Anda di halaman 1dari 10

IMPLEMENTASI PERDES APBDES DI DESA TOLOK KABUPATEN MINAHASA

Oleh :
Friski Rantung

ABSTRAK
Pasal 215 ayat (1) UU No. 32 Tahun 2004 secara tegas menyebutkan bahwa pembangunan
kawasan pedesaan yang dilakukan oleh kabupaten/kota dan atau pihak ketiga mengikutsertakan
pemerintah desa Pasal 215 ayat (1) UU No. 32 Tahun 2004 secara tegas menyebutkan bahwa
pembangunan kawasan pedesaan yang dilakukan oleh kabupaten/kota dan atau pihak ketiga
mengikutsertakan pemerintah desa dan badan permusyawaratan desa. dan badan permusyawaratan desa.
Pertanyaannya sekarang, apakah pemerintah kabupaten mempunyai goodwill dan political will untuk
mengimplementasikan peraturan yang telah ada ke dalam bentuk praktis. Seperti kewajiban untuk
mengalokasikan ADD yang sesungguhnya memang menjadi hak desa, apakah pemerintah kabupaten
bersedia untuk membuat peraturan daerahnya, atau tetap dengan paradigma lama dan basi yakni takut
berkurang jatahnya jika ADD di perdakan, atau masih selalu menganggap desa belum mampu mengelola
pemerintahannya termasuk keuangannya di desa Tolok.
Demikian juga yang terjadi di Desa tolok Kabupaten Minahasa .
Dari hasil survei awal yang telah dilakukan oleh penulis di Desa Tolok Kecamatan Tompaso Kabupaten
Minahasa didapatkan di desa Tolok perdes APBDES di desa Tolok belum berjalan dengan baik.
Di dapatkan pula bawa peraturan mengenai APBEDes itu telah ada
Hal ini dapat dilihat dari Peraturan Desa Tolok Nomor 2 Tahun 2012 tentang Anggaran Pendapatan
dan Belanja Desa.
Dari Peraturan Desa tersebut dapat dilihat pendapatan yang dibagi dalam Pendapatan Asli
Desa,Bagi Hasil Pajak dan bagian Dana Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah yang didalamnya
ada ADD atau Alokasi Dana Desa.
dimana belanja yang terdiri dari Belanja Barang / Belanja Material, Belanja modal dan Belanja
tidak langsung.
Berdasarkan latar belakang di maka penulis tertarik untuk meneliti mengenai Implementasi
Perdes APBDES di Desa Tolok Kabupaten Minahasa .
PENDAHULUAN
Pasal 215 ayat (1) UU No. 32 Tahun 2004 secara tegas menyebutkan bahwa pembangunan kawasan
pedesaan yang dilakukan oleh kabupaten/kota dan atau pihak ketiga mengikutsertakan pemerintah desa
dan badan permusyawaratan desa. Kemudian adanya PP No.72 tahun 2005 tentang Desa sangat jelas
mengatur tentang pemerintahan desa, termasuk didalamnya tentang kewajiban yang tak bisa ditawar-

tawar oleh Pemkab untuk merumuskan dan membuat peraturan daerah tentang Alokasi Dana Desa
(ADD) sebagai bagian dari kewenangan fiskal desa untuk mengatur dan mengelola keuangannya.
Pengelolaan keuangan desa pun menjadi wewenang desa yang mesti terjabarkan dalam peraturan
desa (Perdes) tentang anggaran pendapatan dan belanja desa (APBDes). Dengan sumber pendapatan
yang berasal dari pendapatan asli desa seperti dari hasil usaha desa, hasil kekayaan desa, hasil swadaya
dan partisipasi, hasil gotong royong, dan lain-lain pendapatan asli desa yang sah.
Selanjutnya bagi hasil pajak daerah Kabupaten/Kota paling sedikit 10% (sepuluh per seratus)
untuk desa dan dari retribusi Kabupaten/Kota, dan bagian dari dana perimbangan keuangan pusat dan
daerah yang diterima oleh Kabupaten/Kota untuk Desa paling sedikit 10%, yang pembagiannya untuk
setiap Desa secara proporsional yang merupakan alokasi dana desa (ADD). Kemudian pendapatan itu
bisa bersumber lagi dari bantuan keuangan dari Pemerintah, Pemerintah Provinsi, dan Pemerintah
Kabupaten/Kota dalam rangka pelaksanaan urusan pemerintahan, serta hibah dan sumbangan dari pihak
ketiga yang tidak mengikat.
Selanjutnya regulasi yang ada tentang desa juga membolehkan desa untuk mendirikan badan
usaha milik desa sesuai dengan kebutuhan dan potensi desa. Artinya desa sesungguhnya telah didorong,
diupayakan dan diharapkan menjadi mandiri dan berdikari.
Apalagi bergulirnya dana-dana perimbangan tersebut melalui Alokasi Dana Desa (ADD)
harusnya menjadikan desa benar-benar sejahtera.
Dan ini juga menjadi kewajiban aparat pemkab yang ada untuk membina dan memberdayakan
agar kapasitas aparatur desa meningkat. Sehingga tidak selalu dianggap tidak mampu.

Adapun manfaat penelitian yaitu


1.

Kegunaan Penelitian

Kegunaan Penelitian ini adalah sebagai berikut :


1.

Secara teoritis hasil penelitian ini sebagai tambahan kajian ilmu pemerintahan khususnya
mengenai pemerintah desa dalam merencanakan dan melaksanakan kebijakan pembangunan desa
yang tertuang dalam APBDes.

2.

Secara praktis, hasil penelitian ini menjadi masukan bagi pemerintah desa Tolok.

3.

BPD untuk mengembangkan peranannya dalam menyusun dan (APBDes).

Konsep Implementasi
Pressman dan Wildavsky dalam Solichin Abdul Wahab (1991 : 51) dalam buku Analisis
Kebijaksanaan,

menyatakan bahwa sebuah kata kerja mengimplementasikan itu sudah sepantasnya

terkait langsung dengan kata benda kebijaksanaan. Sehingga bagi kedua pelopor studi implementasi ini
maka proses untuk melaksanakan kebijaksanaan perlu mendapatkan perhatian yang saksama, dan oleh
sebab itu adalah keliru kalau kita menganggap bahwa proses tersebut dengan sendirinya akan
berlangsung mulus.

Konsep Perdes
Secara garis besar, sesuai dengan UU 32/2004 dan PP 72/2005,

dapat dijelaskan bahwa

peraturan Desa, termasuk APBDes, ditetapkan oleh Kepala Desa bersama BPD.
Konsep Anggaran pendapatan dan belanja desa (APBDes)

Anggaran

pendapatan dan belanja desa (APBDes) adalah peraturan desa yang memuat sumber-sumber penerimaan
dan alokasi pengeluaran desa dalam kurun waktu satu tahun.

Gambar: Alur Proses Penyusunan dan Pelaksanaan Perdes APBDes


(2)

PROSES
Atau
KONVERSI
(3)
OUTPUT
APBDes

(1)

INPUT
Tuntutan dan
Dukungan
(5)
PELAKSANAAN
APBDes

Jenis Penelitian
Penelitian ini bersifat deskriptif kualitatif

EVALUASI
CHECKING
REPRESIF
KONVERSI
(4)

yang dilaksanakan dengan menjadikan manusia

sebagai instrumen dan di sesuaikan situasi yang wajar dalam kaitannya dengan mengumpulkan data
yang pada umumnya bersifat kualitatif.

Jenis Penelitian
Penelitian ini bersifat deskriptif kualitatif

yang dilaksanakan dengan menjadikan manusia

sebagai instrumen dan di sesuaikan situasi yang wajar dalam kaitannya dengan mengumpulkan data
yang pada umumnya bersifat kualitatif.
Fokus Penelitian

Dalam penelitian ini tidak menggunakan variabel penelitian baik itu variabel independen dan
variabel dependen. Karena, sesuai dengan judul penelitian yaitu implementasi Perdes APBDES di Desa
Tolok Kabupaten Minahasa .
Informan Penelitian
Informan adalah orang yang dimanfaatkan untuk memberikan infomasi tentang situasi dan
kondisi latar penelitian, ia harus mempuyai banyak pengalaman tentang latar pelitian. oleh
karena seorang informan harus benar-benar tahu atu pelakui yang terlibat langsung dengan
permasalahan penelitian.
Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data yang di lakukan dalam

penelitian sebagaimna dikemukakan Moleong

(2006:198) adalah sebagai berikut :


Wawancara semi struktur
jenis wawancara ini sudah termasuk dalam kategori in-depth interview, di mana dalam
pelaksanaan lebih bebas di bandingkan denagn wawancara terstruktur. tujuan dari wawancara jenis ini
adalah untuk menemukan permasalahan secara lebih terbuka, di mana pihak yang di ajak wawancara di
minta mendapat dan idenya.

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

Luas Wilayah
Luas wilayah Desa Tolok adalah + 7I km2 luas wilayah tersebut dibagi untuk delapan
lingkungan. Luas lingkungan 23,4 Ha. Sedangkan luas lingkungan terkecil adalah 12 Ha. Luas wilayah
Desa menurut penggunaannya dapat dilihat pada tabel berikut :
Luas Wilayah Desa Tolok
Menurut Penggunaannya

Luas (ha/m2 )

No.

Penggunaan Tanah

1.

Luas Pemukiman Umum

50 ha/m2

2.

Luas Perkebunan

800 ha/m2

3.

Luas Kuburan

1,25 ha/m2

4.

Luas Pekarangan

25 ha/m2

5.

Luas Taman

3 ha/m2

6.

Perkantoran

0,5 ha/m2

7.

Luas prasarana umum lainnya

10 ha/m2

Jumlah

912 ha/m2
Sumber : Profil Desa Tahun 2013

Keadaan Pemerintahan
Desa merupakan lingkungan kerja pemerintah yang meliputi beberapa lingkungan. Sedangkan
pemerintahan Desa adalah lurah serta seperangkat lainnya yang menyelenggarakan urusan pemerintahan
urusan umum di wilayah Desa.
Desa Tolok yang terdiri dari 7 lingkungan. merupakan wilayah pemerintahan yang dijalankan
oleh Kepala Desa. Dalam menjalankan roda pemerintahan di Desa,
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Identitas Responden

Dalam penelitian ini karakteristik responden yang dikemukakan adalah jenis kelamin, umur,
pekerjaan, dan pendidikan berikut ini karakteristik informan diuraikan sebagai berikut :
informan didominasi oleh laki-laki yaitu 9 orang dan perempuan 7 orang.

Hasil Penelitian
1. Pengetahuan Masyarakat tentang Peraturan Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (Perdes
APBDes)
A. Berikut ini akan dikemukakan mengenai hasil penelitian yang berkaitan dengan implementasi
Perdes APBDes dimana pengetahuan masyarakat tentang Perdes.
B. Dari hasil penelitian penulis terhadap tanggapan informan tentang pengetahuan akan Peraturan
Desa APBDes oleh masyarakat di Desa Tolok terlihat bahwa dari sejumlah 16 orang yang
diwawancarai dan disertai dengan wawancara yang lebih mendalam, 8 orang responden atau
menyatakan mengetahui betul akan Peraturan Desa APBDes, sementara 4 orang atau menyatakan
kurang mengetahui akan Peraturan Desa APBDes sedangkan sisanya 4 orang informan atau
menyatakan tidak tahu akan Peraturan Desa APBDes.
C.

Kesimpulan dapat ditarik berdasarkan data penelitian pada tabel di menunjukkan bahwa dari

sekian informan menyatakan mengetahui Peraturan Desa APBDes. Hal ini didorong oleh tingkat
pendidikan masyarakat yang sudah tinggi serta mereka memanfaatkan media massa dan media
elektronik untuk mendapatkan informasi-informasi yang lebih mengenai otonomi daerah.
D.

Sementara itu adanya sebagian kecil informan yang tidak mengetahui otonomi daerah di Desa

Tolok dikarenakan kurangnya tingkat pendidikan dan kurang memanfaatkan media massa untuk
mendapatkan informasi-informasi mengenai Peraturan-peraturan Desa yang ada.

E.

Dari hasil penelitian mengenai tanggapan responden tentang Perdes APBDes yang telah

dilaksanakan oleh pemerintah terlihat dari sejumlah 16 orang informan yang diwawancara terdapat
yang lebih mendalam atau 10 orang menyatakan perlu. Hal ini dikarenakan karena menurut dengan
pemberlakuan Perdes APBDes maka pembangunan di desa tersebut akan lebih kelihatan. Hanya
sebagian kecil saja yaitu atau 6 orang saja yang menyatakan tidak diperlukan Perdes APBDes
tersebut. Hal ini dipengaruhi oleh pengetahuan dan pemahaman informan yang kurang tentang
peraturan desa tersebut dan banyaknya penyelewengan dalam penggunaan anggaran oleh
pemerintah.

Faktor Kurang Sosialisasi dari Pemerintah Desa


Ternyata juga didapati kurang berhasilnya program penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan
karena kurang sosialisasi dari pemerintah sendiri.
Dari hasil penelitian dan pembahasan di dapat disimpulkan bahwa :

A. Kesimpulan
1. Berdasarkan hasil penelitian mengenai tanggapan responden tentang pengetahuan akan Peraturan
Desa APBDes oleh masyarakat di Desa Tolok terlihat bahwa dari sejumlah 16 orang yang
diedarkan kuisioner dan disertai dengan wawancara yang lebih mendalam, 8 orang informan atau
menyatakan mengetahui betul akan Peraturan Desa APBDes, sementara 4 orang atau
menyatakan kurang mengetahui akan Peraturan Desa APBDes sedangkan sisanya 4 orang
informan atau menyatakan tidak tahu akan Peraturan Desa APBDes. Kesimpulan dapat ditarik
berdasarkan data penelitian pada tabel di menunjukkan bahwa dari sekian informan menyatakan
mengetahui Peraturan Desa APBDes. Hal ini didorong oleh tingkat pendidikan masyarakat yang
sudah tinggi serta mereka memanfaatkan media massa dan media elektronik untuk mendapatkan
informasi-informasi yang lebih mengenai otonomi daerah.

2. Faktor-Faktor Penghambat keberhasilan penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan Tingkat


Kesadaran Masyarakat, Tingkat Pendidikan Masyarakat, Faktor Penyakit-Penyakit Masyarakat,
Faktor Kurang Sosialisasi dari Pemerintah Desa, dan Faktor Lingkungan.

Saran-Saran
Dari hasil penelitian maka penulis menyarankan kepada pemerintah
agar :
1.

Pemerintah harus semakin memperhatikan perubahan-perubahan yang terjadi di tengah-tengah

masyarakat. Pola pikir masyarakat dapat diubah, jika Pemerintah Desa terus memberikan perhatian yang
secara berkesinambungan. Misalnya dari tingkat kesadaran masyarakat yang sudah semakin merendah,
pemerintah harus mengadakan pendekatan-pendekatan (approve) terhadap masyarakat, baik pendekatan
dalam bentuk mental maupun spiritual pada masyarakat. Sehingga dapat mengetahui apa saja
penyebabnya merendahnya tingkat kesadaran masyarakat dalam memberikan kontribusinya atau peran
aktifnya terhadap penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan.
2.

Disarankan agar pemerintah harus lebih mensosialisasikan peraturan yang ada khususnya peraturan

desa mengenai anggaran pendapatan dan belanja desa, agar tidak mudah terjadi penyelewengan dalam
penggunaan dana yang ada.

DAFTAR PUSTAKA
AAGN Ari Dwipayana dan Sutoro (Ed). 2003. Membangun Good Governance di Desa. IRE Press.
Yogyakarta.
Asyukri Ibn Chamim dkk. Civic Education: Menuju Kehidupan Demokratis dan Berkeadaban. 2003
(edisi revisi). Penerbit PP Muhamadyah, LP3, dan The Asia Foundation. Jakarta.
Lexy Moleong.2003. penelitian kualitatif. PT,Rosda .bandung
David Osborne dan Ted Gabbler. 1999. Mewirausahakan Birokrasi. PT Pustaka BP. Jakarta

Dawam Raharjo. 2001. Ekonomi Desa dan Manajemen Pemerintahan Desa. Pasca Sarjana PLOD
UGM. Yogyakarta. Makalan workshop Desentralisasi dan Good Governance di Tingkat Desa.
Bambang Purwanto. 2001. Ekonomi dan Demokrasi Desa dalam Perspektif Sejarah. Pasca Sarjana
PLOD UGM. Yogyakarta. Makalan workshop Desentralisasi dan Good Governance di Tingkat
Desa.
Burhan Bugain . 2004 . metode penelitian kualitatif . rajawali Perss.
Loina Lalolo KP. Indikator dan Alat Ukur Prinsip Akuntabilitas, Transparansi, Partisipasi. 2003.
Bapenas. Jakarta. Makalah.
Miftah Thoha. 2003. Birokrasi dan Politik Di Indonesia. Raja Grafindo. Jakarta
Masri Singarimbun dan Sofian Effendi. 1982. Metode Penelitian Survei. Penerbit LP3ES. Jakarta.
Sadu Wasistiono. 2006. Prospek Pengembangan Desa. Penerbit Fokus Media. Bandung.
Syarief Makhya. Ilmu Pemerintahan:Telaahan Awal. 2004. Jurusan Ilmu Pemerintahan FISIP Unila.
Bandar Lampung. Buku ajar.
Syafuan Rozi Soebhan. Model Reformasi Birokrasi di Indonesia. 2000. LIPI. Jakarta. Makalah
Wahab Solichin Abdul. 1991. Analisis Kebijaksanaan. Bumi Aksara. Jakarta.
Peraturan-Peraturan
UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
UU No. 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah
UU No. 5 Tahun 1979 tentang Pemerintahan Desa
PP No. 72 Tahun 2005 tentang Desa

Anda mungkin juga menyukai