Anda di halaman 1dari 3

PENGARUH PRAKTEK BUDIDAYA PERTANIAN TERHADAP

DIVERSITAS MUSUH ALAM & KELIMPAHAN HAMA (Altieri, 1999)


Menurut Tarmizi et al (2007) kunci untuk mengembangkan pertanian
berkelanjutan adalah mengubah sistem pertanian konvensional yang memiliki
ketergantungan kuat pada masukan energi dari luar usaha tani menuju ke sistem
pertanian

yang

mampu

mengembangkan

dan

mengkonversi

bekerjanya

komponen-komponen ekosistem baik fisik maupun biotik secara internal.


Keragaman merupakan prinsip lingkungan yang dapat diterapkan dalam kerangka
perlindungan tanaman. Pada satu ekosistem alami fungsi pengaturan yang terjadi
merupakan produk keragaman.
Tarmizi et al (2007) secara teknis memperkenalkan istilah Farmscaping untuk
pengelolaan usahatani yang bertujuan meningkatkan dan mengatur keanekaragaman
atau biodiversity guna memelihara keberadaan organisme yang menguntungkan,
melalui pengaturan tanaman yang memiliki polen yang menarik serangga,
penggunaan penutup tanah, pengaturan tanaman pelindung, menjaga kesuburan tanah,
dan reservoir air. Farmscaping memiliki cara pandang baru terhadap lahan pertanian
sebagai habitat alam dan bahwa lahan itu adalah suatu organisme, dimana di
dalamnya terjadi interaksi berbagai faktor termasuk antar berbagai jenis tanaman.
Berkurangnya keragaman tanaman dapat mempengaruhi usahatani dalam berbagai
tingkat, seperti pergeseran inang serangga dari tumbuhan ke tanaman pertanian,
hilangnya serangga dan burung predator karena kurangnya habitat. Oleh karena itu
bagaimana menarik perhatian dan memelihara musuh alami dalam praktik usahatani
merupakan bagian yang penting dalam pengelolaan habitat.

Pada bagan Perngaruh Praktek Budidaya Pertanian Terhadap Diversitas


Musuh Alami Dan Kelimpahan Hama menunjukkan bahwa pengelolaan ekosistem
pertanian mampu meningkatkan dan menurunkan diversitas musuh alami dan
peningkatan populasi hama. Mengganti atau menambah keragaman pada
agroekosistem yang telah ada dapat dilakukan agar musuh alami efektif dan
populasinya meningkat dengan cara menyediakan inang alternative dan mangsa
pada saat kelangkaan populasi inang, menyediakan pakan (tepung sari dan nectar)
parasitoid dewasa, serta menjaga populasi hama yang dapat diterima pada waktu

tertentu untuk memastikan kelanjutan hidup dari musuh alami. Pengelolaan


ekosistem pertanian ini dapat dilakukan dengan cara deversifikasi habitat,
pengelolaan tanah secara organik, pengelolaan tanah minimum, praktek budidaya
pertanian dan pestisida. deversifikasi habitat, pengelolaan tanah secara organik
dan pengelolaan tanah minimum ini mampu meningkatkan diversitas musuh alami
dan menurunkan populasi hama.
Menurut Tobing (2009) peningkatan musuh alami tergantung dari jenis
herbivore dan musuh-musuh alaminya, komposisi dan karakteristik tanaman,
kondisi fisiologi tanaman atau efek langsung dari spesies tanaman tertentu. Selain
itu peningkatan musuh alami juga dipengaruhi oleh luasnya areal pertanian,
karena mempengaruhi kecepatan perpindahan imigrasi, emigrasi dan waktu efektif
dari musuh alami tertentu di lahan pertanian. Seluruh strategi peningkatan
keragaman yang digunakan harus didasarkan pada pengetahuan akan kebutuhan
ekologis dari musuh-musuh alami. Untuk meningkatkan keefektifan musuh alami
dapat dilakukan dengan memanipulasi sumber daya non target (misal.: inang atau
mangsa alternatif, nektar, tepungsari, ruang dan waktu), sehingga bukan hanya
kelimpahan sumber-sumber daya non-target saja yang dapat mempengaruhi
populasi musuh alami, tetapi juga ketersediaan distribusi spatial dan dispersi
sementara. Manipulasi sumber-sumber daya non-target akan merangsang musuh
alami membentuk koloni habitat, sehingga meningkatkan kemungkinan musuh
alami tetap tinggal pada habitatnya dan berkembang biak.
Pada pertanaman monokultur sangat sulit dilakukan pengendalian hayati
yang tepat dan efisien karena kurang jelasnya penampakan efektif dari musuh
alami dan adanya gangguan beberapa perlakuan dalam sistem ini. Sebaliknya pada
pertanaman polikultur, sumber-sumber daya tertentu untuk musuh-musuh alami
telah tersedia. Hal ini dikarenakan adanya keragaman tanaman, lebih mudah untuk
dimanipulasi dan tidak digunakannya pestisida.

DAFTAR PUSTAKA
Tarmizi S, Y Rasminah, Sugito dan G Mudjiono 2007. Pengembangan
Keanekaranagam Sayuran Ramah Lingkungan di Lahan Lebak. Balai
Penelitian Pertanian Lahan Rawa (Balitra). Banjarbaru.
Tobing MC 2009. Keanekaragaman Hayati dan Pengelolaan Serangga Hama
dalam Agroekosistem. Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar Tetap dalam
Bidang Entomologi Pertanian pada Fakultas Pertanian, diucapkan di
hadapan Rapat Terbuka Universitas Sumatera Utara. http://www.usu.ac.id.
Internet Version. Diakses tanggal 8 November 2014.

Anda mungkin juga menyukai