Anda di halaman 1dari 6

1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Penyelenggaraan

pembangunan

kesehatan

diwujudkan

melalui

pemberian pelayanan kesehatan yang didukung oleh sumber daya kesehatan,


baik tenaga kesehatan maupun tenaga non-kesehatan. Perawat dalam
melaksanakan pelayanan kesehatan berperan sebagai penyelenggara praktik
keperawatan, pemberi asuhan keperawatan, penyuluh dan konselor bagi
klien, pengelola pelayanan keperawatan, dan peneliti keperawatan. Pelayanan
keperawatan yang diberikan oleh perawat didasarkan pada pengetahuan dan
kompetensi di bidang ilmu keperawatan yang dikembangkan sesuai dengan
kebutuhan klien, perkembangan ilmu pengetahuan, dan tuntutan globalisasi
(Undang-undang Keperawatan, 2014).
Rumah Sakit sebagai salah satu organisasi pelayanan yang bergerak di
bidang kesehatan memiliki suatu sistem yang terdiri dari tim pelayanan
kesehatan seperti dokter, perawat, ahli gizi dan tenaga kesehatan lainnya
yang melayani masyarakat secara umum. Oleh karena itu, pihak rumah sakit
dituntut

untuk

memberikan

pelayanan

terbaik

sehingga

diperlukan

manajemen yang baik dan efektif yang mempunyai satu tujuan untuk
meningkatkan pelayanan dan mutu kesehatan (Sudarianto, 2008)
Mutu merupakan gambaran total sifat dari suatu jasa pelayanan yang
berhubungan

dengan

kemampuannya

untuk

memberikan

kebutuhan

2
kepuasan. Juran dan Wijono (2000 dalam Virawan, 2012), menyatakan
bahwa mutu pelayanan yang baik harus sesuai dengan harapan konsumen
yang memungkinkan untuk mengurangi tingkat kesalahan, pekerjaan ulang,
kegagalan, ketidakpuasan pelanggan, pemakaian alat diagnostik yang tidak
semestinya dan meningkatkan hasil kapasitas serta memberikan dampak
biaya yang lebih sedikit.
Peningkatan mutu pelayanan dengan memberikan pelayanan secara efisien
dan efektif yaitu dengan menyesuaikan standar profesi, standar pelayanan
yang sesuai dengan kebutuhan pasien, pemanfaatan teknologi tepat guna dan
hasil penelitian untuk mengembangkan pelayanan kesehatan/keperawatan
sehingga tercapai

derajat kesehatan yang optimal (Nursalam, 2012).

Peningkatan mutu pelayanan di rumah sakit dapat dilakukan dengan


mengembangkan akreditasi rumah sakit dimana indikator utamanya adalah
International Patient Safety Goals (IPSG) atau Sasaran Keselamatan Pasien
(SKP) (The Joint Commision International [JCI], 2011).
Keselamatan pasien (Patient Safety) rumah sakit adalah suatu system
dimana rumah sakit membuat asuhan pasien lebih aman. Sistem tersebut
meliputi penilaian risiko, identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan
dengan risiko pasien, pelaporan dan analisis pasien, kemampuan belajar dari
insiden dan tindak lanjutnya serta implementasi solusi untuk meminimalkan
timbulnya risiko (DepKes, 2008). Safety sendiri merupakan salah satu aspek
mutu dimana rumah sakit tidak hanya mencegah terjadinya cedera namun
juga memberikan pelayanan yang sesuai dengan kebutuhan pasien. Safety

3
juga berarti meningkatkan kepercayaan pasien dan masyarakat terhadap
rumah sakit (Kohn et al, 2000).
Keperawatan merupakan salah satu profesi di rumah sakit yang cukup
potensial dalam upaya kesehatan, karena selain jumlahnya yang dominan,
juga pelayanannya menggunakan metode pemecahan masalah secara ilmiah
melalui proses keperawatan. Peran perawat dalam mensukseskan program
menjaga mutu secara menyeluruh menjadi sangat penting, karena perawat
adalah kunci dalam mengidentifikasi dan memecahkan masalah pelayanan
dan asuhan pasien dalam sistem pelayanan di rumah sakit (DepKes RI, 2006).
Perawat berada dalam posisi penting untuk meningkatkan keselamatan pasien
karena kedekatannya yang melekat kepada pasien. Posisi ini memberikan
wawasan yang diperlukan perawat untuk mengidentifikasi masalah dalam
system kesehatan dan menjadi bagian dari solusi keselamatan pasien
(Friesen, Farquhar dan Hughes, 2008).
Penyelenggaraan pelayanan keperawatan agar dapat mencapai tujuan,
diperlukan suatu perangkat instruksi atau langkah langkah kegiatan yang
dibakukan untuk memenuhi kebutuhan tertentu pasien, langkah-langkah
kegiatan tersebut adalah Standar Operasional Prosedur (SOP). Tujuan umum
standar operasional prosedur adalah untuk mengarahkan kegiatan asuhan
keperawatan untuk mencapai tujuan yang efisien dan efektif sehingga
konsisten dan aman dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan melalui
pemenuhan standar yang berlaku (DepKes RI, 2006).

4
Saat ini, di RSUP Dr.M.Djamil Padang sedang berlangsung persiapan
program akreditasi rumah sakit. Akreditasi Rumah Sakit yaitu suatu
pengakuan yang diberikan pemerintah pada managemen rumah sakit karena
telah memenuhi standar yang ditetapkan. Adapun tujuan akreditasi rumah
sakit adalah meningkatkan mutu pelayanan kesehatan. Akreditasi rumah sakit
sangat dibutuhkan oleh masyarakat Indonesia yang semakin selektif dan ingin
mendapatkan pelayanan yang bermutu. Dengan meningkatkan mutu
pelayanan kesehatan diharapkan dapat mengurangi minat masyarakat berobat
keluar negeri (KARS, 2012). Program akreditasi ini sangat diperlukan RSUP
Dr.M.Djamil untuk meningkatkan status rumah sakit dan pelayanan
kesehatan rumah sakit. Salah satu indikator yang menjadi perhatian menuju
program akreditasi adalah patient safety.
Dalam program

Pasient Safety terdapat

6 sasaran

yaitu (1)

mengidentifikasi pasien dengan benar, (2) meningkatkan komunikasi efektif,


(3) mencegah kesalahan pemberian obat, (4) mencegah kesalahan prosedur,
tempat dan pasien dalam tindakan pembedahan, (5) mencegah risiko infeksi
dan (6) mencegah risiko pasien cedera akibat jatuh (JCI, 2011).
Berdasarkan hasil observasi di ruang Irna Non Bedah Interne Wanita
RSUP M. Djamil Padang pada tanggal 22-24 Juni 2015, ditemukan beberapa
masalah dalam manajemen asuhan, diantaranya : dari 5 dokumen monitoring
balance cairan pasien dengan diagnosis CKD dan CHF, seluruh (100%)
dokumen balance cairan masih belum lengkap. Dari 10 orang pasien yang
teridentifikasi berisiko jatuh, seluruh (100%) pasien tidak terpasang gelang

5
berwarna kuning (risiko jatuh). Dari hasil observasi awal juga didapatkan
perawat hanya mengidentifikasi pada awal pasien masuk saja tanpa ada
pengkajian yang lebih lanjut.
Berdasarkan teori (Boushon, dkk, 2008) bahwa pengkajian resiko jatuh
pada pasien dilaksanakan saat pasien pertama kali masuk rumah sakit dan
saat pasien mengalami perubahan status klinis. Selanjutnya masalah tingkat
kepuasan pasien terhadap pelayanan asuhan keperawatan di ruang Interne
Wanita. Dari hasil wawancara di ruangan didapatkan data dari 10 orang
pasien, 6 orang diantaranya mengaku kurang puas dengan pelayanan
keperawatan di ruangan.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mengidentifikasi permasalahan yang berkaitan manajemen pelayanan dan
manajemen asuhan keperawatan di ruang Irna Non Bedah Interne Wanita
RSUP Dr.M.Djamil Padang tahun 2015.
2. Tujuan Khusus
a. Merumuskan daftar masalah di Irna Non Bedah Interne Wanita RSUP
Dr.M.Djamil Padang tahun 2015.
b. Menvalidasi data yang telah didapatkan berdasarkan hasil observasi di
Ruang Irna Non Bedah Interne Wanita RSUP Dr.M.Djamil Padang
tahun 2015.

6
c. Memperoleh hasil validasi data observasi di Ruang Irna Non Bedah
Interne Wanita RSUP Dr.M.Djamil Padang tahun 2015.

C. Manfaat Penulisan
1.

Bagi Rumah Sakit


Makalah ini diharapkan dapat memberikan tambahan informasi
mengenai beberapa masalah pelayanan dan asuhan keperawatan yang
terjadi di Ruang Irna Non Bedah Interne Wanita RSUP Dr.M.Djamil
Padang tahun 2015.

2.

Bagi Perawat
Dapat mengoptimalkan pemberian asuhan keperawatan di Ruang
Irna Non Bedah Interne Wanita RSUP Dr.M.Djamil Padang tahun 2015.

3.

Bagi Pasien
Dapat mencegah terjadinya kejadian yang tidak diharapkan pada
pasien di Ruang Irna Non Bedah Interne Wanita RSUP Dr.M.Djamil
Padang tahun 2015

Anda mungkin juga menyukai