Anda di halaman 1dari 4

BAB III

MANAJEMEN AGRIBISNIS PADA PERUSAHAAN


Hubungan Subsistem pada Perusahaan
Usaha peternakan kambing perah Peranakan Ettawah Sahabat
Alam Sejati merupakana usaha yang bergerak pada sektor pembibitan
ternak pada awalnya, sebagai penghasil bibit ternak kambing PE untuk
ternak kontes. Perusahaan Sahabat Alam Sejati selain bergerak pada
sektor pembibitan juga bergerak dalam sektor produksi susu kambing.
Pengadaan bibit untuk ternak kambing di perusahaan ini dilakukan melalui
pembibitan tersendiri juga mendapatkan anak kambing dari peternak.
Pengadaan berbagai peralatan yang dimiliki berasal dari pembelian
sendiri. Pakan hijauan yang didiberikan pada ternak kambing sudah
tersedia dengan lahan yang telah ada, selain itu pakan yang diberikan
berupa konsentrat berasal membeli dari pabrik pakan. Model peternakan
yang diinginkan oleh peternak sendiri adalah model intergrasi tani yaitu
dengan integrasi menggabungkan usaha peternakan kambing ettawa
dengan perkebunan pepaya, namun kendala yang dihadapi adalah
peternak belum mempunyai tanah atau lahan sendiri untuk menanami
tanaman pepaya tersebut sehingga integrated farming system hanya
terjadi sedikit karena jumlah pohon pepaya yang dimiliki terbatas. Petenak
berkeinginan melakukan hal tersebut karena perkebunan pepaya akan
menambah keuntungan yang berlebih bersama dengan peternakan yang
dimilikinya saat ini sehingga beliau berusaha untuk menggabungkan
peternakan miliknya dengan perkebunan pepaya.
Hasil produk

yang dihasilkan berupa calon bakalan atau anak

kambing (cempe) unggul dan berupa susu kambing. Anak kambing atau
cempe yang diproduksi dijual kepada para peternak untuk dijadikan
kambing kontes, sedangkan hasil berupa susu kambing akan terlebih
dahulu yaitu dijadikan susu kambing, susu bubuk dan ice cream yang
dijual di toko-toko maupun koperasi dan di perusahaan itu sendiri. Selain
hasil utama produk yang dihasilkan usaha peternakan ini juga

menghasilkan produk ikutan ternak berupa pupuk kandang yang sebagian


dijual untuk petani dan sebagian dipakai sendiri sebagai pupuk tanaman.
Sistem agribisnis peternakan dapat diartikan sebagai semua
aktivitas, mulai dari pengadaan atau penyaluran sarana produksi,
budidaya ternak kambing, sampai kepada pengolahan hasil serta
pemasaran produk usaha ternak kambing. Subsistem sarana produksi
difokuskan kepada kegiatan pengadaan dan penyaluran sarana produksi
terutama bibit dan pakan. Subsistem ini misalkan anggota kelompok
ternak dapat menjual bibit ternak untuk dimanfaatkan oleh petani peternak
lain dalam mengembangkan usahanya. Subsistem budidaya mencakup
Skondisi fisik agroklimat produksi, struktur peternak produsen dan skala
usaha, performan dan kendala berproduksi. Subsistem budidaya dapat
dikembangkan oleh anggota kelompok dengan memperhatikan tiga unsur
yang saling terkait yaitu breeding, feeding dan management (Salendu et
al., 2014).
Tipologi usaha untuk menghasilkan anakan (meat purpose) yaitu
model usaha pemeliharaan kambing untuk memproduksi anakan (cempe)
yang akan dibesarkan untuk tujuan sebagai calon bibit ataupun
dibesarkan (digemukan) untuk tujuan disembelih. Tipologi model kedua
adalah tipologi usaha untuk menghasilkan daging dan susu (dual
purposes) atau model kombinasi, yakni model peternakan kambing PE
yang bertujuan untuk memproduksi anakan (cempe) dan juga untuk
memproduksi susu. Tipologi model ketiga adalah tipologi usaha kambing
sebagai cabang usaha tani (model integrasi) (Sodiq, 2010).
Berdasarkan literatur tersebut dapat diketahui bahwa hubungan
subsistem hulu, budidaya dan pemeliharaan serta hilir berupa pemasaran
saling berkaitan hubungannya dengan manajemen pengelolaan usaha
agribisnis peternakan. Sodiq (2010) menyatakan bahwa kegiatan di
subsistim hulu yang tidak kalah pentingnya dan perlu dilakukan oleh
pemerintah antara lain penyediaan infrastruktur untuk memudahkan arus
barang input-output serta pemasaran produk. Ketersediaan laboratorium

kesehatan hewan, pakan dan reproduksi, serta penyiapan lahan usaha


peternakan dan penetapan tata ruang agar pengembangan ternak tidak
terganggu oleh masalah kesehatan hewan, sosial, hukum dan lingkungan.
Swasta dapat bergerak dalam sektor produksi (budidaya), namun secara
mandiri swasta dapat bergerak di sektor hulu (usaha penyediaan calon
induk, penyediaan pejantan, penyediaan semen beku, pabrik pakan mini,
dll), serta di kegiatan hilir (RPH, industri pengolahan daging, susu, kulit,
kompos). Usaha ternak budidaya oleh swasta dilakukan dengan pola
kemitraan, peternak menghasilkan bakalan dan inti membeli untuk
digemukkan atau langsung dipasarkan.
Kontinuitas suatu perusahaan dalam mempertahankan usahanya
juga merupakan hal terpenting terutama dalam agribisnis peternakan.
Banyak perusahaan yang tidak mampu bertahan dan akhirnya bangkrut.
Menurut Winarso (2007), ada berbagai kendala modal usaha dalam
mengembangkan usaha agribisnis peternakan. Pertama, kendala usaha
dalam penguasaan ternak yang semakin besar maka tidak sedikit modal
yang dibutuhkan. Baik modal untuk pengadaan bibit, untuk biaya
pemeliharaan ternak dan kandang serta biaya peralatan. Lahan
merupakan faktor utama dalam mendukung kelancaran usaha, budidaya
ternak kambing dan domba yang mengarah pada skala menengah dan
skala besar tidak lagi mengandalkan pakan dari alam semata, melainkan
harus dimiliki lahan rumput atauhijauan pakan ternak sendiri agar
kontinuitas dan kualitas pakan bisa tetap terjaga. Kedua, kendala
ketersediaan tenaga kerja, budidaya ternak kambing dan domba
membutuhkan ketersediaan tenaga kerja yang cukup, mengingat bahwa
pengadaan pakan hijauan ternak merupakan kegiatan yang paling banyak
membutuhkan

porsi

waktu

curahan

tenaga

kerja.

Ketiga,

unsur

manajemen terutama dalam hal perencanaan dan kontrol dalam segala


hal yang berkaitan dengan masalah ternak terutama pengawasan
terhadap kesehatan ternak, pemberian pakan yang senantiasa memenuhi

dosis, tepat komposisi dan tepat waktu serta usaha yang bersifat profit
oriented merupakan hal yang tidak atau belum diperhitungkan.

Daftar Pustaka
Salendu, A.H.S., A.D. Mirah, F.S.G. Oley, I.D.R. Lumenta, dan F.H. Elly.
2014. Penerapann Ipteks bagi kelompok agribisnis kambing di
kelurahan Gogagoman, kecamatan Kotamobagu Barat, kota
Kotamobagu. Universitas Sam Ratulangi, Manado : 146 -152.
Sodiq, Akhmad. 2010. Pola usaha peternakan kambing dan kinerja
produktivitasnya di wilayah eks-karesidenen Banyumas Jawa
Tengah. Agripet 10 (2) : 1-18.
Winarso, Bambang. 2007. Dinamika kegiatan agroindustri dalam
menunjang budidaya ternak kambing domba. Lokakarya Nasional
Domba dan Kambing: Strategi Peningkatan Produksi dan Mutu
Bibit Domba dan Kambing : 209-220.

Anda mungkin juga menyukai