.
Penghambatan proliferasi mikobakteria dicirikan oleh pembentukan dua tipe
granuloma: granuloma proliferatif, yang stabil dan dengan efektif nenbatasi
penyebaran organisme; dan caseating granuloma (penampilan seperti keju).
Caseating granuloma mempunyai pusat nekrotik, relatif tidak stabil, dan
mereka.
Sekitar 90% pasien yang mengalami penyakit primer tidak mempunyai
manifestasi klinik lain selain uji kulit positif tunggal atau dalam kombinasi
tuberkulosis miliari.
Berbagai bentuk infeksi TB terjadi dengan frekuensi yang berbeda pada
berbagai populasi
5. Faktor resiko
Beberapa faktor risiko untuk menderita TB adalah:
a. Jenis kelamin.
Penyakit TB dapat menyerang laki-laki dan perempuan. Hampir tidak ada
perbedaan di antara anak laki dan perempuan sampai pada umur pubertas .
b. Status gizi.
Telah terbukti bahwa malnutrisi akan mengurangi daya tahan tubuh sehingga akan
menurunkan resistensi terhadap berbagai penyakit termasuk TB. Faktor ini sangat
berperan pada negara-negara miskin dan tidak mengira usia (Croft, 2002).
c. Sosioekonomi.
Penyakit TB lebih banyak menyerang masyarakat yang berasal dari kalangan
sosioekonomi rendah. Lingkungan yang buruk dan permukiman yang terlampau
padat sangat potensial dalam penyebaran penyakit TB (Croft, 2002).
d. Pendidikan.
Rendahnya pendidikan seseorang penderita TB dapat mempengaruhi seseorang
untuk mencari pelayanan kesehatan. Terdapat beberapa penelitian yang
menyimpulkan bahwa seseorang yang mempunyai pendidikan rendah akan
berpeluang untuk mengalami ketidaksembuhan 5,5 kali lebih besar berbanding
dengan orang yang mempunyai tingkat pendidikan yang lebih tinggi (Croft,
2002).
e. Faktor-faktor Toksis.
Merokok, minuman keras, dan tembakau merupakan faktor penting dapat
menurunkan daya tahan tubuh (Nelson, 1995).
6. Gejala klinik/manifestasi klinik (Handbok pharmacotherapy, dipiro bab 46)
a. Pasien yang tidak terinfeksi HIV
Tampilan klinik dari TB pulmonal tidak spesifik, yang terlihat hanya proses
7. Diagnosis
Terdapat beberapa uji untuk menegakkan diagnosis TB yaitu:
a. Tuberkulin skin test
Uji ini dilakukan dengan menginjeksikan secara intracutaneous 0.1ml Tweenstabilized liquid PPD (Purified Protein Derivative) pada bagian punggung atau dorsal
dari lengan bawah. Dalam waktu 48 72 jam, area yang menonjol (indurasi), bukan
eritema, diukur. Ukuran tes Mantoux ini sebesar 5 mm diinterpretasikan positif pada
kasus-kasus:
1.Individu
yang
memiliki
atau
dicurigai
terinfeksi
HIV
(Human
Immunodeficiency Virus).
2. Memiliki kontak yang erat dengan penderita TB yang infeksius.
3.Individu dengan rontgen dada yang abnormal yang mengindikasikan gambaran
proses penyembuhan TB yang lama, yang sebelumnya tidak mendapatkan
terapi OAT yang adekuat.
4. Individu yang menggunakan narkoba dan status HIV yang tidak
diketahui. Ukuran 10 mm uji tuberkulin, dianggap positif biasanya pada
kasus-kasus seperti:
a) Individu dengan kondisi kesehatan tertentu kecuali penderita HIV.
b) Individu yang menggunakan narkoba (jika status HIV negatif).
c) Tidak mendapatkan pelayanan kesehatan, populasi dengan
pendapatan yang rendah, termasuk kelompok ras dan etnik yang
berisiko tinggi.
d) Anak kecil yang berusia kurang dari 4 tahun.
Uji ini sekarang sudah tidak dianjurkan dipakai karena uji ini hanya menunjukkan
ada tidaknya antibodi anti TB pada seseorang, sedangkan menurut penelitian, 80%
penduduk
Terapi Non-farmakologi
-
Menjaga sirkulasi udara di dalam rumah agar selalu berganti dengan udara yang
baru.
9. Golongan obat
komponen
dinding
sel,
mikrbaktin,
dengan
menurunkan
Konta indikasi
1. Isoniazid
2. Rifampisin
3. Pirazinamid
pirazinamid
4. Etambutol
: anak dibawah 6 tahun, neuritis optik,gangguan visual
5. Streptomisin : kehamilan,misastenia gravis
Perhatian
Beberapa kondisi berikut ini perlu perhatian khusus :
1. Wanita hamil
Pada prinsipnya paduan pengobatan TB pada wanita hamil tidak berbeda dengan
pengobatan TB pada umumnya. Semua jenis OAT aman untuk wanita hamil,
kecuali streptomisin karena dapat menembus barier placenta dan dapat
menyebabkan permanent ototoxic terhadap janin dengan akibat terjadinya
gangguan pendengaran dan keseimbangan yang menetap pada janin tersebut.Perlu
dijelaskan kepada ibu hamil bahwa keberhasilan pengobatannya sangat penting
artinya supaya proses kelahiran dapat berjalan lancar dan bayi yang akan
dilahirkannya terhindar dari kemungkinan penularan TB.
2. Ibu menyusui dan bayinya
Pada prinsipnya paduan pengobatan TB pada ibu menyusui tidak berbeda dengan
pengobatan pada umumnya. Semua jenis OAT aman untuk ibu menyusui. Seorang
ibu menyusui yang menderita TB harus mendapat paduan OAT secara adekuat.
Pemberian OAT yang tepat merupakan cara terbaik untuk mencegah penularan
kuman TB kepada bayinya. Ibu dan bayi tidak perlu dipisahkan dan bayi tersebut
dapat terus menyusu. Pengobatan pencegahan dengan INH dapat diberikan
kepada bayi tersebut sesuai dengan berat badannya selama 6 bulan. BCG
diberikan setelah pengobatan pencegahan.
3. Wanita penderita TB pengguna kontrasepsi.
Rifampisin berinteraksi dengan kontrasepsi hormonal (pil KB, suntikan KB,
susuk KB), sehingga dapat menurunkan efektifitas kontrasepsi tersebut. Seorang
wanita penderita TB seyogyanya mengggunakan kontrasepsi non-hormonal, atau
kontrasepsi yang mengandung estrogen dosis tinggi (50 mcg).
4. Penderita TB dengan infeksi HIV/AIDS
Prosedur pengobatan TB pada penderita dengan infeksi HIV/AIDS adalah sama
seperti penderita TB lainnya. Obat TB pada penderita HIV/AIDS sama efektifnya
5. Penderita TB dengan hepatitis akut
Pemberian OAT pada penderita TB dengan hepatitis akut dan atau klinis ikterik,
ditunda sampai hepatitis akutnya mengalami penyembuhan. Pada keadaan dimana
pengobatan TB sangat diperlukan dapat diberikan SE selama 3 bulan sampai
hepatitisnya menyembuh dan dilanjutkan dengan RH selama 6 bulan, bila
hepatitisnya tidak menyembuh seharus dilanjutkan sampai 12 bulan.
6. Penderita TB dengan penyakit hati kronik
Bila ada kecurigaan gangguan fungsi hati, dianjurkan pemeriksaan faal hati
sebelum pengobatan TB. Kalau SGOT dan SGPT meningkat lebih dari 3 kali
OAT harus dihentikan. Pirazinamid (Z) tidak boleh digunakan. Paduan obat yang
dapat dianjurkan adalah 2RHES/6RH atau 2HES/10HE atau 9RE.
7. Penderita TB dengan gangguan ginjal
Isoniazid, Rifampisin dan Pirazinamid dapat diberikan dengan dosis normal pada
penderita-penderita dengan gangguan ginjal. Hindari penggunaan Streptomisin
dan Etambutol kecuali dapat dilakukan pengawasan fungsi ginjal dan dengan
dosis diturunkan atau interval pemberian yang lebih jarang. Paduan OAT yang
paling aman untuk penderita dengan gangguan ginjal adalah 2RHZ/6HR.
8. Penderita TB dengan Diabetes Melitus
Diabetesnya harus dikontrol. Perlu diperhatikan bahwa penggunaan Rifampisin
akan mengurangi efektifitas obat oral anti diabetes (sulfonil urea) sehingga
dosisnya perlu ditingkatkan. Hati-hati dengan penggunaan etambutol, karena
mempunyai komplikasi terhadap mata.
TB meningitis
TB Pleuritis eksudativa
TB Perikarditis konstriktiva.
Prednison diberikan dengan dosis 30-40 mg per hari, kemudian diturunkan secara
bertahap 5-10 mg . Lama pemberian disesuaikan dengan jenis penyakit dan kemajuan
pengobatan.
Pengobatan atau Tindak Lanjut Bagi Penderita
1. Penderita Yang Sudah Sembuh
Penderita dinyatakan sembuh bila penderita telah menyelesaikan pengobatannya
secara lengkap dan pemeriksaan ulang dahak (follow-up) paling sedikit 2 (dua) kali
berturut-turut hasilnya negatif (yaitu pada AP dan/atau sebulan sebelum AP, dan pada satu
pemeriksaan follow-up sebelumnya).
Tindak lanjut: Penderita diberitahu apabila gejala muncul kembali supaya
memeriksakan diri dengan mengikuti prosedur tetap.
2. Pengobatan Lengkap
Adalah penderita yang telah menyelesaikan pengobatannya secara lengkap tapi
tidak ada hasil, pemeriksaan ulang dahak 2 kali berturut-turut negatif.
Tindak lanjut: Penderita diberitahu apabila gejala muncul kembali supaya
memeriksakan diri dengan mengikuti prosedur tetap. Seharusnya terhadap semua
penderita BTA positif harus dilakukan pemeriksaan ulang dahak sesuai dengan petunjuk.
3. Pindah
Adalah penderita yang pindah berobat ke daerah kabupaten/kota lain.
Tindak lanjut : Penderita yang ingin pindah, dibuatkan surat pindah (Form TB.09)
dan bersama sisa obat dikirim ke UPK yang baru. Hasil pengobatan penderita dikirim
kembali ke UPK asal, dengan formulir TB.10.
4. Defaulted atau Drop Out
Adalah penderita yang tidak mengambil obat 2 bulan berturut-turut atau lebih
sebelum masa pengobatannya selesai.
Tindak lanjut: lacak penderita tersebut dan beri penyuluhan pentingnya berobat
secara teratur. Apabila penderita akan melanjutkan pengobatan, lakukan pemeriksaan
dahak. Bila positif mulai pengobatan dengan kategori-2 ; bila negatif sisa pengobatan
kategori-1 dilanjutkan.
5. Gagal
Penderita BTA positif yang hasil pemeriksaan dahaknya tetap positif atau kembali
menjadi positif pada satu bulan sebelum akhir pengobatan atau pada akhir pengobatan.
Tindak lanjut : Penderita BTA positif baru dengan kategori 1 diberikan kategori 2
mulai dari awal.
an experimental evidence that ethambutol is not influence the level of INH serum, but
there are some evidences that shows that nouropati optic ethambutol can be increased
equally can increase the toxicity one to another with the interaction synergic
pharmacodinamic. That was the minor interaction and it was not significant (adaptif
hepatotoxicity).
4. The faulty in receiving the medicine
The patient was fault in receiving medicine such as injection of ceftriaxone at
12.00 WIB on the 10th of march 2014 and ranitidine injection at 06.00 WIB on 11th of
march 2014, at 06.00 WIB on the 12th of march 2014 and at 06.00 WIB on 13th of
march 2014. Asked to the nurse and it was checked list of nurses note continually.
5. Human Error
On the list book of the medicine, sometimes the nurses did not take the note of the
medicine that has been given to the patient. So it is suggested to the nurse to always take
the note for everything that was given to the patient. it should be done the monitoring of
the nurses note on the medicine list book.
13. Studi kasus dan penyelesaian
Seorang wanita berumur 20 tahun pernah mengalami pemeriksaan sputum dan
hasilnya untuk TB paru. Namun, oleh dokter dia tetap diberikan Obat Anti Tuberculosis
pada saat itu. Meskipun awalnya dia mengomsumsi OAT dia tidak berusaha melakukan
follow up klinik sehingga kondisinya memburuk. Hasil pemeriksaan sputum, sekarang
menunjukkan tanda positif TB paru. Wanita ini tetap melakukan aktivitasnya seperti
biasa.
Pertanyaan:
1.
2.
Apakah masih diperbolehkan wanita tersebut aktif bekerja, bagaimanakah akibat yang
dapat ditimbulkan apabila dia berinteraksi dengan orang lain?
Analisa kasus
Penyelesaian kasus dengan menggunakan metode SOAP (Subjective, Objective,Assesment,
dan Plan) pada kasus ini adalah sebagai berikut :
Subyektif
Nama
:-
Umur
: 20 tahun
: 50 kg
Riwayat
diberikan obat anti TB. Pasien tidak melakukan follow up klinik sehingga kondisi
menburuk.
Obyektif
pemeriksaan sputum : Positif TB paru
Assesment
Berdasarkan riwayat pemeriksaan sputum pasien didiagnosa mengalami Positif TB
paru (klasifikasi TB Paru Tersangka, masuk dalam Kategori 2).
Planning (P)
1). Tujuan Terapi :
Tujuan terapi jangka pendek :
Mencegah kekambuhan
Menghilangkan atau mengurangi gejala dan lesi perbaikan daya tahan imonologis.
Mengubah BTA (+) menjadi BTA (-) secepat mungkin dengan pengobatan
Menjaga sirkulasi udara di dalam rumah agar selalu berganti dengan udara yang
baru.
-
Keteran
Untuk terapi
Aksi
Menghambat
gan
Tepat
semua
sintesis
indikasi
bentuk
mikolat,
tuberculosis
komponen
aktif,
terpenting pada
disebabkan
dinding
kuman yang
bakteri
peka
(Sukandar,
Nama Obat
Indikasi
Isoniazid
dan
untuk
profilaksis
2008).
asam
sel
orang
beresiko
tinggi
mendapatkan
infeksi.
Untuk obat
anti
tuberculosis
yang
Rifampisin
dikombinasik
an
dengan
antituberkulo
sis lain untuk
terapi
awal
dan ulang
Pirazinamid
Etambutol
Menghambat
aktivitas
polymerase
RNA
yang
tergantung DNA
pada
sel-sel
yang
rentan
Tepat
indikasi
(Sukandar,
2008).
Menjadi
asam
Tuberculosis
pirazinat
oleh
dalam
enzim
kombinasi
pirazinamidase
dengan obat
yang
lain.
Tuberculosis
(Tjay, 2007).
Menghambat
Tepat
dalam
sintesis minimal
indikasi
kombinasi
satu
dengan obat
yang
lain.
menyebabkan
berasal
metabolit
kerusakan pada
metabolism sel,
menghambat
multiplikasi dan
kematian
sel
Tepat
indikasi
(Sukandar,
2008).
Berdasarkan
Tuberculosis
dalam
Streptomisin
kombinasi
dengan obat
lain.
Vitamin B6
penghambatan
sintesa protein,
dengan
jalan
mengikatan
pada
Tepat
indikasi
RNA
ribosomal (Tjay,
neuromuskul
2007).
Di dalam hati
Tepat
er,
B6
Indikasi
paralisis
dengan
agitantia,
bantuan
ko-
neurasthenia.
factor riboflavin
dan magnesium
diubah menjadi
zat
aktifnya
(piridoksal-5fosfat
(P5P)),
zat
tersebut
berperan
penting sebagai
ko-enzim
pada
metabolism
protein
dan
asam-asam
amino,
antara
lain pengubahan
triptopan
melalui
okstriptan
menjadi
serotonin (Tjay,
2007)
Tepat Obat
Nama obat
Keterangan
terhadap Mycobacterium
tuberculosis (dalam fase istirahat)
Tepat Obat
dengan
anti
Tepat Obat
kombinasi
kategori dua.
Berkhasiat
Etambutol
Streptomisin
merupakan
Tepat Obat
dalam
spesifik
terhadapMycobacterium
Tepat Obat
tuberculosis.
Khusus aktif terhadap mikrobakteria
Tepat Obat
Vitamin B6
Tepat Obat
Tepat Pasien
Nama Obat
Isoniazid
Rifampisin
Pirazinamid
Kontra Indikasi
Penyakit
hati
Keterangan
yang
aktif,
optik,
berat,
Tepat Pasien
Tepat Pasien
Tepat Pasien
Streptomisin
Vitamin B6
Tepat Pasien
miasteniagravis
Tepat Pasien
(Sukandar, 2008).
Pasien dengan sejarah sensivitas
pada
vitamin,
terhadap
hipersensivitas
piridoksin,
Tepat Pasien
atau
Dosis Standar
Dosis
300
Diberikan
Tahap awal : 250
mg
1x
yang
sehari,
mg/hari di minum
atau 900 mg
3x
2 bulan.
seminggu
(Dipiro, 2002)
Tahap
Lanjutan
Isoniazid 750 mg 3 x
seminggu. Selama 5
Keterangan
Tepat Dosis
bulan.
Tahap awal : 500
600 mg
1x
sehari,
Rifampisin
atau 600 mg
3x
seminggu
(Dipiro, 2002).
15-30
mg/kg
BB (maks. 2
gram)
1x
sehari
Pirazinamid
Tepat Dosis
mg 3 x seminggu.
Selama 5 bulan.
(Manjoer,
Tahap
2000)
2535
mg/hari di minum
mg/kg
per dose 3x
seminggu
2500
lanjutan
mg
Tepat Dosis
seminggu. Selama 5
bulan.
(Dipiro, 2002).
15-30 mg/Kg
Etambutol
(max.
2,5
gram)
1x
mg/hari mg/hari di
sehari
(Manjoer,
Selama 2 bulan.
2000).
15
mg/kg
maks. 1 gram
Streptomisin
1x sehari
Vitamin B6
2000).
10-100
(Manjoer,
Tepat Dosis
Tepat Dosis
Selama 2 bulan.
mg
100 mg sehari
Tepat Dosis
/hari
(Tjay,
2007)
Isoniazid
Saran
perifer,
gatal-gatal,
Menambahkan vitamin B6
ikterus,
gangguan
penglihantan,
letih,
perifer.
(Tjay,
2007).
obat
pada
efek
itu
warna
hanya
tablet
Hepatotoksik,
demam
anoreksia, hepatomegali,
Pirazinamid
Lakukan
sideroblastik,
urtikaria
(Sukandar, 2008)
Neuritis optic, gout, gatal,
sendi
Etambutol
nyeri
Streptomisin
2000)
Gangguan vestibuler dan
pendengaran,
nefrotoksisitas,
pemeriksaan
(Manjoer,
hipomagnesemia
pemberian
panjang
jangka
colitis
antibiotic
Vitamin B6
pada
karena
(Sukandar,
2008)
Gangguan lambung dan
Konsultasikan ke dokter.
Monitoring
.
-
Bila
intensif
pada
akhir
pengobatan
tahap
penderita
pemeriksaan
terhadap
hasil
sputum
atau
pemeriksaan BTA.
Jika
setelah
pemeriksaan
BTA
melaksanakan
fase
sekali.
-
Pasien
dianjurkan
untuk
mengkonsumsi kurkuma.
Melakukan foto thoraks
3.
Pembahasan:
Pasien didiagnosa menderita TBC kategori 2, karena pasien sebelumnya telah
mengonsumsi OAT (Obat Anti Tuberculosis). Kondisi pasien memburuk karena tidak
tidak berusaha melakukan follow up klinik, pasien sebelumnya memang pernah
melakukan pemeriksaan sputum dan hasilnya negatif. Padahal TBC ada dua kategori
yaitu BTA (+) dan BTA (-). Yang mana untuk memastikan pasien menderita TBC,
seharusnya ada pemeriksaan lanjut yaitu pemeriksaan toraks dan CT-Scan. Dokter masih
memberikan obat anti TBC, mungkin asumsi dari pasien bahwa dia tidak mengalami
TBC. Kemungkinan pasien tidak teratur atau bahkan putus dalam meminum
obat.Pengobatan untuk pasien dengan Kategori 2 (2HRZES/ HRZE/ 5H3R3E3) adalah
Tahap awal/intensif (2 bulan) : Isoniazid, Rifampicin, Pirazinamid, Etambutol,
Streptomisin. Dan tahap lanjutan (5 bulan diminum 3x Seminggu) : Isoniazid,
Rifampicin, dan Pirazinamid. Untuk dosis dengan menggunakan KDT (Kombinasi Dosis
Tetap) dapat digunakan dosis seperti dibawah:
Dosis untuk panduan OAT KDT kategori 2 (Sukandar, 2008)
Namun apabila diharapkan pemberian dosis tiap obat, maka:
tuberkulosis dengan segera, membuat lesisteril secara cepat dan menyeluruh, mencegah
resistensi kuman. Sedangkan pada tahap lanjutan diharapkan dapat menghancurkan
kuman pada pertumbuhan tiba-tiba dan mencegah dan mengurangi kekambuhan.
Pengobatan dilakukan dengan jangka waktu yang telah ditentukan, apabila pasien
lupa meminum obat maka terapi pengobatan harus diulang dari awal.
Efek samping ringan yang ditimbulkan oleh obat rifamfisin digunakan pada
malam hari hal ini ditujukan agar menghindari ESO obat yang mungkin terjadi. Apabila
terjadi ESO nyeri sendi yang diakibatkan oleh pirasinamid maka dapat digunakan
Aspirin, merupakan obat analgetik yaitu obat yang dapat mengurangi rasa nyeri, nyeri
terjadi jika organ tubuh, otot, atau kulit terluka oleh benturan, penyakit, keram, atau
bengkak. Rangsangan penimbul nyeri umumnya punya kemampuan menyebabkan sel-sel
melepaskan enzim proteolitik (pengurai protein) dan polipeptida yang merangsang ujung
saraf yang kemudian menimbulkan impuls nyeri. Senyawa kimia dalam tubuh yang
disebut prostaglandin beraksi membuat ujung saraf menjadi lebih sensitif terhadap
rangsangan nyeri oleh polipeptida ini. Sehingga mekanisme aspirin sendiri dalam
menangani nyeri adalah dengan penghambatan prostaglandin. Jika terjadi efek samping
obat isoniasid (INH), neuritis perifer adalah efek samping yang paling sering timbul
karena efisiensi piridoksin yang relative. Ini disebabkan karena suatu kompetisi INH
dengan piridoksal fosfat untuk enzim apotriptofanase. Sebagian besar reaksi toksik
diperbaiki dengan penambahan piridoksin. (catatan : INH dapat mencapai konsentrasi
dalam air susu ibu yang cukup tinggi untuk menyebabkan suatu defisiensi piridoksin pada
bayi kecuali si ibu diberikan vitamin tersebut), maka diberi tambahan vitamin B6
(piridoxin 100 mg/hari).Apabila pengobatan sudah dipatuhi oleh pasien maka perlu
adanya tindak lanjut hasil pemeriksaan ulang dahak,Sedangkan bila pasien mengalami
resistensi obat, maka dapat digunakan obat TB pilihan kedua yaitu:
ke waktu minum obat seharusnya. Tetapi jika lewat waktu minum obat sudah
jauh, dan dekat ke waktu berikutnya, maka minum obat sesuaikan saja dengan
waktu/dosis berikutnya.
Memberikan edukasi kepada pasien untuk meminum obat sesuai jadwal yang
diberitahukan oleh dokter atau petugas kesehatan lain misalnya pada pagi hari.