Anda di halaman 1dari 18

EFUSI PLEURA

BAB 1
LAPORAN KASUS
KASUS
Nama Pasien
Umur
Alamat
No. Rekam Medik
Perawatan Bagian

: Tn. R
: 47 Tahun
: Jln. Minangasadae
: 706627
: Interna (Lontara 1)

1. Anamnesis :
Keluhan Utama
: Sesak napas
Riwayat Penyakit Sekarang :
Dialami sejak 2 malam yang lalu sebelum masuk rumah sakit dan makin lama
makin memberat. Dirasakan memberat apabila pasien beraktifitas. Ada riwayat
batuk sejak 10 hari disertai dahak berwarna putih. Tidak ada riwayat batuk
berdarah. Ada nyeri dada. Tidak ada demam dan tidak ada riwayat berkeringat
di malam hari. Ada riwayat penurunan berat badan. Riwayat merokok sekitar

20 tahun.
Demam (-), riwayat demam (-), menggigil (-), keringat malam (-).
Sakit kepala (-), pusing (-).
Mual (-), muntah (-), nyeri ulu hati (-)
BAB : Konsistensi biasa, warna coklat, frekuensi 1x/hari
BAK : Lancar, warna kuning,
Nafsu makan tidak baik, penurunan berat badan ada
Riwayat Penyakit Sebelumnya :
Riwayat DM (-)
Riwayat OAT (-)
Riwayat merokok (+)

2. Pemeriksaan fisis
Keadaan umum
: Sakit sedang, gizi baik
Kesadaran
: Kompos mentis (GCS 15)
Tanda Vital
: Tekanan darah
: 120/80 mmHg
Nadi
: 90 x/menit

Status Generalis

Suhu

: 36,6 oC

Pernafasan

: 27 x/menit

Mata

: Pucat (-), ikterus (-), perdarahan, subkonjungtiva(-)

THT

: Epistaksis (-), perdarahan telinga (-),

Mulut

: Perdarahan gusi (-), Tonsil T1 T1, hiperemis (-) ,


Faring hiperemis (-), lidah kotor (-)

Leher

: DVS R-2 cm H2O, Pembesaran kelenjar limfe (-),


kaku kuduk (-)

Thorax

: Simetris kiri dan kanan,


bunyi pernafasan vesikuler,
Ronchi(-/-), wheezing (-/-)
Vocal Fremitus +
Palpasi : paru kiri pekak

Cor
Abdomen

: BJ I/II murni, reguler, bising (-)


: Peristaltik (+) kesan normal, Hepar dan lien tidak
teraba, distended (-).

Ekstremitas

: Edema pretibial (-), peteki (-)

3. Laboratorium
Parameter

Hasil

Nilai rujukan

WBC

7.2

4,00-10,00 x 103/uL

RBC

4.88

4,00-6,00 x 106/uL

HGB

14.2

12,0-14,0 mg/ dl

HCT

42.4

37,0-43,0 %

PLT

166

150-400 x 103/uL

Ureum

34

10-50 mg/dl

Creatinin

0.94

< 1,3 mg/dl

GOT/GPT

25/25

< 31U/L / <31 U/L

CEA

11.27

0-4,70 mg/ml

Albumin

3.6

3,5-5,0

Natrium

142

136-145 mmol

Kalium

4,1

3,5-5,1

Klorida

105

97-111

4. Radiologi

Foto Thorax AP

Foto thorax AP:

Perselubungan homogen pada seluruh hemithorax sinistra yang mendesak


trachea dan organ mediastinum lainnya ke kanan.

Cor sulit dinilai, aorta sulit dinilai.

Sinus dan diafragma kanan baik.

Tulang-tulang intak.
Kesan : efusi pleura masif sinistra

5. Diagnosis
Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang,
diagnosis kasus ini adalah Efusi Pleura Masif Sinistra.

6.
-

Terapi
IVFD NaCl 0,9% 20 tpm
Ketorolac 1 mg /8 jam / iv
O2 2-4 liter via nasal kanul.
Pemasangan chest tube drainage

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Pendahuluan
Rongga pleura berada diantara paru dan dinding dada berisi sedikit cairan.
Efusi pleura adalah cairan berlebih di dalam rongga pleura yang disebabkan
akibat ketidakseimbangan antara produksi dan reabsorbsi cairan pleura. 5 Cairan
diproduksi di pleura parietal dari pembuluh darah kapiler paru dan direabsorbsi
oleh pleura visceralis serta pembuluh darah limfatik di pleura parietal.
Normalnya cairan dari kapiler pleura parietal masuk ke rongga pleura
kemudian diserap oleh sistem limfe. Selain itu cairan juga masuk melalui
pleura viseral dari rongga interstisial dan melalui lubang kecil di diafragma
dari rongga peritoneum. Sistem limfatik akan menyerap hingga 20 kali cairan
yang berlebih diproduksinya.2,5
2. Anatomi
Pleura adalah membran tipis yang terdiri atas 2 lapisan yaitu pleura
visceralis dan pleura parietalis. Pleura parietal membatasi dinding dada yang
tersusun oleh tulang iga dan otot dada serta diafragma mediastinum dan
struktur servical. Sedangkan pleura visceralis membatasi luar permukaan
parenkim paru termasuk fissura interlobaris. Fissura interlobaris di paru kanan

terdiri atas fissura mayor(obliq) dan fissura minor(horizontal) sedangkan di


paru kiri hanya ada fissura mayor(obliq). Rongga yang berada diantara pleura
visceralis dan pleura parietal disebut cavum pleura yang normalnya berisi
cairan pleura 2-5 ml.1
Cairan pleura diproduksi dan direabsorbsi setiap hari. Cairan ini
diproduksi di pleura parietal dari pembuluh darah kapiler paru dan direabsorbsi
oleh pleura visceralis serta pembuluh darah limfatik di pleura parietal. Kedua
lapisan ini bersatu didaerah hilus arteri dan mengadakan penetrasi dengan
cabang utama bronkus, arteri dan vena bronkialis, serabut saraf dan pembuluh
limfe. Secara histologis kedua lapisan ini terdiri dari sel mesotelial, jarigan
ikat, pembuluh darah kapiler, dan pembuluh getah bening.3

3. Patogeneis
Terjadinya efusi pleura tergantung pada keseimbangan pada cairan dan
protein dalam rongga pleura. Dalam keadaan normal, cairan pleura dibentuk
secara lambat sebagai filtrasi melalui pembuluh darah kapiler. Filtrasi ini
terrjadi karena perbedaan tekanan osmotik plasma dan jaringan intertisial
submesotelial, kemudian melalui sel mesotelial masuk kedalam rongga pleura.
Selain itu cairan pleura dapat melalui pembuluh limfe sekitar pleura.1
Proses penumpukan cairan dalam rongga pleura dapat disebabkan oleh
peradangan. Bila proses radang oleh kuman piogenik akan terbentuk pus atau
nanah,sehingga terjadi empiema. Bila proses ini mengenai pembuluh darah
disekitar pleura dapat meyebabkan hemothorax. 3
4. Patofisiologi
Efusi pleura dapat terjadi tergantung pada keseimbangan antara cairan dan
protein dalam rongga pleura. Dalam keadaan normal cairan pleura dibentuk
secara lambat sebagai filtrasi melalui pembuluh darah kapiler. Filtrasi ini
terjadi karena perbedaan tekanan onkotik plasma dan jaringan interstitial
submesotelial, kemudian melalui sel mesotelial masuk ke dalam rongga pleura.
Selain itu cairan pleura dapat melalui pembuluh limfe sekitar pleura.1
Efusi pleura dapat berbentuk transudat. Transudat terjadi apabila hubungan
normal antara tekanan kapiler hidrostatik dan koloid osmotik menjadi
teganggu, sehingga terbentuknya cairan pada satu sisi pleura akan mengalami
reabsorpsi oleh pleura lainnya. Biasanya hal ini terdapat pada : meningkatnya
tekanan kapiler sistemik, meningkatnya tekanan kapiler pulmoner, menurunnya
tekanan koloid osmotik dalam pleura dan menurunnya tekanan intra pleura.

Penyakit yang menyertai transudat adalah : terjadi karena adanya penyakit lain
yang bukan penyakit pimer paru seperti gagal jantung kongestif, sirosis hati,
sindrom nefrotik, dialysis peritoneum, hipoalbuminemia oleh berbagai
keadaan,

perikarditis

konstriktiva,

keganasan,

atelektasis

paru

dan

pneumotoraks. 3
Efusi eksudat terjadi bila ada proses peradangan yang menyebabkan
permeabilitas kapiler pembuluh darah pleura meningkat sehingga sel mesotelial
berubah menjadi bulat atau kuboidal dan terjadi pengeluaran cairan ke dalam
rongga pleura. Penyebab pleuritis eksudativa yang paling sering adalah karena
mikrobakterium tuberkulosis dan dikenal sebagai pleuritis eksudativa
tuberkulosa. Sebab lain seperti parapneumonia parasit, jamur, pneumonia,
keganasan paru, proses imunologik, seperti pleuritis lupus, pleuritis rematoid,
sarkoidosis, radang sebab lain seperti pancreatitis, absestosis, dan akibat
radiasi. 3
1. Transudat (protein < 3gr/dl)
Karakteristik transudat adalah rendahnya konsentrasi protein dan molekul
besar lainnya.terjadi akibat kerusakan/perubahan faktor faktor sistemik yang
berhubungan dengan pembentukan dan penyerapan cairan pleura. Biasanya
bilateral akibat peningkatan tekanan hidrostatik (gagal jantung atau gagal
ginjal) atau karena penurunan tekanan onkotik (sindroma nefrotik atau sirosis
hepatik). 2,5
2. Eksudat (protein >3gr/dl)
Karakteristik eksudat adalah kandungan protein lebih tinggi dibandingkan
transudat. Hal ini karena perubahan faktor lokal sehingga pembentukan dan

penyerapan pleura tidak seimbang. Biasanya pada peningkatan permeabilitas


kapiler (infeksi, empiema, keganasan, dan pankreatitis). 1.2

Cairan efusi dikatakan transudat jika memenuhi dua dari tiga kriteria:
a. Rasio kadar protein cairan efusi pleura/kadar protein serum < 0,5
b. Rasio kadar LDH cairan efusi pleura/kadar LDH serum < 0,6
c. Rasio kadar LDH cairan efusi pleura <2/3 batas atas nilai normal kadar
LDH serum.
Jika angka tersebut terlampaui, efusi pleura termasuk jenis eksudat. 5.
5. Gambaran radiologi
Pada pemeriksaan foto thorax tegak, cairan pleura tampak berupa
perselubungan homogen menutupi struktur paru dibawah yang biasanya relatif
radioopak dengan permukaan atas cekung, berjalan dari lateral atas ke medial
bawah.4
Diperlukan volume cairan sejumlah 300ml agar efusi pleura terlihat pada
foto thorax tegak. Foto lateral dapat mendeteksi efusi pleura sejumlah 75ml
dan foto lateral dekubitus sejumlah 15-20ml.2
Efusi pleura memiliki gambaran yang sangat bervariasi:
Perselubungan pada hemithorax (Efusi Pleura Masif):
Terjadi ketika rongga pleura mengandung 2L cairan pada orang dewasa.
Paru akan kolaps secara pasif.
Efusi paru yang besar ini akan mendorong jantung dan trakea menjauhi
sisi yang terkena efusi.
Efusi subpulmonal:
Hampir semua efusi terkumpul dibawah paru antara pleura parietal yang
melapisi diafragma dan pleura visceralis lobus inferior.

Gambaran diafragma bukanlah diafragma yang sebenarnya, melainkan


cairan pleura yang terkumpul diatas diafragma. Menggeser titik tertinggi

diafragma ke arah lateral.


Pada efusi subpulmonal diafragma kiri terdapat peningkatan jarak antara

udara di lambung dengan udara di paru.


Pada foto lateral biasanya terdapat penumpulan sulkus kostofrenikus
posterior.

Penumpulan sulkus kostofrenikus:

Sulkus kostofrenikus posterior (foto lateral) menjadi tumpul terlebih

dahulu, kemudian diikuti sulkus kostofrenikus lateral (foto thorax tegak)


Penebalan pleura juga menyebabkan penebalan sulkus kostofrenikus
namun pelebaran pleura biasanya berbentuk skislope (lereng untuk ski)
dan tidak akan berubah jika terdapat perubahan posisi pasien.

Tanda meniskus:

Sangat sugestif pada efusi pleura


Akibat sifat paru yang elastis, maka cairan pleura lebih tinggi di bagian
tepi dan adanya gaya adhesi pada cairan yang berada dalam satu rongga
maka akan terjadi gaya tarik antara molekul yang berbeda berat jenisnya.

Hidropneumothoraks:
Terjadi jika terdapat pneumothorax dan efusi pleura secara bersamaan.
Biasanya akibat trauma dan pembedahan.
Ditandai dengan air-fluid level di hemithoraks
Batasnya tidak terbentuk melainkan berupa garis lurus.
Efusi yang terlokalisir:
Terjadi akibat adhesi antara pleura visceral dengan pleura parietal.
adhesi lebih umum terjadi pada hemotoraks dan emfiema.

10

Memiliki bentuk dan posisi yang tidak lazim (tetap di bagian apex paru

pada foto tegak)


Efusi Laminar:
Bentuk efusi pleura yang menyerupai pita tipis disepanjang dinding

lataeral thoraks,terutama didekat sulkus kostofrenikus.


Sulkus kostofrenikus cenderung tetap tajam
Biasanya akibat gagal jantung atau penyebaran limfatik dari suatu

keganasan.
Tidak bergerak bebas sesuai dengan posisi pasien.

Sisi yang terkena pada efusi pleura dapat memberikan petunjuk mengenai
penyebab efusi pleura.
1. Bilateral
Gagal jantung, lupus eritomatous.
2. Unilateral
Tuberkulosis, penyakit tromboemboli paru, dan trauma.
6. Diagnosis
Gambaran radiologis1,2 :

Sinus costophrenicus tumpul


Terdapat miniscus sign
Colaps paru dari ipsi lateral
Pada efusi pleura masif dapat ditemukan :

Pembesaran hemithotraks ipsi lateral


Pergeseran mediastimun kearah kontra lateral

7. Deferensial diagnosis

11

A. Pnemumonia
Pneumonia merupakan infiltrasi atau konsolidasi di paru akibat
peradangan masuk ke dalam alveoli paru oleh eksudat yang biasanya
dihasilkan dari agen infeksi.1
Infeksi yang terjadi pada parenkim paru yang biasanya disebabkan oleh
streptococcus, haemophilus, mycoplasma, legionella, dan chlamydia pada
community acquired pneumonia (CAP). Bisa juga disebabkan oleh infeksi
bakteri gram negatif pada hospital acquired pneumonia(HAP) mortalitis lebih
tinggi di bandingkan dengan CAP. 2
Distribusi infiltrat pada segmen apikal lobus bawah atau inferior lobus atas
sugestif untuk kuman aspirasi. Bentuk lesi berupa kapitas dengan air-fluid level
sugestif untuk abses paru, infeksi anaerob, gram negatif atau amilodiosis. 3
Gambaran radiologis1,2 :

12

a) Tampak perselubungan/konsolidasi inhomogen pada lapangan paru yang


disertai air bronchogram sign. (+)
b) Batasnya rata / tegas sesuai dengan batas dari lobus paru-paru
c) Sinus costophrenicus biasanya terisi paling terakhir
d) Tidak tampak tanda-tanda pendorongan/pergeseran.

B. Atelektasis 2
Atelektasis adalah kehilangan volume di sebagian atau seluruh paru.
Atelektasis disebut juga kolaps paru. Penyebab terjadinya atelektasis adalah:
a) Relaksasi/kompresi/pasif
Ekspansi paru dihambat oleh pneumothoraks atau efusi pleura
b)Absorpsi/obstruktif/reabsorpsi
Akibat oklusi lumen bronkus yang diikuti oleh absorpsi udara di
jaringan paru bagian distal dari obstruksi. Obstruksi dapat disebabkan oleh
tumor, sumbatan mukus, benda asing, peradangan bronkus, atau kompresi
ekstrinsik (pembesaran getah bening)
c) Adesif
Surfaktan berfungsi untuk menurunkan tegangan permukaan alveoli.
Pada kelainan yang mengganggu fungsi surfaktan tersebut, kolaps dari
alveoli dapat terjadi, seperti pada kasus-kasus acute respiratory distress
syndrome(ARDS) dan hyaline membrane disease(HMD).
d)Sikratik/kontraksi

13

Terjadi ketika proses fibrosis pada paru atau pleura menghambat


ekspansi paru.
Gambaran radiologis:

Secara umum dibagi menjadi dua:


1. Tanda langsung
a. Perubahan letak fisura interlobaris
b. Perubahan opasitas( penurunan aerasi)
c. Corakan bronkovaskuler yang bertambah
2. Tanda tidak langsung:
a. Elevasi diafragma
b. Pergeseran mediastinum
c. Pergeseran trakea

14

d. Pergeseran letak hilus


e. Hiperaerasi kompensasi dari paru yang normal
f. Penyempitan sela iga

C. Tumor Paru
Sebagaian besar (45 60%) tumor ganas paru termasuk karsinoma
bronkogen adalah jenis epidermid. Agaknya insiden karsinoma paru
mempunyai kecenderungan meningkat. Salah satu pendekatan diagnosis dunia
adalah pemeriksaan radiologi. 4 Ada 2 bentuk yaitu:
1. Bentuk noduler
2. Bentuk difus yang secara radiologik menyerupai konsolidasi pneumonia. 4

Gambaran radiologik:6
Massa opak homogen dengan batas tegas
Sinus tidak terisi

15

Permukaan tidak konkaf tetapi sesuai bentuk tumornya


Bila tumornya besar, terjadi pendorongan jantung.
BAB III
PENUTUP

Pasien (Tn.R) usia 47 tahun datang ke rumah sakit dengan keluhan sesak
napas. Dialami sejak 2 malam yang lalu sebelum masuk rumah sakit dan makin
lama makin memberat. Dirasakan memberat apabila pasien beraktifitas. Ada
riwayat batuk sejak 10 hari sebelumnya yang disertai dahak berwarna putih.
Tidak ada riwayat batuk berdarah. Tidak ada demam dan tidak ada riwayat
berkeringat di malam hari. Ada riwayat penurunan berat badan. Sakit kepala
tidak ada, pusing tidak ada. Mual tidak ada, muntah tidak ada, nyeri ulu hati
tidak ada. Riwayat merokok sekitar 20 tahun.
BAB : Konsistensi biasa, warna coklat,
BAK : Lancar, warna kuning,
Nafsu makan tidak baik, penurunan berat badan ada.
Pada pemeriksaan fisis Thorax didapatkan dinding dada simetris kanan
dengan kiri, Pemeriksaan vokal fremitus menurun pada daerah dada kiri, pada
dada kanan kesan normal. Pada perkusi didapatkan bunyi pekak daerah dada
kiri, dada kanan sonor. Auskultasi di dapatkan bunyi pernafasan vesikuler,
bunyi paru menurun di hemithorax kiri. Bunyi jantung I/II murni reguler tanpa
bunyi tambahan.
Dari pemeriksaan radiologik didapatkan gambaran perselubungan
homogen pada seluruh hemithorax sinistra yang mendesak trachea dan organ
mediastinum lainnya ke kanan. Cor sulit dinilai, aorta sulit dinilai. Sinus dan

16

diafragma kanan baik. Tulang-tulang intak. Tampak kesan efusi pleura masif
sinistra.
Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang
radiologi, diagnosis kasus ini adalah Efusi Pleura Masif Sinistra.

17

DAFTAR PUSTAKA

1. Herring W. Recognizing a Pleura Effusion. In: Learning Radilogy recognizing


the basics. Philadelphia. 2012. p:40-49.
2. Soetikno R.D. Efusi Pleura. In: Radiologi Emergensi. PT Reika Aditama.
Bandung. 2011. P:62-65.
3. Halim, Hadi. Penyakit-penyakit pleura. Dalam : Sudoyo Aru W. Buku Ajar
Ilmu Penyakit Dalam Jilid 3. Edisi ke-4. Jakarta : Departemen Ilmu Penyakit
Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia ; 2006. Hal 1066-1071.
4. Kusumawidjaja, Kahar. Pleura dan Mediastinum. Dalam : Rasad, Sjahriar.
Radiologi Diagnostik. Edisi ke-2. Jakarta : Balai Penerbit Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia; 2006. Hal. 116-122.
5. Liwang F, et al. Efusi Pleura Tipe 1. In: KAPITA SELEKTA Kedokteran
Essentials of Medicine 4th Edition. Jakarta. 2011. P:29-34.
6. Adnan M. Pleura. In: Diktat Radiologi II. Bagian Radiologi Fakultas
Kedokteran Universitas Hasanuddin. Makassar, Hal: 18-25

18

Anda mungkin juga menyukai