STATUS PASIEN
IDENTITAS PASIEN
Nama
Umur
Alamat
: Ny. R
: 33 tahun
: Jl. Inspeksi Kali Sunter RT 002/004, Kelurahan
ANAMNESIS
Keluhan Utama:
Pasien G3P2A0 mengatakan perut mulas sejak jam 08:00 WIB.
Riwayat Penyakit Sekarang:
Pasien G1P0A0 hamil 38 minggu datang ke UGD jam 17:25 WIB dengan
keluhan peut mulas sejak jam 08:00 WIB disertai kaki bengkak sudah 1
minggu.
Riwayat Penyakit Dahulu:
Riwayat penyakit asma, hipertensi dan diabetes mellitus disangkal.
Riwayat Penyakit Keluarga:
Riwayat penyakit asma, hipertensi dan diabetes mellitus dalam keluarga
disangkal.
Riwayat Alergi:
Pasien mengatakan tidak mempunyai alergi terhadap obat, makanan dan
debu.
1
Riwayat Pengobatan:
Tidak sedang mengkonsumsi obat-obatan tertentu.
Riwayat Psikososial:
Kebiasaan merokok dan minum alkohol disangkal.
Riwayat Perkawinan:
Pernikahan pertama, masih menikah, lama pernikahan 15 tahun.
Riwayat Haid:
Haid pertama pada usia 12 tahun, teratur, nyeri saat haid, lamanya 7 hari,
siklus 28 hari, hari pertama haid terakhir (HPHT) 5 November 2014,
taksiran persalinan (TP) 12 Agustus 2015.
Riwayat Persalinan:
No
Tempat
Penolon
Tahu
Ater
Bersalin
1.
Klinik
Bidan
2002
Bidan
2009
Puskesm
2.
as
Hamil ini
3.
Jenis
Persalin
Penyuli
t
JK
Spontan
Spontan
an
Anak
Keadaa
BB
n
300
Baik
0
330
Baik
0
Riwayat Operasi:
Belum pernah operasi sebelumnya.
STATUS PASIEN
Status Generalis
Keadaan Umum: Baik
Tanda Vital :
TD
: 170/100 mmHg
Suhu : 36,5C
2
RR
: 20 x/menit
Nadi : 80 x/menit
Antropometri
BB
TB
: 69 kg
: 165 cm
Kepala
Leher
tiroid (-)
Dada
Paru-paru
Jantung
(-)
Payudara
Abdomen
Genitalia
albus (-)
Ekstremitas
Inspekulo
Status Obstetrikus
a. Pemeriksaan luar
DIAGNOSA
Ibu
(HDK)
Anak : Tunggal, hidup, intra uteri
RENCANA TINDAKAN
-
PEMERIKSAAN LABORATORIUM
PEMERIKSAAN
PEMBEKUAN
HASIL
SATUAN
NILAI NORMAL
Masa
300
Menit
1-3
500
Menit
2-6
perdarahan
Masa
10,6
g/dl
11,4 - 15,5
HEMATOLOGI
9,900
sel/mm3
4,3 - 10,4
30,8
36,0 - 46,0
252,000
ribu/mm3
132 - 440.000
pembekuan
Hemoglobin
Leukosit
Hematokrit
Trombosit
Negatif
URINALISA
Protein urine
LAPORAN PEMBEDAHAN
Uraian Pembedahan
1.
2.
3.
4.
Spinal anastesi
Insisi pfanenstiell 12 cm
Insisi segmen bawah rahim (SBR) 10 cm
Lahirkan kepala, badan, bokong dan kaki. Lahir bayi , BB = 3660
P : 18 x/menit
Mata : Konjungtiva anemis (-/-), Sclera ikterik (-/-)
Leher : Pembesaran KGB (-), Pembesaran Tiroid (-)
Dada : Pulmo : Vesikuler (+/+), Wheezing (-/-), Ronkhi
(-/-)
Cor : BJ I dan II regular murni, Gallop (-), Murmur
(-)
Mammae : Simetris (+), penonjolan puting (+),
ASI (+)
Abdomen: BU (+)
Genitalia : Darah (+), lendir (-), flour albus (-)
Ekstremitas : Akral hangat (+), edema (+), CRT 2
detik
Otonom : BAB (-), BAK (+), flatus (-)
A = P3A0 Gravid aterm + HDK post SC
P = Awasi keadaan umum dan TTV pasien
IVFD : RL 20 tpm
Injeksi Ceftriaxon 1 gr/12 jam/IV
Pronalges supp 2 dd 1
Nifedipin 3x1 sampai tekanan diastolik 90 mmHg
4
2015
(-/-)
6
: 36,3C
RR : 20 x/menit
Mata : Konjungtiva anemis (-/-), Sclera ikterik (-/-)
Leher : Pembesaran KGB (-), Pembesaran Tiroid (-)
Dada
(-/-)
Cor : BJ I dan II regular murni, Gallop (-), Murmur
(-)
Mammae : Simetris (+), penonjolan puting (+),
ASI (+)
Abdomen: BU (+)
Genitalia : Darah (+), lendir (-), flour albus (-)
Ekstremitas : Akral hangat (+), edema (-), CRT 2 detik
7
Pasien pulang tanggal 5 Agustus 2015, pukul 16.00 WIB, diresepkan obat:
Cefadroxil 2x1
Metronidazole 3x1
As. Mefenamat 3x1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
HIPERTENSI DALAM KEHAMILAN (HDK)
Pendahuluan
Hipertensi adalah masalah kesehatan yang paling sering ditemui
dalam kehamilan. Hipertensi merupakan komplikasi kehamilan kira-kira 710% dari seluruh kehamilan.
HDK adalah salah satu penyebab morbiditas dan mortalitas ibu
disamping perdarahan, infeksi dan prematuritas. Pada HDK juga didapati
angka mortalitas dan morbiditas bayi yang cukup tinggi. Di Indonesia, preeklamsia dan eklamsia merupakan penyebab dari 30-40% kematian
perinatal, sementara di beberapa rumah sakit di Indonesia telah
menggeser perdarahan sebagai penyebab utama kematian maternal.
Selain itu, hipertensi dalam kehamilan merupakan kontributor utama
prematuritas. Pre-eklamsia diketahui merupakan faktor risiko penyakit
kardiovaskular dan metabolik pada perempuan. Insidens eklamsia adalah
8
hipertensi
setiap
gestasional
bentuk
digunakan
hipertensi
yang
sekarang
ini
berhubungan
untuk
dengan
kehamilan. Istilah ini telah dipilih untuk menekankan hubungan sebab dan
akibat antara kehamilan dan hipertensi pre-eklamsia dan eklamsia.
Wanita hamil dengan hipertensi secara luas dapat dibagi menjadi 3
kategori yaitu hipertensi kronis, hipertensi non-proteinuria (kadang
dikenal sebagai
atau
pada
wanita
hamil
yang
sebelumnya
ginjal
kronis
(proteinuria
sebelum
kehamilan
20
minggu)
-
Pre-eklamsia (proteinuria)
3. Unclassified hypertension dan/atau proteinuria
4. Eklamsia.
Klasifikasi hipertensi pada kehamilan oleh Working Group of the
NHBPEP (2000) dibagi menjadi 5 tipe, yaitu :
1. Hipertensi gestasional
2. Pre-eklamsia
3. Eklamsia
9
normal
vasodilatasi
lumen
arteri
spiralis
dapat
Teori
Iskemia
Plasenta,
Radikal
Bebas
dan
Disfungsi
Endothel
A. Iskemia plasenta dan pembentukan oksidan/radikal bebas
Sebagaimana dijelaskan pada teori invasi throphoblast, pada
HDK terjadi kegagalan remodeling arteri spiralis, dengan akibat
plasenta mengalami iskemia. Plasenta yang mengalami iskemia dan
hipoksia akan menghasilkan oksidant (disebut juga radikal bebas).
Oksidant atau radikal bebas adalah: senyawa penerima elektron
atau
atom/molekul
yang
mempuinyai
elektron
yang
tidak
mengandung
banyak
asam
lemak tidak
jenuh
menjadi
Antioksidant
pencegah
terbentuknya
oksidant
atau
khususnya
peroksdia
lemak
meningkat,
sedang
sel
endothel.
Kerusakan
membrane
sel
endothel
adalah
memproduksi
prostaglandin,
yaitu:
sel-sel
thrombosit
pada
daerah
endothel
yang
mengalami kerusakan.
Agregasi sel thrombosit ini adalah untuk menutup tempat-tempat
di lapisan endothel
thrombocit
memproduksi
thromboxane
(TXA2)
suatu
Perubahan
khas
pada
sel
endothel
kapiler
glomerulus
(Glomerular endotheliosis).
4) Meningkatnya permeabilitas kapiler.
5)
Meningkatnya
produksi
bahan-bahan
vassopresor,
yaitu
endothelin.
Kadar NO
(vasokonstriktor)
Meningkat.
6) Rangsangan faktor koagulasi
3.
bahwa
faktor
imunologik
berperan
terhadap
b.
c.
lebih besar
terjadinya HDK dibandingkan dengan suami yang sebelumnya.
Seks oral mempunyai resiko lebih rendah terjadinya HDK.
Lamanya periode hubungan seks sampai saat kehamilan:
makin lama periode ini, makin kecil terjadinya HDK.
Pada wanita hamil normal, respon imune tidak menolak
HDK
didapatkan
kadar
Cytokines
dalam
plasenta
HDK
kehilangan
daya
refrakter
terhadap
bahan
bahan-bahan
vasopressor.
artinya
daya
refrakter
5.
yang
26%
mengalami
pre-eklamsia,
anak
wanitanya
akan
beberapa
defisiensi
hasil
gizi
penelitian
berperan
menunjukkan
dalam
bahwa
terjadinya
HDK.
minyak
ikan,
termasuk
minyak
hati
halibut
dapat
diet wanita
hamil
mengakibatkan
resiko
terjadinya
pre-
uji
klinik,
ganda
tersamar,
dengan
membandingkan
Teori Inflamasi
Redman (1999), menyatakan bahwa disfungsi endothel pada
pre-eklamsia disebabkan kekacauan adaptasi dari proses inflamasi
intravaskuler pada kehamilan yang biasanya berlangsung normal
dan menyeluruh. Keadaan ini disebabkan: oleh akivitas leukosit
yang sangat tinggi pada sirkulasi ibu.
Hipertensi Gestasional
Hipertensi gestasional didiagnosis pada wanita dengan tekanan
darah mencapai 140/90 mmHg atau lebih besar, untuk pertama kalinya
selama
kehamilan
tetapi
tidak
terdapat
proteinuria.
Hipertensi
post partum. Apabila tekanan darah naik cukup tinggi selama setengah
kehamilan terakhir, hal ini berbahaya terutama untuk janin, walaupun
proteinuria tidak pernah ditemukan. Seperti yang ditegaskan oleh
Chesley (1985), 10% eklamsi berkembang sebelum proteinuria yang
nyata diidentifikasi. Dengan demikian, jelas bahwa apabila tekanan
darah mulai naik, ibu dan janin menghadapi risiko yang meningkat.
Proteinuria
adalah
suatu
tanda
dari
penyakit
hipertensi
yang
memburuk, terutama pre-eklamsia. Proteinuria yang nyata dan terusmenerus meningkatkan risiko ibu dan janin.
Kriteria diagnosis pada hipertensi gestasional, yaitu:
-
hipertensi yang tidak diobati dapat memberikan efek buruk pada ibu
maupun janin (komplikasi), yaitu:
1. Efek kerusakan yang terjadi pada pembuluh darah wanita hamil
akan merusak sistem vaskularisasi darah sehingga mengganggu
pertukaran oksigen dan nutrisi melalui plasenta dari ibu ke janin.
Hal ini bisa menyebabkan prematuritas plasental dengan akibat
pertumbuhan janin yang lambat dalam rahim.
2. Hipertensi yang terjadi pada ibu hamil dapat
mengganggu
16
kesehatan
didapatkan
hipertensi
janin
dalam
dalam
kehamilan
rahim.
sebaiknya
segera
dipondokkan saja dirumah sakit dan diberikan istirahat total. Istirahat total
akan menyebabkan peningkatan aliran darah renal dan utero placental.
Peningkatan aliran darah renal akan meningkatkan diuresis (keluarnya air
seni), menurunkan berat badan dan mengurangnya oedema. Pada
prinsipnya
penatalaksanaan
hipertensi
ditujukan
untuk
mencegah
pengatur
tekanan
darah
agar
tetap
bekerja
gestasional
menurunkan
tekanan
mengkonsumsi
garam
pengurangan
asupan
garam
darah
secara
nyata.
Umumnya
lebih
banyak
garam
daripada
dapat
kita
yang
2. Memperbanyak serat
Mengkonsumsi lebih banyak serat atau makanan rumahan
yang mengandung banyak serat akan memperlancar buang air
besar dan menahan sebagian natrium. Sebaiknya ibu hamil yang
mengalami
hipertensi
menghindari
makanan
kalengan
dan
Sehingga
lebih
mudah
dikeluarkan.
Sumber kalium mudah didapatkan dari asupan makanan seharihari. Misalnya, sebutir kentang rebus mengandung 838 miligram
sehingga 4 butir kentang (3352 miligram) akan mendekati
kebutuhan tersebut. Atau dengan semangkuk bayam yang
mengandung 800 miligram kalium cukup ditambahkan tiga butir
kentang. Banyak jenis buah yang juga dapat menurunkan tekanan
darah salah satunya pisang merupakan sumber zat potasium
yang
dapat
membantu
menurunkan
tekanan
darah
dan
Tetapi
yang
belum
dapat
dibutuhkan
dipastikan
untuk
berapa
mengatasi
banyak
hipertensi.
serta
kakap
putih.
Sebaliknya
pilihlah
ikan
yang
Pre-eklamsia
Proteinuria adalah tanda penting dari pre-eklamsia, dan Chesley
19
pada kasus yang berat. Oleh karena itu, satu sampel acak bisa saja tidak
membuktikan adanya proteinuria yang berarti.
Dengan demikian, kriteria minimum untuk diagnosis pre-eklamsia
adalah hipertensi dengan proteinuria yang minimal. Temuan laboratorium
yang abnormal dalam pemeriksaan ginjal, hepar, dan fungsi hematologi
meningkatkan kepastian diagnosis pre-eklamsi. Selain itu, pemantauan
secara terus-menerus gejala eklamsia, seperti sakit kepala dan nyeri
epigastrium, juga meningkatkan kepastian tersebut.
Nyeri epigastrium atau nyeri pada kuadran kanan atas merupakan
akibat nekrosis hepatocellular, iskemia, dan oedem yang merentangkan
kapsul Glissoni. Nyeri ini sering disertai dengan peningkatan serum
hepatik transaminase yang tinggi dan biasanya merupakan tanda untuk
mengakhiri kehamilan.
Trombositopeni
adalah
karakteristik
dari
preeklamsi
yang
jantung
dengan
oedem
pulmonal
dan
juga
pembatasan
TD 160/110 mmHg.
20
Beratnya
preeklamsi
dinilai
dari
frekuensi
dan
intensitas
< 100
110
Abnormalitas
mmHg
Trace 1+
mmHg
Persisten
Proteinuria
Sakit kepala
Nyeri perut bagian atas
Oliguria
Kejang (eklamsi)
Serum Kreatinin
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Normal
2+
Ada
Ada
Ada
Ada
Ada
Meningkat
21
Trombositopeni
Peningkatan enzim hati
Hambatan
pertumbuhan janin
Oedem paru
Tidak ada
Minimal
Ada
Nyata
Tidak ada
Nyata
Tidak ada
Ada
Eklamsia
Serangan konvulsi pada wanita dengan pre-eklamsia yang tidak
Superimposed Preeclampsia
Kriteria diagnosis Superimposed Preeclampsia adalah:
-
Hipertensi Kronis
Diagnosis hipertensi kronis yang mendasari dilakukan apabila:
- Hipertensi ( 140/90 mmHg) terbukti mendahului kehamilan.
- Hipertensi ( 140/90 mmHg) diketahui sebelum 20 minggu, kecuali
bila ada penyakit trofoblastik.
- Hipertensi berlangsung lama setelah kelahiran.
22
Klasifikasi
Sistolik
(mmHg)
< 120
120 139
Normal
Pre hipertensi
Hipertensi stadium
140 159
I
Hipertensi stadium
160
II
Diastolik
(mmHg)
< 80
80 89
90 99
100
berat
dan
sering
menyebabkan
hambatan
dalam
pada
Tabel
dan
digunakan
juga
untuk
Labetalol
Nifedipine
Sodium
nitroprussi
REKOMENDASI
Dimulai dengan dosis 5 mg IV atau 10 mg IM. Jika tekanan darah
tidak terkontrol, diulangi setiap interval 20 menit. Jika tekanan
darah sudah terkontrol, ulangi bila perlu (biasanya tiap 3 jam).
Dosis maksimal 20 mg IV atau 30 mg IM
Dimulai dengan dosis 20 mg IV secara bolus atau 2 x 100 mg. Jika
tidak optimal, beri 40 mg setelah 10 menit dan 80 mg setiap 10
menit. Gunakan dosis maksimal 220 mg. Hindari pemberian
labetalol pada wanita dengan asma atau gagal jantung kongestif
Dimulai dengan 10 mg oral dan ulangi setiap 30 menit bila perlu.
Tidak diperbolehkan penggunaan nifedipine kerja singkat dalam
terapi hipertensi
Hanya digunakan pada kasus hipertensi yang tidak berespon
terhadap obat yang terdaftar disini. Dimulai dengan dosis 0.25
24
DAFTAR PUSTAKA
25