Anda di halaman 1dari 11

1.

ANATOMI TIBIA FIBULA


Os tibia merupakan os longum yang terletak di sisi medial region cruris. Ini merupakan tulang
terpanjang kedua setelah os femur. Tulang ini terbentang ke proksimal untuk membentuk
articulation genu dan ke distal terlihat semakin mengecil.
Os fibula atau calf bone terletak sebelah lateral dan lebih kecil dari tibia. Extremitas proximalis
fibula terletak agak posterior dari caput tibia, dibawah articulation genus dan tulang ini tidak ikut
membentuk articulation genus.
Fascia cruris merupakan tempat perleketan musculus dan bersatu dengan perosteum. Ke
proximal akan melanjutkan diri ke fascia lata, dan akan melekat di sekitar articulation genus ke
os patella, ligamentum patellae, tuberositas tibiae dan capitulum fibulae. Ke posterior
membentuk fascis poplitea yang menutupi fossa poplitea. Disini tersusun oleh serabut-serabut
transversal yang ditembus oleh vena saphena parva. Fascia ini menerima serabut-serabut tendo
m.biceps femoris femoris disebelah lateral dan tendo m. Sartorius, m.gracilis, m.semitendinosus,
dan m.semimembranosus disebelah medial. Ke anterior, fascia ini bersatu dengan perosteum tibia
serta perostenium capitulum fibulae dan malleolus fibulae. Ke distal, faascia ini melanjutkan diri
ke raetinaculum mm.extensorum superior dan retinaculum mm. flexorum. Fascia ini menjadi
tebal dan kuat dibagian proximal dan anterior cruris, untuk perlekatan m.tibialis anterior dan
m.extensor digitorum longus. Tetapi, fascia ini tipis dibagian posterior yang menutupi
m.gastrocnemeus dan m.soleus. disisi lateral cruris, fascia ini membentuk septum intermusculare
anterius dan septum intermusculare posterius. Musculus di region cruris dibedakan menjadi tiga
kelompok. Yaitu (a) kelompok anterior, (b) kelompok posterior dan (c) kelompo lateralis.
1. Musculus di region anterior
1. M. tibialis anterior
2. M. extensor hallucis longus
3. M. extensor digitorum longus dan m.peroneus tertius
4. Musculus regio cruris posterior kelompok superficialis
1. M. gastrocnemius
2. M. soleus
3. M. plantaris
4.

Musculus regio cruris posterior kelompok profunda


1. M. popliteus

2. M. flexor hallucis longus


3. M. flexor digitorum longsu
4. M. tibialis posterior
5. Musculus region cruris lateralis
1. M. peroneus longus
2. M. peroneus brevis

1. B.

DEFINISI FRAKTUR

Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang, tulang rawan sendi,
tulang rawan epifisis baik bersifat total ataupun parsial yang umumnya disebabkan oleh tekanan
yang berlebihan, sering diikuti oleh kerusakan jaringan lunak dengan berbagai macam derajat,
mengenai pembuluh darah, otot dan persarafan. Trauma yang menyebabkan tulang patah dapat
berupa trauma langsung dan trauma tidak langsung. Trauma langsung menyebabkan tekanan
langsung pada tulang dan terjadi fraktur pada daerah tekanan. Trauma tidak langsung, apabila
trauma dihantarkan ke daerah yang lebih jauh dari daerah fraktur, misalnya jatuh dengan tangan
ekstensi dapat menyebabkan fraktur pada klavikula, pada keadaan ini biasanya jaringan lunak
tetap utuh.
Fraktur ekstremitas bawah adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang atau tulang rawan yang
terjadi pada ekstremitas bawah yang umumnya disebabkan oleh ruda paksa. Trauma yang
menyebabkan fraktur dapat berupa trauma langsung, misalnya sering terjadi benturan pada
ekstremitas bawah yang menyebabkan fraktur pada tibia dan fibula.
Fraktur kruris (L:crus = tungkai) merupakan fraktur yang terjadi pada tibia dan fibula. Fraktur
tertutup adalah suatu fraktur yang tidak mempunyai hubungan dengan dunia luar. Maka fraktur

kruris tertutup adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang, tulang rawan sendi maupun tulang
rawan epifisis yang terjadi pada tibia dan fibula yang tidak berhubungan dengan dunia luar.
Fraktur kruris merupakan fraktur yang sering terjadi dibandingkan dengan fraktur pada tulang
panjang lainnya. Periosteum yang melapisi tibia agak tipis terutama pada daerah depan yang
hanya dilapisi kulit sehingga tulang ini mudah patah dan biasanya fragmen frakturnya bergeser
karena berada langsung dibawah kulit sehingga sering juga ditemukan fraktur terbuka.
1. C.

PENYEBAB FRAKTUR

Tulang bersifat relatif rapuh, namun cukup mempunyai kekuatan dan gaya pegas untuk menahan
tekanan. Fraktur dapat terjadi akibat:
1. Peristiwa trauma
Sebagian besar fraktur disebabkan oleh kekuatan yang tiba-tiba dan berlebihan, yang dapat
berupa pemukulan, penghancuran, penekukan, pemuntiran, atau penarikan. Bila terkena kekuatan
langsung, tulang dapat patah pada tempat yang terkena, jaringan lunaknya juga pasti rusak. Bila
terkena kekuatan tak langsung, tulang dapat mengalami fraktur pada tempat yang jauh dari
tempat yang terkena kekuatan itu, kerusakan jaringan lunak di tempat fraktur mungkin tidak ada.
1. Fraktur kelelahan atau tekanan
Keadaan ini paling sering ditemukan pada tibia atau fibula atau metatarsal, terutama pada atlet,
penari, dan calon tentara yang jalan berbaris dalam jarak jauh.
1. Fraktur patologik
Fraktur dapat terjadi oleh tekanan yang normal kalau tulang itu lemah (misalnya oleh tumor) atau
kalau tulang itu sangat rapuh (misalnya pada penyakit Paget).
Daya pemuntir menyebabkan fraktur spiral pada kedua tulang kaki dalam tingkat yang berbeda;
daya angulasi menimbulkan fraktur melintang atau oblik pendek, biasanya pada tingkatyang
sama. Pada cedera tak langsung, salah satu dari fragmen tulang dapat menembus kulit; cedera
langsung akan menembus atau merobek kulit diatas fraktur. Kecelakaan sepeda motor adalah
penyebab yang paling lazim.
1. D. KLASIFIKASI FRAKTUR TIBIA FIBULA
Klasifikasi fraktur pada tibia dan fibula:
1. Fraktur proksimal tibia
2. Fraktur diafisis
3. Fraktur dan dislokasi pada pergelangan kaki

FRAKTUR PROKSIMAL TIBIA


a)

Fraktur Infrakondilus Tibia

Fraktur Infrakondilus tibia terjadi sebagai akibat pukulan pada tungkai pasien yang mematahkan
tibia dan fibula sejauh 5cm di bawah lutut. Walaupun tungkai bawah dapat membengkak dalam
segala arah, namun biasanya terjadi pergeseran lateral ringan dan tidak ada tumpang tindih atau
rotasi. Fraktur tidak masuk ke dalam lututnya. Dapat dirawat dengan gips tungkai panjang, sama
seperti fraktur pada tibia lebih distal. Jika fragmen tergeser, dapat dilakukan manipulasi ke dalam
posisinya dan gunakan gips tungkai panjang selama 6 minggu. Kemudian dapat dilepaskan dan
diberdirikan denganmenggunakan tongkat untuk menahan berat badan.
b)

Fraktur Berbentuk T

Terjadi karena terjatuh dari tempat yang tinggi, menggerakkan korpus tibia ke atas diantara
kondilus femur, dan mencederai jaringan lunak pada lutut dengan hebat. Kondilus tibia dapat
terpisah, sehingga korpus tibia tergeser diantaranya. Traksi tibia distal sering dapat mereduksi
fraktur ini secara adekuat.
c)

Fraktur Kondilus Tibia(bumper fracture)

Fraktur kondilus lateralis terjadi karena adanya trauma abduksi terhadap femur dimana kaki
terfiksasi pada dasar. Fraktur ini biasanya terjadi akibat tabrakan pada sisi luar kulit oleh bumper
mobil, yang menimbulkan fraktur pada salah satu kondilus tibia, biasannya sisi lateral.
d)

Fraktur Kominutiva Tibia Atas

Pada fraktur kominutiva tibia atas biasanya fragmen dipertahankan oleh bagian periosteum yang
intak. Dapat direduksi dengan traksi yang kuat, kemudian merawatnya dengan traksi tibia distal.
FRAKTUR DIAFISIS
Fraktur diafisis tibia dan fibula lebih sering ditemukan bersama-sama. Fraktur dapat juga terjadi
hanya pada tibia atau fibula saja. Fraktur diafisis tibia dan fibula terjadi karena adanya trauma
angulasi yang akan menimbulkan fraktur tipe transversal atau oblik pendek, sedangkan trauma
rotasi akan menimbulkan trauma tipe spiral. Fraktur jenis ini dapat diklasifikasikan menjadi:
a)

Fraktur Tertutup Korpus Tibia pada Orang Dewasa

Dua jenis cedera dapat mematahkan tibia dewasa tanpa mematahkan fibula:
1) Jika tungkai mendapat benturan dari samping, dapat mematahkan secara transversal atau
oblik, meninggalkan fibula dalam keadaan intak, sehingga dapat membidai fragmen, dan
pergeseran akan sangat terbatas.

2) Kombinasi kompresi dan twisting dapat menyebabkan fraktur oblik spiral hampir tanpa
pergeseran dan cedera jaringan lunak yang sangat terbatas.
Fraktur jenis ini biasanya menyembuh dengan cepat. Jika pergeseran minimal, tinggalkan
fragmen sebagaimana adanya. Jika pergeseran signifikan, lakukan anestesi dan reduksikan.
b)

Fraktur Tertutup Korpus Tibia pada Anak-anak

Pada bayi dan anak-anak yang muda, fraktur besifat spiral pada tibia dengan fibula yang intak.
Pada umur 3-6 tahun, biasanya terjadi stress torsional pada tibia bagian medial yang akan
menimbulkan fraktur green stick pada metafisis atau diafisis proksimaldengan fibula yang intak.
Pada umur 5-10 tahun, fraktur biasanya bersifat transversaldengan atau tanpa fraktur fibula.
c)

Fraktur Tertutup Pada Korpus Fibula

Gaya yang diarahkan pada sisi luar tungkai pasien dapat mematahkan fibula secara transversal.
Tibianya dapat tetap dalam keadaan intak, sehingga tidak terjadi pergeseran atau hanya sedikit
pergeseran ke samping. Biasanya pasien masih dapat berdiri. Otot-otot tungkai menutupi tempat
fraktur, sehingga memerlukan sinar-X untuk mengkonfirmasikan diagnosis. Tidak diperlukan
reduksi, pembidaian, dan perlindungan, karena itu asalkan persendian lutut normal, biarkan
pasien berjalan segera setelah cedera jaringan lunak memungkinkan. Penderita cukup diberi
analgetika dan istirahat dengan tungkai tinggi sampai hematom diresorbsi.
d)

Fraktur Tertutup pada Tibia dan Fibula

Pada fraktur ini tungkai pasien terpelintir, dan mematahkan kedua tulang pada tungkai bawah
secara oblik, biasanya pada sepertiga bawah. Fragmen bergeser ke arah lateral, bertumpang
tindih, dan berotasi. Jika tibia dan fibula fraktur, yang diperhatikan adalah reposisi tibia.
Angulasi dan rotasi yang paling ringan sekalipun dapat mudah terlihat dan dikoreksi. Perawatan
tergantung pada apakah terdapat pemendekan. Jika terdapat pemendekan yang jelas, maka traksi
kalkaneus selama seminggu dapat mereduksikannya. Pemendekan kurang dari satu sentimeter
tidak menjadi masalah karena akan dikompensasi pada waktu pasien sudah mulai berjalan.
Sekalipun demikian, pemendekan sebaiknya dihindari.
1. E. PEMERIKSAAN KLINIS
Kulit mungkin tidak rusak atau robek dengan jelas, kadang-kadang kulit tetap utuh tetapi
melesak atau telah hancur, dan terdapat bahaya bahwa kulit itu dapat mengelupas dalam
beberapa hari. Kaki biasanya memuntir keluar dan deformitas tampak jelas. Kaki dapat menjadi
memar dan bengkak. Nadi dipalpasi untuk menilai sirkulasi, dan jari kaki diraba untuk menilai
sensasi. Pada fraktur gerakan tidak boleh dicoba, tetapi pasien diminta untuk menggerakkan jari
kakinya. Sebelum merencanakan terapi, perlu dilakukan penentuan beratnya cedera.
Pada anamnesis dalam kasus fraktur kondilus tibia terdapat riwayat trauma pada lutut,
pembengkakan dan nyeri serta hemartrosis. Terdapat gangguan dalam pergerakan sendi lutut.
Pada fraktur diafisis tulang kruris ditemukan gejala berupa pembengkakan, nyeri dan sering

ditemukan penonjolan tulang keluar kulit. Pada fraktur dan dislokasi sendi pergelangan kaki
ditemukan adanya pembengkakan pada pergelangan kaki, kebiruan atau deformitas. Yang
penting diperhatikan adalah lokaliasasi dari nyeri tekan apakah pada daerah tulang atau pada
ligament.
1. F. DIAGNOSIS
Menegakkan diagnosis fraktur dapat secara klinis meliputi anamnesis lengkap danmelakukan
pemeriksaan fisik yang baik, namun sangat penting untuk dikonfirmasikan denganmelakukan
pemeriksaan penunjang berupa foto rontgen untuk membantu mengarahkan danmenilai secara
objektif keadaan yang sebenarnya.
1. A. Anamnesa
Penderita biasanya datang dengan suatu trauma (traumatic fraktur), baik yang hebat maupun
trauma ringan dan diikuti dengan ketidakmampuan untuk menggunakan anggota gerak.
Anamnesis harus dilakukan dengan cermat, karena fraktur tidak selamanya terjadi di daerah
trauma dan mungkin fraktur terjadi ditempat lain. Trauma dapat terjadi karena kecelakaan lalu
lintas, jatuh dari ketinggian atau jatuh dikamar mandi pada orang tua, penganiayaan, tertimpa
benda berat, kecelakaan pada pekerja oleh karena mesin atau karena trauma olah raga. Penderita
biasanya datang karena nyeri, pembengkakan, gangguan fungsi anggota gerak, deformitas,
kelainan gerak, krepitasi atau datang dengan gejala-gejala lain.
1. B. Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan awal penderita, perlu diperhatikan adanya:

Syok, anemia atau perdarahan.

Kerusakan pada organ-organ lain, misalnya otak, sumsum tulang belakang atau organorgan dalam rongga toraks, panggul dan abdomen.

Faktor predisposisi, misalnya pada fraktur patologis (penyakit Paget).

Pada pemeriksaan fisik dilakukan:


Look (Inspeksi)

Deformitas: angulasi ( medial, lateral, posterior atau anterior), diskrepensi


(rotasi,perpendekan atau perpanjangan).

Bengkak atau kebiruan.

Fungsio laesa (hilangnya fungsi gerak).


Pembengkakan, memar dan deformitas mungkin terlihat jelas, tetapi hal yang penting
adalah apakah kulit itu utuh. Kalau kulit robek dan luka memiliki hubungan dengan fraktur,
cedera itu terbuka (compound).
Feel (palpasi)
Palpasi dilakukan secara hati-hati oleh karena penderita biasanya mengeluh sangat nyeri. Hal-hal
yang perlu diperhatikan:

Temperatur setempat yang meningkat

Nyeri tekan; nyeri tekan yang superfisisal biasanya disebabkan oleh kerusakan jaringan
lunak yang dalam akibat fraktur pada tulang.

Krepitasi; dapat diketahui dengan perabaan dan harus dilakukan secara hati-hati.

Pemeriksaan vaskuler pada daerah distal trauma berupa palpasi arteri radialis, arteri
dorsalis pedis, arteri tibialis posterior sesuai dengan anggota gerak yang terkena. Refilling
(pengisian) arteri pada kuku. Cedera pembuluh darah adalah keadaan darurat yang memerlukan
pembedahan.
Move (pergerakan)

Nyeri bila digerakan, baik gerakan aktif maupun pasif.

Gerakan yang tidak normal yaitu gerakan yang terjadi tidak pada sendinya.

Pada penderita dengan fraktur, setiap gerakan akan menyebabkan nyeri hebat sehingga uji
pergerakan tidak boleh dilakukan secara kasar, disamping itu juga dapat menyebabkan kerusakan
pada jaringan lunak seperti pembuluh darah dan saraf.
1. C. Pemeriksaan Penunjang
Sinar -X
Dengan pemeriksaan klinik kita sudah dapat mencurigai adanya fraktur. Walaupun demikian
pemeriksaan radiologis diperlukan untuk menentukan keadaan, lokasi serta eksistensi fraktur.
Untuk menghindari nyeri serta kerusakan jaringan lunak selanjutnya, maka sebaiknya kita
mempergunakan bidai yang bersifat radiolusen untuk imobilisasi sementara sebelum dilakukan
pemeriksaan radiologis.
Tujuan pemeriksaan radiologis:

Untuk mempelajari gambaran normal tulang dan sendi.

Untuk konfirmasi adanya fraktur.

Untuk mengetahui sejauh mana pergerakan dan konfigurasi fragmen serta pergerakannya.

Untuk mengetahui teknik pengobatan.

Untuk menentukan apakah fraktur itu baru atau tidak.

Untuk menentukan apakah fraktur intra-artikuler atau ekstra-artikuler.

Untuk melihat adanya keadaan patologis lain pada tulang.

Untuk melihat adanya benda asing.

Pemeriksaan dengan sinar-X harus dilakukan dengan ketentuan Rules of Two:

Dua pandangan

Fraktur atau dislokasi mungkin tidak terlihat pada film sinar-X tunggal dan sekurang-kurangnya
harus dilakukan 2 sudut pandang (AP & Lateral/Oblique).

Dua sendi

Pada lengan bawah atau kaki, satu tulang dapat mengalami fraktur atau angulasi. Tetapi angulasi
tidak mungkin terjadi kecuali kalau tulang yang lain juga patah, atau suatu sendi mengalami
dislokasi. Sendi-sendi diatas dan di bawah fraktur keduanya harus disertakan dalam foto sinar-X.

Dua tungkai

Pada sinar-X anak-anak epifise dapat mengacaukan diagnosis fraktur. Foto pada tungkai yang
tidak cedera akan bermanfaat.

Dua cedera

Kekuatan yang hebat sering menyebabkan cedera pada lebih dari 1 tingkat. Karena itu bila ada
fraktur pada kalkaneus atau femur perlu juga diambil foto sinar-X pada pelvis dan tulang
belakang.

Dua kesempatan

Segera setelah cedera, suatu fraktur mungkin sulit dilihat, kalau ragu-ragu, sebagai akibatresorbsi
tulang, pemeriksaan lebih jauh 10-14 hari kemudian dapat memudahkan diagnosis.
Pencitraan Khusus
Umumnya dengan foto polos kita dapat mendiagnosis fraktur, tetapi perlu dinyatakan apakah
fraktur terbuka atau tertutup, tulang mana yang terkena dan lokalisasinya, apakah sendi juga

mengalami fraktur serta bentuk fraktur itu sendiri. Konfigurasi fraktur dapat menentukan
prognosis serta waktu penyembuhan fraktur, misalnya penyembuhan fraktur transversal
lebihlambat dari fraktur oblik karena kontak yang kurang. Kadang-kadang fraktur atau
keseluruhan fraktur tidak nyata pada sinar-X biasa.Tomografi mungkin berguna untuk lesi spinal
atau fraktur kondilus tibia. CT atau MRI mungkin merupakan satu-satunya cara yang dapat
membantu, sesungguhnya potret transeksional sangat penting untuk visualisasi fraktur secara
tepat pada tempat yang sukar. Radioisotop scanning berguna untuk mendiagnosis fraktur-tekanan
yang dicurigai atau fraktur tak bergeser yang lain.
1. G.

TEKNIK PENANGANAN

Penatalaksanaan Fraktur :
Non Operatif
1. Reduksi
Reduksi adalah terapi fraktur dengan cara mengantungkan kaki dengan tarikan atau traksi.
2. Imobilisasi
Imobilisasi dengan menggunakan bidai. Bidai dapat dirubah dengan gips dalam 7-10 hari, atau
dibiarkan selama 3-4 minggu.
3. Pemeriksaan dalam masa penyembuhan
Dalam penyembuhan, pasien harus di evaluasi dengan pemeriksaan rontgen tiap 6 atau 8
minggu. Program penyembuhan dengan latihan berjalan, rehabilitasi ankle, memperkuat otot
kuadrisef yang nantinya diharapkan dapat mengembalikan ke fungsi normal
Operatif
Penatalaksanaan Fraktur dengan operasi, memiliki 2 indikasi, yaitu:
a. Absolut

Fraktur terbuka yang merusak jaringan lunak, sehingga memerlukan operasi dalam
penyembuhan dan perawatan lukanya.

Cidera vaskuler sehingga memerlukan operasi untuk memperbaiki jalannya darah di


tungkai.

Fraktur dengan sindroma kompartemen.

Cidera multipel, yang diindikasikan untuk memperbaiki mobilitas pasien, juga


mengurangi nyeri.

b. Relatif, jika adanya:

Pemendekan

Fraktur tibia dengan fibula intak

Fraktur tibia dan fibula dengan level yang sama

Adapun jenis-jenis operasi yang dilakukan pada fraktur tibia diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Fiksasi eksternal
a. Standar
Fiksasi eksternal standar dilakukan pada pasien dengan cidera multipel yang hemodinamiknya
tidak stabil, dan dapat juga digunakan pada fraktur terbuka dengan luka terkontaminasi. Dengan
cara ini, luka operasi yang dibuat bisa lebih kecil, sehingga menghindari kemungkinan trauma
tambahan yang dapat memperlambat kemungkinan penyembuhan. Di bawah ini merupakan
gambar dari fiksasi eksternal tipe standar.
b. Ring Fixators
Ring fixators dilengkapi dengan fiksator ilizarov yang menggunakan sejenis cincin dan kawat
yang dipasang pada tulang. Keuntungannya adalah dapat digunakan untuk fraktur ke arah
proksimal atau distal. Cara ini baik digunakan pada fraktur tertutup tipe kompleks. Di bawah ini
merupakan gambar pemasangan ring fixators pada fraktur diafisis tibia.
c. Open reduction with internal fixation (ORIF)
Cara ini biasanya digunakan pada fraktur diafisis tibia yang mencapai ke metafisis. Keuntungan
penatalaksanaan fraktur dengan cara ini yaitu gerakan sendinya menjadi lebih stabil. Kerugian
cara ini adalah mudahnya terjadi komplikasi pada penyembuhan luka operasi. Berikut ini
merupakan gambar penatalaksanaan fraktur dengan ORIF.
d. Intramedullary nailing
Cara ini baik digunakan pada fraktur displased, baik pada fraktur terbuka atau tertutup.
Keuntungan cara ini adalah mudah untuk meluruskan tulang yang cidera dan menghindarkan
trauma pada jaringan lunak.
2. Amputasi
Amputasi dilakukan pada fraktur yang mengalami iskemia, putusnya nervus tibia dan pada crush
injury dari tibia.
H. KOMPLIKASI

1) Infeksi
Infeksi dapat terjadi karena penolakan tubuh terhadap implant berupa internal fiksasi yang
dipasang pada tubuh pasien. Infeksi juga dapat terjadi karena luka yang tidak steril.
2) Delayed union
Delayed union adalah suatu kondisi dimana terjadi penyambungan tulang tetapi terhambat yang
disebabkan oleh adanya infeksi dan tidak tercukupinya peredaran darah ke fragmen.
3) Non union
Non union merupakan kegagalan suatu fraktur untuk menyatu setelah 5 bulan mungkin
disebabkan oleh faktor seperti usia, kesehatan umum dan pergerakan pada tempat fraktur.
4) Avaskuler nekrosis
Avaskuler nekrosis adalah kerusakan tulang yang diakibatkan adanya defisiensi suplay darah.
5). Kompartemen Sindrom
kompartemen sindrom merupakan suatu kondisi dimana terjadi penekanan terhadap syaraf,
pembuluh darah dan otot didalam kompatement osteofasial yang tertutup. Hal ini mengawali
terjadinya peningkatan tekanan interstisial, kurangnya oksigen dari penekanan pembuluh darah,
dan diikuti dengan kematian jaringan.
6) Mal union
Terjadi pnyambungan tulang tetapi menyambung dengan tidak benar seperti adanya angulasi,
pemendekan, deformitas atau kecacatan.
6) Trauma saraf terutama pada nervus peroneal komunis.
7) Gangguan pergerakan sendi pergelangan kaki.
Gangguan ini biasanya disebakan karena adanya adhesi pada otot-otot tungkai bawah.

Anda mungkin juga menyukai