Anda di halaman 1dari 14

Laporan Praktikum

Kualitas Udara

Hari/tanggal
Waktu
Dosen

: Kamis/ 22 April 2015


: 15.00-19.00 WIB
: Ir. Sutoro

Penetapan,NH3, NO2, SO2, H2S, Ozon, TSP di udara


Kelompok 4:
Nathanael Dwi P
J3M113062
Iswahyudi
J3M113068
Aulia Radhika
J3M1130
Dwi Nur A.
J3M1130
Kelompok 5:
Ferigo Asya O
Nabilla Nur F.
Algafiqhi M.
Rahmah Taniati
Yahya Aulya

J3M1130
J3M1130
J3M213092
J3M213103
J3M213109
Kelompok 6:

Binuzul Qurani
Nada Annisya
Ciko Firmansyah
Danang Agung`
Rossy Dwi R.

J3M213110
J3M213120
J3M2131
J3M2131
J3M2131

TEKNIK DAN MANAJEMEN LINGKUNGAN


PROGRAM DIPLOMA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2015

Pendahuluan
Latar belakang
Udara adalah salah satu komponen yang terpenting bagi kehidupan manusia.
Tanpa udara kita tidak dapat hidup. Hewan, tumbuh-tumbuhan pun tidak dapat hidup.
Akan tetapi karena udara terdapat dalam jumlah yang berlebihan, kita tidak
menginsyafi betapa vitalnya udara. Namun udara yang banyak itu sebenarnya
bukanlah tidak terbatas. Hal ini barulah kita insyafi apabila terjadi pencemaran udara
yang berat. pencemaran udara akan terus meningkat dan meluas dengan makin
cepatnya proses industrialisasi dan makin banyaknya kendaraan bermotor.
Pencemaran udara dewasa ini semakin menampakkan kondisi yang sangat
memprihatinkan. Sumber pencemaran udara dapat berasal dari berbagai kegiatan
antara lain industri, transportasi, perkantoran, dan perumahan. Berbagai kegiatan
tersebut merupakan kontribusi terbesar dari pencemar udara yang dibuang ke udara
bebas. Sumber pencemaran udara juga dapat disebabkan oleh berbagai kegiatan alam,
seperti kebakaran hutan, gunung meletus, gas alam beracun, dll. Dampak dari
pencemaran udara tersebut adalah menyebabkan penurunan kualitas udara, yang
berdampak negatif terhadap kesehatan manusia.
Udara merupakan media lingkungan yang merupakan kebutuhan dasar
manusia perlu mendapatkan perhatian yang serius, Pertumbuhan pembangunan
seperti industri, transportasi, dll disamping memberikan dampak positif namun disisi
lain akan memberikan dampak negatif dimana salah satunya berupa pencemaran
udara dan kebisingan baik yang terjadi didalam ruangan (indoor) maupun di luar
ruangan (outdoor) yang dapat membahayakan kesehatan manusia dan terjadinya
penularan penyakit.

Tujuan
Untuk mengetahui kadar NH3, NO2, SO2, H2S, Ozon di udara.

Metode Kerja
Penetapan NH3 di Udara
Larutan kurva standar kalibrasi NH3
pipet larutan standar induk NH3 2 ppm masing-masing 0; 0,5; 1,0; 2,0; 3,0; dan 5,0
ml kedalam labu ukur 50 ml. Kedalam masing-masing labu tambahkan 10 ml larutan
penyerap NH3 asam sulfat 0,1N, kocok secara homogen dan tambahkan larutan
penyangga, 5ml larutan pereaksi fenol dan 2,5 ml larutan Natrium Hipoklorit.
Lakukan pengenceran hingga 50 ml dengan air suling. Diamkan labu di tempat gelap
selama 30 menit. Ukur absorbsinya dengan spektrometer poada panjang gelombang
630 nm dan gunakan blanko yaitu labu ukur yang berisi 0 ml larutan.

Larutan sampel
Pindahkan larutan penyerap yang telah mengandung sampel NH 3 kedalam labu ukur
50 ml, tambahkan 2ml larutan penyangga, 5 ml larutan pereaksi fenol, dan 2,5 ml
larutan natrium hipoklorit. Encerkan hingga 50 ml dengan air suling. Diamkan labu
selama 5 menit. Ukur dengan spektrofotometer seperti pengukuran kurva standar
kalibrasi NH3
Menghitung kandungan NH3 di udara
g
760
(t+ 273)
NH3 (g/Nm3) = v x
x
p
298 v
g
t
v
P

x 1000

= g sampel NH3 yang dapat ditarik dari grafik


= suhu udara rata-rata selama pengambilan sampel dalam oC
= Volume udara dalam L
= Tekanan barometer rata-rata selama pengambilan sampel dalam mmHg

Penetapan NO2 di udara

Larutan kurva standar kalibrasi

Sediakan 6 buah labu ukur 25 ml kedalam masing-masing labu ukur dipipet secara
berurutan 0 ; 0,1 ; 0,2 ; 0,3 ; 0,4 ; dan 0,5 ml larutan induk standar NO2 2 PPM.
Kedalam masing-masing labu tersebut tambahkan 10 ml larutan penyerap NO2.
Kemudian encerkan dengan aquades hingga tanda tera. Kocok dan ukur warnanya
setelah 15 30 menit dengan spektofotometer pada panjang gelombang 50 nm dan
gunakan blanko yaitu labu ukur yang berisi 0 ml larutan standar induk N02.

Larutan sampel

Pindahkan larutan penyerap yang telah mengandung NO2 kedalam labu ukur 25ml.
Encerkan dengan aquades. Ukur dengan spektrofotometer seperti pengukuran larutan
kurva standar kalibrasi NO2.

Hitung kandungan NO2 diudara dalam g/ Nm3

NO2 (g/ Nm3)= g/ v x (t+273)/298 x 760/P x 1000


g
t
V
P

= g smpel NO2 yang didapat dari grafik


= suhu udara rata-rata selama pengambilan sampel oC
= Volume udara dalam L
= tekanan barometer rata-rata selama pengambilan sampel dalam mmHg.

PENETAPAN SO2 DI UDARA


1. Larutan standar kurva kalibrasi SO2
Sedikan 6 buah labu ukur 50ml, kedalam masing-masing labu ukur dipipet
secara berurutan 0 ; 0.1 ; 0.2 ; 0.3 ; 0.4 ; 0.5 ml larutan induk standar SO 2 ppm.
Kedalam masing masin labu ukur tersebut tambah 10 ml larutan penyerap.
Kemudia tambahkan 1 ml larutan asam sulfanat 0.6% dan biarkan selama 5
menit, tambahkan 2 ml larutan formaldehit 0.2 % dan 5 ml larutan
pararosnilin. Encerkan dengan air suling hingga 50 ml. Kocok dan ukur
warnanya setelah 15 30 menit denga spektrofotometer pada panjang
gelombang 550 nm dan gunakan blanko yaitu labu ukur yang berisi 0 ml
larutan induk standar SO2.
2. Larutan sampel
Pindahkan larutan penyerap TCM yang telah mengandung SO 2 ke dalam labu
ukur 50 ml, tambahkan l2 ml larutan asam sulfanat 0.6% dan biarkan selama 5
menit, tambahkan 2 ml larutan formaldehit 0.2% dan 2 ml larutan
pararosanilin. Encerkan dengan air suling hingga 50 ml ukur dengan
spektrofotometer seperti paa pengukuran larutan standar.
3. Hitung kandungan SO2 diudara dalam
3

SO2 (g/N m

g (t +273) 760
x
x
x 1000
v
298
P

g = g sampel SO2 yang didapatkan dari grafik


t = suhu udara rata-rata selama pengambilan sampel dalam oC
v = volume udara dalam L

P = tekanan barometer rata-rata selama pengambilan sampel dalam


mmHg

Standarisasi larutan induk standar SO2


Pipet 10 ml larutan induk standar SO2, pindahkan kedalam elemeyer,
tambahkan 5 ml larutan iodin 0.01N dan 5 ml larutan HCl 0.1N . Tutup segera
elemeyer tersebut dan biarkan selama 5 menit terindung dari cahaya. Segera
titrasi dengan larutan natrium tiosulfat 0.01N (gunakan larutan amilum
sebagai indicator). Lakukan penetapan blanko dengan menggunakan 10 ml air
suling sebagai pengganti larutan induk standar SO2.
( AB ) X N X 0,0017 X 1000 X 1000
SO2 (g/ ml =
0,1 X 10
A = Volume Natrium Thiosulfat untuk penitaran blanko (ml)
B= Volume Natrium Thiosulfat untuk penitraan sampel (ml)
N= Normalitas Natriium Thiosulfat

Penetapan H2S di Udara

Larutan Kurva Standar kalibrasi H2S


Sedikan 6 buah labu ukur 0 ml. kedalam masing-masing labu ukur. Pipet 0 ;
0.1 ; 0.2 ; 0.3 ; 0.3 ; 0.5 ml larutan induk standar H2S . Ppm. Kedalam
masing-masing labu tersebut tambahkan 1 ml larutan diamin dan 1.5 ml larutan
FeCl3 serta 10 ml lautan penyerap Zn asetat. Kemudian encerkan dengan
aquades hingga tanda tera. Ukur absorbansinya denga spektrofotometer setelah
15-30 menit pada panjang gelombang 670 nm dan gunakan blanko yaitu labu
ukr berisi 0 ml larutan idnuk stndar H2S.
Larutan sampel
Pindahkan larutan penyerap yang telah mengandung H2S kedalam labu ukur 50
ml, tambahkan 1 ml larutan diamin dan 1.5 ml larutan FeCl3. Encerkan denga
air suling hingga tanda tera. Ukur dengan sprktrofotometer seperti pada
pengukuran standar kalibrasi H2S.
g (t +273) 760
3
Hitung H2S (g/N m = v x 298 x P x 1000

g = g sampel H2S yang didapatkan dari grafik


t = suhu udara rata-rata selama pengambilan sampel dalam oC
v = volume udara dalam L
P = tekanan barometer rata-rata selama pengambilan sampel dalam mmHg
Standarisasi lauratn induk standar H2S

Pipet 10 ml larutan induk standar H2S kedalam elemeyer, tambahkan 5 ml


larutan Iodin 0.1N dan 5 ml laruan HCl 0.1N. tutup segera elemeyer tersebut
dan biarkan selama 5 menit terlindung dari cahaya. Titrasi kelebihan Iodin
dengan larutan Natrium Tiosulfat 0.1N (gunakan larutan indicator Amilum).
Lakukan titrasi blanko dengan mengunakan 10 ml air suling sebagai pengganti
larutan induk standar H2S
H2S (g/ ml =

( AB ) X N X 0,0017 X 1000 X 1000


0,1 X 10

A = Volume Natrium Thiosulfat untuk penitaran blanko (ml)


B= Volume Natrium Thiosulfat untuk penitraan sampel (ml)
N= Normalitas Natriium Thiosulfat
Penetapan Larutan Ozon di Udara

Larutan standar kurva kalibrasi SO2


Pipet larutan induk standard O3 0,0025 M, masing-masing 0; 0,5; 1,0; 2,0;
3,0; 5,0 ke dalam labu ukur 25 ml. Ke dalam masing-masing labu ukur
tambahkan 10ml larutan penyerap NBKI danencerkan hingga tanda tera
dengan air suling. Ukur absorbansinya dengan spektrofotometer pada panjang
gelombang 352 nm dan gunkan blanko yaitu labu ukur yang berisi 0 ml lrutan
induk standar O3.

Larutan Sampel
Pindahkan penyerap yang telah mengandung O2 kedalam Lbu ukur 25 ml dan
encerkan dengan air suling hi8ngga tanda tera. Ukur dengan Spektrofotometer
seperti pengukuran kurva standar kalibrasi O3.

Hitung kandungan O3di udara dalam g/m3


Dengan cxara: Membuat grafik hubungan anatara absorbansi sebagi sumbu Y
dengan normalitas Iodin swbagi sumbu X. Tentukan normalitas Iodin yang
absorbansinya = 1 (l1). Nilai normalitas ini dikalikan 1,224 x 103 sebagai
faktor standarisasi N sebagai jumlah g
O3 yang dibutuhkan untuk 10 ml pereaksi penyeap yang memeberikan nilai
absorbansi sama dengan 1 (M= L1 x 1,224 x 105)

O3 (g/Nm3) =

absorbansi sample x M
v

760
(t+ 273)
x
p
298 v

x 1000

t
= suhu udara rata-rata selama pengambilan sampel dalam oc
v
= Volume udara dalam L
P
= Tekanan barometer rata-rata selama pengambilan sampel
dalam mmHg

Penentuan partikel tersusupensi total (tsp) di udara


Timbang filter serat kaca dalam keadaan kosong, lakukan tiga kali
pengulangan dengan neraca analitik yang memiliki ketelitian 0,01 0,1 mg. Pasang
filter dengan menggunakan pinset kedalam filter holder, lakukan pengambilan contoh
selama 1 jam dengan kecepata aliran minimal sebesar 1,13 m 3/menit. Angkat filter
yang telah berisi partikel debu, dan timbang dilakukan tiga kali pengulangan.hitung
kandungan
TSP
dalam
g/Nm3.
Kandungan
TSP
(g/Nm3)
=
W 1W 0 t +273 760

1000
V
298
P
Keterangan :
W1 = Berat kertas saring setelah berisi partikel (g)
W0 = Berta kertas saring kosong (g)
V = Volume contoh udara dalam L
P = Tekanan barometer rata-rata selama pengambilan sampel dalam mmHg
t = temperatur udara rata-rata selama pengambilan sampel dalam 0C
PEMBAHASAN
Percobaan kali ini yaitu menentukan partikulat NH3, NO2, SO2, H2S,
Ozon, TSP di udara pada udara ambient. Sampling udara ini dilakukan di dua tempat
yaitu didepan pintu 1 program Diploma, Institut Pertanian Bogor, Cilibende masingmasing selama 1 jam.
Pencemar udara dibedakan menjadi dua yaitu, pencemar primer dan pencemar
sekunder. Pencemar primer adalah substansi pencemar yang ditimbulkan langsung
dari sumber pencemaran udara. [Karbon monoksida]adalah sebuah contoh dari
pencemar udara primer karena ia merupakan hasil dari pembakaran. Pencemar
sekunder adalah substansi pencemar yang terbentuk dari reaksi pencemar-pencemar
primer di atmosfer. Pembentukan ozon dalam [smog fotokimia] adalah sebuah contoh
dari pencemaran udara sekunder.

Tabel 1. Baku Mutu Udara Ambient

A. Sulfur dioksida (SO2)


SO2 paling banyak dihasilkan dari proses pembakaran bahan bakar
fosil. Di atmosfer, SO2 dapat membentuk partikel-partikel sulfat yang
amat halus melalui proses konversi gas ke partikel. Partikel-partikel sulfat
yang terbentuk dan mengapung di udara tersebut disebut dengan aerosol
sulfat. Aerosol sulfat yang dilepas ke atmosfer diakibatkan oleh emisi
alami dan antropogenik. Emisi alami berasal dari letusan gunung berapi
disebut dengan emisi vulkanik. Letusan gunung Pinatubo di Philipina pada
tahun 1991, melepaskan sekitar 14-26 juta ton SO2 ke atmosfer (CSIRO,
2002).
Pada konsentrasi tertentu, SO2 dapat menyebabkan penurunan kualitas
air hujan yang diindikasikan melalui pH air hujan. Disamping itu,
peningkatan aerosol di atmosfer akan mengakibatkan peningkatan inti
kondensasi yang terdapat di atmosfer sehingga proses kondensasi pada
tetes air (droplet) di udara meningkat, dan awan yang terbentuk menjadi
lebih tebal dan gelap. Akibatnya, radiasi matahari yang datang ke bumi
akan tertahan oleh awan dan dipantulkan kembali ke angkasa,
menyebabkan berkurangnya intensitas radiasi sinar matahari yang sampai
ke permukaan bumi.
Berdasarkan hasil pengamatan diperoleh hasil data 13,6896 (mg/l) dan
118,35 (ug/Nm3). Menurut PP RI No. 41 tahun 1999 tentang
Pengendalian Pencemaran Udara. Baku mutu So2 yaitu 900 (ug/Nm3).
Berdasarkan baku mutu tersebut dapat disimpukan bahwa gas S02 tidak
melebihi baku mutu yang di tetapkan.

B. Hidrogen sulfide (H2S)


Senyawa H2S bersifat tidak berwarna dan menimbulkan bau yang
merangsang (busuk). Gas H2S mempunyai konsentrasi alamiah 0,0020,02 ppm. Gas ini ditemukan pada gas vulkanik dan gas alam. Golongan
industry yang menghasilkan gas H2S antara lain; pengilangan minyak,
rayon, penyamakan kulit, pabrik kertas, dstilator, dan penambang biji besi.
Secara alami NOx masuk ke atmosfer melalui halilintar, proses proses
biologisdan sumber-sumber biologis dan sumber-sumber zat pencemar.
NOx dengan konsentrasi tinggi sangat merusak kualitas udara
(Achmad,2004). Sebagian besar NOx masuk ke atmosfer sebagai NO.
Pada suhu yang sangat tinggi terjadi reaksi: N2 + O2 2NO
Reaksi ini semakin cepat dengan kenaikan suhu. Campuran yang
mengandung 3% O2 dan 75% N2 yang sering terjadi di bagian
pembakaran mesin mobil menghasilkan 500 ppm NO dalam waktu 30
menit pada suhu 1315oC dan hanya 0,117 detik pada suhu 1980oC.
Berdasarkan hasil pengamatan diperoleh hasil data 104,0094 ug/l dan
103,112 (ug/Nm3). Menurut PP RI No. 41 tahun 1999 tentang
Pengendalian Pencemaran Udara. Baku mutu NO2 yaitu 400 (ug/Nm3).
Berdasarkan baku mutu tersebut dapat disimpukan bahwa gas S02 tidak
melebihi baku mutu yang di tetapkan.

C. Ammonia (NH3)
Ammonia (NH3) menimbulkan bau yang merangsang dan tidak
berwarna. Konsentrasi alamiah dari gas ini berkisar 6-20 ppm. Gas ini
dihasilkan dari aktivitas bakteri pembusuk dan kegiatan industry kimia
pupuk Sifat-sifat bahaya dari amoniak bagi kesehatan dalam efek jangka
pendek (akut) adalah iritasi terhadap saluran pernapasan, hidung,
tenggorokan dan mata terjadi pada 400-700 ppm. Sedang pada 5000 ppm
menimbulkan kematian. Kontak dengan mata dapat menimbulkan iritasi
hingga kebutaan total. Kontak dengan kulit dapat menyebabkan luka bakar
(frostbite).
Sedangkan dalam efek jangka panjang (kronis) adalah menghirup uap
asam pada jangka panjang mengakibatkan iritasi pada hidung,
tenggorokan dan paru-paru. Amoniak termasuk bahan teratogenik.
Reaktivitas amoniak stabil pada suhu kamar, tetapi dapat meledak oleh
panas akibat kebakaran. Larut dalam air membentuk ammonium
hidroksida.

Berdasarkan hasil pengamatan diperoleh hasil data (ug/Nm3)


atau mg/Nm3. Menurut Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup
Nomor 21 Tahun 2008 Baku Mutu Emisi Sumber Tidak Bergerak Bagi
Usaha dan/atau Kegiatan Pembangkit Tenaga Listrik Termal, baku mutu
NH3 sebesar 0,5 mg/Nm3. Sehingga nilai hasil data yang diperoleh tidak
melebihi baku mutu lingkungan.
D. Ozon (O3)
Oksidan merupakan senyawa yang memiliki sifat mengoksidasi,
pengaruhnya terhadap kesehatan adalah mengganggu proses pernafasan
dan dapat menyebabkan iritas imata. Selain menyebabkan dampak yang
merugikan pada kesehatan manusia, pencemar ozon dapat menyebabkan
kerugian ekonomi akibat ausnya bahan atau material (tekstil, karet, kayu,
logam, cat, dsb), penurunan hasi pertanian dan kerusakan ekosistem
seperti berkurangnya keanekaragaman hayati. Oksidan di udara meliputi
ozon (lebihdari 90%), nitrogen dioksida, dan peroksiasetilnitrat (PAN).
Karena sebagian besar oksidan adalah ozon, maka monitoring udara
ambient dinyatakan sebagai kadar ozon.
Berdasarkan hasil pengamatan diperoleh hasil data (ug/Nm3). Menurut
Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 21 Tahun 2008
Baku Mutu Emisi Sumber Tidak Bergerak Bagi Usaha dan/atau Kegiatan
Pembangkit Tenaga Listrik Termal, baku mutu O3 sebesar 235 mg/Nm 3.
Sehingga nilai hasil data yang diperoleh tidak melebihi baku mutu
lingkungan.

H2S
No

N (x)

Absorbansi
(y)

1
2
3
4
5
6
7

0
10.401
20.802
31.203
41.604
52.002
sampel

0
0.0830
0.1200
0.2110
0.2720
0.5850
0.0140

Absorbansi
0.034
0.1170
0.1540
0.2450
0.3060
0.6190

KURVA STANDAR UDARA H2S


12.000
10.000
8.000
ABSORBANSI

6.000
4.000
2.000
0.000

0 f(x) = 0
R = 0

0.01

0.01

KONSENTRASI (N)

H2S (g/ ml =

( AB ) X N X 0,0017 X 1000 X 1000


0,1 X 10

0.01

0.01

( 6,24,55 ) X 0.00927 X 0,0017 X 1000 X 1000


2,5

= 104,0094 g/ml

No

N (x)

Absorbansi
(y)

Absorbansi

1
2
3
4
5
6
7

0
1.3690
2.7379
4.1069
5.4758
6.8448
sampel

0
0.023
0.0640
0.0900
0.1270
0.2310
0.1930

0.171
0.1940
0.2350
0.2610
0.2980
0.4020
0.3640

KURVA STANDAR UDARA SO2


12.000
10.000
8.000
6.000

ABSORBANSI

4.000
2.000
0.000

0 f(x) = 0
R = 0

0.01

0.01

KONSENTRASI (N)

SO2 (g/ ml

( AB ) X N X 0,0017 X 1000 X 1000


0,01 X 10

( 2,41.25 ) X 0.0093 X 0,00032 X 1000 X 1000


0,01 X 10

= 13,6896 g/ ml

0.01

0.01

KURVA STANDAR UDARA NH3


12.000
10.000
8.000
ABSORBANSI

6.000
4.000
2.000
0.000

0 f(x) = 0
R = 0

0.01

KONSENTRASI (N)

No

N (x)

Absorbansi
(y)

Absorbansi

1
2
3
4
5
6
7

0
0.001
0.002
0.004
0.006
0.01

0.000
0.013
0.042
0.049
0.077
0.124

0.020
0.0330
0.0620
0.0690
0.0970
0.1440

0.01

0.01

0.01

Anda mungkin juga menyukai