Anda di halaman 1dari 26

1

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang
Low Density Lipoprotein (LDL) adalah kolesterol yang mengangkut paling

banyak kolesterol dan lemak di dalam darah (Guyton.dkk, 2007).


Low Density Lipoprotein mudah melekat pada pembuluh darah yang akan
menyebabkan penumpukan lemak dan lambat laun akan mengeras (membentuk
plak) dan menyumbat pembuluh darah (Sargowo, 2005).
Low Density Lipoprotein bersifat aterogenik karena mudah melekat pada
pembuluh darah dan menyebabkan penumpukan lemak yang lambat laun akan
mengeras, menyumbat pembuluh darah yang disebut dengan aterosklerosis.
Proses aterosklerosis yang terjadi di pembuluh darah jantung dapat memicu
terjadinya penyakit jantung koroner (Hembing, 2007).
Penyakit Jantung Koroner ialah penyakit jantung yang terutama
disebabkan karena penyempitan arteri koronaria akibat proses aterosklerosis
(Majid, 2007).
Penyakit jantung sudah diketahui sejak tahun 1920-an. Meskipun saat ini
ilmu pengetahuan mengenai kesehatan jantung dan pembuluh darah sudah
demikian maju dan canggih, namun angka kematian akibat penyakit jantung dan
pembuluh darah masih tinggi (Istiqomah, 2009).
Penyakit Jantung Koroner merupakan penyebab kematian nomor satu di
Eropa dan Amerika begitu juga di Indonesia, baik untuk laki-laki maupun wanita.
Angka kesakitan dan angka kematian PJK di Indonesia meningkat tajam dalam
dua puluh tahun terakhir ini (Ismantri, 2009).
Menurut data rekam medik di RSUP H. Adam Malik Medan selama
periode 1 Januari 2009 sampai 31 Desember 2010 yang menderita penyakit
jantung koroner, yaitu berjumlah 639 orang, data tersebut juga menunjukkan
tingginya angka morbiditas pada penyakit jantung koroner khususnya dikota
Medan (Keliat, 2011).
1

Obat standar yang umum digunakan untuk menurunkan LDL adalah salah
satunya dengan menggunakan statin, yang memiliki efek baik terhadap profil lipid
secara keseluruhan. Statin, menurunkan kadar lowdensity lipoprotein, yang
berkaitan dengan resiko kardiovaskuler, akan tetapi efek samping yang dijumpai
pada 5% pasien adalah miopati, muncul sebagai gejala nyeri pada otot dan
persendian (Lyrawati, 2008).
Sehingga saat ini banyak penelitian tentang pemanfaatan tanaman sebagai
obat. Tumbuhan itu sendiri memiliki sejuta manfaat termasuk untuk obat berbagai
penyakit. Penggunaan bahan alam sebagai obat cenderung mengalami
peningkatan dengan adanya back to nature dan krisis ekonomi berkepanjangan
yang mengakibatkan turunnya daya beli masyarakat terhadap obat-obatan modern
yang relative lebih mahal harganya (Hapsoh, 2008).
Daun salam (syzigium polyanthum) sangat dikenal dimasyarakat yang
umum digunakan sebagai bumbu dapur, sehingga mudah diperoleh. Namun
berdasarkan penelitian bahwa daun salam mengandung beberapa bahan aktif yang
diduga dapat menurunkan kadar LDL dalam darah, sehingga dapat mencegah
keadaan hiperlipidemia. Kandungan flavonoid dalam daun salam mempunyai
efek dalam menurunkan LDL. Pada penelitian sebelumnya pemberian ekstrak
daun

salam

0,18

gr/200grBB/hari;

0,36

gr/200grBB/hari;

dan

0,72

gr/200grBB/hari daun salam segar/hari selama 15 hari dapat menurunkan kadar


LDL tikus hiperlipidemia secara bermakna (Pidrayanti, 2008).
Bertolak dari hal tersebut diatas maka penelitian ini akan membuktikan
efek ekstrak daun salam. Dengan demikian diharapkan penelitian ini dapat
mengetahui efek ekstrak daun salam terhadap kadar LDL tikus putih jantan galur
wistar yang di induksi kuning telur.

1.2

Rumusan Masalah
Dari latar belakang yang sudah diuraikan diambil rumusan masalah

sebagai berikut :
Apakah terdapat efek ekstrak daun salam terhadap penurunan LDL tikus putih
jantan galur wistar yang di induksi kuning telur setelah pemberian ekstrak daun
salam?
1.3

Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum


Melihat efek pemberian ekstrak daun salam terhadap penurunan kadar
LDL tikus putih jantan galur wistar yang di induksi kuning telur.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Dapat melihat efek pemberian ektrak daun salam terhadap penurunan
kadar LDL tikus putih jantan galur wistar yang di induksi kuning telur
dengan dosis 0,72 gr/200grBB/hari, 1,44 gr/200grBB/hari, 2,88
gr/200grBB/hari selama 7 hari.
2. Penentuan besar dosis diambil dari melanjutkan penelitian sebelumnya
oleh Pidrayanti (2008) yang menggunakan dosis 0,18 gr/hari, 0,36
gr/hari, 0,72 gr/hari selama 7 hari pada tikus wistar jantan.
3. Dimana dari penelitian tersebut didapatkan dosis efektif yaitu 0,72
gr/hari, kemudian pada penelitian ini dosis daun salam dinaikkan
menjadi

0,72

gr/200grBB/hari,

1,44

gr/200grBB/hari,

2,88

gr/200grBB/hari selama 7 hari dengan tujuan dosis tersebut dapat


memberikan pengaruh penurunan kadar LDL yang lebih optimal.
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Pembaca
Sebagai sumber informasi ilmiah mengenai manfaat daun salam sebagai
penurun kadar LDL.

1.4.2 Peneliti

Menambah pengetahuan peneliti tentang efek farmakologis ekstrak daun


salam terhadap penurunan LDL.

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Daun Salam (Syzygium polyanthum)
Salam merupakan pohon rimbun dengan tinggi mencapai 25 m, berakar
tunggal, dan berbatang bulat dengan permukaan yang licin. Daun berbentuk
lonjong hingga elips, panjang tangkai 0,5-1 cm, pertulangan daun menyirip,
permukaan atas licin berwarna hijau tua, dan permukaan bawah berwarna hijau
muda. Bunga berwarna putih dan baunya harum. Buah berbentuk bulat, diameter
8-9 mm, saat masih muda berwarna hijau, saat matang berubah warna menjadi

merah gelap, dan rasanya agak sepat. Biji berbentuk bulat, penampang sekitar 1
cm, dan berwarna coklat (Sumono, 2008).

Gambar 2.1 Daun Salam (Syzygium polyanthum)


(Sumono, 2008)
Menurut Sumono (2008), Syzygium polyanthum, sinonim Eugenia
polyantha. Salam berdasarkan taksonominya diklasifikasikan sebagai berikut :

2.1.1

Kingdom

: Plantae

Divisi

: Spermatophyta

Subdivisi

: Angiospermae

Kelas

: Dicotyledoneae

Ordo

: Myrtales

Family

: Myrtaceae

Genus

: Syzygium

Spesies

: Syzygium polyanthum

Sejarah Singkat

Tanaman ini umumnya tersebar di daerah Thailand ke arah selatan sampai


Indonesia. Di Pulau Jawa, tanaman ini tersebar dominan di daerah Jawa Barat
sampai Jawa Timur pada ketinggian 5 meter sampai 1.000 meter di atas
permukaan laut. Tanaman salam dapat tumbuh di dataran rendah sampai
pegunungan dengan ketinggian 1800 meter. Populasi tanaman ini banyak tumbuh
di hutan maupun rimba belantara (Dalimartha, 2000).
2.1.2

Kandungan Salam
Kandungan kimia daun salam di antaranya minyak atsiri (0,05%) yang

terdiri dari sitral dan eugenol (Sumono, 2008), serta mengandung tanin tidak
kurang dari 21,7% dan flavonoid dengan fluoretin dan kuersitrin sebagai golongan
utama (BPOM, 2004). Berdasarkan penelitian Muflihat (2008), dari uji fitokimia
yang dilakukan diketahui bahwa ekstrak daun Salam mengandung flavonoid,
saponin dan tanin.
Aktivitas flavonoid pada daun salam yang memberikan pengaruh dalam
penyembuhan penyakit degeneratif dengan cara menginduksi sinyal-sinyal untuk
mengaktifkan enzim kaspase untuk merusak mitokondria sel. Rusaknya
mitokondria kemudian mengaktifkan mekanisme apoptosis dan menghambat
proliferasi sel sehingga terbentuklah badan apoptosis (Reed, 2000; Razik, 2002).
Flavonoid merupakan suatu senyawa yang terdapat di setiap bagian sel
yang berfotosintesis pada kindom plantea. Senyawa ini berperan dalam reaksi
terang selama katalisis transport elektron. Flavonoid disintesis dari asam amino
aromatik, fenilalanin dan tirosin, lalu bergabung bersama unit asetat (Heldt,
2005).
Struktur dasar dari senyawa flavonoid (Gambar 2) yaitu cincin 2-fenilbenzol (A dan B) yang terhubung melalui cincin piran C.Flavonoid
diklasifikasikan berdasarkan asal usul biosintetiknya. Beberapa jenis flavonoid
seperti kalkon, flavon, flavan-3-ol dan flavan 3,4-diol, seluruhnya merupakan
turunan dari produk biosintesis yang tersimpan dalam jaringan tanaman. Jenis
lain yang diketahui adalah antosianidin, proantosianidin, flavon, dan flavonol.
Dua jenis tambahan dari senyawa ini yang sisi rantai 2-fenil dari flavonnya

berisomerasi ke posisi 3 sehingga membentuk isoflavon dan isoflavonoid.


Senyawa neoflavonoid dibentuk melalui isomerasi ke posisi 4. (Harborne, 1999).

Gambar 2.2 Struktur flavonoid


(Sumono et al, 2008)
Di dalam tubuh, flavonoid memiliki banyak peran sebagai antioksidan,
flavonoid bertindak sebagai pereduksi LDL di dalam tubuh (Radhika dkk, 2011).
Selain mereduksi LDL, flavonoid juga menaikkan densitas dari reseptor LDL di
liver dan mengikat apolipoprotein B (Baum dkk, 1998).
2.1.3

Efek Farmakologis Daun Salam


Efek farmakologi daun salam diperoleh dari daun, kulit batang, akar, dan

buah Salam. Flavonoid memiliki banyak pengaruh dalam biokimia dan fisiologi
tumbuhan, yaitu sebagai antioksidan, inhibitor enzim, prekursor senyawa toksik
dan pigmen (Harborne, 1999). Senyawa ini telah diketahui aktivitasnya sebagai
anti-inflamasi, antioksidan, antialergi, hepatoprotektor (Middleton dkk, 2000).
2.2

Lipid

2.2.1 Definisi dan Fungsi

Lipid adalah sekelompok senyawa heterogen, meliputri lemak, minyak,


steroid, dan senyawa terkait, yang berkaitan lebih karena sifat fisiknya daripada
sifat kimianya. Lipid memiliki sifat umum berupa (1) Relatif tidak larut dalam air
dan (2) larut dalam pelarut non polar misalnya eter dan kloroform. Senyawa ini
merupakan konstituen makanan yang penting tidak saja karena nilai energinya
yang tinggi, tetapi juga karena vitamin larut-lemak dan asam lemak esensial yang
terkandung didalam lemak makanan alami. Lemak disimpan di jaringan adiposa,
tempat senyawa ini juga berfungsi sebagai insulator panas di jaringan subkutan
dan disekitar organ tertentu. Lipid nonpolar berfungsi sebagai insulator listrik, dan
memungkinkan penjalaran gelombang depolarisasi di sepanjang saraf bermilein.
Kombinasi lipid dan protein (lipoprotein) adalah konstituen sel yang penting,
yang terdapat baik di membran sel maupun di mitokondria, dan juga berfungsi
sebagai alat pengangkut lipid dalam darah (Murray, 2009).
Lipid diklasifikasikan menjadi lipid sederhana atau kompleks.
1.

Lipid sederhana : Ester asam lemak dengan berbagai alkohol.


a. Lemak (fat) : Ester asam lemak dengan gliserol.
b. Minyak (oil) : Adalah lemak dalam keadaan cair.
c. Wax (malam) : Ester asam lemak dengan alkohol monohidrat berberat
molekul tinggi.

2.

Lipid Kompleks : Ester asam lemak yang mengandung gugus-gugus selain


alkohol dan asam lemak.
a. Fosfolipid : Lipid yang mengandung suatu residu asam fosfor, selain
asam lemak dan alkohol. Lipid ini sering memiliki basa yang mengandung
nitrogen dan substituen lain.
b. Glikolipid (glikosfingolipid) : Lipid yang mengandung Asam lemak,
sfingosin, dan karbohidrat. Lipoprotein ini dapat dimasukkan kedalam
kelompok ini.
c. Lipid kompleks lain : Lipid seperti sulfolipid dan aminolipid.

3.

Prekursor dan lipid turunan : Kelompok ini mencakup asam lemak,


gliserol, steroid, alcohol lain, aldehida lemak, dan badan keton,
hidrokarbon, vitamin larut-lemak,dan hormon (Murray, 2009).

2.2.2 Low Density Lipoprotein (LDL)


Low Density Lipoprotein adalah kolesterol yang mengangkut paling
banyak kolesterol dan lemak di dalam darah. Kadar LDL yang tinggi dan pekat ini
akan menyebabkan kolesterol lebih banyak melekat pada dinding-dinding
pembuluh darah pada saat transportasi dilakukan. Kolesterol yang melekat itu
perlahan-lahan akan mudah membentuk tumpukan-tumpukan yang mengendap,
seperti plak pada dinding-dinding pembuluh darah. Akibatnya saluran darah
terganggu dan ini bisa meningkatkan resiko penyakit pada tubuh seseorang seperti
stroke, jantung koroner, dan lain sebagainya (Guyton.dkk, 2008).
2.2.3

High Density Lipoprotein


High Density Lipoprotein ini sering disebut dengan istilah kolesterol baik.

Kolesterol HDL ini mengangkut kolesterol lebih sedikit dan mengandung banyak
protein. HDL berfungsi membuang kelebihan kolesterol yang dibawa oleh LDL
dengan membawanya kembali ke hati dan kemudian diurai kembali. Dengan
membawa kelebihan kolesterol yang dibawa oleh LDL tadi, maka HDL membantu
mencegah terjadinya pengendapan dan mengurangi terbentuknya plak di
pembuluh darah yang dapat mengganggu peredaran darah dan membahayakan
tubuh. Karena itu kolesterol HDL ini disebut kolesterol baik (Guyton.dkk, 2008).
2.2.4

Very Low Density Lipoprotein (VLDL)


Very Low Density Lipoprotein (VLDL) adalah golongan lipoprotein

densitas terendah kedua dan sinonim dengan pra--lipoprotein. VLDL terutama


berasal dari hepar dan memiliki fungsi untuk mentransport trigliserid yang dibuat
dalam jaringan. VLDL juga mentranspor kolesterol dalam jumlah yang nyata yang
diperoleh dari sintesis de nove (dalam tubuh), dan secara tidak langsung berasal
dari diet. Seperti halnya dengan kilomikron, trigliserid dari VLDL di degradasi
oleh lipoprotein lipase atau VLDL remnant (sisa) atau lipoprotein densitas sedang
(IDL) masih tetap ada setelah banyak trigliserida yang dikeluarkan. Partikel ini
kaya akan protein spesifik (apoprotein B-100 dan E). IDL secara langsung

10

dikeluarkan dari sirkulasi oleh interaksinya dengan reseptor apoprotein B/E atau
di konversi menjadi LDL. Konversi IDL menjadi LDL menjadi kerja enzim lipase
hepatik, disertai dengan pengeluaran trigliserida dan apoprotein E, dan hal ini
terjadi di permukaan hepatosit. Defek pada apoprotein E dari VLDL manusia
mengakibatkan terjadinya akumulasi aterogenik VLDL remnant (b-VLDL)
sehingga terjadi hiperlipoproteinemia (Guyton.dkk, 2008).
2.2.5 Pembentukan Fosfolipid
Fosfolipid pada dasarnya dibentuk di semua sel tubuh, walaupun sel
tertentu mempunyai kemampuan khusus untuk untuk membentuk fosfolipid dalam
jumlah yang besar. Mungkin 90 persen dibentuk di sel hati, jumlah yang cukup
banyak juga di bentuk oleh sel epitel usus selama absorpsi lipid dari usus
(Guyton.dkk, 2008).
Kecepatan pembentukan fosfolipid sampai tahap tertentu di atur oleh
faktor yang biasa mengatur kecepatan metabolisme lemak secara keseluruhan.
Karena, ketika trigliserida di timbun di hati, kecepatan pembentukan fosfolipid
meningkat. Zat kimia khusus tertentu juga di butuhkan untuk pembentukan
beberapa fosfolipid (Guyton.dkk, 2008).

2.2.6 Trigliserida
Selain LDL dan HDL, yang penting untuk diketahui juga adalah
trigliserida, yaitu satu jenis lemak yang terdapat dalam darah dan berbagai organ
dalam tubuh. Meningkatnya kadar trigliserida dalam darah juga dapat
meningkatkan kadar kolesterol. Sejumlah faktor dapat mempengaruhi kadar
trigliserida dalam darah seperti kegemukan, konsumsi alkohol, gula, dan makanan
berlemak. Trigliserida merupakan lemak darah yang cenderung naik seiring
dengan konsumsi alkohol, peningkatan trigliserida akan menambah resiko
terjadinya penyakit jantung dan stroke (Murray, 2009).

11

Tabel 2.1 Klasifikasi Kolesterol Total, Kolesterol LDL, Kolesterol HDL, dan
trigliserida menurut NCEP ATP III 2001 mg/dl.
Kadar kolesterol
Kadar kolesterol total (mg/dl)
<200
200-239
240
Kadar kolesterol LDL (mg/dl)
>100
130-159

Keterangan
Optimal
Diinginkan
Tinggi
Optimal
Diinginkan

12

160-189

Tinggi

190
Kadar kolesterol HDL (mg/dl)

Sangat tinggi

<40

Rendah

60
Trigliserida (mg/dl)

Tinggi

>150

Optimal

150-199

Diinginkan

200-499

Tinggi

500

Sangat tinggi
(Sudoyo dkk, 2007)

2.3

Hiperlipidemia
Lipid plasma yaitu kolesterol, trigliserida, fosfolipid, dan asam lemak

bebas yang berasal dari makanan (eksogen) dan dari sintesis lemak (endogen).
Kolesterol dan trigliserida adalah dua jenis lipid yang relative mempunyai makna
klinis penting sehubungan dengan aterogenesis. Lipid tidak larut dalam plasma,
sehingga lipid terikat pada protein sebagai mekanisme transpor dalam serum.
Ikatan ini menghasilkan empat kelas utama lipoprotein
1.
2.
3.
4.

Kilomikron
Lipoprotein densitas sangat rendah (VLDL)
Lipoprotein densitas rendah (LDL)
Lipoprotein densitas tinggi (HDL)

Kadar relative lipid dan protein berbeda-beda pada setiap kelas tersebut.
Dari keempat kelas lipoprotein yang ada, LDL yang paling tinggi kadar
kolesterolnya,

sedangkan

kilomikron

dan

VLDL

paling

tinggi

kadar

trigliseridanya. Kadar protein tertinggi terdapat pada HDL (Price dkk, 2006).
Istilah hiperlipidemia menyatakan peningkatan kolesterol dan atau
trigliserida serum di atas batas normal. Kasus dengan kadar tinggi yang
disebabkan oleh gangguan sistemik disebut sebagai hiperlipidemia sekunder.
Penyebab utama hiperlipidemia adalah obesitas, asupan alkohol yang berlebihan,

13

diabetes mellitus, hipotiroidisme, dan sindrom nefrotik. Hiperlipidemia akibat


predisposisi genetik terhadap kelainan metabolism lipid disebut sebagai
hiperlipidemia primer (Price dkk, 2006).
Hiperlipidemia primer terbukti terjadi akibat kelainan genetik yang
mengode enzim, apoprotein, atau reseptor yang terlibat dalam metabolism lipid.
Beberapa tipe hiperlipidemia dapat ditandai dengan menentukan profil lipoprotein
dalam plasma. Salah satu konsekuensi hiperlipidemia yang paling penting adalah
peningkatan kolesterol serum, yang terutama mencerminkan kolesterol lipoprotein
serum densitas rendah (Price dkk, 2006).
2.4

Induksi Hiperlipidemia
Pemberian diet kuning telur pada tikus sangat mempengaruhi metabolisme

kadar kolesterol darah. Penelitian telah membuktikan bahwa pemberian kuning


telur 6,25gr/kgBB/hari dapat meningkatkan kadar kolesterol total darah secara
signifikan. Hasil penelitian tersebut mendukung pernyataan bahwa kuning telur
merupakan salah satu sumber kolesterol yang tinggi; satu kuning telur
mengandung 220-250 mg kolesterol. Kuning telur juga mengandung lemak jenuh
yang sangat signifikan dapat meningkatkan kadar kolesterol darah. Penelitian
yang dilakukan oleh Awal prasetyo, Udadi Sadhana, dan Ika pawitra Miranti pada
tahun 2000, telah membuktikan bahwa pemberian diet kuning telur intermitten
dapat menaikkan kadar profil lipid. Diet kuning telur yang kaya kolesterol dan
trigliserida diuraikan oleh enzim lipase lambung, setelah sebelumnya di emulsikan
oleh garam empedu. Hasil penguraiannya berupa asam lemak bebas dan
monogliserida. Oleh epitel usus halus, asam lemak bebas dan monogliserida di
sintesis kembali menjadi trigliserida dan fosfolipid, kemudian bergabung dengan
kilomikron, diangkut menuju hati dan jaringan. Kecepatan sintesis kolesterol
dalam tubuh akan semakin menurun dengan semakin banyaknya kolesterol yang
di absorbsi (Prasetyo dkk,2000).

14

BAB 3
KERANGKA KONSEP, KERANGKA TEORI,
& DEFINISI OPERASIONAL
3.1

Kerangka konsep
Variable independen
Ekstrak daun salam
Dengan berbagai dosis

3.2

Variabel dependen
kadar LDL tikus

Kerangka Teori
Tikus Putih Jantan Galur

Ekstrak daun salam

Wistar

(0,72 gr/200grBB/hari;
1,44 gr/200grBB/hari;
2,88gr/200grBB/hari)

15

Induksi Kuning

LDL meningkat

Telur

Berdiferensiasi menjadi

Flavonoid, Saponin, dan

makrofag

Tanin

LDL-Oksidasi

Mengeluarkan Enzim
Kapase
Merusak mitokondria sel

Aktivasi dan akumulasi


monosit/ makrofag

Mengaktifkan mekanisme
apoptosis sel

Jumlah sel busa meningkat

Terbentuk badan apoptosis


Proliferasi
sel lebih
TerjadiDefenisi
ketebalan
3.3
Operasional

lanjut

Tidak terjadi ketebalan

dinding aorta
dinding
aorta
Berdasarkan
kerangka konsep di atas maka defenisi operasional
yang di
dapat sebagai berikut :
15
1. Ekstrak Daun Salam
Ekstraksi daun salam ialah dengan cara penarikan zat aktif yang diinginkan
dengan metode maserasi dari bahan mentah obat berupa daun salam segar
menggunakan pelarut etanol 96%. Bahan mentah tersebut di kumpulkan,
dibersihkan atau dicuci, lalu dikeringkan dan dijadikan serbuk. Hasil dari
ekstraksi disebut ekstrak. Ekstrak daun salam diberikan dengan dosis 0,72
2.

gr/200grBB/hari, 1,44 gr/200grBB/hari, 2,88 gr/200grBB/hari.


LDL

16

Low Density Lipoprotein adalah kolesterol yang mengangkut paling banyak


kolesterol dan lemak di dalam darah, yang diambil dengan cara mengambil
sample darah dari lateral ekor tikus yang ditusuk dengan menggunakan lanset
dan diukur di laboratorium.
3.3

Hipotesis
Terdapat efek pemberian ekstrak daun salam terhadap penurunan kadar

LDL pada tikus putih jantan galur wistar yang di induksi kuning telur.

BAB 4
METODE PENELITIAN
4.1

Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan rancangan Pre

and Post Test with Control Group design. Sampel dibagi menjadi 4 kelompok
dengan menggunakan metode randomisasi sederhana, yaitu 3 kelompok
eksperimental,dan 1 kelompok kontrol positif.
4.2

Tempat dan Waktu Penelitian


Penelitian

ini

dilaksanakan

dari

bulan

November-Desember,

di

Laboratorium Biokimia FK UMSU. Untuk mengetahui profil lipid LDLkolesterol tikus percobaan, dilakukan pemeriksaan darah di Laboratorium
biokimia FK UMSU Medan.
4.3
4.3.1

Populasi dan Sampel Penelitian


Populasi Penelitian

17

Dalam penelitian ini yang menjadi populasi penelitian adalah tikus jantan
galur wistar dewasa berusia > 3 bulan, yang diperoleh dari Unit Pemeliharaan
Hewan Laboratorium FK UMSU. Berat badan tikus yang dipakai adalah 150-250
gr.
4.3.2

Sampel Penelitian
Sampel penelitian ditentukan dengan menggunakan rumus Federer,

dengan penjalaran sebagai berikut :


Rumus = (n 1) (t 1) 15

Keterangan :

17

n = jumlah ulangan
t = jumlah perlakuan
Penelitian menggunakan 4 kelompok, yaitu kelompok kontrol (+), 3
kelompok perlakuan. Maka jumlah sampel yang dipergunakan diperoleh dari
perhitungan sebagai berikut :
Rumus
= (n 1) (t 1) 15
= (n 1) (4 -1) 15
= 3(n-1) 15
= 3n 15 + 3
= n 18/3
=n6
Berdasarkan perhitungan tersebut diperoleh bahwa masing-masing
kelompok sampel mempergunakan 6 ekor tikus putih jantan. Jadi, jumlah sampel
keseluruhan yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah 24 ekor tikus putih
jantan, kemudian disiapkan tikus tambahan apabila dalam penelitian tikus tibatiba mati, tikus yang ditambahkan sebanyak 34% dari total sample penelitian. Jadi
total tikus yang digunakan sebanyak 32 ekor tikus jantan.
4.3.3 Kriteria Inklusi
a. Berat badan tikus (150-250 gr)

18

b. Kondisi tikus sehat (aktif, tidak cacat)


4.3.4

Kriteria Eksklusi
a. Bobot tikus putih jantan mengalami penurunan berat badan dari berat
badan awal atau berat badan turun hingga kurang dari 150 gram
b. Tikus jantan mati pada saat penelitian
c. Tikus tampak sakit (gerakan tidak aktif) pada saat penelitian

4.4

Alat dan Bahan

4.4.1 Alat
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
1. Kandang hewan
2. Timbangan digital
3. Oven
4. Jarum gavage
5. Pengaduk
6. Tabung beku no additive (vaculab)
7. Bak bedah
8. Beaker glass
9. Gelas ukur
10. Kamera digital
11. Pipet tetes
12. Sarung tangan
13. Masker
14. Tabung Erlenmeyer
4.4.2 Bahan
1. Tikus jantan sebagai hewan perlakuan
2. Daun salam
3. Aquabidest
4. Telur ayam kampung (Kuning telur)
5. Etanol 96%
4.5

Rancangan Penelitian

19

Penelitian menggunakan sampel sebanyak 24 ekor tikus putih jantan galur


wistar, kemudian tikus dibagi dalam 4 kelompok, sehingga jumlah sampel tiap
kelompok sebanyak 6 ekor. Perlakuan tiap kelompok adalah sebagai berikut :
1. Kelompok K (+) : Kelompok kontrol positif diberi kuning telur 6,25
2. Kelompok P1

gr/kgBB/hari
: Diberi induksi kuning telur 6,25 gr/kgBB/hari + 0,72

3. Kelompok P2

gr/200grBB/hari ekstrak daun salam


: Diberi induksi kuning telur 6,25 gr/kgBB/hari + 1,44

4. Kelompok P3

gr/200grBB/hari ekstrak daun salam


: Diberi induksi kuning telur 6,25 gr/hari + 2,88
gr/200grBB hari ekstrak daun salam
24 ekor tikus jantan

Adaptasi 1 minggu
-------------------------------------------------------------------------(Hari ke 1-7)
K (+)

P1

P2

P3

6 ekor

6 ekor

6 ekor

6 ekor

P2

P3

L1

7 hari
(Hari ke 8-14)
K (+)
Pakan standar BR 2

P1

Pakan standar BR 2 + kuning telur

+ kuning telur
------------------------------------------------------------------------------K (+)

7 hari
(Hari ke 15-21)

L2

P1 + PA

P2 + PA

P3 + PA

(0,72 gr)/

(1,44 gr)/

(,288 gr)/

200grBB/hari

200grBB/hari

200grBB/hari

20

Pakan standar BR 2 ad libitum


-------------------------------------------------------------------------------- L3
4.1 Gambar Rancangan Penelitian
Keterangan :
1. BR 2 : Pakan Standar BR 2
2. PA : Pemberian ekstrak daun salam
3.
L1
: Pengambilan darah dan pemeriksaan LDL
(pemeriksaan awal) hari ke 7.
4.
L2
: Pengambilan darah dan pemeriksaan LDL (setelah
5.

L3

diinduksi kuning telur) hari ke 14.


: Pengambilan darah dan pemeriksaan LDL (tikus setelah
diberi ekstrak daun salam) hari ke 21.

[Pemberian ekstrak daun salam selama 15 hari berdasarkan penelitian


Pidrayanti, (2008)].
4.6

Cara Kerja

4.6.1 Pembuatan Diet Kuning Telur


Pembuatan diet kuning telur dilakukan dengan cara; memisahkan kuning
telur dari putihnya, kemudian membuat emulsi kuning telur dengan mengocok
perlahan. Penelitian sebelumnya menggunakan tikus putih dengan dosis 6,25
gr/kgBB/hari (Anggraeni, 2009).
4.6.2 Ekstraksi Daun Salam
Daun Salam segar yang akan digunakan terlebih dahulu diidentifikasi di
Laboratorium Farmasi Kedokteran. Daun Salam segar sebanyak 2 kg kemudian
dikeringkan. Daun tersebut dikeringkan dengan cara dianginanginkan, kemudian
dihaluskan dan diayak sampai diperoleh serbuk kering. Serbuk kering daun salam
dimaserasi dengan etanol 96% kemudian di saring, lalu residu dimaserasi lagi.
Pekerjaan tersebut diulang sehingga secara keseluruhan maserasi dilakukan
selama 4x24 jam. Ekstrak cair yang diperoleh diuapkna dengan penurunan
tekanan memakai alat rotafavor sampai diperoleh ekstrak kering dan ditimbang.
Penentuan besar dosis daun Salam diberikan secara bertingkat sebesar
0,72gr/200gBB/hari, 1,44gr/200grBB/hari, 2,88gr/200grBB/hari selama 7 hari.

21

Penentuan besar dosis diambil dari melanjutkan penelitian sebelumnya oleh


pidrayanti (2008) yang menggunakan dosis 0,18gr/hari, 0,36gr/hari, 0,72gr/hari
selama 7 hari pada tikus wistar jantan. Dimana dari penelitian tersebut didapatkan
dosis efektif yaitu 0,72gr/hari, kemudian pada penelitian ini dosis daun Salam
dinaikkan

menjadi

0,72gr/200grBB/hari,

1,44gr/200grBB/hari,

2,88gr/200grBB/hari selama 7 hari dengan tujuan dosis tersebut dapat


memberikan pengaruh meningkatkan kadar Kolesterol LDL.
4.6.3

Pemberian Ekstrak Daun Salam


Tahap pertama, semua kelompok tikus diadaptasi dengan diberikan pakan

standar BR-2 secara ad libitum selama 1 minggu (hari 1 sampai hari ke 7), tahap
kedua (hari ke 8 sampai hari ke 14) kelompok kontrol positif dan kelompok
perlakuan diberikan induksi kuning telur selama 7 hari ad libitum. Pada tahap
ketiga yaitu pada hari ke 15-21 pada kelompok perlakuan, selain diberikan pakan
standar, diberikan tambahan diet ekstrak daun salam peroral (sonde) dengan tiga
dosis bertingkat (0,72 gr/hari, 1,44 gr/hari, 2,88 gr/hari) selama 7 hari yaitu dari
hari ke 15 sampai hari ke 21. Pada akhir tiap-tiap tahap dilakukan pemeriksaan
terhadap kadar LDL kolesterol serum yang diambil melalui lateral ekor tikus.
4.6.4 Analisis Kolesterol Serum
a. Trigliserida
0,01 ml serum + 1,00 ml reagen presipitasi
Dicampur
Diinkubasi pada suhu 370C, 5 menit
Dibaca absorbansi pada 500
b. Low Density Lipoprotein (LDL)

nm

Kadar LDL dihitung secara langsung menggunakan rumus :


Kadar LDL = TK (HDL + TG/5) ; dengan asumsi TG/5 merupakan VLDL

22

4.7

Metode Analisis Data

4.7.1 Pengolahan Data


Adapun langkah-langkah sebagai berikut :
a. Editing Data
Memeriksa kelengkapan data yang telah di kumpulkan apabila data
belum lengkap ataupun kesalahan data.
b. Coding Data
Dilakukan apabila data sudah terkumpul kemudian di koreksi
ketepatannya dan kelengkapannya kemudian di beri kode oleh peneliti
secara manual sebelum diolah ke dalam computer.
c. Entry
Data yang telah di bersihkan kemudian dimasukkan ke dalam program
computer.
d. Cleaning Data
Pemeriksaan semua data yang telah dimasukkan ke dalam computer.
e. Saving
Kegiatan menyimpan data di dalam komputer.
4.7.2. Analisa Data
Data yang didapat dari setiap parameter (variabel) pengamatan dicatat dan
disusun ke dalam bentuk table. Data kuantitatif (Variabel dependen) yang di
dapatkan, diuji kemaknaannya terhadap pengaruh kelompok perlakuan (variabel
independen) dengan bantuan program statistic komputer yakni Program
Statistical Product and Service Solution (SPSS) untuk melihat apakah terdapat
efek ekstrak daun salam terhadap penurunan LDL tikus putih jantan galur wistar
yang di induksi kuning telur setelah pemberian ekstrak daun salam dengan
menggunakan uji Friedman.

BAB 5
HASIL DAN PEMBAHASAN

23

5.1

Hasil
Penelitian ini menggunakan 24 ekor tikus putih jantan galur wistar (Rattus

novergicus L.) dengan cadangan 8 ekor tikus putih jantan. Dari penelitian ini
didapati tikus yang mati sebanyak 4 ekor . pada pemeriksaan pre test dari
beberapa kelompok: kelompok kontrol= 2 ekor, kelompok P1= 1 ekor, kelompok
P2= 1 ekor. Kemudian dari penelitian yang telah dilakukan mengenai Penelitian
ini diberikanefek ekstrak daun salam (Syzygium polyanthum) pada tikus putih
jantan galur wistar (rattus novergicus l.) yang di induksi kuning telur untuk diukur
dan dianalisisterhadap penurunan kadar LDL (Low Density Lipoprotein) tikus
putih jantan galur wistar (rattusnovergicus l.) yang di induksi kuning telur).
Pengukuran dilakukan tiga kali yaitu sebelum perlakuan, saat intervensi I (induksi
kuning telur, dan setelah perlakuan II (pemberian ekstrak daun salam)didapati
hasil pada pemeriksaan pre test, interval, post te.
5.1.1

Pre Tes
Pemeriksaan

Kelompok
K (+)
P1
P2
P3

Rerata Std. Deviasi


Pre
Intervensi
Post
14.671.751 19.0010.526
8.173764
25.0013.624 22.8318.071

P
0.100

Pada saat dilakukan pemeriksaan pre test, terdapat 4 ekor tikus yang mati,
oleh karena pada saat pengambilan darah yang pertama tikus dipanaskan dua kali,
hal itu membuat tikus mati, dan juga pengurutan ekor tikus yang terlalu keras
sehingga kulit ekor tikus tersebut terlepas dan menyebabkan tikus mengalami
infeksi dan akhirnSetelah dilakukan uji statistik terhadap kadar LDL awal (pre
test) tikus putih jantan galur wistar menunjukkan bahwa mean kelompok K+ =
14.67 mg/dL, P1= 25.00 mg/dL, P2= 25.17 mg/dL, P3= 25.50 mg/dL. Data mean
LDL menunjukkan bahwa ada perbedaan antara kelompok control dengan
kelompok perlakuan, tetapi pada kelompok P1, P2, dan P3 memiliki nilai yang
hampir sama.

24

Nilai P untuk uji normalitas LDL pre pada kelompok K+ = 0.918, P1=
0.997, P2= 0.393, P3= 0.121. Hasil ini menunjukkan bahwa data K+, P1, P2, dan
P3 berdistribusi normal yang ditandai dengan nilai P>0.05.
Kemudian dilakukan uji statistik terhadap kadar LDL setelah diinduksi
kuning telur (intervensi) sebanyak 6,25 gr/kgBB tikus putih jantan galur wistar
menunjukkan bahwa nilai mean kelompok K+ = 19.00 mg/dl, P1 = 22.83 mg/dl,
P2= 25.17 mg/dl, P3= 22.33 mg/dl. Nilai P untuk uji normalitas LDL intervensi
pada kelompok K+ = 0.216, P1= 0.220, P2 = 0.398, P3 = 0.666. Hasil ini
menunjukkan bahwa data K+, P1, P2, P3 berdistribusi normal yang ditandai
dengan nilai P>0,05.
5.1.2 Intervensi
Pada saat dilakukan

Daftar Pustaka
Anggraeni, D. C. et al., 2009. Pengaruh Pemberian Angkak Terhadap Kadar
Kolesterol Total Darah Tikus Putih (Rattus novergicus L.). Fakultas
Kedokteran Universitas Sebelas Maret.
Badan Pengawasan Obat dan Makanan., 2004. Monografi Ekstrak Tumbuhan
Obat Indonesia Vol 1. Jakarta:BPOM.
Baum J. A, Teng H, Erdman J. W, Weigel R. M, Klein B. P, Persky V. W, Freels S,
Surya P, Bakhit R. M, Ramos E, Shay N. F & Potter S. M., 1992. Long
term intake of soy protein improves blood lipid profile and increases
mononuclear cell lowdensity lipoprotein receptor messenger RNA in
hypercholesterolemic postmenopausal women, Am J ClinNut, 58 545
Dalimartha, S., 2008. 30 Resep Tumbuhan Obat untuk Menurunkan Kolesterol.
edisi
revisi.
Diakses
dari:
http://books.google.co.id/books?

25

id=5bE4kpsfTXQC&printsec=frontcover&hl=id&source=gbs_ge_summar
y_r&cad=O#v=onepage&q&f=false Diakses pada tanggal 25 juli 2013.
Guyton, A. C, dan Hall, J. E., 2008. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. 11th ed,
Jakarta: EGC.888-893.
Hapsoh dan Nini, R,. 2008. Textbook. Diakses tanggal 17 juli 2008.Dapat diakses
di http://USU.ac.id/content/budidaya/agronomi/textbook.pdf .
Harborne, J.B, Baxter H., 1999. The handbook of natural flavonoids, Vols 1 and 2.
Chichester, UK: John Wiley and Sons.
Heldt, H., 2005. Plant Biochemistry (First edition), Academic Press/Elsevier, New
Dehli, pp.353-489.
Hembing. Mengendalikan Kolesterol Tinggi dengan Herba dan Pola Hidup
Sehat. [Online] 2006 [cited 2007 Feb 10]. Dapat diakses di:
http://www.cbnportal.com
Istiqomah, N., 2009. Pengaruh Minyak Atsiri Cabe Jawa terhadap Jumlah
Platelet
Tikus Wistar yang diberi Diet Kuning Telur. Universitas
Diponegoro, Semarang.

Ismantri, F., 2009. Prevalensi Penderita Penyakit Jantung Koroner yang


Menjalani Intervensi Koroner Perkutan di Rumah Sakit Binawaluya Tahun
2008-2009. Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta.
Keliat, S., 2011. Prevalensi Hiperkolesterolemia Pada Pasien Dengan Penyakit
Jantung Koroner di RSUP H.Adam Malik Tahun 2009-2010. Universitas
Sumatera Utara, Medan.
Lyrawati, D., 2008. Terapi Obat Dislipidemia. [Online] 2008 [cited 2013 Jul 25].
Dapat diakses di: http://lyrawati.files.wordpress.com/2008/11/koronerakut-infarkmiokard_obat_hosppharm.pdf
Majid, A., 2007. Penyakit Jantung Koroner:Patofisiologi, Pencegahan, Dan
Pengobatan Terkini. Universitas Sumatera Utara, Medan.
Middleton, E, Kandaswami C, Theoharides TC., 2000. The effects of plant
flavonoids on mammalian cells: implications for inflammation, heart
disease, and cancer. Pharmacological reviews 53: 673-751.

26

Muflihat, D.A., 2008. Inhibisi ekstrak herba kumis kucing dan daun salam
terhadap aktivitas xantin oksidase [skripsi], Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor.
Murray Robert, K, et al., 2009 .editor. Biokimia Harper. 27th. ed. Jakarta:EGC. P.
117-620.
Pidrayanti, L., 2008. Pengaruh Pemberian Ekstrak Daun Salam (Eugenia
polyantha) Terhadap Kadar LDL Kolesterol Serum Tikus Jantan Galur
Wistar Hiperlipidemia. Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro,
Semarang.
Prasetyo, A. et al., 2000. Profil Lipid dan Ketebalan Dinding Arteri Abdominalis
Tikus Wistar pada Injeksi Inisial Adrenalin Intravena (IV) dan Diet
Kuning Telur Intermitten.Media Medika Indonesiana;35:3.
Price, S. Wilson,L., 2006. Patofisiologi:Konsep Klinis,Proses-Proses Penyakit.
6th ed., Jakarta:EGC. Vol 1, 580-582.
Radhika, S., K.H. Smila and R. Muthezhilan., 2011. Antidiabetic and
Hypolipidemic Activity of Punica granatum Linn on Alloxan Induced Rats.
World Journal of Medical Sciences 6 (4): 178-182.
Razik, M.A, John AC., 2002. Molecular interplay between ion channels and the
regulation of apoptosis. Biol Res 35:203207.
Reed, J.C., 2000. Mechanism of apoptosis. Am J Pathol. 157:1415-1430.
Sargowo D., 2005. Peranan Kadar Trigliserida dan Lipoprotein sebagai Faktor
Resiko Penyakit Jantung Koroner.[Serial Online]2005[Cited 2009
Jan30].Dapat diakses di: URL:http//medicaastore.ca.id.
Sihombing, A. B. H., 2003. Pemanfaat Rumput Laut Sebagai Sumber Serat
Pangan dalam Ransum untuk Menurunkan Kadar Kolesterol Darah Tikus
Percobaan. Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian, Bogor.
Sudoyo. W. A, et al., 2007. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi IV Jilid III,
Jakarta: Pusat Penerbitan Departmen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia.
Sumono A, Wulan ASD., 2008. The use of bay leave (Eugenia polyantha wight) in
dentistry. Dental Journal 41 (3):147-150.

Anda mungkin juga menyukai