Anda di halaman 1dari 6

LATAR BELAKANG LAHIRNYA

HARI KESAKTIAN PANCASILA


Menjelang dan pada tahun 1965, PKI merupakan partai komunis
terbesar setelah partai komunis di Republik Rakyat Cina (RRC) dan
Rusia. Walaupun DNAidit, pemimpin partai pada saat itu selalu
menyerukan untuk kerja samadengan militer dan polisi, serta menolak
sistem penerapan komunisme dari RRCdan Rusia, PKI tetap menjadi
dan dianggap sebagai ancaman bagi militer.Anggapan ini diperkuat
dengan propaganda pemikiran Soekarno tentang Nasionalisme,
Agama dan Komonisme (Nasakom) dan dukungannya
untukmempersenjatai angkatan ke lima yang terdiri dari buruh dan
petani, selainAngkatan Militer dari Darat, Laut, Udara dan Polisi.
Angkatan kelima, yang merupakan usulan PKI, diadakan karena
situasi politik yang penuh gejolak dan seruan revolusioner dari
Presiden Soekarno sertabanyaknya konflik seperti Irian Barat
(Trikora) dan Ganyang Malaysia (Dwikora) yang membutuhkan
banyak sukarelawan-sukarelawan. Hal ini menambahkegusaran
dikalangan pimpinan militer khususnya Angkatan Darat.
Khawatir unsur ini digunakan oleh PKI untuk merebut kekuasaan,
meniru pengalaman dari revolusi baik dari Rusia maupun
RRC.Peringatan Hari Kesaktian Pascasila ini bercikal bakal pada
peristiwa 30September 1965, di mana enam jendral senior dan
beberapa orang lainnyadibunuh dalam upaya kudeta yang dilakukan

oleh para pengawal istana(Cakrabirawa) yang dianggap loyal kepada


PKI dan pada saat itu dipimpin olehLetkol.
Keenam pejabat tinggi yang dibunuh tersebut adalah:
Panglima Angkatan Darat Letjen TNI Ahmad Yani
Mayjen TNI R. Suprapto
Mayjen TNI M.T. Haryono
Mayjen TNI Siswondo Parman
Brigjen TNI DI Panjaitan
Brigjen TNI Sutoyo Siswomiharjo Jenderal TNI A.H.
Nasution juga disebut sebagai salah seorang target namun diaselamat
dari upaya pembunuhan tersebut. Sebaliknya, putrinya Ade
IrmaSuryani Nasution dan ajudan AH Nasution, Lettu Pierre Tandean
tewas dalamusaha pembunuhan tersebut.
Selain itu beberapa orang lainnya juga turut menjadi korban:
AIP Karel Satsuit Tubun
Brigjen Katamso Darmokusumo
Kolonel Sugiono

Dini hari tanggal 1 Oktober 1965 gerombolan G30S/PKI menculik 6


orang pejabat teras TNI AD dan seorang perwira pertama. Mereka
membawa para perwira itu ke desa Lubang Buaya dan menawan
mereka di sebuah rumah yangbernama rumah penyiksaan. Di rumah
ini tubuh mereka dirusak dengan benda-benda tumpul dan senjata
tajam, seperti senapan, pisau, dan benda-bendalainnya sehingga tubuh
mereka rusak.Penyiksaan dan pembunuhan itu dilakukan oleh anggota
Pemuda Rakyat(PR), Gerakan Wanita Indonesia (Gerwani) dan
ormas-ormas PKI lainnya.Sesudah disiksa para korban dilemparkan
dalam sumur tua yang sempit.
Pertama jenazah Jenderal Pandjaitan, Jenderal A. Yani, Jenderal M.T.
Haryono, Jenderal Sutoyo, Jenderal Suprapto yang diikat bersamasama dengan Jenderal S. Parman. Terakhir adalah Jenazah Lettu P.A.
Tendean. Penganiayaan tersebut berlangsung sampai pukul 06.30
pagi.
Pada saat negara sedang dalam bahaya, Panglima Komando Cadangan
Strategis Angkatan Darat (Kostrad) Mayor Jenderal Soeharto tampil
untukmenyelamatkan negara.
Langkah pertama yang diambil adalah mengambil alih pimpinan
Angkatan Darat yang pada waktu itu kosong, karena gugurnya
Jenderal Ahmad Yani. Untuk menghentikan pengumumanpengumuman yang menyesatkanrakyat itu, Panglima Komando

Tjadangan Strategis Angkatan Darat (Kostrad) Mayjen Soeharto yang


telah mengambil alih sementara pimpinan AngkatanDarat
memerintahkan pasukan Resimen Para Komando Angkatan Darat
(RPKAD) untuk membebaskan Gedung RRI Pusat dan Gedung
Telekomunikasidari penguasaan G30S/PKI.
Operasi yang dimulai pukul 18.30, denganmengerahkan kekuatan satu
kompi dalam waktu hanya 20 menit, RPKADberhasil menguasai
kembali kedua gedung vital itu. Pukul 20.00 tanggal 1Oktober 1965
RRI Pusat sudah dapat menyiarkan pidato radio Mayjen Soeharto
yang menjelaskan adanya usaha kudeta yang dilakukan oleh PKI
melalui G30S.Setelah RRI dan Kantor Pusat Telekomunikasi dikuasai
kembali,selanjutnya diadakan penumpasan terhadap konsentrasi
kekuatan G30S/PKI yang berada di Pangkalan Udara Utama Halim,
Jakarta.
Pada hari tanggal 2 Oktober 1965 Halim berhasil dibebaskan.
Sementara itu, D.N. Aidit, pimpinanutama G30S/PKI merasa aksinya
gagal segera melarikan diri meninggalkan Pangkalan Halim
Perdanakusuma menuju Yogyakarta sekitar pukul 02.00 tanggal 2
Oktober 1965. Di Yogyakarta dan kemudian di Jawa Tengah, ia masih
melanjutkan petualangannya sampai ditangkap dan ditembak mati
oleh pasukan TNI.
Dari peristiwa tersebut diatas, maka tanggal 1 Oktober diperingati
sebagai Hari Kesaktian Pancasila, yaitu telah terbukti bahwa
Pancasila itu ampuh dan berhasil menghalau dan menumpas komunis

dan Partai Komunis Indonesia (PKI) dari muka bumi Indonesia dan
menyelamatkan bangsa Indonesia dari kehancuran pada percobaan
kudeta PKI tahun 1965.

PENDIDIKAN PANCASILA
SEJARAH HARI KESAKTIAN PANCASILA

MARGARETHA ANDRIYANI
5515144554

PENDIDIKAN TATA BOGA

JURUSAN ILMU KESEJAHTERAAN KELUARGA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA
2014

Anda mungkin juga menyukai