Anda di halaman 1dari 6

Membangun Kesatuan Bangsa melalui Penggunaan Wayang Golek sebagai

Media Interaksi Berdiskusi


Eko Fajar Setiawan, Pelajar/ Mahasiswa 19 tahun
ABSTRAK
Adanya kemajuan arus globalisasi di Indonesia bukan hanya mengubah pola pikir para
pemuda di Indonesia, melainkan mengubah peranan dan sikap para pemuda sebagai salah satu
pelaku globalisasi. Hal ini, dikhawatirkan akan melahirkan ancaman disintegrasi bangsa jika tidak
mengenal identitas masing-masing terlebih dahulu.. Dalam menghadapi hal itu, pengenalan dan
pengamalan terhadap identitas bangsa perlu direlevansikan dengan peran masing-masing,
khususnya pemuda. Sebagai pelajar, identitas tersebut sejatinya sudah tampak, ketika pengucapan
sumpah pemuda 1928 bahwa bertanah air satu, berbangsa satu dan berbahasa satu, Indonesia
melalui Kongres Pemuda. Peristiwa tersebut dijadikan sebagai momen yang penting, sebagai alat
pemersatu bangsa dari Sabang sampai Merauke.
Keberadaan sosok seperti pemuda, ternyata mampu menjadi tonggak lahirnya sejarah,
sekaligus menjadi pewaris kehidupan suatu bangsa dan Negara. Harapannya, pemuda dapat menjadi
potensi untuk menghadapi tantangan tersebut. Maka dari itu, pengenalan identitas bangsa dan
negara dapat melalui pembelajaran tentang wawasan kebangsaan, yang dinilai penting dan bijak
untuk pemuda. Hal demikian, agar dijaga dan diamalkan sesuai dengan konteks kearifan lokal. Salah
satunya adalah penggunaan kerajinan wayang golek sebagai media interaksi berdiskusi. Berdiskusi
merupakan kegiatan semiformal yang ditujukan untuk menemukan solusi dari permasalahan. Dalam
penggunaanya, wayang golek dinilai interaktif dan komunikatif untuk menyampaikan pesan atau
kesan. Dengan hal itu, pemilian wayang golek akan menambah khazanah budaya sekaligus bahasa
kepada para peserta diskusi. Selain itu, keterhadiran wayang golek juga beresensi untuk menarik
perhatian peserta diskusi agar mengikuti kegiatan diskusi dengan fokus dan kondusif. Akan tetapi,
anggapan wayang golek yang identik dengan produk suatu daerah dan acara nonformal seperti acara
budaya dan hiburan, dinilai kaku, sehingga kesenian ini tidak berkembang.
Oleh karena itu, penggunaan wayang golek sebagai media interaksi berdiskusi diharapkan
dapat membangun kesatuan bangsa, melalui wayang golek, identitas bangsa seperti bahasa, dan
budaya Indonesia dapat dilestarikan dan terus dikembangkan sehingga eksistensi bangsa pun tercipta.
Kata Kunci : globalisasi, disintegrasi, kearifan lokal, wayang golek, berdiskusi

PENDAHULUAN

Makalah Kebahasaan Pemilihan Duta Bahasa Jateng 2015 | Eko Fajar S.

Meningkatnya arus kemajuan globalisasi di dunia, termasuk Indonesia


mengakibatkan perubahan pola pikir, peranan dan sikap masyarakat khususnya para
pemuda sebagai pelaku utama. Pola pikir, peranan dan sikap pemuda sekarang,
cenderung acuh tak acuh terhadap upaya pelestarian unsur kearifan lokal sehingga
identitas bangsa dibiarkan. Hal ini, dikhawatirkan akan melahirkan ancaman
disintegrasi bangsa kepada para pemuda. Disintegrasi bangsa tersebut berupa
perubahan terhadap nilai dan norma dalam masyarakat, atau perubahan cara
berbahasa dan berbudaya. Dalam menghadapi hal itu, pengenalan dan pengamalan
terhadap identitas perlu direlevansikan sesuai dengan peran masing-masing,
khususnya pemuda. Ketika pengucapan sumpah pemuda 1928, oleh para pemuda
tentang pentingnya bertanah air satu, berbangsa satu dan berbahasa satu, yakni
Indonesia. Peristiwa tersebut dijadikan sebagai momen yang penting, sebagai alat
pemersatu bangsa dari Sabang sampai Merauke. Para pemuda saat itu, telah mampu
mengenal identitas bangsa nya dan dapat mengamalkannya sesuai dengan perannya,
khususnya sebagai pelajar. Sebagai pelajar, mereka berusaha untuk menggali potensi
bangsanya, di antaranya nilai dan norma kearifan lokal yang dipersatukan dengan
wawasan kebangsaan melalui pelaksanaan Kongres Pemuda.
Hal itu, sesuai dengan identitas bangsa dan peran pemuda sebagai generasi
penerus Indonesia, sehingga kearifan lokal tersebut dapat diketahui dari
keanekaragaman suku, bangsa dan agama serta seni, bahasa , tradisi dan budaya.Oleh
karena itu, perlunya pengenalan identitas bangsa kepada pemuda, harus disertakan
dengan upaya pengamalan yang sesuai dengan peran pemuda. Keberadaan sosok
seperti pemuda, ternyata mampu menjadi tonggak lahirnya sejarah, sekaligus menjadi
pewaris kehidupan suatu bangsa dan negara. Harapannya, pemuda dapat menjadi
potensi untuk menghadapi tantangan globalisasi.
ISI
Mengenalkan identitas bangsa terhadap para pemuda, dinilai penting untuk
pembelajaran wawasan kebangsaan. Hal itu, dapat ditunjukkan dengan upaya

Makalah Kebahasaan Pemilihan Duta Bahasa Jateng 2015 | Eko Fajar S.

melestarikan kearifan lokal yang dimiliki oleh Indonesia. Kearifan lokal tersebut,
dapat berupa bahasa, seni kerajinan, budaya atau tradisi. Dengan bijak, kearifan lokal
mampu menjaga suatu eksistensi bangsa dari identitas bangsa Indonesia terhadap
ancaman globalisasi. Maka dari itu, harapannya kearifan lokal dapat ditunjukkan dan
dikenalkan sebagai suatu produk atau simbol kearifan lokal, seperti kesenian wayang
golek.
Untuk menanggapi hal tersebut, para pemuda dituntut untuk lebih aktif
mengetahui peranan masing-masing, baik dalam individu atau pun kelompok.
Wayang golek di Indonesia, dinilai sudah cukup populer khususnya penyebarannya di
Pulau Jawa, sehingga dapat melahirkan stigma seperti arogansi atau fanatisme
kedaerahan. Dalam hal ini, eksistensi wayang golek perlu digali kembali, sebagai
identitas bangsa sekaligus kearifan lokal yang dapat memersatukan dan menyatukan
bangsa dan negara. Dengan demikian, diperlukan inovasi dalam memertahankan dan
melestarikan nya, salah satunya penggunaan kerajinan wayang golek sebagai media
interaksi berdiskusi. Berdiskusi merupakan kegiatan semiformal yang ditujukan
untuk menemukan solusi dari permasalahan. Diharapkan, berdiskusi dapat menjadi
alternatif dari berbagai pertimbangan dan usulan pendapat dari masing-masing
peserta diskusi sehingga proses dan hasil diskusi dapat diterima oleh seluruh peserta
diskusi. Dalam penggunaan nya, wayang golek dinilai interaktif dan komunikatif
untuk menyampaikan pesan atau kesannya. Maka dari itu, hal tersebut dapat
dimanfaatkan sebagai peluang untuk menyampaikan visi, misi dan tujuan dalam
berdiskusi kepada seseorang atau kelompok, disertakan dengan upaya melestarikan
kearifan lokal. Dengan demikian, mengenalkan identitas bangsa terhadap para
pemuda ternyata dapat menyadarkan peran nya untuk membangun persatuan dan
kesatuan Indonesia. Selain itu, bukan hanya perangai simbolik atau produk dari
kearifan lokal di Indonesia saja sebagai identitas bangsa, melainkan wayang golek
juga sebagai instrumen dalam membangun eksistensi bangsa tentunya dalam
menghadapi ancaman globalisasi. Adanya, eksistensi bangsa dapat menambah

Makalah Kebahasaan Pemilihan Duta Bahasa Jateng 2015 | Eko Fajar S.

wawasan kebangsaan kita. Dengan hal itu, pemilian wayang golek akan menambah
khazanah budaya sekaligus bahasa kepada para peserta diskusi nya.
Sama hal nya dengan menciptakan kegiatan berdiskusi yang fokus dan
kondusif, media interaksi pun harus dipertimbangkan agar menarik perhatian,
interaktif dan komunikatif. Penggunaan wayang golek sebagai media interaksi,
merupakan inisiatif dan inovasi untuk menciptakan suasana yang diharapkan saat
berdiskusi. Berdiskusi yang efektif dan efisien terjadi jika aksi-reaksi yang saling
menguntungkan. Dikatakan sebagai diskusi yang efektif jika menciptakan aksi berupa
ketercapaian visi, misi dan tujuan berdiskusi serta reaksi dari peserta diskusi yang
kondusif dan fokus untuk memerhatikan proses diskusi dari awal sampai akhir
diskusi. Sementara itu, berdiskusi yang efisien tentu lebih dikaitkan antara
keterselesaian masalah berdiskusi dengan hemat tepat waktu yang digunakan setelah
ditemukan solusi dari permasalahan diskusi. Oleh karena itu, perlunya mengetahui
alur berdiskusi produktif yang mampu menciptakan pendapat dan saling berinteraksi
antarpeserta sehingga tercipta kegiatan berdiskusi yang efektif dan efisien. Meskipun
demikian, beberapa langkah awal perlu dipersiapkan sebagai antisipasi terhadap
ketidaktercapaian dalam menciptakan alur berdiskusi yang produktif tersebut.
Ketidaktercapaian tersebut dapat berupa miskomunikasi, tidak interaktif atau
kegagalan lain atas kehadiran media interaksi antarpeserta diskusi. Salah satu hal nya,
adalah anggapan tentang wayang golek yang identik dengan produk suatu daerah dan
hanya ditampilkan saat acara resmi/ formal seperti budaya saja, sehingga dinilai
terlalu kaku untuk dijadikan media interaksi berdiskusi serta menimbulkan stigma.
Hal ini, lebih dikarenakan belum banyaknya identitas wayang golek sebagai wayang
nasional seperti tokoh, karakter dan pembawaan nya yang dapat menyesuaikan semua
acara baik formal, semiformal atau nonformal. Salah satu nya adalah karakter wayang
golek untuk acara semiformal seperti berdiskusi. Sebagian besar wayang golek di
Indonesia, memiliki identitas kedaerahan dan cenderung memliki pembawaan untuk
acara nonformal saja, seperti acara hiburan dan budaya. Hanya sebagian kecil wayang
golek, yang dimanfaatkan sebagai identitas nasional dan memiliki pembawaan untuk

Makalah Kebahasaan Pemilihan Duta Bahasa Jateng 2015 | Eko Fajar S.

semua acara, salah satu nya si Unyil. Si Unyil merupakan wayang golek Indonesia
ciptaan Suryadi populer tahun 1980 sampai dengan sekarang. Si Unyil
menggambarkan anak kecil yang riang dan pintar. Wayang ini didedikasikan untuk
menambah pengetahuan dan wawasan pendidikan kepada anak-anak Indonesia
(wikipedia, 2015). Dengan demikian, perlu ada inisiatif oleh masyarakat Indonesia
untuk mengenalkan tokoh wayang golek lainnya ke publik, agar lebih dikenal publik
luas secara nasional.
KESIMPULAN
Mengenalkan identitas bangsa terhadap para pemuda, dinilai penting untuk
pembelajaran wawasan kebangsaan. Hal ini didukung oleh potensi bangsa Indonesia,
yang memiliki beberapa kearifan lokal. Nilai dan norma dari kearifan lokal tersebut,
bijaknya diamalkan sesuai dengan peran pemuda masing-masing. Beberapa kearifan
lokal yang menjadi identitas bangsa Indonesia seperti seni, bahasa, budaya atau
tradisi perlu disiasati atau diinovasikan untuk menghadapi tantangan globalisasi ke
depan. Dengan demikian, penggunaan wayang golek sebagai media interaksi
berdiskusi dinilai akan menambah khazanah budaya dan bahasa, sehingga identitas
tersebut dapat menjadi eksistensi bangsa, bukan hanya perangai simbolik saja
melainkan membangun kesatuan bangsa. Upaya tersebut untuk menciptakan kegiatan
berdiskusi yang fokus dan kondusif, sehingga media interaksi pun harus
dipertimbangkan agar menarik perhatian, interaktif dan komunikatif. Penggunaan
wayang golek sebagai media interaksi, merupakan inisiatif dan inovasi berdiskusi
untuk menciptakan kegiatan berdiskusi efektif dan efisien, sehingga dapat
melahirkan aksi-reaksi peserta diskusi tanpa mengambil waktu kegiatan lainnya.
Selain itu, adanya anggapan bahwa wayang golek adalah seni kerajinan yang bersifat
kedaerahan dan hanya ditampilkan saat acara budaya atau acara hiburan perlu
dihapuskan. Oleh karena itu, inisiatif dan inovasi oleh masyarakat Indonesia,
khususnya untuk mengenalkan tokoh wayang golek lain ke publik, perlu diapresiasi
sehingga wayang golek menjadi identitas bangsa dan menjadi eksistensi bangsa yang
dapat membangun kesatuan bangsa.
5

Makalah Kebahasaan Pemilihan Duta Bahasa Jateng 2015 | Eko Fajar S.

DAFTAR PUSTAKA
http://wikipedia.org/Unyil

Makalah Kebahasaan Pemilihan Duta Bahasa Jateng 2015 | Eko Fajar S.

Anda mungkin juga menyukai