PKN (Identitas Nasional)
PKN (Identitas Nasional)
IDENTITAS NASIONAL
LAH
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah
tentang IDENTITAS NASIONAL ini dengan baik meskipun banyak kekurangan
didalamnya. Makalah ini telah dibuat dengan beberapa bantuan dari berbagai sumber
untuk membantu menyelesaikan tantangan dan hambatan selama mengerjakan
makalah ini. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesarbesarnya kepada semua sumber yang telah memberikan informasi dalam penyusunan
makalah ini.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan kita mengenai dampak yang ditimbulkan dari pengaruh
globalisasi terhadap identitas nasional, dan juga bagaimana cara menyikapi hal-hal
dalam kehidupan berbangsa dan bernegara sesuai nilai-nilai yang terkandung pada
identitas nasional. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini
terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap
adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang telah kami buat di masa
yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang
membangun.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.
Sekiranya makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun
orang yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan
kata-kata yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang
membangun demi perbaikan di masa depan.
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Identitas nasional secara terminologis adalah suatu ciri yang dimiliki oleh suatu
bangsa yang secara filosofis membedakan bangsa tersebut dengan bangsa yang lain.
Berdasarkan perngertian yang demikian ini maka setiap bangsa di dunia ini akan
memiliki identitas sendiri-sendiri sesuai dengan keunikan,sifat,cirri-ciri serta karakter
dari bangsa tersebut. Berdasarkan hakikat pengertian identitas nasional sebagai mana
di jelaskan di atas maka identitas nasional suatu Bangsa tidak dapat di pisahkan
dengan jati diri suatu bangsa atau lebih populer disebut dengan kepribadian suatu
bangsa.
Bangsa pada hakikatnya adalah sekelompok besar manusia yang mempunyai
persamaan nasib dalam proses sejarahnya, sehingga mempunyai persamaan watak
atau karakter yang kuat untuk bersatu dan hidup bersama serta mendiami suatu
wilayah tertentu sebagai suatu kesatuan nasional.
Dalam penyusunan makalah ini digunakan untuk mengangkat tema dengan
tujuan dapat memmbantu mengatasi masalah tentang identitas nasional dan dapat di
terapkan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
1.2 Rumusan masalah
1.
2.
3.
4.
5.
BAB II
PEMBAHASAN
rasa nasionalisme yang tinggi bukan berarti menjadi suatu bangsa yang menutup diri
akan tetapi menjadi negara yang mampu memilih kebudayaan yang masuk di
Indonesia nantinya akan berdampak buruk bagi Indonesia atau tidak. Serta mampu
mempertahankan kebudayaan kebudayaan yang mungkin akan direnggut oleh bangsa
lain seperti yang terjadi dewasa ini.
Identitas nasional secara terminologis adalah suatu ciri yang dimiliki oleh
suatu bangsa yang secara filosofis membedakan bangsa tersebut dengan bangsa lain.
Berdasarkan pengertian yang demikian ini maka setiap bangsa di dunia ini akan
memiliki identitas sendidri-sendiri sesuai dengan keunikan, sifat, cirri-ciri serta
karakter dari bangsa tersebut. Jadi Identitas nasional adalah sebuah kesatuan yang
terikat dengan wilayah dan selalu memiliki wilayah (tanah tumpah darah mereka
sendiri), kesamaan sejarah, sistim hukum/perundang undangan, hak dan kewajiban
serta pembagian kerja berdasarkan profesi.
Demikian pula hal ini juga sangat ditentukan oleh proses bagaimana bangsa
tersebut terbentuk secara historis. Berdasarkan hakikat pengertian identitas nasional
sebagaimana dijelaskan di atas maka identitas nasional suatu bangsa tidak dapat
dipisahkan dengan jati diri suatu bangsa atau lebih populer disebut sebagai
kepribadian suatu bangsa.
Pengertian kepribadian suatu identitas sebenarnya pertama kali muncul dari
pakar psikologi. Manusia sebagai individu sulit dipahami jika terlepas dari manusia
lainnya. Oleh karena itu manusia dalam melakukan interaksi dengan individu lainnya
senantiasa memiliki suatu sifat kebiasaan, tingkah laku, serta karakter yang khas yang
membedakan manusia tersebut dengan manusia lainnya. Namun demikian pada
umumnya pengertian atau istilah kepribadian sebagai suatu identitas adalah
keseluruhan atau totalitas dari faktor-faktor biologis, psikologis dan sosiologis yang
mendasari tingkah laku individu. Tingkah laku tersebut terdidri atas kebiasaan,sikap,
sifat-sifat serta karakter yang berada pada seseorang sehingga seseorang tersebut
berbeda dengan orang yang lainnya. Oleh karena itu kepribadian adalah tercermin
lain
2.
Faktor subjektif, yaitu faktor historis, sosial, politik, dan kebudayaan yang
masing-masing.
Kesatuan
tersebut
tidak
menghilangkan
keberanekaragaman, dan hal inilah yang di kenal dengan Bhineka Tunggal Ika. Faktor
kedua, meliputi pembangunan komunikasi dan teknologi, lahirnya angkatan
bersenjata modern dan pembangunan lainnya dalam kehidupan Negara. Dalam
hubungan ini bagi suatu bangsa kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi serta
pembangunan negara dan bangsanya juga merupakan suatu identitas nasional yang
bersifat dinamis. Pembentukan identitas nasional yang dinamis ini sangat ditentukan
oleh tingkat kemampuan dan prestasi bangsa Indonesia dalam membangun bangsa
dan negaranya. Dalam hubungan ini sangat diperlukan persatuan dan kesatuan
bangsa, serta langkah yang sama dalam memajukan bangsa dan Negara Indonesia.
Faktor ketiga, mencakup kodifikasi bahasa dalam gramatika yang resmi, tumbuhnya
birokrasi dan pemantapan sistem pendidikan nasional. Bagi bangsa Indonesia unsur
bahasa telah merupakan bahasa persatuan dan kesatuan nasional, sehingga bahasa
Indonesia telah merupakan bahasa resmi negara dan bangsa Indonesia. Demikian pula
menyangkut biroraksi serta pendidikan nasional telah dikembangkan sedemikian rupa
meskipun sampai saat ini masih senantiasa dikembangkan. Faktor keempat, meliputi
penindasan, dominasi, dan pencarian identitas alternatif melalui memori kolektif
rakyat. Bangsa Indonesia yang hampir tiga setengah abad dikuasai oleh bangsa lain
sangat dominan dalam mewujudkan faktor keempat melalui memori kolektif rakyat
Indonesia. Penderitaan, dan kesengsaraan hidup serta semangat bersama dalam
memperjuangkan kemerdekaan merupakan faktor yang sangat strategis dalam
membentuk
memori
kolektif
rakyat.
Semangat
perjuangan,
pengorbanan,
ini
mulai
muncul
kesadaran
untuk
membebaskan bangsa dari penjajah dan mendirikan negara merdeka. Faktorfaktor yang menimbulkan kesadaran nasional yakni faktor dari dalam
(keadaan tertindas, terbelakang, dan penderitaan) dan faktor luar (kemenangan
kebudayaan,
event-event
berskala
internasional
1.
2.
1911 Sarikat Dagang Islam Kaum Entrepeneur Islam Bersifat Ekstrovert Dan
Politis
3.
Sosial
4.
Politis
Na-Sionalisme Non rasial dg selogan TEMPAT YANG MEMBERI NAFKAH YANG
MENJADIKAN INDONESIA SEBAGAI TANAH AIRNYA
5.
1913.
Indische
Social
Democratiche
Vereniging
Mengejawantahkan
7.
8.
9.
1926. Nahdatoel Oelama (Nu)Dari Sub Kultur Santri Dan Ulama Serta
Pergerakan Lain Seperti Sub Ethnis Jong Ambon, Jong Sumatwera, Jong Selebes
Yang Melahiorkan Pergerakan Nasionalisme Yg Berjati Diri Indonmesianess
10. 1928 . Soempah Pemoeda 28 Okt 1928
11. 1931. Indonesia Muda
G. KARAKTERISTIK IDENTITAS NASIONAL
Bangsa memiliki 2 konsep, yaitu Cultural unity (identitas suku bangsa) dan
political unity (identitas kebangsaan)
a. Cultural Unity
Cultural unity merujuk pada bangsa dalam pengertian kebudayaan
atau bangsa dalam arti sosiologis antropoligis. Cultural unity disatukan
olehadanya kesamaan ras, suku, agama, adat dan budaya, keturunan dan
daerah
asal.
Unsur-unsur
ini
menjadi
identitas
kelompok
bangsa
Menjelang tahun 1997 indonesia terjadi krisis nilai, moral disusul krisis ekonomi dan
politik sehingga indonesia kehilangan orientasi nilai. Dari sisni timbul suatu
pergerakan semacam social terorisme. Lalu 1998 puncak krisis sehingga timbul
penjarahan massal.
Eksternal
Berkembangnya
proses
globalisasi
yang
melahirkan
Internal
Terjadinya KKN kebebasan demokrasi tidak ditunjang oleh
infra struktur mental yang kondusif. Ernest Renan dalam bukunya
quest ceqyune nation menyatakan bahwa hakikat nasionalisme itu le
desire vivre ensemble (keinginan untuk hidup bersama) bertumpu pada
kesadaran akan adanya jiwa dan prinsip spiritual une ame,un prinsipe
spirituel yang berakar pada kepahlawanan masa lalu yang tumbuh
karena ada kesamaan penderitaan dan kemuliaan dimasa lalu.
2.
Dua orang penguasa Indonesia yang paling kuat, Sukarno (1945-1966) dan
Suharto (1966-1998) berupaya keras merumuskan identitas Indonesia dari segi
kebudayaan. Keduanya secara sederhana memformula hal itu dalam Pancasila.
Penguasa-penguasa Indonesia berikutnya, Habibie (1998-2000), Abdurrahman
Wahid (2000-2001), Megawati (2001-kini) tidak sempat memformula identitas
bangsa karena periiode kekuasaannya yang singkat, lagipula mereka didera oleh
masalah krisis kekuasaan. Sebagai penguasa seumur jagung sungguh tak banyak
yang mereka dapat lakukan. Jika bangsa Irak sekarang dapat mengidentifikasi
dirinya pada peradaban Babylonia, tidaklah demikian halnya dengan kita karena
subjek identifikasi itu yang tidak pernah ada. Mr. Muhammad Yamin tergila-gila
pada Majapahit, Sukarno menfavoritkan Sriwijaya dan Majapahit, Suharto
terobsesi pada Mataram pasca Giyanti 1755. Namun sesungguhnya kerajaankerajaan yang mereka jadikan acuan itu, apalagi Mataram, tidak pernah
mengendalikan Nusantara.
Di zaman Menpora Abdul Gafur siswa-siswa sekolah disuruh menangis
tersedu sedan seraya membaca teks Sumpah Pemuda, tetapi di Kongres Pemuda
II sumpah itu disusun dalam suasana biasa-biasa saja, dan tidaklah pula dapat
dikatakan itu adalah saat kelahiran jabang bayi Indonesia. Penyatuan teritori
Hindia Belanda sendiri baru tercapai setelah korte verklarieng van Hentz tahun
1904. Proses penyatuan teritori lewat kekerasan. Tentu saja Indonesia sebagai
suatu entitas kebudayaan di luar jangkauan korte verklarieng van Hentz.
Mencari puncak Ki Hajar
Identitas Nasional sulit dikenali, apakah pada gedung-gedung di Jakarta,
ataukah pada cara berpakaian kaum elit, atau pada lagu-lagu pop Indonesia.
Mungkin pada koreografi Inul kita dapatkan asli pesisir, tapi itu Jawa, bukan pula
Indonesia. Formula ini verbalistik belaka, tak dapat lagi diperjelas, apalagi
dirinci. Tingallah formula ini sebagai mantra yang dituliskan di pelbagai makalah
kebudayaan, dan dibaca-baca dalam setiap pidato kebudayaan. Syahdan,
budayawan pun terstratifikasi menjadi budayawan Nasional dan budayawan
daerah. Budayawan daerah terpromosi sebagai budayawan Nasional bila secara
phisik pindah ke Jakarta atau banyak menulis, atau diwawancara, oleh media
Jakarta. Biasa pusat-daerah mestinya tak layak mengemuka lagi dalam era
reformasi. Jauh mendaki namun puncak Ki Hajar tak kunjung bersua. Karena
tidaklah begitu mudah mengidentifikasi gunung kebudayaan daerah, mana
yang puncak, mana yang tebing, dan mana pula kakinya bukan sesuatu yang
sederhana untuk ditentukan, lagi pula apa keperluannya. ornamen politik (dan
kebudayaan) Manipol-Usdek, tinggallah yang tersisa sampai sekarang sebuah
nama gang di Kampung Duri, Jakarta-Barat, yaitu Gg. Usdek.
I. SEJARAH IDENTITAS NASIONAL
Sejarah pembentukan identitas nasional tidak dapat dilepaskan
dengan perkembangan nasionalisme yang berkembang di Barat yang kemudian
mengalir sebagai sebuah semangat baru bagi bangsa-bangsa terjajah di Asia dan
Afrika. Kontribusi kaum terpelajar Indonesia yang sempat
mengenyam pendidikan di Barat telah menambah energi bagi pergerakan
nasional Indonesia yang berujung pada terbentuknya kesadaran bersama sebagai
bangsa Indonesia.
Sadar atas penderitaandan penindasan memunculkan bentuk-bentuk perlawanan
bangsa yang mulanya bersifat lokal kemudian bersifat nasional. Perjuangan
tersebut dibagi menjadi 2 masa yaitu :
c. Perjuangan sebelum 1908
Perjuangan di masa ini masih bersifat kedaerahan, lokal dan dilakukan oleh
sejumlah kerajaan dengan maksud menghalau penjajah dari wilayahnya.
d. Perjuangan setelah1908
Perjuangan pada zaman
ini
mulai
muncul
kesadaran
untuk
membebaskan bangsa dari penjajah dan mendirikan negara merdeka. Faktorfaktor yang menimbulkan kesadaran nasional yakni faktor dari dalam
(keadaan tertindas, terbelakang, dan penderitaan) dan faktor luar (kemenangan
Jepang atas Rusia dan gerakan merdeka di Negara tetangga) Bangkitnya
kesadaran bangsa Indonesia ditandai dengan tumbuhnya berbagai organisasi
pergerakan antara lain : Budi Utomo, Sarikat Islam, Perhimpunan Indonesia,
Partai Nasional Indonesia.
J. UNSUR UNSUR IDENTITAS NASIONAL
pameran
kebudayaan,
event-event
berskala
internasional
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Identitas Nasional adalah sebuah kesatuan yang terikat oleh wilayah dan
selalu memiliki wilayah (tanah tumpah darah mereka sendiri), kesamaan sejarah
sistem hukum/perundang undangan, hak dan kewajiban serta pembagian kerja
berdasarkan profesi.
Faktor-faktor pendukung kelahiran identitas nasional ada empat, yaitu faktor
primer, faktor pendorong, faktor penarik, dan faktor reaktif. Keempat faktor tersebut
pada dasarnya tercakup dalam proses pembentukan identitas nasional bangsa
Indonesia, yang telah berkembang dari masa sebelum bangsa Indonesia mencapai
kemerdekaan dari penjajahan bangsa lain.
Adapun cara mempertahankan jati diri bangsa yaitu dengan mencintai budaya
asli Indonesia, menggunakan produk dalam negeri dan menanamkan dalam diri untuk
membawa Indonesia lebih maju. Adapun hal yang dapat melunturkan identitas
nasional ialah globalisasi dan perkembangan teknologi yang belum mampu disikapi
dengan bijak.
DAFTAR PUSTAKA
IDENTITAS NASIONAL
Pendidikan Kewarganegaraan
Disusun oleh :
A. Moh. Hosni Mubarak
D311 14
011
Ifan Hidayat Rusdi
013
D311 14
D311 14
015
Muh. Faisal M
D311 14 018
Ammar Yusnan
D311 14
021