Anda di halaman 1dari 4

Nama

: Eva Linda

NIM

: 1306101020055

Prodi

: Pendidikan Sejarah

Teknologi Kloning untuk Menciptakan Makhluk Hidup


Tanpa Perkawinan

Teknologi Kloning
Suatu cara reproduksi yang menggunakan teknik tingkat tinggi di bidang
rekayasa

genetika

untuk menciptakan

makhluk

hidup

tanpa

melalui

perkawinan melalui metode fusi sel. Teknik reproduksi ini menjadi terkenal sejak
tahun 1996 karena keberhasilan Dr. Ian Welmut, seorang ilmuwan Scotlandia yang
sukses

melakukan

kloning

pada

domba

yang

kemudian

dikenal

dengan Dolly. Sekarang teknik dan tingkat keberhasilan kloning telah begitu pesat.
Salah satu negara yang sukses menguasai teknologi ini sekaligus menjadikannya
sebagai lahan bisnis modern adalah Korea Selatan.
Kloning berasal dari kata clone, artinya mencangkok. Secara sederhana bisa
dipahami, teknik ini adalah cara reproduksi vegetatif buatan yang dilakukan pada
hewan dan atau manusia. Seperti yang kita ketahui bahwa mayoritas hewan
(termasuk manusia) hanya bisa melakukan reproduksi generatif (kawin) yang
dicirikan adanya rekombinasi gen hasil proses fertilisasi ovum oleh sperma.
Sedangkan pada reproduksi vegetatif tidak ada proses tersebut, karena individu baru
berasal dari bagian tubuh tertentu dari induknya. Dengan teknik kloning, hewan dan
manusia bisa diperbanyak secara vegetatif (tanpa kawin).
Teknik ini melibatkan dua pihak, yaitu donor sel somatis (sel tubuh) dan donor
ovum (sel gamet). Meskipun pada proses ini kehadiran induk betina adalah hal yang
mutlak dan tidak mungkin dihindari, tetapi pada proses tersebut tidak ada fertilisasi
dan rekombinasi (perpaduan) gen dari induk jantan dan induk betina. Ini
mengakibatkan anak yang dihasilkan memiliki sifat yang (boleh dikatakan) sama
persis dengan induk donor sel somatis.
Untuk lebih jelas, berikut ini uraian dasar proses kloning pada domba Dolly
beberapa tahun lalu. Langkah kloning dimulai dengan pengambilan sel puting susu
seekor domba. Sel ini disebut sel somatis (sel tubuh). Dari domba betina lain diambil
sebuah ovum (sel telur) yang kemudian dihilangkan inti selnya. Proses berikutnya

adalah fusi (penyatuan) dua sel tersebut dengan memberikan kejutan listrik yang
mengakibatkan terbukanya membran sel telur sehingga kedua sel bisa menyatu. Dari
langkah ini telah diperoleh sebuah sel telur yang berisi inti sel somatis. Ternyata hasil
fusi sel tersebut memperlihatkan sifat yang mirip dengan zigot, dan akan mulai
melakukan proses pembelahan.
Sebagai langkah terakhir, zigot tersebut akan ditanamkan pada rahim induk
domba betina, sehingga sang domba tersebut hamil. Anak domba yang lahir itulah
yang dinamakan Dolly, dan memiliki sifat yang sangat sangat mirip dengan domba
donor sel puting susu tersebut di atas. Dolly lahir dengan selamat dan sehat sentausa.
Sayangnya selama perjalanan hidupnya dia gampang sakit dan akhirnya mati pada
umur 6 tahun, hanya mencapai umur separoh dari rata-rata masa hidup domba normal.
Padahal kloning yang dilakukan pada hewan spesies lain tidak mengalami masalah.
Dari hasil penyelidikan kromosomal, ternyata ditemui bahwa Dolly
mengalami pemendekan telomere. Telomere adalah suatu pengulangan sekuen DNA
yang biasa didapati diujung akhir sebuah kromosom. Uniknya, setiap kali sel
membelah dan kromosom melakukan replikasi, sebagian kecil dari ujung kromosom
ini selalu hilang entah kemana. Penyebab dan mekanismenya juga belum diketahui
sampai sekarang. Masalah pemendekan telomere ini diketahui menyebabkan
munculnya sinyal agar sel berhenti membelah. Hal inilah yang diduga berhubungan
erat dengan percepatan penuaan dan kematian. Pemendekan telomere ini ternyata
disebabkan oleh aktivitas enzim yang dikenal dengan telomerase.
Sejalan dengan perkembangan teknik kloning, para ilmuwan telah mampu
membuka harapan besar untuk menghidupkan kembali satwa-satwa yang telah punah.
Seorang profesor Biologi asal Jepang, Teruhiko Wakayama, berhasil membuat kloning
dari seekor mencit yang telah beku selama dua dekade. Keberhasilan ini memicu
kemungkinan terobosan yang lebih spektakuler lagi, yakni membangkitkan kembali
makhluk hidup yang telah punah! Misalnya burung Dodo (Raphus cucullatus),
serigala Tasmania (Thylacinus cynocephalus), Quagga (Equus quagga), sampai
beberapa subspesies dari harimau yang telah punah (Panthera tigris balica, Panthera
tigris sondaicus). Ini bukan isapan jempol belaka! Para ilmuwan di San Diego telah
mengambil sedikit jaringan dari spesimen awetan banteng Jawa yang telah mati
selama beberapa tahun, kemudian mengisolasi DNA banteng Jawa tersebut dan
memasukkan inti sel sintesis ke sel telur sapi biasa. Hasilnya, dua ekor banteng Jawa

berhasil dilahirkan dari rahim sapi biasa. Jadi impian menghidupkan spesies yang
telah punah, seperti Jurassic Park, tidak lagi dianggap science-fiction belaka.

Bagaimana dengan kloning pada manusia?


Inilah masalahnya. Banyak negara dan agamawan yang terang-terangan
melarang dan menolak kloning pada manusia karena masalah itu bersinggungan
dengan moral, etika, dan agama, belum lagi keruwetan silsilah. Bayangkan begini:
saya bertindak sebagai donor sel somatis yang hendak diklon. Sel telur (ovum)
diambil dari Tamara Blezinski, dan zigot ditanamkan dirahim Luna Maya.
Pertanyaannya: bayi yang lahir anak siapa? Itu hanya masalah sederhana yang
gampang dipahami oleh awam. Jika dikaitkan dengan berbagai peraturan keagamaan,
soal itu bisa jadi lebih ruwet lagi. Jadi saya tidak mau membahasnya. Namun
demikian, beberapa pihak mengklaim telah melakukan kloning pada manusia,
misalnya:

Severino Antinori, ginekolog terkenal asal Italia, mengaku berhasil


mengkloning tiga bayi sekaligus. Dokter kontroversial ini pernah membantu
wanita menopause berusia 63 tahun untuk melahirkan. Konon dr Antinori
inilah yang berhasil melakukan klon pada manusia dan lahirlah bayi
perempuan yang dinamai Eve.

Dr. Panayiotis Zavos, seorang ilmuwan asal Amerika Serikat, mengaku telah
mengkloning manusia. Kepada surat kabar Inggris, Independent, Zavos
mengaku berhasil mengkloning 14 embrio manusia, 11 di antaranya sudah
ditanam di rahim empat orang wanita.

Stemagen Corp, mengklaim menjadi peneliti pertama yang berhasil


mengkloning manusia. Mereka menggunakan teknik bernama somatic cell
nuclear transfer, atau SCNT, yang melibatkan lubang dari sel telur yang
disuntikkan sebuah sel nukleus dari seorang donor untuk kemudian dikloning
dengan sel kulit yang berasal dari dua orang laki-laki.
Lepas dari kontroversi masalah kloning pada manusia, tampaknya ilmu

pengetahuan bio molekuler dan rekayasa genetika akan tetap melaju tak terbendung
dengan segala kelebihan dan kekurangannya. Seperti juga di dunia fisika
teoritis, upaya memburu Partikel Tuhan untuk menjawab asal mula pembentukan
alam semesta ini mulai menampakkan hasil. Kedua bidang itulah yang tampaknya

menyebabkan manusia secara tak sadar mulai menjejakkan kaki selangkah masuk ke
wilayah Tuhan.

Anda mungkin juga menyukai