Anda di halaman 1dari 32

12

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pendampingan Suami


2.1.1 Definisi
Pendampingan Suami adalah kehadiran suami dalam kamar bersalin
(Farrer, 2001). Kehadiran suami biasanya memberikan ketenteraman bagi istri
yang akan bersalin, Suami juga dapat memainkan peranan yang aktif dalam
memberikan dukungan fisik dan dorongan moral kepada istrinya. Pikiran
sehat suami bisa menjadi faktor yang sangat penting bagi wanita dalam proses
persalinannya (Farrer, 2001).
Dukungan suami kepada ibu saat bersalin merupakan bagian dari
dukungan sosial. Dukungan sosial secara psikologis di pandang sebagai hal
yang kompleks. Wortmen dan Dunkell Scheffer (dalam Abraham, 1997)
megidentifikasi beberapa jenis dukungan yang meliputi ekspresi peranan
positif, termasuk menunjukkan bahwa seseorang diperlukan dengan
penghargaan yang tinggi dan ekspresi persetujuan atau pemberitahuan tentang
ketepatan, keyakinan dan perasaan seseorang (Herawati Mansyur, 2013).
Dukungan keluarga, terutama suami, saat ibu melahirkan sangat
dibutuhkan, seperti kehadiran suami untuk mendampingi istri menjelang saat
melahirkan atau suami menyentuh tangan istri dengan penuh perasaan
sehingga istri akan merasa lebih tenang untuk menghadapi proses persalinan.
Selain itu, kata-kata yang mampu memotivasi dan memberikan keyakinan
pada ibu bahwa proses persalinan yang di jalani ibu akan berlangsung dengan

13

baik, sehingga ibu tidak perlu merasa cemas, tegang, atau ketakutan
(Mansyur, 2005).
Sebaiknya ada orang terdekat yang mendampingi saat bersalin
terutama bagi ibu yang mudah cemas dan takut. Yang paling diharapkan
adalah suami. Selain faktor kedekatan, suami pun diharapkan memahami
bahwa persalinan merupakan proses yang begitu berat sehingga ia akan lebih
menyayangi istrinya. Namun tak semua suami berani mendampingi, bisa
karena suami tak tega, tak kuat melihat ceceran darah, dan lainnya. Jika
demikian, pendampingan bisa dilakukan oleh orang tua atau sahabat yang
benar-benar dekat dengannya (Nakita, 2009).

2.1.2 Peran Suami Dalam Proses Persalinan


Suami memainkan banyak peran kunci selama masa kehamilan dan
persalinan istri serta setelah bayi lahir. Keputusan dan tindakan mereka
berpengaruh terhadap kesakitan dan kesehatan, kehidupan dan kematian ibu
dan bayinya. Pada negara-negara berkembang, kebanyakan ibu yang akan
melahirkan tidak dibantu oleh tenaga yang terlatih, melainkan ditolong oleh
dukun beranak atau anggota keluarga. Kehadiran tenaga terlatih selama
proses kelahiran dapat membuat suatu perbedaan antara kehidupan dan
kematian. Suami berperan dalam mempersiapkan tenaga terlatih agar hadir
pada saat persalinan dan membiayai pelayanan yang diberikan. Suami juga
harus mempersiapkan transportasi serta mencukupi perlengkapan yang
dibutuhkan (Rukiyah A.Y, 2009).

14

Keterlambatan sering kali berkontribusi terhadap kematian ibu


ketika terjadi komplikasi kehamilan. Tiga jenis keterlambatan yang
berisiko terhadap kesehatan ibu, yaitu terlambat untuk mencari
pertolongan, terlambat mendapatkan pelayanan pada fasilitas kesehatan,
dan terlambat mendapatkan pertolongan yang memadai pada fasilitas
kesehatan. Suami dan anggota keluarga lainnya memegang peranan yang
penting dalam mendapatkan pelayanan sesegera mungkin. Suami biasanya
menjadi pemegang keputusan ketika kondisi istri dalam keadaan
membutuhkan

pertolongan

kesehatan

segera.

Suami

juga

yang

memutuskan transportasi apa yang akan digunakan untuk mencapai tempat


pelayanan kesehatan. Suami dapat menghindari keterlambatan tersebut
dengan cara mengenali gejala-gejala persalinan imminen dan persalinan
dengan komplikasi (Lucianawaty, 2007).
Peran suami yang sudah memahami proses persalinan bila berada
di samping istri yang sedang bersalin sangat membantu kemantapan ibu
dalam menghadapi rasa sakit dan takut yang timbul. Pengurangan rasa
sakit (pain relief) dapat dilakukan dengan beberapa cara, antara lain
(Herawati 2014).
2.1.2.1

Berdasarkan hasil penelitian, pemberian dukungan fisik,


emosional, dan psikologis selama persalinan akan dapat
membantu mempercepat proses persalinan dan membantu ibu
memperoleh kepuasan dalam melalui proses persalinan normal
(Herawati 2014).

15

2.1.2.2

Metode mengurangi rasa nyeri yang dilakukan secara terus


menerus dalam bentuk dukungan harus dipilih yang bersifat
sederhana, biaya rendah, resiko rendah, membantu kemajuan
persalinan, hasil kelahiran bertambah baik, dan bersifat sayang
ibu. Beberapa teknik dukungan/pendekatan untuk mengurangi
rasa sakit dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut :
1.

Kehadiran seorang pendamping yang terus menerus,


sentuhan yang nyaman, dan dorongan dari orang yang
memberi dukungan.

2.

Perubahan posisi dan pergerakan.

3.

Sentuhan dan massase.

4.

Counterpressure untuk mengurangi tegangan pada ligamen.

5.

Pijatan ganda pada pinggul.

6.

Penekanan pada lutut.

7.

Kompres hangat dan kompres dingin.

8.

Berendam.

9.

Pengeluaran suara.

10. Visualisasi dan pemusatan perhatian (dengan berdoa ).


11. Musik yang lembut dan menyenangkan ibu (Herawati, 2014).
Suami atau pendamping persalinan lainnya dapat berperan
dalam mengurangi rasa sakit saat melahirkan, misalnya dengan
membimbing istri untuk melakukan pernafasan untuk menghilangkan
rasa sakit, memegang tangan istri, memberi semangat, atau memberi
bimbingan visualisasi agar istri tetap tenang (Chaerani, 2006).

16

Sewaktu
mempertimbangkan

mempersiapkan
peran

suami.

kelahiran
Suami

perlu

biasanya

ingin

sekali
turut

berpartisipasi dalam kelahiran anak mereka. Sekalipun suami tidak


terlibat dalam proses kelahiran, ia dapat:
1) Melakukan hal-hal yang mengalihkan perhatian selama proses
persalinan
2) Mengukur waktu kontraksi
3) Mengusap-usap punggung
4) Menjadi titik fokus dan bernapas bersama pada saat kontraksi
5) Menghibur dan memberi dorongan semangat (Baby-kids, 2005).
Menurut Anik Maryunani tahun 2010, sebagai pendamping ibu
yang akan bersalin, maka suami seharusnya membekali dirinya dengan
hal- hal berikut ini :
(1)

Siap mengajukan pertanyaan

(2)

Membawa bekal untuk diri sendiri

(3)

Mengetahui hal yang akan dihadapi

(4)

Bersikap fleksible

(5)

Menemukan pengalihan perhatian

(6)

Menjadi suporter ibu

(7)

Mengetahui kapasitas sebagai pendamping

(8)

Bersiap mengambil alih

(9)

Siap menunggu

(10)

Selalu mendampingi ibu

17

2.1.3 Peran pendamping suami selama proses persalinan pada setiap tahap /
kala persalinan (Anik.M.2010) :
2.1.3.1 Peran pendamping persalinan pada kala 1 persalinan
1.
Pendamping persalinan bisa membantu ibu
mengalihkan perhatian dari rasa nyeri yang sudah mulai
muncul. Misalnya, menemani ibu berjalan jalan, bercerita
2.

atau menonton televisi.


Pendamping persalinan bisa membuatkan
minuman segar yang nantinya berguna untuk memberi ekstra
energi dan mencegah dehidrasi. Pendamping persalinan bisa
selalu mengingatkan ibu untuk minum setiap beberapa jam

3.

sekali dan BAK setiap dua jam sekali


Pada saat nyeri atau kontraksi timbul,
pendamping persalinan bisa mengajak ibu berbicara sambil
memberikan pujian bila ibu berhasil melewati setiap kontraksi
yang terjadi.

4.

Pendamping persalinan bisa membantu ibu


untuk mengganti posisi tubuh ketika ibu mulai terlihat stres
atau lelah.

5.

Pendamping persalinan bisa memberikan pijatan


lembut dipunggung kaki atau pundak ibu.

2.1.3.2
1.
2.

Peran pendamping persalinan pada kala II persalinan.


Pendamping persalinan bisa membantu ibu untuk tetap berada
dalam posisi yang membuat ibu nyaman untuk melahirkan.
Pendamping persalinan bisa mengajak ibu berbicara selama
kontraksi dan pada saat mengedan serta memijat punggung ibu
bila memang ibu menginginkannya.

18

3.

Bila ibu menginginkan, ibu bisa meminta pendamping


persalinan menyemprotkan air atau menyeka wajah ibu dengan

4.

kain basah untuk menyegarkan ibu kembali.


Saat bayi mulai terlihat keluar dari jalan lahir, pendamping
persalinan bisa berkomunikasi dengan ibu melalui sentuhan
lembut dari pada mengajak ibu berbicara.

2.1.3.3

Peran pendamping persalinan pada kala III persalinan


1. Pendamping persalinan dapat memotong tali pusar sikecil begitu
bayi lahir, dan membantu membaringkannya ke atas dada ibu.
2. Pendamping persalinan bisa menggendong dan berkenalan
dengan sikecil yang baru lahir dan memberikan kecupan selamat
atas keberhasilan ibu melalui seluruh proses persalinan yang
melelahkan.
3. Bila ibu merasa lapar dan sudah diperbolehkan untuk makan,
pendamping persalinan bisa menyuapi makanan untuk ibu.
4. Pendamping persalinan bisa menemani selama ibu menyusui
bayi.
5. Pendamping persalinan bisa mengumandangkan adzan bagi bayi
untuk keluarga muslim.

2.1.4 Perbedaan Budaya Dan kehamilan


Secara universal ada tendensi timbulnya ritual seremonial sekeliling
kehidupan,

seperti

kehamilan,

Mengidentifikasi nilai - nilai

kelahiran,

pernikahan,

kematian.

budaya, berguna dalam merencanakan

perawatan yang sensitif sesuai budaya. Kehamilan adalah kejadian yang


membahagiakan dalam budaya yang memberi nilai terhadap anak. Ada

19

budaya yang menganggap bahwa kehamilan adalah sakit., ada yang


menganggap kehamilan adalah alamiah (Salmah Dkk, 2005 )
Sikap ibu hamil bervariasi tergantung budayanya, misalnya orang
Amerika yang berasal dari Afrika menganggap kehamilan itu adalah
kebahagiaan. Orang Amerika meksiko menganggap kehamilan itu adalah
kondisi alamiah. Kebanyakan anak anak diharapkan kehadirannya untuk
meneruskan keluarga dan nilai nilai budaya. Seorang perempuan yang
memberi anak terutama jenis kelamin laki laki akan mendapatkan status
yang lebuh tinggi. Hal ini terdapat pada keluarga Cina (Salmah dkk, 2005).
Dengan adanya kehamilan, hubungan pasangan tersebut dengan orang
tuanya menjadi lebih dekat. Kakek/nenek kadang kadang merasa tidak pasti
seberapa boleh mereka terlibat, seberapa ingin membantu, memberi nasehat
atau hadiah. Bagi kakek / nenek yang masih muda bisa terlibat membantu
bekerja atau kegiatan lain. Bagi kakek/ nenek peran mereka juga berubah
dalam kehidupannya, seperti sudah pensiun, keuangan, manuopose, kematian
teman dan lain lain yang bisa menimbulkan konflik dalalm struktur
perubahan keluargakarena pasangan yang hamil tersebut juga ingin
merasakan dan mengontrol situasi baru mereka sendiri. Penting bagi
pasangan yang masih muda untuk mendengarkan perbedaan yang ingin di
jelaskan oleh orang tuanya. Biasanya pasangan muda merasakan menerima
nasihat yang berlebihan, yang kadang kadang bisa mereka anggap sebagai
kritik atas asuhan mereka kepada bayi yang baru lahir. Sebaiknya pasangan
muda

mendiskusikan

masalah

perencanaannya (Salmah Dkk, 2005)

masalah

mereka

dan

menyetujui

20

Peran dari bantuan kakek / nenek ketika bayi dibawa pulang, perlu
diperjelas untuk memberikan situasi yang nyaman di rumah. Kadang kadang
diperlukan pendidikan kesehatan bagi kakek / nenek, agar bisa memberi
nasihat atau dukungan kepada orang tua baru (Salmah Dkk, 2005).
2.2 Kecemasan
2.2.1 Definisi Kecemasan
Kecemasan adalah respons emosi tanpa objek yang spesifik yang
secara subjektif dialami dan dikomunikasikan secara interpersonal.
Kecemasan adalah kebingungan, kekhawatiran pada sesuatu yang akan
terjadi dengan penyebab yang tidak jelas dan dihubungkan dengan perasaan
tidak menentu dan tidak berdaya (Suliswati.dkk, 2011).
Ansietas adalah kekhawatiran yang tidak jelas dan menyebar, yang
berkaitan dengan perasaan tidak pasti dan tidak berdaya. Keadaan emosi ini
tidak memiliki objek yang spesifik. Ansietas dialami secara subjektif dan
dikomunikasikan secara interpersonal (Gail.W.Stuart,2012).
Kecemasan berbeda dengan rasa takut, karakteristikrasa takut adalah
adanya objek/sumber yang spesifik dan dapat diidentivikasi serta dapat
dijelaskan oleh individu. Rasa takut terbentuk dari proses kognitif yang
melibatkan

penilaian

intelektual

terhadap

stimulus

yang

mengancam.ketakutan disebabkan olehhal yang bersifat fisik dan psikologis


ketika

individu

dapat

mengidentifikasi

dan

menggambarkannya

(Suliswati.dkk, 2011). Cemas adalah keadaan dimana seseorang mengalami


perasaan gelisah dan aktivasi sistem saraf otonom (Gail.W.Stuart, 2012).
2.2.2 Faktor Predisposisi Kecemasan

21

Berbagai teori telah dikembangkan untuk menjelaskan asal


kecemasan antara lain teori psikoanalisis, inter presonal, teori perilaku,teori
keluarga. Dan teori biologis (Gail.W.Stuart, 2011):
2.2.2.1 Teori psikoanalisis.
Dalam pandangan psikoanalisis kecemasan adalah konflik
emosional yang terjadi antara dua elemen kepribadian yaitu Id dan
Superego. Id mewakili dorongan insting dan impuls primitif seseorang,
sedangkan

Superego

mencerminkan

hati

nurani

seseorang

dan

dikendalikan oleh norma-norma budaya seseorang. Ego atau aku berfungsi


menengahi tuntutan-tuntutan dari dua elemen yang bertentangan tersebut,
dan fungsi kecemasan adalah meningkatkan Ego bahwa ada bahaya .
2.2.2.2 Teori interpersonal.
Menurut pandangan interpersonal kecemasan timbul dari
perasaan takut terhadap adanya penerimaan dan penolakan interpersonal,
kecemasan juga berhubungan dengan perkembangan trauma, seperti
kecemasan dan kehilangan menimbulkan kelemahan spesifik, orang yang
dengan harga diri rendah terutama akan mengalami kecemasan berat .

2.2.2.3 Teori perilaku.


Menurut pandangan perilaku kecemasan merupakan produk
frustasi, yaitu sesuatu yang mengganggu kemampuan seseorang untuk
mencapai tujuan yang tidak diinginkan. Pakar perilaku lain menganggap
kecemasan sebagai suatu dorongan untuk belajar berdasarkan keinginan
dari dalam untuk menghindari kepedihan. Pakar tentang pembelajaran

22

meyakini bahwa individu yang terbiasa dalam kehidupan dirinya


dihadapkan pada kekuatan yang berlebihan lebih sering menunjukkan pada
kehidupan selanjutnya
2.2.2.4 Teori keluarga.
Kajian keluarga menunjukkan bahwa gangguan kecemasan
merupakan hal yang biasa ditemui dalam suatu keluarga. Ada tumpang
tindih antara gangguan kecemasan dan depresi .
2.2.2.5 Teori biologi.
Kajian biologi menunjukkan bahwa otak mengandung reflektor
khusus untuk biodiazepines. Reseptor ini mungkin membantu mengatur
kecemasan. Penghambat Asam Amino Butirik Gama Neuroregulator
(GABA) juga mungkin memainkan peran utama dalam mekanisme
biologis berhubungan dengan kecemasan sebagaimana halnya dengan
endorphine, selain itu telah dibuktikan kesehatan umum seseorang
mempunyai akibat nyata sebagai faktor predisposisi terhadap kecemasan,
kecemasan mungkin disertai dengan gangguan fisik dan selanjutnya
menurunkan kapasitas seseorang untuk mengatasi stres .

2.2.3 Penyebab Ansietas


Meski penyebab ansietas belum sepenuhnya diketahui, namun
gangguan keseimbangan neurotransmitter dalam otak dapat menimbulkan
ansietas pada diri seseorang. Faktor genetik juga merupakan faktor yang
dapat menimbulkan gangguan ini. Ansietas terjadi ketika seseorang

23

mengalami kesulitan menghadapi situasi, masalah dan tujuan hidup (Gail


W stuart, 2012).
2.2.4 Faktor Presipitasi Kecemasan.
Stresor presipitasi adalah semua ketegangan dalam kehidupan yang
dapat mencetuskan timbulnya kecemasan (Suliswati, 2005). Stresor
presipitasi kecemasan dikelompokkan menjadi dua bagian, yaitu :
2.2.4.1 Ancaman terhadap integritas fisik. Ketegangan

yang

mengancam integritas fisik yang meliputi :


1. Sumber internal, meliputi kegagalan mekanisme fisiologis
sistem imun, regulasi suhu tubuh, perubahan biologis normal
2.

(misalnya : hamil).
Sumber eksternal, meliputi paparan terhadap infeksi virus dan
bakteri, polutan lingkungan, kecelakaan, kekurangan nutrisi,
tidak adekuatnya tempat tinggal.

2.2.4.2 Ancaman terhadap harga diri meliputi sumber internal dan eksternal
1. Sumber internal : kesulitan dalam berhubungan interpersonal di
rumah dan tempat kerja, penyesuaian terhadap peran baru.
Berbagai

ancaman

terhadap

integritas

fisik

juga

dapat

mengancam harga diri.


2. Sumber eksternal : kehilangan orang yang dicintai, perceraian,
perubahan status pekerjaan, tekanan kelompok, sosial budaya.
Faktor presipitasi dibedakan menjadi (Gail.W Stuart 2012) :
1) Ancaman
terhadap
integritas
seseorang

meliputi

ketidakmampuan fisiologis yang akan datang atau menurunnya


kapasitas untuk melakukan aktivitas hidup sehari-hari.
2) Ancaman
terhadap
sistem
diri
seseorang

dapat

membahayakan identitas , harga diri, dan fungsi sosial yang

24

terintegrasi seseorang.
2.2.5 Gejala Kecemasan.
Gejala kecemasan sangat kompleks. Berikut ini gejala kecemasan
seperti diuraikan oleh Infokes (2007) :
(1) Merasa bahwa mereka akan tertimpa musibah.
(2) Mudah tersinggung dan sulit untuk berteman.
(3) Stres dan sulit tidur di malam hari.
(4) Mengeluh palpitasi (denyut jantung yang cepat), perut sakit dan
diare.
(5) Tangan berkeringat dan gemetar.
(6) Buang air kecil menjadi sering
(7) Sangat pusing, kadang-kadang sampai pingsan.
(8) Tiba-tiba nafas mulai cepat seperti orang ketakutan.
(9) Tangan dan kaki merasa kesemutan dan kadang kejang.
(10) Kadang-kadang gejala-gejala cemas ini timbul secara mendadak
tanpa tanda-tanda awal dalam bentuk yang sangat berat yang
disebut dengan serangan panik (Infokes, 2007).
2.2.6

Sumber Koping Kecemasan


Individu dapat mengatasi stres dan ansietas dengan menggerakkan

sumber koping di lingkungan. Sumber koping tersebut yang berupa model


ekonomi, kemampuan penyelesaian masalah, dukungan sosial, dan
keyakinan

budaya

dapat

membantu

individu

mengintergrasikan

pengalaman yang menimbulkan stres dan mengadopsi strategi kopinng


yang berhasil (Gail W Stuart, 2007).

25

2.2.7

Tingkatan Kecemasan

Menurut ( Gail.W Stuart, 2012 ), tingkat ansietas sbb :


2.2.7.1 Ansietas ringan;
Berhubungan dengan ketegangan dalam kehidupan sehari-hari
dan menyebabkan seseorang menjadi waspada dan meningkatkan lahan
persepsinya. Ansietas memotivasi belajar dan menghasilkan pertumbuhan
dan kreativitas.
2.2.7.2 Ansietas sedang;
Memungkinkan seseorang untuk berfokus pada hal yang penting
dan mengesampingkan yang lain, sehingga seseorang mengalami
perhatian yang selektif namun dapat berfokus untuk melakukan sesuatu
yang lebih terarah.
2.2.7.3 Ansietas Berat;
Sangat mengurangi lahan persepsi seseorang. Seseorang cendrung
untuk memusatkan pada sesuatu yang terinci dan spesifik dan tidak dapat
berfikir tentang hal lain. Semua perilaku ditujukan untuk mengurangi
ketegangan. Orang tersebut memerlukan banyak pengarahan untuk dapat
memusatkan pada suatu area lain.
2.2.7.4 Tingkat Panik ;
Dari ansietas berhubungan dengan terperangah, ketakutan dan
teror. Rincian terpecah dari proporsinya, tidak mampu melakukan
sesuatu

walaupun dengan pengarahan. Panik melibatkan disorganisasi

kepribadian. Terjadi peningkatan


kemampuan

aktivitas

motorik,

menurunnya

berhubungan dengan orang lain, persepsi menyimpang,

kehilangan pemikiran rasional.


2.2.8 Pengukuran tingkat kecemasan

26

Test kecemasan dengan pertanyaan langsung, mendengarkan


kriteria penderita, serta mengobservasinya terutama perilaku non verbal.
Ini sangat berguna dalam menentukan adanya kecemasan dan untuk
mengetahui tingkatannya. Penting untuk diketahui adalah adanya tandatanda tremor, tatapan mata kurang atau menerawang, kurang senyum, otototot muka lebih mudah dikontrol. Oleh karena itu penderita dapat saja
berpura-pura tidak cemas, tetapi gerakan lain seperti tersebut diatas kurang
dapat dikontrol.
Pengukuran tingkat kecemasan dapat diukur dengan menggunakan
skala Hamilton Anxiety Rating Scale (HARS) (Nursalam, 2008:179).
Adapun penilaian HARS adalah:
0 : tidak ada (tidak ada gejala sama sekali)
1 : ringan (satu gejala dari pilihan yang ada)
2 : sedang (separuh dari gejala yang ada)
3 : berat (lebih dari separuh dari gejala yang ada)
4 : sangat berat (semua gejala ada)
Sedangkan derajat kecemasan dikategorikan dengan cara:
Score :
<6 (tidak ada kecemasan)
6-14 (kecemasan ringan)
berat)

15-27 (kecemasan sedang)


>27

(kecemasan

27

Lembar kuisioner HARS Hamilton Anxiety Rating Scale


Beri tanda chek ( ) pada kotak jawaban ( ) yang disediakan pada masingmasing pertanyaan sesuai dengan apa yang Anda rasakan selama proses persalinan

1.

Perasaan cemas
Diisi oleh peneliti
Cemas
Firasat buruk
Takut akan pikiran sendiri
Mudah tersinggung.

2.

Ketegangan
Merasa tegang
Lesu
Mudah terkejut
Mudah menangis
Gemetar
Gelisah

28

3.

Ketakutan
Terhadap gelap
Terhadap orang asing
Bila ditinggal sendiri
Terhadap kerumunan orang banyak
Terhadap keramaian lau lintas
Terhadap binatang besar

4.

Gangguan Tidur
Sukar tidur
Terbangun malam hari
Tidak pulas
Bangun dengan lesu
Mimpi-mimpi
Mimpi buruk
Mimpi yang menakutkan

5.

Gangguan kecerdasan
Sukar berkonsentrasi
Daya ingat buruk

6.

Perasaan tertekan ( Depresi )


Hilangnya minat
Sedih
Kurangnya kesenagan / Hobi
Bangun dini hari
Perasaan berubah sepanjang hari

7.

Otot-otot
Nyeri pada otot
Keditan otot
Gerakan gigi

29

Rasa tidak stabil


8.

Gejala Sensorik
Tinitus (telinga berdenging)
Penglihatan kabur
Muka merah / pucat
Perasaan lemah
Perasaan ditusuk-tusuk

9.

Gejala Kardiovaskular (jantung)


Jantung berdebar-debar
Nyeri dada
Denyut nadi meningkat
Rasa lemah seperti mau pingsan
Detak jantung hilang ( berhenti sekejap )

10. Gangguan Urogenital


Sering kencing
Tidak dapat menahan kencing
Amenorhoe / tidak datang bulan
Menorahgi / datang bulan banyak
Frigiditas / tidak ada nafsu seksual
Ereksi lemah atau tidak dapat ereksi
11.

Gejala Pernafasan
Rasa tertekan didada
Perasaan tercekik
Sering menarik nafas panjang
Merasa nafas pendek / sesak

30

12.

Gejala Gastrointestinal
Sulit Menelan
Sukar buang air besar
Gangguan pencernaan
Nyeri lambung sebelum dan sesudah makan
Pernafasan perut
Perut tersa penuh dan kembung
Mual dan Muntah
Buang air besar lembek
Konstipasi (feses mengeras, tidak dapat buang air besar)

13. Gangguan Otonom / Vegetatif


Mulut kering
Muka merah
Mudah berkeringat
Pusing / sakit kepala
Bulu roma berdiri
14. Perilaku sewaktu wawancara
Gelisah
Tidak tenang
Jari tremor / gemetar
Mengkrutkan dahi
Muka tegang
Tonus otot meningkat
Nafas pendek dan cepat

Jumlah skor : . . . .
Kesimpulan :

Tidak ada kecemasan


Kecemasan ringan

31

Kecemasan sedang
Kecemasan berat

2.2.9

Rentang Respons
Gambar 2-2 Rentang Respons Kecemasan (Gail W Stuart, 2012)

Respons adaptif

Antisipasi

Respons maladaptive

Ringan

Sedang

Berat

Panik

Ciri-ciri ansietas yaitu :


2.2.9.1 Ansietas Ringan
Lebih waspada, gerakan mata, ketajaman pendengaran
bertambah, dan kesadaran meningkat.
2.2.9.2 Ansietas Sedang
Berfokus

pada

dirinya

(penyakitnya).

Menurunnya

32

perhatian terhadap lingkungan secara terperinci.


2.2.9.3 Ansietas Berat
Perubahan

pola

pikir,

ketidak

selarasan

pikiran,

tindakan dan perasaan. Lapangan persepsi menyempit.


2.2.9.4 Panik
Persepsi

terhadap

lingkungan

mengalami

distorsi;

ketidakmampuan memahami situasi; respon tidak dapat


diduga; aktivitas motorik yang tidak menentu.

2.2.10 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kecemasan


1. Pengalaman
Stuart menganggap bahwa pengalaman mempengaruhi tingkat
kecemasan. Pada cemas ringan individu dapat menginterprestasikan
pengalaman masa lalu, saat ini dan masa datang. Pada cemas sedang
memandang saat ini dengan arti masa lalu. Pada tingkat panik,
individu tidak mampu menginte-grasikan pengalaman, dapat terfokus
hanya pada hal saat ini (Gail.W.Stuart, 2012).
2. Pendidikan.
Pendidikan mempengaruhi status kesehatan mental seseorang
individu dengan tingkat pendidikan rendah memiliki faktor resiko
terjadi gangguan mental dibandingkan seseorang dengan yang
berpendidikan lebih tinggi (Gail.W.Stuart, 2012).
3. Pendapatan.

33

Pendapatan yang rendah memiliki kecenderungan timbul


gejala gangguan psikiatri yang lebih besar dibandingkan dengan yang
memiliki pendapatan yang lebih besar (Gail.W.Stuart, 2012).
4. Jenis kelamin.
Jenis kelamin berpengaruh terhadap terjadinya gangguan
mental seseorang karena antara laki-laki dan perempuan mempunyai
cara penyelesaian masalah yang berbeda-beda (Gail.W.Stuart, 2012 ).

5. Suku.
Kebudayaan

mempengaruhi

terhadap

gangguan

psikis

seseorang karena setiap suku memiliki metode penyelesaian masalah


yang berbeda ( Gail.W.Stuart, 2012).
6. Umur.
Dibandingkan dengan kelompok umur yang lebih muda, orang
yang lebih tua lebih cepat mengatasi problem kejiwaan dan dapat
mengantisipasi bila masalah yang dihadapi timbul kembali ( Gail.W.
Stuart, 2012).
7. Sistem kepercayaan.
Setiap jenis sistem kepercayaan mempunyai perbedaan dalam
metode penyelesaian masalah terhadap gangguan psikiatri, respon
adaptif dari sistem Kepercayaan dapat meningkatkan imolitas dan
kecepatan perbaikan suatu masalah ( Gail.W.Stuart, 2012: 161-162 )

34

Ann Issacs (2005) dalam buku Gail.W.Stuart menjelaskan


faktor-faktor yang mempengaruhi respon seseorang terhadap stres dan
ansietas, antara lain :
1. Usia, maturitas perkembangan, atau keduanya
2. Status kesehatan jiwa dan fisik
3. Predisposisi genetic (misalnya peningkatan sensitivitas terhadap
stres)
4. Makna yang dirasakan (stres dapat dianggap membahayakan,
mengancam atau menantang)
5. Nilai-nilai budaya dan spiritual
6. Dukungan sosial dan lingkungan
7. Respon koping yang dipelajari (Gail.W.Stuart 2012).
7.2

Konsep Persalinan (Partus)


2.3.1 Pengertian.
Persalinan adalah proses untuk mendorong keluar (ekspulsi) hasil
pembuahan (yaitu, janin yang viable, plasenta dan ketuban) dari dalam
uterus lewat vagina ke dunia luar (Farrer, 2001: 118).
Persalinan dan kelahiran adalah merupakan kejadian fisiologis
yang normal, kelahiran seorang bayi juga merupakan peristiwa social yang
ibu daan keluarga menantikannya selama Sembilan bulan. Ketika
persalinan di mulai peranan ibu adalah melahirkan bayinya dan peran
petugas adalah memantau persalinan untuk mendeteksi dini adanya
komplikasi di samping itu bersama keluarga memberikan bantuan dan
dukungan pada ibu bersalin. (Saifuddin :2007).

35

Persalinan normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi


pada kehamilan cukup bulan (37-42 minggu). Lahir spontan dengan
presentasi belakang kepala yang berlangsung tidak lebih dari 18 jam tanpa
komplikasi baik bagi ibu maupun janin. (Sarwono:2002).
Persalinan adalah proses dimana bayi, plasenta dan selaput
ketuban keluar dari uterus ibu. Persalinan dianggap normal jika prosesnya
terjadi pada usia kehamilan cukup bulan (setelah 37 minggu) tanpa disertai
adanya penyulit. Persalinan di mulai (inpartu) sejak uterus berkontraksi
dan menyebabkan perubahan pada serviks (membuka dan menipis) dan
berakhir dengan lahirnya plasenta secara lengkap. Ibu belum inpartu jika
kontraksi uterus tidak mengakibatkan perubahan serviks (Rukiyah; Ai
yeyeh; dkk, 2009).
2.3.1.1

Bentuk persalinan berdasarkan teknik :


1. Persalinan spontan, yaitu persalinan berlangsung dengan
kekuatan ibu sendiri dan melalui jalan lahir.
2. Persalinan buatan, yaitu persalinan dengan tenaga dari luar
dengan ekstraksi forceps, ekstraksi vakum dan sectio sesaria
3. Persalinan anjuran yaitu bila kekuatan yang diperlukan untuk
persalinan ditimbulkan dari luar dengan jalan pemberian
rangsang. (Rukiyah; Ai yeyeh; dkk, 2009).

2.3.1.2 Persalinan berdasarkan umur kehamilan :


1) Abortus adalah terhentinya proses kehamilan sebelum janin
dapat

hidup (viable), berat janin di bawah 1.000 gram atau

usia kehamilan di bawah 28 minggu.

36

2) Partus prematurus adalah persalinan dari hasil konsepsi pada


umur kehamilan 28-36 minggu. Janin dapat hidup, tetapi
prematur; berat janin antara 1.000-2.500 gram.
3) Partus matures/aterm (cukup bulan) adalah partus pada umur
kehamilan 37-40 minggu, janin matur, berat badan di atas
2.500 gram.
4) Partus postmaturus (serotinus) adalah persalinan yang terjadi 2
minggu atau lebih dari waktu partus yang ditaksir, janin
disebut postmatur.
5) Partus presipitatus adalah partus yang berlangsung cepat,
mungkin di kamar mandi, di atas kenderaan, dan sebagainya.
6) Partus percobaan adalah suatu penilaian kemajuan persalinan
untuk memperoleh bukti tentang ada atau tidaknya Cephalo
pelvic Disproportion (CPD) (Rukiyah; Ai yeyeh; dkk, 2009).
2.3.2

Tahap persalinan
Persalinan dibagi menjadi 4 tahap. Pada kala I serviks membuka

dari 0 sampai 10 cm. Kala I dinamakan juga kala pembukaan. Kala II


disebut juga dengan kala pengeluaran, oleh karena kekuatan his dan
kekuatan mengedan, janin di dorong keluar sampai lahir. Dalam kala III
atau disebut juga kala uri, plasenta terlepas dari dinding uterus dan
dilahirkan. Kala IV mulai dari lahirnya plasenta sampai 2 jam kemudian.
Dalam kala tersebut diobservasi apakah terjadi perdarahan post partum.
(Rohani; dkk, 2011).
2.3.2.1

Kala I (Kala Pembukaan)

37

Inpartu ditandai dengan keluarnya lendir bercampur darah karena


serviks mulai membuka dan mendatar. Darah berasal dari pecahnya
pembuluh darah kapiler sekitar kanalis servikalis karena pergeseranpergeseran, ketika serviks mendatar dan membuka.
Kala I persalinan dimulai sejak terjadinya kontraksi uterus dan
pembukaan serviks, hingga mencapai pembukaan lengkap (10 cm).
Persalinan kala I dibagi menjadi 2 fase, yaitu fase laten dan fase aktif.
1. Fase laten, dimana pembukaan serviks berlangsung lambat
dimulai sejak awal kontraksi yang menyebabkan penipisan dan
pembukaan secara bertahap sampai pembukaan 3 cm,
berlangsung dalam 7-8 jam.
2.

Fase aktif (pembukaan serviks 4-10 cm), berlangsung selama


6 jam dan dibagi dalam 3 subfase.
1)

Periode akselerasi : berlangsung selama 2 jam,


pembukaan menjadi 4 cm.

2)

Periode dilatasi maksimal : berlangsung selama 2 jam,


pembukaan berlangsung cepat menjadi 9 cm.

3) Periode deselerasi : berlangsung lambat, dalam 2 jam


pembukaan jadi 10 cm atau lengkap.
Pada fase aktif persalinan, frekuensi dan lama kontraksi uterus
umumnya meningkat (kontraksi dianggap adekuat jika terjadi tiga kali atau
lebih dalam waktu 10 menit dan berlangsung selama 40 detik atau lebih)
dan terjadi penurunan bagian terbawah janin. Berdasarkan kurve

38

Friedman, diperhitungkan pembukaan pada primigravida 1 cm/jam dan


pembukaan multigravida 2 cm/ jam.
Mekanisme membukanya serviks berbeda antara primigravida dan
multigravida. Pada primigravida, ostium uteri internum akan membuka
lebih dulu, sehingga serviks akan mendatar dan menipis, kemudian ostium
internum sudah sedikit terbuka. Ostium uteri internum dan eksternum serta
penipisan dan pendataran serviks terjadi dalam waktu yang sama.

2.3.2.2 Kala II (Kala Pengeluaran Janin)


Kala II persalinan dimulai ketika pembukaan serviks sudah
lengkap (10 cm) dan berakhir dengan lahirnya bayi. Kala II pada primipara
berlangsung selama 2 jam dan pada multipara 1 jam.
Tanda dan gejala kala II
1. His semakin kuat, dengan interval 2 sampai 3 menit.
2. Ibu merasa ingin meneran bersamaan dengan terjadinya
kontraksi.
3. Ibu merasakan makin meningkatnya tekanan pada rektum
dan/atau vagina.
4. Perineum terlihat menonjol.
5. Vulva-vagina dan sfingter ani terlihat membuka.
6. Meningkatan pengeluaran lendir dan darah.
Diagnosis kala II ditegakkan atas dasar pemeriksaan dalam yang
menunjukkan :

39

1). Pembukaan serviks telah lengkap.


2). Terlihat bagian kepala bayi pada introitus vagina.
2.3.2.3 Kala III (Kala Pengeluaran Plasenta)
Kala III persalinan dimulai setelah lahirnya bayi dan berakhir
dengan lahirnya plasenta dan selaput ketuban. Seluruh proses biasanya
berlangsung 5-30 menit setelah bayi lahir.

Perubahan psikologis kala III


1. Ibu ingin melihat, menyentuh, dan memeluk bayinya.
2. Merasa gembira, lega, dan bangga akan dirinya; juga merasa
sangat lelah.
3.
1.3.2.4

Memusatkan diri dan kerap bertanya apakah vagina perlu dijahit.


Kala IV (Kala Pengawasan)
Kala IV dimulai setelah lahirnya plasenta dan berakhir 2 jam

setelah proses tersebut. Observasi yang harus dilakukan pada kala IV :


1.

Tingkat kesadaran.

2.

Pemeriksaan tanda-tanda vital: tekanan darah, nadi,dan


pernapasan.

3.

Kontraksi uterus.

4.

Terjadinya perdarahan. Perdarahan dianggap masih normal


jika jumlahnya tidak melebihi 400 sampai 500 cc.

40

Asuhan dan pemantauan pada kala IV


1) Kontraksi uterus harus baik.
2) Tidak ada perdarahan pe vaginam.
3) Plasenta dan selaput ketuban harus sudah lahir lengkap.
4) Kandung kemih harus kosong.
5) Luka perineum harus di rawat dan tidak ada hematoma.
6) Keadaan umum ibu harus stabil (Anik maryunani 2010:54).

2.3.3

Faktor-faktor utama dalam Persalinan Spontan


Faktor-faktor yang terlibat dalam persalinan spontan menurut
(Anik Maryunani 2010) adalah:
2.3.3.1

Power (tenaga)
Tenaga utama pada persalinan adalah tenaga atau kekuatan yang

dihasilkan oleh kontraksi dan retraksi otot-otot rahim dan rasa pulas yang
terjadi dengan sendirinya, tanpa dibantu obat obatan, yang diukur
menurut intensitas, lama dan frekuensi kontraksi uterus..
2.3.3.2

Passage (Jalan lahir)


Janin harus berjalan lewat rongga panggul, serviks dan vagina

sebelum dilahirkan. Untuk dapat dilahirkan, janin harus mengatasi pula


tahanan atau resistensi yang ditimbulkan oleh struktur dasar panggul
dilatasi servik/ leher rahim membuka lengkap sampai pembukaan 10 cm.
2.3.3.3

Passenger

41

Passenger utama lewat jalan lahir adalah janin, dan bagian janin
yang paling penting (karena ukurannya paling besar) adalah kepala janin.
Ukuran kepala lebih lebar daripada bahu dan kurang lebih seperempat dari
panjang bayi. Sembilan puluh enam persen bayi dilahirkan dengan bagian
kepala lahir pertama (Farrer, 2001).
2.3.4

Tanda-tanda Mulainya Persalinan


Tanda-tanda mulainya persalinan adalah:
2.3.4.1

His / kontraksi
His/kontraksi uterus yang terjadi secara teratur dan menimbulkan

ketidaknyamanan serta kadang-kadang nyeri, merupakan tanda persalinan


yang sebenarnya kalau his tersebut berlanjut terus dan semakin meningkat
frekuensinya. His dapat dirasakan oleh pemeriksa ketika uterus menjadi
keras dan tegang.
2.3.4.2

Show
Istilah show diartikan sebagai keadaan terlihatnya mucus atau

lendir (acapkali lendir tersebut mengandung bercak darah) yang keluar


dari vagina.
2.3.4.3

Dilatasi serviks
Dilatasi os servisis eksterna yang terjadi secara bertahap

merupakan indikator yang menunjukkan kemajuan persalinan kalau proses


persalinan tersebut disertai dengan kontraksi uterus. Dilatasi uterus
diketahui atau dipastikan dengan pemeriksaan pervaginam.
2.3.4.4

Engagement presenting part

42

Presenting part (yang biasanya kepala janin) akan mengalami


engagement atau terbenam ke dalam panggul. Pada primigravida,
peristiwa ini terjadi 3-4 minggu sebelum proses persalinan dimulai.
Dinding abdomen pada multipara tidak begitu kencang sehingga
engagement baru terjadi setelah proses persalinan dimulai.
2.3.4.5

Pembentukan tonjolan ketuban


Pembentukan tonjolan ketuban atau bag of forewater (cairan

amnion / ketuban yang terperangkap dalam serviks di depan presenting


part) dapat diraba oleh pemeriksa melalui pemeriksaan pervaginam
(Farrer, 2001: 125)

2.4

Pengaruh Pendampingan Suami Terhadap Tingkat Kecemasan Istri


Selama Proses Persalinan
Kehadiran suami biasanya memberikan ketenteraman bagi istri
yang akan bersalin. Suami juga dapat memainkan peranan yang aktif
dalam memberikan dukungan fisik dan dorongan moral kepada istrinya.
Pikiran sehat suami bisa menjadi faktor yang sangat penting bagi wanita
dalam proses persalinannya (Farrer, 2001).
Selain faktor kedekatan, sang suami diharapkan memahami
bahwa persalinan merupakan proses yang begitu berat sehingga ia akan
lebih menyayangi istrinya. Suami atau pendamping persalinan lainnya
dapat berperan dalam mengurangi rasa sakit saat melahirkan, misalnya
dengan

membimbing

istri

untuk

melakukan

menghilangkan rasa sakit, memegang tangan

pernafasan

untuk

istri, memberi semangat,

43

atau memberi bimbingan visualisasi agar istri tetap tenang (Chaerani,


2006).
Berbagai peranan suami tersebut jika dilakukan dengan baik
maka dapat menimbulkan rasa nyaman bagi istri yang sedang melahirkan,
dengan demikian pendapingan suami selama proses persalinan istrinya
diharapkan dapat menurunkan perasaan cemas pada istri. (Herawati
Mansyur2014 ).

Anda mungkin juga menyukai