jam. Pada keadaan tertentu sehingga urin harus dikirim pada tempat yang jauh
danatau tidak ada lemari es, bisa gunakan pengawet.
c. Cara Pengumpulan Sampel
Metode yang sering digunakan adalah pengumpulan seluruh urin ketika
berkemih pada suatu saat.
Kateterisasi, dapat dilakukan untuk:
- Pasien yang sukar kencing.
- Pasien wanita, untuk menghindari kontaminasi discharge vagina terutama saat
menstruasi. Namun penggunaan kateter ini bukan merupakan prosedur
pengumpulan yang rutin, karena dapat menimbulkan risiko infeksi.
Punksi suprapubik, dapat dilakukan untuk :
- Menghindari kontaminasi uretral dan vaginal.
- Pasien bayi dan anak kecil.
- Studi sitologi.
Clean Catch atau Clean Voided Midstream adalah merupakan metode terpilih,
dapat dilakukan untuk:
- Tes bakteriologi. Cara memperolehnya: genitalia eksterna dicuci terlebih dahulu
dengan larutan antiseptik khusus. Aliran urin pertama dibuang, lalu diambil aliran
urin tengah atau midstream urine yang ditampung dalam wadah steril. Aliran urin
akhir juga dibuang.
- Tes urin rutin. Langsung diambil midstream urine (urin aliran tengah) yang
ditampung dalam wadah bersih dan kering.
d. Jenis Sampel
Sampel urin yang dipakai untuk urinalisis :
Urin sewaktu adalah urin yang dikeluarkan pada satu waktu yang tidak
ditentukan secara khusus.
Urin pagi adalah urin yang pertama dikeluarkan pada pagi hari setelah bangun
tidur. Baik untuk pemeriksaan sedimen, berat jenis (Bj), protein dan untuk tes
kehamilan berdasarkan adanya hormon human chorionic gonadotropin (HCG).
Urin post prandial : Pasien disuruh berkemih sebelum makan pagi hari, porsi
tersebut dibuang kemudian urin ditampung setelah 2 jam makan. Porsi urin kedua
ini digunakan untuk memeriksa glukosa dan pemantauan pengobatan insulin pada
penderita diabetes melitus.
Timed specimen atau sampel terjadwal :
-
Urin 3 gelas dan urin 2 gelas : berguna untuk memberikan gambaran letak
radang atau lesi yang terdapat pada saluran kemih pria.
e. Pengawet
Untuk melindungi sampel urin 24 jam dari dekomposisi dan kontaminasi
maka urin diberi bahan pengawet. Macam-macam pengawet urin antara lain
sebagai berikut :
Toluen : menghambat perombakan urin oleh kuman. Digunakan 2 5 ml toluen
untuk mengawetkan urin 24 jam. Dipakai sebagai pengawet glukosa, aseton, dan
asam aseto asetat.
Timol : sebutir timol mempunyai daya pengawet seperti toluen. Dipakai sebagai
pengawet sedimen.
Formaldehid dan kloroform : digunakan 1 2 ml larutan forma
ldehid 40% (formalin) atau 50 tetes larutan kloroform untuk mengawetkan urin
24 jam. Dipakai untuk mengawetkan sedimen.
Asam sulfat pekat : sebagai pengawet untuk penetapan kuantitatif kalsium,
nitrogen (N) dan zat anorganik lainnya. Diberikan dalam jumlah tertentu sehingga
pH urin tetap < 4,5 yang dikontrol dengan kertas nitrazin. Reaksi asam mencegah
terlepasnya unsur N dalam bentuk amoniak dan mencegah terjadinya endapan
kalsium fosfat.
Natrium karbonat : digunakan 5 g Natrium karbonat bersama beberapa ml
toluen. Khusus untuk mengawetkan urobilinogen.
Asam hidroklorida 10 ml atau asam borat 50 g digunakan sebagai pengawet urin
24 jam untuk mencegah dekomposisi bahan/zat pada medium alkali.
Macam-macam metode pemeriksaan protein :
1. Cara Kualitatif (pembacaan hasil berdasarkan positif dan negatif) :
- Bang
- Osgood
- Reaksi Heller
- Hoopkins cold
- Boedeker
2. Cara semi kualitatif (pembacaan berdasarkan positif/negatif dan disertai
kadar secara kasar) :
- Sulfosalisil 20%
- Asam Asetat 6%
3. Cara kualitatif (pembacaan hasil berdasarkan kadar/jumlah protein di dalam
urine) :
- Esbach
- Modifikasi Tsuchiya
- Asam Sulosalisil 3%
Metode Bang
JNC 7
Literatur
review
yang
JNC 8
tidak Critical questions dan review criteria
oleh
para
ahli
dari
yang berlaku.
Menetapkan hipertensi ke dalam Tidak menetapkan prehipertensi dan
kriteria
pre-hipertensi
hipertensi
Tujuan terapi
thresholds
pemberian
terapi
farmakologi
Menetapkan tujuan terapi secara Menetapkan tujuan terapi yang sama
terpisah
yaitu
untuk
disertai
bukti
yang
kuat
untuk
Rekomendasi
penyakit komorbid
Rekomendasi yang
subpopulasi tertentu
diberikan Rekomendasi
yang
Gaya Hidup
telah
didukung
diberikan
sejumlah
bukti
Terapi
farmakologi
yang
dapat
dalam terapi awal tetapi terapi spesifik (ACEI atau ARB, CCB atau
yang paling direkomendasikan diuretik), dan dosis obat berdasarkan
untuk hipertensi tanpa komplikasi penelitian RCT.
adalah thiazide-obat type diuretik Rekomendasi obat untuk kondisi ras
dibandingkan kelas obat yang tertentu, CKD dan DM berdasarkan
lain.
Beberapa terapi hipertensi yang Panel terapi obat yang dibuat dalam
spesifik di indikasikan khusus tabel merupakan hasil dari clinical trial
pada
hipertensi
jantung,
infraction,
tinggi
stroke,
memiliki
myocardial efektivitasnya
dan
resiko
CVD(termasuk
tabel
efikasi
dan
Ruang
topic yang dibahas masalah yaitu metode pengukuran menjawab beberapa pertanyaan yang
tekanan
darah,
evaluasi
pasien,
hipertensi
sekunder,
kepatuhan
terhadap
ulasan Di ulas oleh National High Blood Diulas oleh para ahli yang terdiri
sampai
Pressure
Education
terpublikasi
dan
organisasi
golongan obat kedua dari salah satu golongan obat pada rekomendasi 6
(diuretik tipe thiazide, CCB, ACEI atau ARB). Dokter harus terus menilai
perkembangan TD dan menyesuaikan regimen obat antihipertensi sampai TD
yang diinginkan dapat dicapai. Jika target tekanan darah tidak dapat dicapai
dengan pengunaan 2 jenis golongan obat antihipertensi, dapat dilakukan
penambahan dan titrasi obat ke 3 dari daftar yang telah tersedia. Jangan pernah
mengunakan obat ACEI dan ARB secara bersamaan pada 1 orang pasien. Jika
target tekanan darah tetap tidak dapat dicapai mengunakan terapi obat pada
rekomendasi 6 karena ada kontraindikasi obat atau membutuhkan lebih dari 3
jenis obat, maka obat dari golongan antihipertensi lainnya dapat digunakan.
Rujukan ke spesialis perlu dilakukan jika pasien tidak dapat mencapai target
tekanan darah mengunakan strategi yang di atas atau perlu dilakukan
managemen komplikasi pada pasien.
Dosis obat hipertensi JNC 8
Obat Antihipertensi
Inisial
Dosis Target
Jumlah
Dosis Harian, mg
RCT, mg
Obat / Hari
ACE inhibitors
1. Captopril
50
2. Enalapril
5
3. Lisinopril
10
Angiotensi receptor blockers (ARB)
1. Eprosartan
400
2. Candesartan
4
3. Losartan
50
4. Valsartan
40-80
5. Irbesartan
75
-Blockers
1. Atenolol
25-50
2. Metoprolol
50
Calcium Channel Blockers
1. Amlodipine
2,5
2. Diltiazem
extended 120-180
release
3. Nitredipine
Thiazide-type diuretics
1. Bendroflumethiazide
2. Chlorthalidone
3. Hydrochlorothiazide
150-200
20
40
2
1-2
1
600-800
12-32
100
160-320
300
1-2
1
1-2
1
1
100
100-200
1
1-2
10
360
1
1
10
20
1-2
5
12,5
12,5-25
10
12,5-25
25-100
1
1
1-2
4. Indapamide
1,25
1,25-2,5
seperti
chymase.
ACEI
hanya
menghambat
efek
II
tipe
(AT1)
yang
memediasi
efek
pelepasan
aldosteron,
aktivasi
simpatetik,
perbaikan
jaringan,
dan
penghambatan
target
jangka
panjang
pada
pasien-pasien
dengan
tekanan
darah.
ARB
x/hari.
Tetapi
kandesartan,
eprosartan,
dan
yang
sebanding,
menurunkan
resiko
walaupun
tidak
kardiovaskular
lebih
baik
dibandingkan
dalam
dengan
captopril.
Ada perbedaan farmakodinamik dan farmakokinetik diantara
penyekat beta yang ada, tetapi menurunkan tekanan darah
hampir sama.
farmakodinamik
dari
dan
kecil
vasodilatasi.
Penyekat
kemungkinannya
untuk
beta
yang
mencetuskan
penyekat
beta
mempunyai
aktivitas
kejadian
beta
yang
kardiovaskular
lain.
Malahan,
dibanding
obat-obat
dengan
ini
dapat
farmakokinetik
diantara
penyekat
beta
dari
pasien
ke
pasien.
Atenolol
dan
nadolol
beta
bervariasi
dalam
sifat
lipofiliknya
atau
yang
migraine,
lebih
untuk
mencegah
kondisi
sakit
nonkardiovaskular
kepala,
tremor
seperti
essensial,
dan
tirotoksikosis.
Pemberian penyekat beta tiba-tiba dapat menyebabkan
angina tidak stabil, infark miokard, dan bahkan kematian pada
pasien-pasien
dengan
resiko
tinggi
penyakit
koroner.
Bagaimanapun,
CCB dihidropiridin
long-acting
dapat
digunakan sebagai terapi tambahan bila diuretik tiazid tidak dapat mengontrol
tekanan darah, terutama pada pasien lansia dengan tekanan darah sistolik
meningkat.
CCB bekerja dengan menghambat influx kalsium sepanjang membran
sel. Ada dua tipe voltage gated calcium channel: high voltage channel (tipe L)
dan low voltage channel (tipe T). CCB yang ada hanya menghambat channel
tipe L, yang menyebabkan vasodilatasi koroner dan perifer. Ada dua subkelas
CCB, dihidropiridin dan nondihidropiridine. Keduanya sangat berbeda satu
sama lain. Efektifitas antihipertensinya hampir sama, tetapi ada perbedaan
pada efek farmakodinamik yang lain. Nondihidropiridin (verapamil dan
diltiazem) menurunkan denyut jantung dan memperlambat konduksi nodal
atriventrikular. Verapamil
menghasilkan
efek
negatif
inotropik
dan
dapat
menyebabkan
interaksi
obat
karena
kemampuannya
mengontrol
tekanan
darah,
diuretik
salah
satu
obat
yang
terjadinya
peningkatan
risiko
Penyakit
Jantung
Koroner
produksi
akibat peningkatan
kadar
terjadi peningkatan
aktivitas
NO
dan
PAI-1.
penurunan
Disamping
koagulasi
akibat
itu
aktivitas
pada
pengaruh
fibrinolitik
DM
berbagai
tipe
faktor
bahwa
insulin
tidak
hanya
memiliki
efek
vasodilatasi
4. Inflamasi
Dalam beberapa tahun terakhir, terbukti bahwa inflamasi tidak hanya
menimbulkan
komplikasi
merupakan penyebab
Sindrom
utama
dalam
Koroner
proses
Akut,
terjadinya
tetapi
dan
juga
progresivitas
imun
yang
mengandung
modified
lipoprotein.
Tingginya
telah ditemukan C-reactive protein dengan kadar yang cukup tinggi pada
penderita dengan resistensi insulin.
Peningkatan kadar kompleks imun pada penderita DM tidak hanya
menyebabkan timbulnya aterosklerosis dan progresivitasnya, melainkan juga
berperan dalam proses rupturnya plak aterosklerotik dan komplikasi Jantung
Koroner selanjutnya. Kandungan makrofag didalam lesi aterosklerosis pada
penderita DM mengalami peningkatan, sebagai akibat dari peningkatan rekrutmen
makrofag ke dalam dinding pembuluh darah karena pengaruh tingginya kadar
sitokin. Peningkatan oxidized LDL pada penderita DM akan meningkatkan
aktivasisel T yang akan meningkatkan pelepasan interferon . Pelepasan interferon
akan menyebabkan gangguan homeostasis sel-sel pembuluh darah. Aktivasisel T
juga akan menghambat proliferasi sel-sel otot polos pembuluh darah dan
biosintesis kolagen, yang akan menimbulkan vulnerable plaque, sehingga
menimbulkan komplikasi Sindrom Koroner Akut.
Sampai
sekarang
masih
terdapat
kontroversi
tentang
mengapa
pada pemeriksaan patologi anatomi, plak pada DM tipe 1 bersifat lebih fibrous
dan
calcified,
sedangkan
pada
DM
tipe
lebih
seluler
dan
lebih
Melitus
akan
disertai
dengan
keadaan
protrombotik
simpanan trigliserid dalam jaringan bila diperlukan sebagai sumber energi. Kerja
kedua enzim tersebut sangat tergantung dari kadar insulin plasma dengan
pengertian kadar insulin plasma yang normal akan memacu kerja lipoprotein
lipase dan menghambatkerja lipoprotein lipase intraseluler.
Pada keadaan resistensi insulin, hormon sensitive lipase di jaringan
adipose akan menjadi aktif sehingga lipolisis trigliserid di jaringan adipose
semakin meningkat, kerja enzim lipoprotein lipase intraseluler akan menjadi aktif
sehingga terjadi lipolisis trigliserid intraseluler. Keadaan ini akan menghasilkan
asam lemak bebas (=FFA=NEFA) yang berlebihan. Asam lemak bebas akan
memasuki aliran darah, sebagian akan digunakan sebagai sumber energi dan
sebagian akan dibawa ke hati sebagai bahan baku pembentukan trigliserid. Di hati
asam lemak bebas akan menjadi trigliserid kembali dan menjadi bagian dari
VLDL. Oleh karena itu VLDL yang dibentuk akan sangat kaya trigliserid disebut
juga VLDL kaya trigliserid atau VLDL besar (enriched trigliseride VLDL=large
VLDL). Dalam sirkulasi trigliserid yang banyak di VLDL akan bertukar dengan
kolesterolester dari LDL kolestrol. Hal mana akan menghasilkan LDL yang kaya
akan trigliserid tetapi kurang kolesterol ester (cholesterol ester depleted LDL).
Trigliserid yang dikandung oleh LDL akan dihidrolisis oleh enzim lipase hati yang
biasanya meningkat pada resistensi insulin sehingga menghasilkan LDL yang
kecil padat (small dense LDL). Partikel LDL kecil padat inimudah teroksidasi dan
sangat aterogenik.
7. Hipertensi
Hipertensi merupakan salah satu faktor dalam resistensi insulin/sindrom
metabolik dan sering menyertai DM tipe 2. Sedangkan pada penderita DM tipe 1,
hipertensi dapat terjadi bila sudah ditemukan tanda-tanda gangguan fungsi ginjal
yang ditandai dengan mikroalbuminuri. Adanya hipertensi akan memperberat
disfungsi endotel dan meningkatkan risiko Penyakit Jantung Koroner. Hipertensi
disertai dengan peningkatan stres oksidatif dan aktivitas Spesies Oksigen Radikal,
yang selanjutnya akan memediasi terjadinya kerusakan pembuluh darah akibat
8. Hiperhomosisteinemi
Pada
penderita
DM
baik
DM
tipe
maupun
DM
tipe
dengan suplementasi
asam folat.
DAFTAR PUSTAKA
Ginsberg HN. 2006. Diabetic dislipidemia: basic mechanism underlying
thecommon hypertriglyceridemia and low HDL cholesterol levels.
Diabetes.45(Suppl 3): S27-S30.
Shepherd J, Cobbe SM, Ford I, et al, for the West of Scotland CoronaryPrevention
Study Group. Pathogenesis of Atherogenic Dyslipidemia. ClinInvest. 1999;
29(Suppl 2):12-16.www.medscape.com/viewarticle/412684_2.
Kemenkes RI. 2006. Pharmaceutical Care Untuk Penyakit Hipertensi. Direktorat
Bina Farmasi Komunitas dan Klinik Ditjen Bina Kefarmasian dan Alat
Kesehatan Departemen Kesehatan 2006.
McGuire, KD. Diabetes and The Cardiovascular System. Braunwalds Heart
Disease, 9th ed, Elsevier, Philadelphia. 2012.
Wirawan R, Pemeriksaan dan Pelaporan Sedimen Urin MetodeSemikuantitatif
dan Kuantitatif, Buku Kumpulan Makalah Lokakarya AspekPraktis
Urinalisis,editor Marzuki S. Pendidikan BerkesinambunganPatologi Klinik
2004,9-21.
AHA
(American
Heart
Association).
2014.
Atherosclerosis.
http://www.heart.org/HEARTORG/Conditions/Cholesterol/WhyCholesterol
Matters/Atherosclerosis_UCM_305564_Article.jsp
NIH (National Institutes of Health), NHLBI (National Heart, Lung and Blood
Institutes).
2009.
What
is
Atherosclerosis.
http://www.nhlbi.nih.gov/health/health-topics/topics/atherosclerosis
JAMA (The Journal of The American Medical Association). 2014. 2014
Evidence-Based Guideline for the Management of High Blood Pressure in
AdultsReport From the Panel Members Appointed to the Eighth Joint
National Committee (JNC 8). http://jama.jamanetwork.com/article.aspx?
articleid=1791497
Farkouh, ME. 2011. Diabetes and Cardiovascular Disease. Hursts The Heart, 13 th
ed, McGraw-Hill, New York.