BAB 1
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Low Density Lipoprotein (LDL) adalah kolesterol yang mengangkut paling
Obat standar yang umum digunakan untuk menurunkan LDL adalah salah
satunya dengan menggunakan statin, yang memiliki efek baik terhadap profil lipid
secara keseluruhan. Statin, menurunkan kadar lowdensity lipoprotein, yang
berkaitan dengan resiko kardiovaskuler, akan tetapi efek samping yang dijumpai
pada 5% pasien adalah miopati, muncul sebagai gejala nyeri pada otot dan
persendian (Lyrawati, 2008).
Sehingga saat ini banyak penelitian tentang pemanfaatan tanaman sebagai
obat. Tumbuhan itu sendiri memiliki sejuta manfaat termasuk untuk obat berbagai
penyakit. Penggunaan bahan alam sebagai obat cenderung mengalami
peningkatan dengan adanya back to nature dan krisis ekonomi berkepanjangan
yang mengakibatkan turunnya daya beli masyarakat terhadap obat-obatan modern
yang relative lebih mahal harganya (Hapsoh, 2008).
Daun salam (syzigium polyanthum) sangat dikenal dimasyarakat yang
umum digunakan sebagai bumbu dapur, sehingga mudah diperoleh. Namun
berdasarkan penelitian bahwa daun salam mengandung beberapa bahan aktif yang
diduga dapat menurunkan kadar LDL dalam darah, sehingga dapat mencegah
keadaan hiperlipidemia. Kandungan flavonoid dalam daun salam mempunyai
efek dalam menurunkan LDL. Pada penelitian sebelumnya pemberian ekstrak
daun
salam
0,18
gr/200grBB/hari;
0,36
gr/200grBB/hari;
dan
0,72
1.2
Rumusan Masalah
Dari latar belakang yang sudah diuraikan diambil rumusan masalah
sebagai berikut :
Apakah terdapat efek ekstrak daun salam terhadap penurunan LDL tikus putih
jantan galur wistar yang di induksi kuning telur setelah pemberian ekstrak daun
salam?
1.3
Tujuan Penelitian
0,72
gr/200grBB/hari,
1,44
gr/200grBB/hari,
2,88
1.4.2 Peneliti
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Daun Salam (Syzygium polyanthum)
Salam merupakan pohon rimbun dengan tinggi mencapai 25 m, berakar
tunggal, dan berbatang bulat dengan permukaan yang licin. Daun berbentuk
lonjong hingga elips, panjang tangkai 0,5-1 cm, pertulangan daun menyirip,
permukaan atas licin berwarna hijau tua, dan permukaan bawah berwarna hijau
muda. Bunga berwarna putih dan baunya harum. Buah berbentuk bulat, diameter
8-9 mm, saat masih muda berwarna hijau, saat matang berubah warna menjadi
merah gelap, dan rasanya agak sepat. Biji berbentuk bulat, penampang sekitar 1
cm, dan berwarna coklat (Sumono, 2008).
2.1.1
Kingdom
: Plantae
Divisi
: Spermatophyta
Subdivisi
: Angiospermae
Kelas
: Dicotyledoneae
Ordo
: Myrtales
Family
: Myrtaceae
Genus
: Syzygium
Spesies
: Syzygium polyanthum
Sejarah Singkat
Kandungan Salam
Kandungan kimia daun salam di antaranya minyak atsiri (0,05%) yang
terdiri dari sitral dan eugenol (Sumono, 2008), serta mengandung tanin tidak
kurang dari 21,7% dan flavonoid dengan fluoretin dan kuersitrin sebagai golongan
utama (BPOM, 2004). Berdasarkan penelitian Muflihat (2008), dari uji fitokimia
yang dilakukan diketahui bahwa ekstrak daun Salam mengandung flavonoid,
saponin dan tanin.
Aktivitas flavonoid pada daun salam yang memberikan pengaruh dalam
penyembuhan penyakit degeneratif dengan cara menginduksi sinyal-sinyal untuk
mengaktifkan enzim kaspase untuk merusak mitokondria sel. Rusaknya
mitokondria kemudian mengaktifkan mekanisme apoptosis dan menghambat
proliferasi sel sehingga terbentuklah badan apoptosis (Reed, 2000; Razik, 2002).
Flavonoid merupakan suatu senyawa yang terdapat di setiap bagian sel
yang berfotosintesis pada kindom plantea. Senyawa ini berperan dalam reaksi
terang selama katalisis transport elektron. Flavonoid disintesis dari asam amino
aromatik, fenilalanin dan tirosin, lalu bergabung bersama unit asetat (Heldt,
2005).
Struktur dasar dari senyawa flavonoid (Gambar 2) yaitu cincin 2-fenilbenzol (A dan B) yang terhubung melalui cincin piran C.Flavonoid
diklasifikasikan berdasarkan asal usul biosintetiknya. Beberapa jenis flavonoid
seperti kalkon, flavon, flavan-3-ol dan flavan 3,4-diol, seluruhnya merupakan
turunan dari produk biosintesis yang tersimpan dalam jaringan tanaman. Jenis
lain yang diketahui adalah antosianidin, proantosianidin, flavon, dan flavonol.
Dua jenis tambahan dari senyawa ini yang sisi rantai 2-fenil dari flavonnya
buah Salam. Flavonoid memiliki banyak pengaruh dalam biokimia dan fisiologi
tumbuhan, yaitu sebagai antioksidan, inhibitor enzim, prekursor senyawa toksik
dan pigmen (Harborne, 1999). Senyawa ini telah diketahui aktivitasnya sebagai
anti-inflamasi, antioksidan, antialergi, hepatoprotektor (Middleton dkk, 2000).
2.2
Lipid
2.
3.
Kolesterol HDL ini mengangkut kolesterol lebih sedikit dan mengandung banyak
protein. HDL berfungsi membuang kelebihan kolesterol yang dibawa oleh LDL
dengan membawanya kembali ke hati dan kemudian diurai kembali. Dengan
membawa kelebihan kolesterol yang dibawa oleh LDL tadi, maka HDL membantu
mencegah terjadinya pengendapan dan mengurangi terbentuknya plak di
pembuluh darah yang dapat mengganggu peredaran darah dan membahayakan
tubuh. Karena itu kolesterol HDL ini disebut kolesterol baik (Guyton.dkk, 2008).
2.2.4
10
dikeluarkan dari sirkulasi oleh interaksinya dengan reseptor apoprotein B/E atau
di konversi menjadi LDL. Konversi IDL menjadi LDL menjadi kerja enzim lipase
hepatik, disertai dengan pengeluaran trigliserida dan apoprotein E, dan hal ini
terjadi di permukaan hepatosit. Defek pada apoprotein E dari VLDL manusia
mengakibatkan terjadinya akumulasi aterogenik VLDL remnant (b-VLDL)
sehingga terjadi hiperlipoproteinemia (Guyton.dkk, 2008).
2.2.5 Pembentukan Fosfolipid
Fosfolipid pada dasarnya dibentuk di semua sel tubuh, walaupun sel
tertentu mempunyai kemampuan khusus untuk untuk membentuk fosfolipid dalam
jumlah yang besar. Mungkin 90 persen dibentuk di sel hati, jumlah yang cukup
banyak juga di bentuk oleh sel epitel usus selama absorpsi lipid dari usus
(Guyton.dkk, 2008).
Kecepatan pembentukan fosfolipid sampai tahap tertentu di atur oleh
faktor yang biasa mengatur kecepatan metabolisme lemak secara keseluruhan.
Karena, ketika trigliserida di timbun di hati, kecepatan pembentukan fosfolipid
meningkat. Zat kimia khusus tertentu juga di butuhkan untuk pembentukan
beberapa fosfolipid (Guyton.dkk, 2008).
2.2.6 Trigliserida
Selain LDL dan HDL, yang penting untuk diketahui juga adalah
trigliserida, yaitu satu jenis lemak yang terdapat dalam darah dan berbagai organ
dalam tubuh. Meningkatnya kadar trigliserida dalam darah juga dapat
meningkatkan kadar kolesterol. Sejumlah faktor dapat mempengaruhi kadar
trigliserida dalam darah seperti kegemukan, konsumsi alkohol, gula, dan makanan
berlemak. Trigliserida merupakan lemak darah yang cenderung naik seiring
dengan konsumsi alkohol, peningkatan trigliserida akan menambah resiko
terjadinya penyakit jantung dan stroke (Murray, 2009).
11
Tabel 2.1 Klasifikasi Kolesterol Total, Kolesterol LDL, Kolesterol HDL, dan
trigliserida menurut NCEP ATP III 2001 mg/dl.
Kadar kolesterol
Kadar kolesterol total (mg/dl)
<200
200-239
240
Kadar kolesterol LDL (mg/dl)
>100
130-159
Keterangan
Optimal
Diinginkan
Tinggi
Optimal
Diinginkan
12
160-189
Tinggi
190
Kadar kolesterol HDL (mg/dl)
Sangat tinggi
<40
Rendah
60
Trigliserida (mg/dl)
Tinggi
>150
Optimal
150-199
Diinginkan
200-499
Tinggi
500
Sangat tinggi
(Sudoyo dkk, 2007)
2.3
Hiperlipidemia
Lipid plasma yaitu kolesterol, trigliserida, fosfolipid, dan asam lemak
bebas yang berasal dari makanan (eksogen) dan dari sintesis lemak (endogen).
Kolesterol dan trigliserida adalah dua jenis lipid yang relative mempunyai makna
klinis penting sehubungan dengan aterogenesis. Lipid tidak larut dalam plasma,
sehingga lipid terikat pada protein sebagai mekanisme transpor dalam serum.
Ikatan ini menghasilkan empat kelas utama lipoprotein
1.
2.
3.
4.
Kilomikron
Lipoprotein densitas sangat rendah (VLDL)
Lipoprotein densitas rendah (LDL)
Lipoprotein densitas tinggi (HDL)
Kadar relative lipid dan protein berbeda-beda pada setiap kelas tersebut.
Dari keempat kelas lipoprotein yang ada, LDL yang paling tinggi kadar
kolesterolnya,
sedangkan
kilomikron
dan
VLDL
paling
tinggi
kadar
trigliseridanya. Kadar protein tertinggi terdapat pada HDL (Price dkk, 2006).
Istilah hiperlipidemia menyatakan peningkatan kolesterol dan atau
trigliserida serum di atas batas normal. Kasus dengan kadar tinggi yang
disebabkan oleh gangguan sistemik disebut sebagai hiperlipidemia sekunder.
Penyebab utama hiperlipidemia adalah obesitas, asupan alkohol yang berlebihan,
13
Induksi Hiperlipidemia
Pemberian diet kuning telur pada tikus sangat mempengaruhi metabolisme
14
BAB 3
KERANGKA KONSEP, KERANGKA TEORI,
& DEFINISI OPERASIONAL
3.1
Kerangka konsep
Variable independen
Ekstrak daun salam
Dengan berbagai dosis
3.2
Variabel dependen
kadar LDL tikus
Kerangka Teori
Tikus Putih Jantan Galur
Wistar
(0,72 gr/200grBB/hari;
1,44 gr/200grBB/hari;
2,88gr/200grBB/hari)
15
Induksi Kuning
LDL meningkat
Telur
Berdiferensiasi menjadi
makrofag
Tanin
LDL-Oksidasi
Mengeluarkan Enzim
Kapase
Merusak mitokondria sel
Mengaktifkan mekanisme
apoptosis sel
lanjut
dinding aorta
dinding
aorta
Berdasarkan
kerangka konsep di atas maka defenisi operasional
yang di
dapat sebagai berikut :
15
1. Ekstrak Daun Salam
Ekstraksi daun salam ialah dengan cara penarikan zat aktif yang diinginkan
dengan metode maserasi dari bahan mentah obat berupa daun salam segar
menggunakan pelarut etanol 96%. Bahan mentah tersebut di kumpulkan,
dibersihkan atau dicuci, lalu dikeringkan dan dijadikan serbuk. Hasil dari
ekstraksi disebut ekstrak. Ekstrak daun salam diberikan dengan dosis 0,72
2.
16
Hipotesis
Terdapat efek pemberian ekstrak daun salam terhadap penurunan kadar
LDL pada tikus putih jantan galur wistar yang di induksi kuning telur.
BAB 4
METODE PENELITIAN
4.1
Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan rancangan Pre
and Post Test with Control Group design. Sampel dibagi menjadi 4 kelompok
dengan menggunakan metode randomisasi sederhana, yaitu 3 kelompok
eksperimental,dan 1 kelompok kontrol positif.
4.2
ini
dilaksanakan
dari
bulan
November-Desember,
di
Laboratorium Biokimia FK UMSU. Untuk mengetahui profil lipid LDLkolesterol tikus percobaan, dilakukan pemeriksaan darah di Laboratorium
biokimia FK UMSU Medan.
4.3
4.3.1
17
Dalam penelitian ini yang menjadi populasi penelitian adalah tikus jantan
galur wistar dewasa berusia > 3 bulan, yang diperoleh dari Unit Pemeliharaan
Hewan Laboratorium FK UMSU. Berat badan tikus yang dipakai adalah 150-250
gr.
4.3.2
Sampel Penelitian
Sampel penelitian ditentukan dengan menggunakan rumus Federer,
Keterangan :
17
n = jumlah ulangan
t = jumlah perlakuan
Penelitian menggunakan 4 kelompok, yaitu kelompok kontrol (+), 3
kelompok perlakuan. Maka jumlah sampel yang dipergunakan diperoleh dari
perhitungan sebagai berikut :
Rumus
= (n 1) (t 1) 15
= (n 1) (4 -1) 15
= 3(n-1) 15
= 3n 15 + 3
= n 18/3
=n6
Berdasarkan perhitungan tersebut diperoleh bahwa masing-masing
kelompok sampel mempergunakan 6 ekor tikus putih jantan. Jadi, jumlah sampel
keseluruhan yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah 24 ekor tikus putih
jantan, kemudian disiapkan tikus tambahan apabila dalam penelitian tikus tibatiba mati, tikus yang ditambahkan sebanyak 34% dari total sample penelitian. Jadi
total tikus yang digunakan sebanyak 32 ekor tikus jantan.
4.3.3 Kriteria Inklusi
a. Berat badan tikus (150-250 gr)
18
Kriteria Eksklusi
a. Bobot tikus putih jantan mengalami penurunan berat badan dari berat
badan awal atau berat badan turun hingga kurang dari 150 gram
b. Tikus jantan mati pada saat penelitian
c. Tikus tampak sakit (gerakan tidak aktif) pada saat penelitian
4.4
4.4.1 Alat
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
1. Kandang hewan
2. Timbangan digital
3. Oven
4. Jarum gavage
5. Pengaduk
6. Tabung beku no additive (vaculab)
7. Bak bedah
8. Beaker glass
9. Gelas ukur
10. Kamera digital
11. Pipet tetes
12. Sarung tangan
13. Masker
14. Tabung Erlenmeyer
4.4.2 Bahan
1. Tikus jantan sebagai hewan perlakuan
2. Daun salam
3. Aquabidest
4. Telur ayam kampung (Kuning telur)
5. Etanol 96%
4.5
Rancangan Penelitian
19
gr/kgBB/hari
: Diberi induksi kuning telur 6,25 gr/kgBB/hari + 0,72
3. Kelompok P2
4. Kelompok P3
Adaptasi 1 minggu
-------------------------------------------------------------------------(Hari ke 1-7)
K (+)
P1
P2
P3
6 ekor
6 ekor
6 ekor
6 ekor
P2
P3
L1
7 hari
(Hari ke 8-14)
K (+)
Pakan standar BR 2
P1
+ kuning telur
------------------------------------------------------------------------------K (+)
7 hari
(Hari ke 15-21)
L2
P1 + PA
P2 + PA
P3 + PA
(0,72 gr)/
(1,44 gr)/
(,288 gr)/
200grBB/hari
200grBB/hari
200grBB/hari
20
L3
Cara Kerja
21
menjadi
0,72gr/200grBB/hari,
1,44gr/200grBB/hari,
standar BR-2 secara ad libitum selama 1 minggu (hari 1 sampai hari ke 7), tahap
kedua (hari ke 8 sampai hari ke 14) kelompok kontrol positif dan kelompok
perlakuan diberikan induksi kuning telur selama 7 hari ad libitum. Pada tahap
ketiga yaitu pada hari ke 15-21 pada kelompok perlakuan, selain diberikan pakan
standar, diberikan tambahan diet ekstrak daun salam peroral (sonde) dengan tiga
dosis bertingkat (0,72 gr/hari, 1,44 gr/hari, 2,88 gr/hari) selama 7 hari yaitu dari
hari ke 15 sampai hari ke 21. Pada akhir tiap-tiap tahap dilakukan pemeriksaan
terhadap kadar LDL kolesterol serum yang diambil melalui lateral ekor tikus.
4.6.4 Analisis Kolesterol Serum
a. Trigliserida
0,01 ml serum + 1,00 ml reagen presipitasi
Dicampur
Diinkubasi pada suhu 370C, 5 menit
Dibaca absorbansi pada 500
b. Low Density Lipoprotein (LDL)
nm
22
4.7
BAB 5
HASIL DAN PEMBAHASAN
23
5.1
Hasil
Penelitian ini menggunakan 24 ekor tikus putih jantan galur wistar (Rattus
novergicus L.) dengan cadangan 8 ekor tikus putih jantan. Dari penelitian ini
didapati tikus yang mati sebanyak 4 ekor . pada pemeriksaan pre test dari
beberapa kelompok: kelompok kontrol= 2 ekor, kelompok P1= 1 ekor, kelompok
P2= 1 ekor. Kemudian dari penelitian yang telah dilakukan mengenai Penelitian
ini diberikanefek ekstrak daun salam (Syzygium polyanthum) pada tikus putih
jantan galur wistar (rattus novergicus l.) yang di induksi kuning telur untuk diukur
dan dianalisisterhadap penurunan kadar LDL (Low Density Lipoprotein) tikus
putih jantan galur wistar (rattusnovergicus l.) yang di induksi kuning telur).
Pengukuran dilakukan tiga kali yaitu sebelum perlakuan, saat intervensi I (induksi
kuning telur, dan setelah perlakuan II (pemberian ekstrak daun salam)didapati
hasil pada pemeriksaan pre test, interval, post te.
5.1.1
Pre Tes
Pemeriksaan
Kelompok
K (+)
P1
P2
P3
P
0.100
Pada saat dilakukan pemeriksaan pre test, terdapat 4 ekor tikus yang mati,
oleh karena pada saat pengambilan darah yang pertama tikus dipanaskan dua kali,
hal itu membuat tikus mati, dan juga pengurutan ekor tikus yang terlalu keras
sehingga kulit ekor tikus tersebut terlepas dan menyebabkan tikus mengalami
infeksi dan akhirnSetelah dilakukan uji statistik terhadap kadar LDL awal (pre
test) tikus putih jantan galur wistar menunjukkan bahwa mean kelompok K+ =
14.67 mg/dL, P1= 25.00 mg/dL, P2= 25.17 mg/dL, P3= 25.50 mg/dL. Data mean
LDL menunjukkan bahwa ada perbedaan antara kelompok control dengan
kelompok perlakuan, tetapi pada kelompok P1, P2, dan P3 memiliki nilai yang
hampir sama.
24
Nilai P untuk uji normalitas LDL pre pada kelompok K+ = 0.918, P1=
0.997, P2= 0.393, P3= 0.121. Hasil ini menunjukkan bahwa data K+, P1, P2, dan
P3 berdistribusi normal yang ditandai dengan nilai P>0.05.
Kemudian dilakukan uji statistik terhadap kadar LDL setelah diinduksi
kuning telur (intervensi) sebanyak 6,25 gr/kgBB tikus putih jantan galur wistar
menunjukkan bahwa nilai mean kelompok K+ = 19.00 mg/dl, P1 = 22.83 mg/dl,
P2= 25.17 mg/dl, P3= 22.33 mg/dl. Nilai P untuk uji normalitas LDL intervensi
pada kelompok K+ = 0.216, P1= 0.220, P2 = 0.398, P3 = 0.666. Hasil ini
menunjukkan bahwa data K+, P1, P2, P3 berdistribusi normal yang ditandai
dengan nilai P>0,05.
5.1.2 Intervensi
Pada saat dilakukan
Daftar Pustaka
Anggraeni, D. C. et al., 2009. Pengaruh Pemberian Angkak Terhadap Kadar
Kolesterol Total Darah Tikus Putih (Rattus novergicus L.). Fakultas
Kedokteran Universitas Sebelas Maret.
Badan Pengawasan Obat dan Makanan., 2004. Monografi Ekstrak Tumbuhan
Obat Indonesia Vol 1. Jakarta:BPOM.
Baum J. A, Teng H, Erdman J. W, Weigel R. M, Klein B. P, Persky V. W, Freels S,
Surya P, Bakhit R. M, Ramos E, Shay N. F & Potter S. M., 1992. Long
term intake of soy protein improves blood lipid profile and increases
mononuclear cell lowdensity lipoprotein receptor messenger RNA in
hypercholesterolemic postmenopausal women, Am J ClinNut, 58 545
Dalimartha, S., 2008. 30 Resep Tumbuhan Obat untuk Menurunkan Kolesterol.
edisi
revisi.
Diakses
dari:
http://books.google.co.id/books?
25
id=5bE4kpsfTXQC&printsec=frontcover&hl=id&source=gbs_ge_summar
y_r&cad=O#v=onepage&q&f=false Diakses pada tanggal 25 juli 2013.
Guyton, A. C, dan Hall, J. E., 2008. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. 11th ed,
Jakarta: EGC.888-893.
Hapsoh dan Nini, R,. 2008. Textbook. Diakses tanggal 17 juli 2008.Dapat diakses
di http://USU.ac.id/content/budidaya/agronomi/textbook.pdf .
Harborne, J.B, Baxter H., 1999. The handbook of natural flavonoids, Vols 1 and 2.
Chichester, UK: John Wiley and Sons.
Heldt, H., 2005. Plant Biochemistry (First edition), Academic Press/Elsevier, New
Dehli, pp.353-489.
Hembing. Mengendalikan Kolesterol Tinggi dengan Herba dan Pola Hidup
Sehat. [Online] 2006 [cited 2007 Feb 10]. Dapat diakses di:
http://www.cbnportal.com
Istiqomah, N., 2009. Pengaruh Minyak Atsiri Cabe Jawa terhadap Jumlah
Platelet
Tikus Wistar yang diberi Diet Kuning Telur. Universitas
Diponegoro, Semarang.
26
Muflihat, D.A., 2008. Inhibisi ekstrak herba kumis kucing dan daun salam
terhadap aktivitas xantin oksidase [skripsi], Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor.
Murray Robert, K, et al., 2009 .editor. Biokimia Harper. 27th. ed. Jakarta:EGC. P.
117-620.
Pidrayanti, L., 2008. Pengaruh Pemberian Ekstrak Daun Salam (Eugenia
polyantha) Terhadap Kadar LDL Kolesterol Serum Tikus Jantan Galur
Wistar Hiperlipidemia. Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro,
Semarang.
Prasetyo, A. et al., 2000. Profil Lipid dan Ketebalan Dinding Arteri Abdominalis
Tikus Wistar pada Injeksi Inisial Adrenalin Intravena (IV) dan Diet
Kuning Telur Intermitten.Media Medika Indonesiana;35:3.
Price, S. Wilson,L., 2006. Patofisiologi:Konsep Klinis,Proses-Proses Penyakit.
6th ed., Jakarta:EGC. Vol 1, 580-582.
Radhika, S., K.H. Smila and R. Muthezhilan., 2011. Antidiabetic and
Hypolipidemic Activity of Punica granatum Linn on Alloxan Induced Rats.
World Journal of Medical Sciences 6 (4): 178-182.
Razik, M.A, John AC., 2002. Molecular interplay between ion channels and the
regulation of apoptosis. Biol Res 35:203207.
Reed, J.C., 2000. Mechanism of apoptosis. Am J Pathol. 157:1415-1430.
Sargowo D., 2005. Peranan Kadar Trigliserida dan Lipoprotein sebagai Faktor
Resiko Penyakit Jantung Koroner.[Serial Online]2005[Cited 2009
Jan30].Dapat diakses di: URL:http//medicaastore.ca.id.
Sihombing, A. B. H., 2003. Pemanfaat Rumput Laut Sebagai Sumber Serat
Pangan dalam Ransum untuk Menurunkan Kadar Kolesterol Darah Tikus
Percobaan. Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian, Bogor.
Sudoyo. W. A, et al., 2007. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi IV Jilid III,
Jakarta: Pusat Penerbitan Departmen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia.
Sumono A, Wulan ASD., 2008. The use of bay leave (Eugenia polyantha wight) in
dentistry. Dental Journal 41 (3):147-150.