatan

12,91

Dari tabel 4.9 diatas dapat dilihat secara jelas bahwa respon siswa
dengan menggunakan pembelajaran Quantum Teaching dari siklus I sampai
siklus II mengalami peningkatan yang signifikan yaitu sebesar 12,91%. Hal
ini disebabkan dengan pembelajaran Quantum Teaching siswa lebih senang
dalam belajar dan siswa juga merasa pembelajaran Quantum Teaching
merupakan hal yang baru bagi mereka.
Respon siswa pada siklus I dan II secara keseluruhan dapat
digambarkan dengan histogram berikut :

38

100
90
80
70
60
50
40
30
20
10
0

90.32
77.41

Siklus I

Siklus II

Grafik 4.3 Histogram Hasil Belajar Siswa Siklus I sampai dengan siklus II
Dari pembahasan hasil penelitian selama siklus I dan siklus II
nampak bahwa hasil belajar, aktivitas siswa maupun respon siswa pada
pembelajaran fisika materi gerak lurus dengan strategi pembelajaran
Quantum Teaching mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Dengan
demikian hipotesis penelitian

ini yang mengatakan bahwa Penerapan

pembelajaran Quantum teaching

dengan media papan luncur dapat

meningkatkan prestasi belajar fisika materi gerak lurus kelas VII H SMP
Negeri 1 Baureno Bojonegoro dapat diterima.

39

BAB IV
PENUTUP
A. Simpulan
Berdasarkan hasil pembahasan yang telah dilakukan maka dapat
disimpulkan bahwa :
a. Penerapan strategi pembelajaran Quantum Teaching materi gerak lurus
dilakukan dengan cara mengorganisasi siswa dalam

kelompok untuk

40

menyelesaikan

tugas

yang

diberikan

dengan

langkah-langkah

tumbuhkan, alami, namai, demonstrasikan, ulangi dan rayakan. Pada


siklus I interaksi dan diskusi antar anggota kelompok belum maksimal.
Tetapi dengan bimbingan guru secara bergantian pada masing-masing
kelompok, pada Siklus II interaksi dan diskusi dapat berjalan lebih
maksimal.
b. Penggunaan

Strategi

pembelajaran

Quantum

Teaching

dapat

meningkatkan prestasi belajar fisika materi gerak lurus pada siswa kelas
VII H SMP Negeri 1 Baureno Kabupaten Bojonegoro pada

Tahun

Pelajaran 2012/2013. Hal ini ditunjukkan dengan meningkatnya aktivitas


siswa 77,41% pada siklus I dan 87,10% pada siklus II. Hasil belajar siswa
70,96% pada siklus I dan 90,32% pada siklus II. Respon siswa 77,41%
pada siklus I dan 90,32% pada siklus II.

B. Saran
1.

Bagi Guru
Strategi

Pembelajaran Quantum Teaching dapat digunakan guru untuk

materi lain ataupun mata pelajaran lain agar prestasi belajar siswa
meningkat.
2.

Bagi Sekolah

41

Strategi Pembelajaran

Quantum Teaching dapat menjadi salah satu

alternative bagi sekolah untuk meningkatkan kualitas proses dan hasil dalam
pembelajaran.

DAFTAR PUSTAKA
Ahmad Tafsir. 2008. Strategi Meningkatkan Mutu Pendidikan di
Bandung: Maestro.

Sekolah.

AG. Pringgodigdo dkk. 1993. Ensiklopedi Umum, Yogyakarta : Yayasan


Kanisuius
Arsyad, Azhar. 1997. Media Pengajaran. Jakarta : Raja Grafindo Perkasa
Bobby De Porter. 2003. Quantum Teaching, Terjemahan oleh Ary Nilandari Cet.
XI. Bandung : Kaifa
Dave Maier. 2001. Accelerated Learning (Cet.I), terjemahan oleh Astuti.
Bandung : Kaifa
Depdiknas, 2006. Standar Kompetensi mata pelajaran IPA SMP. Jakarta
Goleman, Daniel. 2000. Emotional Intelligence (terjemahan). Jakata : PT
Gramedia Pustaka Utama.
Gordon Dryden. 2004. Revolusi Cara Belajar. Terjemahan Ari Nilandari Cet.
VIII : Bandung: Kaifa

42

Joni , T. R. 1992. Pendekatan Cara Belajar Siswa Aktif. Jakarta : Universitas


Terbuka
Kathy Wagone. 2004. Seni Meraih Sukses Sederhana, terjemahan oleh Arman
Prayitno. Batam : Interaksara
Muhibbin Syah. 2008. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru.
Bandung: Remaja Rosdakarya
Noelle C. Nelson, Jeannine L. Calaba, 2005. The Power of Appreciation.
Terjemahan oleh Yulianto Rahmat. Jakarta: Buana Ilmu Populer
Rahadi, Aristo. 2004. Media dalam Pembelajaran. Jakarta : Rineka Cipta
Suharsimi Arikunto. 2006. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : PT Bumi Aksara
Susilana, Rudi & Riyana, Cepi. 2007. Media Pembelajaran : Hakikat,
Pengembangan, Pemanfaatan dan Penilaian, Bandung : Wacana Prima

Anda mungkin juga menyukai