Anda di halaman 1dari 4

2.

1 Konsep Dasar Manajemen Kebidanan


2.2.1 Pengkajian Data
Pengkajian dapat diperoleh dari data subyektif dan data obyektif
Identitas Pasien

Terkait usia, usia lanjut dan wanita menopause, hormon estrogen telah berkurang
sehingga otot dasar panggul menjadi atrofi dan melemah, sehingga menjadi salah satu
penyebab prolaps uteri.

Data Subjektif
1. Keluhan Utama
Gejala diperberat saat berdiri atau berjalan dalam waktu lama dan pulih saat
berbaring. Pasien merasa lebih nyaman saat pagi hari, dan gejala memberat saat
siang hari. Gejala-gejala tersebut antara lain:

Pelvis terasa berat dan nyeri pelvis

Protrusi atau penonjolan jaringan

Disfungsi seksual seperti dispareunia, penurunan libido, dan kesulitan orgasme

Nyeri punggung bawah

Konstipasi

Kesulitan berjalan

Kesulitan berkemih

Peningkatan frekuensi, urgensi, dan inkontinensia dalam berkemih

Nausea

Discharge purulen

Perdarahan

Ulserasi

Leukorea karena kongesti pembuluh darah didaerah serviks, dan karena infeksi
serta luka pada portio uteri.

Sedangkan keluhan yang sering terjadi pada pasien prolapsus uteri yang telah
dipasangkan pessarium diantaranya adalah keputihan, pengeluaran pessarium
spontan, perlukaan atau lecet pada dinding vagina.

2. Riwayat Persalinan Ini


Untuk mengetahui adanya faktor resiko yang menyebabkan terjadinya prolapsus
uteri diantaranya persalinan lama dan sulit, meneran sebelum pembukaan lengkap,
laserasi dinding vagina bawah pada kala II, penatalaksanaan pengeluaran plasenta,

reparasi otot-otot dasar panggul menjadi atrofi dan melemah.


3. Riwayat Obstetri yang Lalu
Kehamilan

N
o

Suami

Anak

ke

Persalinan
Pnylt

Pnlg

Jenis

Tmpt

Bayi/Anak
Pnylt

Hidup

Mati

Nifas
Pnylt

ASI

Prolaps uteri paling sering terjadi pada multipara (sekitar >50%) dan wanita
menopause. Prolaps terkadang terjadi pada wanita nullipara atau wanita muda
(sekitar 2% untuk prolaps simtomatik) dan jarang terjadi pada neonatus (Mailhot T.
(2006), http://www.emedicine.com).
Partus yang berulang dan terjadi terlampau sering (Multipara), partus dengan
penyulit, Tarikan pada janin sedang pembukaan belum lengkap, perasat creede yang
berlebihan untuk mengeluarkan placenta bisa meningkatkan resiko prolapsus uteri.
4. Riwayat Kesehatan Ibu
Penyakit- penyakit yang meningkatkan tekanan abdominal seperti tumor, batuk
kronis, obstipasi dan adanya kelainan bawaan pada organ reproduksi.
5. Pola Kebiasaan Sehari-hari
a. Pola Eliminasi
BAB/ BAK

: nyeri / tidak, konstipasi.

Pada prolapsus grade II kedaaan uterus didalam liang vagina, menyebabkan


penekanan pada ureter bisa menimbulkan gejala miksi yang kering dan sedikitsedikit, nyeri pada saat miksi,dan bisa terjadi retensio urine. Beigtupun penekanan
pada dinding belakang vagina bisa menyebabkan obstipasi.
b. Pola Aktivitas

Wanita dengan pekerjaan berat bisa menjadi meningkatkan resiko prolapsus


uteri.

Pada pasien dengan prolapsus uteri dapat dikaji bagaimana kegiatan pasien
tersebut selama menderita penyakit ini, mengganggu pola aktivitas, cara
berjalan atau tidak.

Juga pada pasien dengan prolapsus uteri yang telah dipasangkan pessarium,
dikaji kembali bagaimana pola aktivitas setelah dipasang pessarium,
mengganggu aktivitas ataukah tidak mengganggu.

6. Riwayat Psikososial
Respon ibu dan keluarga terhadap keadaan yang ibu alami, dukungan keluarga.
Pengambilan keputusan dalam keluarga. Tingkat kecemasan dan kekawatiran ibu dan

Ket

keluarga
Data Obyektif
1.

Pemeriksaan umum
Bertujuan untuk menilai keadaan umum ibu, status gizi, tingkat kesadaran.

2.

Pemeriksaan fisik
Abdomen

: Tidak ada kekakuan dan nyeri tekan saat palpasi, TFU biasanya lebih
rendah atau bahkan tidak teraba.

Genetalia:

Inspeksi : tampak benjolan di introitus vagina atau serviks sudah keluar vagina
seluruhnya.

Vaginal toucher: teraba massa, tidak sakit dan bisa didorong masuk kedalam
didalam vagina.
Anus

: terdapat haemorroid

Menurut Sarwono, 2005, wasir (haemorroid) terjadi pelebaran vena haemorroidalis


interna dan pleksus hommorroidalis eksternal karena terdapatnya konstipasi dan
pembesaran uterus.
3.

Pemeriksaan Penunjang
USG pelvis dapat berguna untuk memastikan prolaps ketika anamnesis dan
pemeriksaan fisik meragukan. USG juga dapat mengeksklusi hidronefrosis. MRI
dapat digunakan untuk menentukan derajat prolaps namun tidak rutin dilakukan
(Mailhot T. (2006), http://www.emedicine.com).

2.2.2 Interpretasi Data


Langkah ini diambil berdasarkan hasil pemeriksaan yang telah dilakukan kepada klien
Diagnosa Aktual
: PAPAH Post Partum dengan Prolaps uteri Grade I/II/III
2.2.3 Identifikasi Diagnosa dan Masalah Potensial
Diagnosa Potensial : Dekubitus, Potensial terjadi infeksi, Infeksi Saluran Kencing,
Infeksi genetalia.
2.2.4 Identifikasi Kebutuhan Tindakan Segera/Kolaborasi/Rujukan
Melakukan kolaborasi dengan dokter
2.2.5 Perencanaan Tindakan
1)Jelaskan hasil pemeriksaan kepada pasien dan keluarga mengenai hasil pemeriksaan
dan tindakan yang mungkin akan dilakukan (informed consent)
R/ klien berhak mengetahui semua informasi tentang diri dan kondisinya.
2)Lakukan kolaborasi dengan dokter saat melakukan pemeriksaan.
R/ pada kasus patologis bidan melakukan asuhan sesuai dengan advis dokter.
3) Laksanakan advis dokter untuk mempersiapkan tindakan, seperti memasang pessarium.

R/ mempersiapkan klien, melakukan tindakan, dan menjadi asisten dr. SpOG dalam
memasang pessarium.
4) Berikan HE tentang vulva hygene, anjurkan ibu untuk tidak mengangkat beban berat
dan mengejan. Anjurkan pada ibu untuk sering istirahat dan makan makanan bergizi.
R/ dengan kebersihan daerah genitalia tidak memungkinkan berkembang biaknya
kuman penyebab infeksi. Ibu yang tidak bekerja berat, menghindari mengejan, dan
istirahat teratur akan dapat mempertahankan kondisi ibu (prolaps uteri tidak semakin
parah). Makan makanan bergizi dapat meningkatkan daya tahan tubuh ibu.
5) Minta ibu untuk kontrol ulang dengan menyebutkan tanggal (kontrol pemasangan
pessarium dilakukan 2-3 bulan sekali)
R/ diharapkan ibu akan datang untuk kontrol/kunjungan ulang tepat waktu. Periksa
ulang baik dilakukan 2-3 bulan sekali, pessarium yang dipasangkan pada vagina tanpa
pengawasan yang teratur dapat timbul komplikasi ulserasi, terpendamnya sebagian
pesssarium dalam dinding vagina, bahkan bisa terjadi fistula vesikovaginalis atau
terjadi fistrula rektovaginalis.
2.2.6 Implementasi
Melakukan kolaborasi dengan dokter
2.2.7 Evaluasi
Tidak teraba uterus yang turun di introitus vagina.

Anda mungkin juga menyukai