Anda di halaman 1dari 5

Narkoba Mempengaruhi Kerja Otak

Posted by VidhyFun 09.04, under Kesehatan | No comments


Tahukah Anda bahwa pemakaian narkoba sangat mempengaruhi kerja otak yang berfungsi
sebagai pusat kendali tubuh dan mempengaruhi seluruh fungsi tubuh? Karena bekerja pada otak,
narkoba mengubah suasana perasaan, cara berpikir, kesadaran dan perilaku pemakainya. Itulah
sebabnya narkoba disebut zat psikoaktif.
Ada beberapa macam pengaruh narkoba pada kerja otak. Ada yang menghambat kerja otak,
disebut depresansia, sehingga kesadaran menurun dan timbul kantuk. Contoh golongan opioida
(candu, morfin, heroin, petidin), obat penenang/tidur (sedativa dan hipnotika) seperti pil BK,
Lexo, Rohyp, MG dan sebagainya, serta alkohol.
Ada narkoba yang memacu kerja otak, disebut stimulansia, sehingga timbul rasa segar dan
semangat, percaya diri meningkat, hubungan dengan orang lain menjadi akrab, akan tetapi
menyebabkan tidak bisa tidur, gelisah, jantung berdebar lebih cepat dan tekanan darah
meningkat. Contoh amfetamin, ekstasi, shabu, kokain, dan nikotin yang terdapat dalam
tembakau. Ada pula narkoba yang menyebabkan khayal, disebut halusinogenika. Contoh LSD.
Ganja menimbulkan berbagai pengaruh, seperti berubahnya persepsi waktu dan ruang, serta
meningkatnya daya khayal, sehingga ganja dapat digolongkan sebagai halusinogenika. Dalam sel
otak terdapat bermacam-macam zat kimia yang disebut neurotransmitter. Zat kimia ini bekerja
pada sambungan sel saraf yang satu dengan sel saraf lainnya (sinaps). Beberapa di antara
neurotransmitter itu mirip dengan beberapa jenis narkoba. Semua zat psikoaktif (narkotika,
psikotropika dan bahan adiktif lain) dapat mengubah perilaku, perasaan dan pikiran seseorang
melalui pengaruhnya terhadap salah satu atau beberapa neurotransmitter. Neurotransmitter yang
paling
berperan
dalam
terjadinya
ketergantungan
adalah
dopamin.
Bagian otak yang bertanggung jawab atas kehidupan perasaan adalah sistem limbus.
Hipotalamus adalah bagian dari sistem limbus, sebagai pusat kenikmatan. Jika narkoba masuk ke
dalam tubuh, dengan cara ditelan, dihirup, atau disuntikkan, maka narkoba mengubah susunan
biokimiawi neurotransmitter pada sistem limbus. Karena ada asupan narkoba dari luar, produksi
dalam tubuh terhenti atau terganggu, sehingga ia akan selalu membutuhkan narkoba dari luar.
Yang terjadi pada ketergantungan adalah semacam pembelajaran sel-sel otak pada pusat
kenikmatan. Jika mengonsumsi narkoba, otak membaca tanggapan orang itu. Jika merasa
nyaman, otak mengeluarkan neurotransmitter dopamin dan akan memberikan kesan
menyenangkan. Jika memakai narkoba lagi, orang kembali merasa nikmat seolah-olah kebutuhan
batinnya terpuaskan. Otak akan merekamnya sebagai sesuatu yang harus dicari sebagai prioritas
sebab menyenangkan. Akibatnya, otak membuat program salah, seolah-olah orang itu
memerlukannya sebagai kebutuhan pokok. Terjadi kecanduan atau ketergantungan.
Pada ketergantungan, orang harus senantiasa memakai narkoba, jika tidak, timbul gejala putus
zat, jika pemakaiannya dihentikan atau jumlahnya dikurangi. Gejalanya bergantung jenis
narkoba yang digunakan. Gejala putus opioida (heroin) mirip orang sakit flu berat, yaitu hidung
berair, keluar air mata, bulu badan berdiri, nyeri otot, mual, muntah, diare, dan sulit tidur.
Narkoba juga mengganggu fungsi organ-organ tubuh lain, seperti jantung, paru-paru, hati dan
sistem reproduksi, sehingga dapat timbul berbagai penyakit. Contoh: opioida menyebabkan
sembelit, gangguan menstruasi, dan impotensi. Jika memakai jarum suntik bergantian berisiko
tertular virus hepatitis B/C (penyakit radang hati). Juga berisiko tertular HIV/AIDS yang

menurunkan kekebalan tubuh, sehingga mudah terserang infeksi, dan dapat menyebabkan
kematian. Ganja menyebabkan hilangnya minat, daya ingat terganggu, gangguan jiwa, bingung,
depresi, serta menurunnya kesuburan. Sedangkan kokain dapat menyebabkan tulang sekat
hidung menipis atau berlubang, hilangnya memori, gangguan jiwa, kerja jantung meningkat, dan
serangan jantung.
Jadi, perasaan nikmat, rasa nyaman, tenang atau rasa gembira yang dicari mula-mula oleh
pemakai narkoba, harus dibayar sangat mahal oleh dampak buruknya, seperti ketergantungan,
kerusakan berbagai organ tubuh, berbagai macam penyakit, rusaknya hubungan dengan keluarga
dan teman-teman, rongrongan bahkan kebangkrutan keuangan, rusaknya kehidupan moral, putus
sekolah, pengangguran, serta hancurnya masa depan dirinya. (Adi KSG IV)

Pengaruh Narkoba terhadap Sistem Saraf


DEWASA ini, banyak orang yang mengonsumsi obat-obatan atau narkoba, mulai dari anak kecil
sampai dewasa, bahkan orang yang lanjut usia. Sebenarnya, narkoba ini digunakan di rumah
sakit-rumah sakit, seperti narkotika yang digunakan untuk menghilangkan rasa sakit pasien pada
saat operasi.
Untuk pemakaian ini, narkotika harus digunakan sesuai dengan dosis yang tepat dan di bawah
pengawasan dokter. Namun, karena efeknya yang dianggap dapat membuat jiwa lebih tenang dan
nyaman, ada upaya sebagian orang untuk menyalahgunakannya, yaitu menenangkan jiwa yang
sedang kacau sehingga beban tersebut terasa hilang. Padahal, beban tersebut tetap ada, malahan
pemakaian obat-obatan tersebut menambah masalah baru bagi dirinya, terutama kesehatannya.
Masalah tersebut akan timbul apabila si pemakai telah merasa ketagihan, yaitu dengan rusaknya
alat tubuh terutama sistem saraf, penurunan gairah seksual, dan kemandulan.
Ada empat macam obat yang berpengaruh terhadap sistem saraf, yaitu:
1. Sedatif, yaitu golongan obat yang dapat mengakibatkan menurunnya aktivitas normal otak.
Contohnya valium.
2. Stimulans, yaitu golongan obat yang dapat mempercepat kerja otak. Contohnya kokain.
3. Halusinogen, yaitu golongan obat yang mengakibatkan timbulnya penghayalan pada si
pemakai. Contohnya ganja, ekstasi, dan sabu-sabu.
4. Painkiller, yaitu golongan obat yang menekan bagian otak yang bertanggung jawab sebagai
rasa sakit. Contohnya morfin dan heroin.
Penggunaan obat-obatan ini memiliki pengaruh terhadap kerja sistem saraf, misalnya hilangnya
koordinasi tubuh, karena di dalam tubuh pemakai, kekurangan dopamin. Dopamin merupakan
neurotransmitter yang terdapat di otak dan berperan penting dalam merambatkan impuls saraf ke
sel saraf lainnya. Hal ini menyebabkan dopamin tidak dihasilkan. Apabila impuls saraf sampai
pada bongkol sinapsis, maka gelembung-gelembung sinapsis akan mendekati membran
presinapsis.
Namun karena dopamin tidak dihasilkan, neurotransmitte tidak dapat melepaskan isinya ke celah
sinapsis sehingga impuls saraf yang dibawa tidak dapat menyebrang ke membran post sinapsis.
Kondisi tersebut menyebabkan tidak terjadinya depolarisasi pada membran post sinapsis dan
tidak terjadi potensial kerja karena impuls saraf tidak bisa merambat ke sel saraf berikutnya.
Efek lain dari penggunaan obat-obatan terlarang adalah hilangnya kendali otot gerak, kesadaran,
denyut jantung melemah, hilangnya nafsu makan, terjadi kerusakan hati dan lambung, kerusakan
alat respirasi, gemetar terus-menerus, terjadi kram perut dan bahkan mengakibatkan kematian.
Untuk menyembuhkan para pencandu diperlukan terapi yang tepat dengan mengurangi konsumsi

obat-obatan sedikit demi sedikit di bawah pengawasan dokter dan diperlukan dukungan moral
dari keluarga serta lingkungannya yang diiringi oleh tekad si pemakai untuk segera sembuh. Hal
yang paling penting adalah ditumbuhkannya nilai agama dalam diri si pemakai.
Sehat Bugar: Narkoba Bisa Merusak Sistem Saraf
|
|
Akibatnya, Bisa Menimbulkan Kecacatan Permanen
DEWASA ini, banyak orang yang mengonsumsi obat-obatan atau narkoba, mulai dari
anak kecil sampai dewasa, bahkan orang yang lanjut usia. Sebenarnya, narkoba ini
digunakan di rumah sakit, seperti narkotika yang digunakan untuk menghilangkan rasa
sakit pasien pada saat operasi. Namun, karena efeknya yang dianggap dapat membuat
jiwa lebih tenang dan nyaman, ada upaya sebagian orang untuk menyalahgunakannya,
yaitu menenangkan jiwa yang sedang kacau sehingga beban tersebut terasa hilang.
Padahal, beban tersebut tetap ada, malahan pemakaian obat-obatan tersebut menambah
masalah baru bagi dirinya, terutama kesehatannya. Salah satu efeknya bagi kesehatan
adalah gangguan pada sistem saraf.
Menurut dr Idrat Riowastu SpS, ada empat macam obat yang berpengaruh terhadap
sistem saraf, yakni jenis sedatif, yaitu golongan obat yang dapat mengakibatkan
menurunnya aktivitas normal otak. Contohnya valium. Ada juga, stimulans, yaitu
golongan obat yang dapat mempercepat kerja otak. Contohnya kokain.
Jenis lainnya yakni halusinogen, yaitu golongan obat yang mengakibatkan timbulnya
penghayalan pada si pemakai. Contohnya ganja, ekstasi, dan sabu-sabu. Terakhir jenis
painkiller, yaitu golongan obat yang menekan bagian otak yang bertanggung jawab
sebagai rasa sakit. Contohnya morfin dan heroin.
Penggunaan obat-obatan ini memiliki pengaruh terhadap kerja sistem saraf. Ada empat
macam gangguan terhadap saraf. Pertama, gangguan saraf sensorik, dimana ada rasa
kebas, penglihatan buram hingga bisa menyebabkan kebutaan. Kasus buta akibat
penggunaan narkoba sudah pernah saya temukan kasusnya, ujarnya saat ditemui di
Rumah Sakit Raden Mattaher (RSRM) Jambi.
Kedua gangguan saraf otonom. Gangguan ini menyebabkan gerakan yang tidak
dikehendaki melalui gerak motorik. Sehingga orang yang dalam keadaan mabuk bisa
melakukan apa saja di luar kesadarannya. Misalnya saat mabuk, mengganggu orang,
berkelahi dan sebagainya, ujar dr Idrat.
Ketiga, gerakan gangguan saraf motorik. Gerakan tanpa koordinasi dengan sistem
motoriknya. Orang lagi on, kepalanya goyang-goyang sendiri, pengaruh obat hilang,
baru berhenti, ujarnya. Keempat gangguan saraf vegetatif yakni terkait bahasa yang
keluar. Bahasa yang keluar di luar kesadaran, ngawur, biasanya juga disertai gaya
bicara yang pelo.
Pengaruh lain ke otak, timbul rasa takut, kurang percaya diri jika tidak
menggunakannya dan gangguan memori. Dalam jangka panjang secara perlahan bisa
merusak sistem saraf di otak mulai dari ringan hingga permanen. Saat penggunaan
obat, muatan listrik dalam otak berlebihan, jika ini sudah kecanduan, maka lama-lama
kelamaan saraf bisa rusak, ujarnya.
Lalu bagaimana narkoba bisa menghilangkan koordinasi tubuh?

Menurut dr Idrat, hilangnya koordinasi tubuh, karena di dalam tubuh pemakai,


kekurangan dopamin. Dopamin merupakan neurotransmitter yang terdapat di otak dan
berperan penting dalam merambatkan impuls saraf ke sel saraf lainnya. Hal ini
menyebabkan dopamin tidak dihasilkan. Apabila impuls saraf sampai pada bongkol
sinapsis, maka gelembung-gelembung sinapsis akan mendekati membran presinapsis.
Namun karena dopamin tidak dihasilkan, neurotransmitte tidak dapat melepaskan
isinya ke celah sinapsis sehingga impuls saraf yang dibawa tidak dapat menyeberang
ke membran post sinapsis. Kondisi tersebut menyebabkan tidak terjadinya depolarisasi
pada membran post sinapsis dan tidak terjadi potensial kerja karena impuls saraf tidak
bisa merambat ke sel saraf berikutnya.
Untuk itu, ia mengharapkan kepada masyarakat luas untuk tidak mengonsumsi obatobat terlarang ini, karena sangat membahayakan kesehatan. Tidak hanya itu, jika
overdosis bisa menyebabkan kematian. Saraf merupakan salah satu organ penting pada
manusia yang mengatur sistem tubuh. Jika ia mengalami kerusakan maka bisa
menyebabkan kecacatan yang permanen dan sulit untuk diperbaiki.
Selain itu, efek lain terhadap organ tubuh lainnya juga tidak kalah berbahaya, seperti
bagi jantung, hati, ginjal, dan organ penting tubuh lainnya. Ini baru sedikit efek bagi
sistem saraf saja, jadi sebaiknya dijauhi, pungkasnya.(*)
Seperti dijelaskan di atas, efek yang ditimbulkan oleh NARKOBA dapat membuat pemakainya
kehilangan kontrol atas dirinya, sehingga terkadang melakukan hal-hal yang tidak akan
dilakukannya
apabila
ia
sedang
dalam
kesadaran
penuh.
Misalnya, di bawah pengaruh NARKOBA (terutama yang bersifat stimulan dan halusinogen)
sepasang remaja bisa melakukan hubungan seks yang tidak aman, yang buntut-buntutnya dapat
menyebabkan kehamilan yang tidak diinginkan atau penularan penyakit kelamin.
Selain itu, bergantian memakai jarum suntik juga dapat menularkan virus seperti HIV yang
menyebabkan AIDS dan virus Hepatitis B dan C. Jarum suntik yang tidak steril juga menjadi
pintu masuk bagi bakteri-bakteri yang suka ngendon di katup jantung, sehingga pecandu
NARKOBA
suntikan
tak
jarang
yang
mengalami
kerusakan
jantung.
Pada dasarnya, semua obat adalah racun, yang apabila dikonsumsi melebihi dosis yang aman
dapat membahayakan kesehatan bahkan dapat sampai menimbulkan kematian. Demikian pula
dengan obat-obatan atau zat yang bersifat adiktif atau menimbulkan ketagihan. Apabila
seseorang sudah pernah mencoba NARKOBA dan menikmatinya, besar kemungkinan ia ingin
mengulangi pengalaman itu. Apabila hal ini berlangsung lebih sering, maka ia akan memasuki
tahap pembiasaan, di mana penggunaan NARKOBA sudah menjadi kebiasaannya.
Tahap yang mengikuti tahap pembiasaan adalah tahap kompulsif yaitu mengalami
ketergantungan dan tidak dapat mengendalikan pemakaian obat-obatan tadi. Dalam keadaan
ketagihan, pecandu merasa sangat tidak nyaman dan kesakitan. Baginya, tidak ada lagi yang
lebih penting daripada mendapatkan zat yang menyebabkan dia ketagihan itu. Untuk
mendapatkan itu dia dapat melakukan apa pun, seperti mencuri, bahkan membunuh.
Konsumsi zat adiktif terus-menerus dapat menyebabkan peningkatan toleransi tubuh sehingga

pemakai tidak dapat mengontrol penggunaannya dan cenderung untuk terus meningkatkan dosis
pemakaian sampai akhirnya tubuhnya tidak dapat menerima lagi. Keadaan ini disebut overdosis,
dan apabila tidak ditangani secara cepat dan tepat, dapat menyebabkan nyawa melayang.
Overdosis juga dapat disebabkan oleh penggunaan campuran dua jenis atau lebih NARKOBA.
Mencampur beberapa jenis sangat berbahaya karena kalau NARKOBA dicampur, pengaruhnya
akan lebih dahsyat bahkan dapat menimbulkan reaksi lain yang tak terduga. Campuran yang
paling berbahaya adalah campuran dua macam antidepresan misa1nya heroin dan alkohol dan /
atau valium rohypnol. Pengaruh sinergi dari dua jenis antidepresan dapat menutup rapat pusat
pernapasan otak, yang mengakibatkan koma atau kematian
Dampak Fisik:
1. Gangguan pada system syaraf (neurologis) seperti: kejang-kejang, halusinasi, gangguan
kesadaran, kerusakan syaraf tepi
2. Gangguan pada jantung dan pembuluh darah (kardiovaskuler) seperti: infeksi akut otot
jantung, gangguan peredaran darah
3. Gangguan pada kulit (dermatologis) seperti: penanahan (abses), alergi, eksim
4. Gangguan pada paru-paru (pulmoner) seperti: penekanan fungsi pernapasan, kesukaran
bernafas, pengerasan jaringan paru-paru
5. Sering sakit kepala, mual-mual dan muntah, murus-murus, suhu tubuh meningkat, pengecilan
hati dan sulit tidur
6. Dampak terhadap kesehatan reproduksi adalah gangguan padaendokrin, seperti: penurunan
fungsi hormon reproduksi (estrogen, progesteron, testosteron), serta gangguan fungsi seksual
7. Dampak terhadap kesehatan reproduksi pada remaja perempuan antara lain perubahan periode
menstruasi, ketidakteraturan menstruasi, dan amenorhoe (tidak haid)
8. Bagi pengguna narkoba melalui jarum suntik, khususnya pemakaian jarum suntik secara
bergantian, risikonya adalah tertular penyakit seperti hepatitis B, C, dan HIV yang hingga saat ini
belum ada obatnya
9. Penyalahgunaan narkoba bisa berakibat fatal ketika terjadi Over Dosis yaitu konsumsi narkoba
melebihi kemampuan tubuh untuk menerimanya. Over dosis bisa menyebabkan kematian

Anda mungkin juga menyukai