Anda di halaman 1dari 14

Nama :

Rahma muti hidayah


Kelas :

Xii is 5

1. Peta tematik suatu daerah


PETA PERKIRAAN CURAH HUJAN DKI JAKARTA

2. Artikel tentang peta tematik


PETA PERKIRAAN DAERAH PENANGKAPAN IKAN, UNTUK
KESEJAHTERAAN NELAYAN BANGKA BELITUNG
Menurut laporan LIPI (2003), pemanfaatan hasil potensi laut Bangka Belitung masih minim
dimana yang baru termanfaatkan hanya sekitar 25% dari potensi produksi sumber daya
perikanan tangkap yang mencapai 499.500 ton/tahun dan menjadi masalah yang belum
terkelola dengan baik hingga saat ini. Selain itu, praktek penambangan timah di pulau Bangka
(terutama daerah sekitar perairan terumbu karang) juga merupakan salah satu faktor yang
berpengaruh terhadap penurunan kualitas lingkungan perairan di sekitarnya. Hal ini
diperparah lagi dengan praktek illegal fishing oleh nelayan asing sehingga sumber daya kita
dijarah dengan seenaknya oleh oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab tersebut. Dan
wilayah sumber daya perairan yang luas dan potensi yang tersebar tentunya sangat
membutuhkan semacam alat bantu yang dapat menggali potensi daerah tangkapan dan
memberikan informasi lokasi penangkapan kepada para nelayan yang umumnya hanya nelayan
wilayah pesisir (tidak jauh dari tepi pantai).

Bangka Belitung adalah provinsi yang kaya akan hasil sumber daya alam (SDA) -nya, hingga
saat ini eksploitasi utama SDA nya yang masih tetap berjalan dan menjadi sumber Anggaran
Pendapatan Belanja Daerah-nya adalah dari bidang pertambangan yaitu timah, ironisnya banyak
pakar yang memprediksi bahwa stok timah sendiri akan habis dalam beberapa tahun ke depan.
Secara logis, hal ini wajar dikarenakan timah termasuk jenis sumber daya yang tak terbaharukan
(non renewable resources) atau sumber daya membutuhkan waktu yang sangat lama dalam
proses pengembalian ketersediaan stoknya apalagi sudah mulai dieksploitasi sejak abad ke -13
silam.
Sedangkan jika kita boleh bercermin dan sadar akan kenyataan secara geografis, bahwa provinsi
ini adalah provinsi kepulauan dimana luas wilayah lautnya mencapai 80% dari total luas
wilayahnya (DKP BABEL, 2008). Belum lagi ditambah dengan potensi laut perbatasan yang
merupakan bagian paling selatan dari laut Cina Selatan (wilayah perairan BABEL) yang kaya
akan ikan. Dari sisi nutrien air laut bagi kebutuhan organisme didalamnya, perairan BangkaBelitung dan Laut Cina Selatan masih memiliki kualitas yang baik. Menurut Thoha (2004), dari
hasil pengukuran kepadatan fitoplankton pada awal musim timur tahun 2002 disimpulkan bahwa
perairan muara memiliki kepadatan lebih tinggi jika dibandingkan dengan perairan terbuka
(perairan Bangka Belitung). Dari beberapa informasi tersebut, mengindikasikan bahwa sektor
perikanan dan kelautan dapat menjadi kandidat sektor andalan masa depan negeri Laskar Pelangi
ini

Gambar 1. Peta Pusat Ruang Kelautan dan Kawasan Andalan Laut Nasional
(Sumber: DKP BABEL, 2007)

Menurut laporan LIPI (2003), pemanfaatan hasil potensi laut Bangka Belitung masih minim
dimana yang baru termanfaatkan hanya sekitar 25% dari potensi produksi sumber daya perikanan
tangkap yang mencapai 499.500 ton/tahun dan menjadi masalah yang belum terkelola dengan

baik hingga saat ini. Selain itu, praktek penambangan timah di pulau Bangka (terutama daerah
sekitar perairan terumbu karang) juga merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap
penurunan kualitas lingkungan perairan di sekitarnya. Hal ini diperparah lagi dengan praktek
illegal fishing oleh nelayan asing sehingga sumber daya kita dijarah dengan seenaknya oleh
oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab tersebut. Dan wilayah sumber daya perairan yang
luas dan potensi yang tersebar tentunya sangat membutuhkan semacam alat bantu yang dapat
menggali potensi daerah tangkapan dan memberikan informasi lokasi penangkapan kepada para
nelayan yang umumnya hanya nelayan wilayah pesisir (tidak jauh dari tepi pantai).
Konsep PPDPI
Salah satu upaya untuk memberikan jalan baru bagi permasalahan diatas adalah dengan
pemanfaatan Peta Prakiraan Daerah Penangkapan Ikan (biasa disebut PPDPI). Pembuatan PPDPI
untuk wilayah Indonesia, merupakan kegiatan yang telah dirintis sejak tahun 2000 oleh
Departemen Kelautan Perikanan - RI. Upaya ini bertujuan untuk membantu aktivitas
penangkapan ikan yang dilakukan oleh nelayan, terutama dalam hal penghematan bahan bakar
minyak (bbm) yang digunakan selama operasi penangkapan ikan, dimana pada umumnya para
nelayan hanya mengandalkan naluri dan pengalaman dalam mendeteksi area yang diperkirakan
banyak ikan, sehingga hal ini tentunya dapat menyebabkan inefisiensi energi (bahan bakar,
tenaga), boros waktu, dan hasil tangkapan yang relatif rendah. Oleh karena itu, paradigma
berburu untuk menangkap ikan sudah harus mulai diubah menjadi paradigma mengambil
dengan bantuan teknologi citra satelit oseanografi tersebut.

Gambar 2. Skema Proses Pengolahan Data Satelit untuk Analisa PPDPI


(Sumber: BROK-DKP, 2007)
PPDPI itu sendiri adalah salah satu produk peta tematik kelautan yang memanfaatkan
penggabungan data-data parameter oseanografi (suhu permukaan laut, produktivitas primer,
ketinggian permukaan laut, arus, salinitas) baik data dari satelit oseanografi maupun data-data

pada stasiun pengamatan untuk menganalisa daerah potensi penangkapan ikan. Hal ini didukung
oleh tersedianya fasilitas data-data satelit oseanografi yang bebas penggunaan dan bersifat near
real time. Dan sebagai tambahan, data pengamatan lapangan dan prediksi seperti data-data
meteorologi (kecepatan angin, arah angin, gelombang laut) oleh Instansi seperti Badan
Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) atau Dinas Kelautan Perikanan (DKP) untuk
informasi keselamatan pelayaran.
Pembuatan peta dapat dilakukan secara rutin karena akses data utama yang near real time salah
satunya pada citra Satelit Terra dan Aqua (MODIS/ Moderate Resolution Imaging
Spectroradiometer) oleh Instansi NASA melalui url berikut
(http://oceancolor.gsfc.nasa.gov/modis/). Pembuatan peta ini berdasarkan informasi yang didapat
dari data oceancolor dari MODIS, data suhu permukaan laut dari sensor advance very high
resolution radiometer (avhrr), suhu permukaan laut dari sensor amsr and tmi, ketinggian
permukaan laut, klorofil-a, dan kecepatan ketinggian permukaan laut serta data arah dan
kecepatan angin dan gelombang laut. Berdasarkan informasi-informasi dari data tersebut, dapat
diinterpretasikan menjadi daerah penangkapan ikan dan daerah yang berpotensi menjadi daerah
penangkapan ikan. Selanjutnya informasi daerah penangkapan ikan dan daerah yang berpotensi
menjadi daerah penangkapan ikan tersebut dikemas menjadi suatu bentuk peta yang lengkap
dengan atribut-atributnya, sehingga memudahkan penggunaannya (BROK-DKP, 2007).

Gambar 3. Contoh Peta Prakiraan Daerah Penangkapan Ikan wilayah Perairan Sumatera
(Sumber: BROK DKP, 2009).

3. Analisis tentang peta tematik yaitu :


Isi/tema peta
Komponen kelengkapan peta

ANALISIS SIG KEHUTANAN KOTA PAREPARE


HASIL ANALISIS DAN PEMETAAN
A. Gambaran Umum Kota Parepare
1. Batas Administrasi
Secara geografis, Kota Parepare terletak pada jalur perlintasan transportasi darat maupun laut
untuk bagian tengah Propinsi Sulawesi Selatan, baik arah utara selatan maupun arah timur
barat. Sesuai dengan arahan pengembangan wilayah, maka Kota Parepare ditetapkan sebagai
Pusat Pelayanan Antar Wilayah (PPAW) untuk bagian tengah Propinsi Sulawesi sel.
Pemaknaan pusat pelayanan antar wilayah diterjemahkan oleh Pemerintah Kota Parepare dalam
visinya sebagai Kota Jasa, Niaga dan Pendidikan. Dalam rencana strategis pembangunan Kota
Parepare secara garis besar dapat digambarkan sebagai sebuah kota dengan fungsi dan peran
yang perlu didukung dengan berbagai kebijakan pembangunan. Dalam menunjang perwujudan
dan pencapaian visi yang telah ditetapkan tersebut, sehingga fasilitas pelayanan antar wilayah
banyak dikembangkan di kota ini.
Kota Parepare terletak pada posisi geografis 35739 40449 Lintang Selatan dan
1193624 1194340 Bujur Timur, dan secara administrasi berbatasan dengan :
1) Timur

: Kabupaten Sidrap

2) Selatan

: Kabupaten Barru

3) Barat

: Selat Makassar

4) Utara

: Kabupaten Pinrang

Selanjutnya secara administrasi, wilayah Kota Parepare dibagi dalam 4 (empat) kecamatan dan
22 kelurahan, yang terdiri atas:
1)

Kecamatan Bacukiki Barat, meliputi 6 (enam) kelurahan, yakni :

a) Kelurahan Bumi Harapan


b) Kelurahan Cappa Galung
c) Kelurahan Kampung Baru
d) Kelurahan Sumpang Minangae
e) Kelurahan Tiro Sompe

f) Kelurahan LumpuE
2)

Kecamatan Bacukiki, meliputi 4 (empat) kelurahan, yakni :

a) Kelurahan LemoE
b) Kelurahan LompoE
c) Kelurahan Watang Bacukiki
d) Kelurahan Galung Maloang
3)

Kecamatan Ujung, meliputi 5 (lima) kelurahan, yakni :

a) Kelurahan Mallusetasi
b) Kelurahan Labukkang
c) Kelurahan Lapadde
d) Kelurahan Ujung Bulu
e) Kelurahan Ujung Sabbang
4)

Kecamatan Soreang, meliputi 7 (tujuh) kelurahan, yakni :

a) Kelurahan Bukit Harapan


b) Kelurahan Bukit Indah
c) Kelurahan Kampung Pisang
d) Kelurahan Lakessi
e) Kelurahan Ujung Baru
f) Kelurahan Ujung Lare
g) Kelurahan Watang Soreang

2. Luas Wilayah

Kota Parepare memiliki luas wilayah sebesar 99,33 Km dan berdasarkan Sistem Informasi
Geografi luas masing-masing kecamatan dapat dilihat pada table.
Area (ha)
NO Sub District
BPS

SIG

Bacukiki

6.670

6.594

Bacukiki Barat

1.300

1.238

Soreang

833

851

Ujung

1.130

914

9.933

9.598

Kota Parepare
3. Kondisi Topografi

Kondisi topografi Kota Parepare secara umum terbagi dalam dua morfologi, yakni i) dataran dan
ii) perbukitan. Bentuk lahan dataran terletak di wilayah pesisir pantai dan secara umum
merupakan daerah yang cukup padat, pusat aktivitas kota, disebut sebagai Kota Bawah dengan
luas wilayah sekitar 30% dari luas wilayah Kota Parepare. Berdasarkan data hasil analisis
Sistem Informasi Geografi, kemiringan lereng Kota Parepare didominasi oleh kelerengan 08%
seluas 3.542 ha atau 36,90% dari luas wilayah Kota Parepare, sedangkan daerah yang curam atau
kelerengan >40% seluas 3.297 ha atau 34,35%, sebagian besar terletak di Kecamatan Bacukiki.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada table.
Sub District (ha)
Slope (%)

Bacukiki
Bacukiki
Barat

Soreang

Ujung

Amount Percentage
(ha)
(%)

00-08

1.628

667

540

706

3.542

36,90

08-15

333

198

196

115

842

8,77

15-25

1.164

54

84

42

1.343

14,00

25-40

415

77

32

49

574

5,98

> 40

3.053

242

3.297

34,35

6.594

1.238

914

9.598

100,00

No

Jumlah

851

B. Peta Tematik
1. Tanah
Jenis tanah di Kota Pare-pare didominasi oleh tanah hunitropepts (39,02%) dan tropodalfs
(36,84) kemudian berturut-turut tropudults (10,63%), dystrandepts (8,76%) dan eutropepts
(4,76%).
Sub District (ha)

No Soil Type

Bacukiki

Bacukiki Barat Soreang

Ujung

Area
(ha)

218

85

100

841

8,76

219

237

456

4,76

3.745

39,02

575

3.536

36,84

1.020

10,63

914

9.598

100,00

Dystrandepts 437

Eutropepts

Hunitropepts 3.387

359

Tropudalfs

2.050

365

Tropudults

721

298

6.594

1.238

Total

547

851

Percentage
(%)

2. Geologi
Geologi di Kota Parepare didominasi oleh Formasi Batuan Gunungapi Parepare (48,83%) dan
Formasi Terutama Tefrit Leusit (37,25%) kemudian berturut-turut aluvium (5,76%), endapan
aluvium, danau dan pant (5,09%) dan Formasi Batugamping Formasi Camba (3,08%).
Sub District (ha)

PercenArea
Bacukiki
Ujun (ha) tage
Bacukiki
Soreang
(%)
Barat
g

NoFormation

Litology

1 Aluvium

Bongkah,kerakal,kerikil,pasir,
lanau, lempung dan lumpur

58

386

108

552 5,76

2 Batuan
Gunungapi
Parepare

Dasit, andesit, tuf, aglomerat, 2.631


breksi gunungapi

785

466

806

4.68748,83

3 Batugamping Batugamping
Formasi
Camba

296

4 Endapan
Kerikil,pasir,lempung,lumpur 369
aluvium,danau

296 3,08

119

488 5,09

dan pant

dan batugamping koral

5 Terutama
Lava, breksi
Tefrit Leusit

3.299

276

Jumlah

6.594

1.238

3.57537,25
851

914

9.598100,00

3. Kemiringan Lereng
Kemiringan Lereng di Kota Parepare didominasi oleh kelerengan 08 % (36,90%) dan
kelerengan >40% (34,35%) kemudian berturut-turut kelerengan 1525 % (14%), kelerengan 815 %, pant (8,77%) dan kelerengan 2540 % (5,98%).
Sub District (ha)
No

Soreang

Ujung

Amount Percentage
(ha)
(%)

Slope (%)

Bacukiki

Bacukiki
Barat

00-08

1.628

667

540

706

3.542

36,90

08-15

333

198

196

115

842

8,77

15-25

1.164

84

42

1.343

14,00

25-40

415

77

32

49

574

5,98

> 40

3.053

242

3.297

34,35

6.594

1.238

914

9.598

100,00

Jumlah

851

4. Penutupan Lahan
Penutupan Lahan di Kota Parepare didominasi oleh tegalan (36,64%) dan semak belukar/alangalang (23,27%) kemudian berturut-turut sawah (15,37%), hutan sekunder (7,82%), padang
rumput (7,77%), kebun/perkebunan (0,44%), dan tubuh air (0,34%).
Sub District (Ha)
No Land Cover
Bacukiki
1

Hutan Sekunder

750

Kebun / Perkebunan 42

Bacukiki
Soreang
Barat

Total

Percentage
(%)

750

7,82

42

0,44

Ujung

Padang Rumput

746

Pemukiman

121

103

344

Sawah

1.189

81

Semak
Belukar/Alang Alang 988

Tegalan

Tubuh Air

Jumlah

746

7,77

234

802

8,36

42

164

1.475

15,37

660

319

266

2.233

23,27

2.753

367

147

250

3.517

36,64

27

32

0,34

6.594

1.238

9.598

100,00

851

914

5. Ketinggian Tempat
Berdasarkan analisis sistem informasi geografi dari data digital elevation model (DEM),
ketinggian tempat dari permukaan laut di Kota Parepare antara 0750 m dpl.
No

Elevation
(Meter)

Sub District ( Ha)


Bacukiki

Bacukiki Barat Soreang

Area
Ujung (ha)

0 50

2.199

949

593

408

4.149 43,23

50 100

1.193

179

227

461

2.060 21,47

100 150

452

48

30

42

572

5,96

150 200

416

40

459

4,79

200 250

359

19

378

3,94

250 300

361

365

3,80

300 350

343

343

3,57

350 400

337

337

3,51

400 450

294

294

3,07

10 450 500

249

249

2,59

11 500 550

139

139

1,45

12 550 600

118

118

1,22

13 600 650

63

63

0,66

Percentage
(%)

14 650 700

41

41

0,43

15 700 750

32

32

0,33

Jumlah

6.594

1.238

851

914

9.598 100,00

6. Iklim
Berdasarkan analisis sistem informasi geografi dari data curah hujan dihasilkan bahwa curah
hujan tahunan Kota Parepare berkisar antara 1.513 2078 mm/tahun dengan bulan kering 3 4
bulan.
No Sub Districts

Rainfall
(mm/tahun)

BK100

Luas (ha)

1513

388

1519

308

2078

5.898

Bacukiki

Total Kec. Bacukiki


2

Bacukiki Barat

6.594
2078

Total Kec. Bacukiki Barat


3

Soreang

1.238
2078

Total Kec. Soreang


4

Ujung

1.238

851
851

2078

Total Kec. Ujung


Jumlah

914
914
9.598

C. Klasifikasi Fungsi Hutan dan Persebarannya


Berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan Nomor SK. 434/Menhut-II/2009 tertanggal 23 Juli
2009 tentang Peta Kawasan Hutan dan Konservasi Perairan Provinsi Sulawesi Selatan, maka
klasifikasi kawasan hutan di Kota Parepare terdiri atas Hutan Lindung dan Hutan Produksi
Terbatas. Dari hasil analisis SIG, status kawasan Kota Parepare terdiri atas Budidaya Pertanian,
Hutan Lindung, dan Hutan Produksi Terbatas. Luas untuk kawasan hutan terdiri atas Hutan
Lindung sebesar 2.571 ha atau 26,78 % dari luas Kota Parepare dan Hutan Produksi Terbatas
sebesar 595 ha atau 6,20%.

Sub District (ha)


No Status Area

Bacukiki

Bacukiki
Barat
1.238

Budidaya
Pertanian

3.494

Hutan Lindung

2.571

Hutan Produksi
Terbatas

529

Jumlah

6.594

1.238

Soreang
790

Ujung
910

Amount

Percentage
(%)

6.432

67,02

2.571

26,78

62

595

6,20

851

914

9.598

100,00

PENUTUP
Berdasarkan hasil analisis dan pemetaan yang dilakukan, maka diambil beberapa kesimpulan
sebagai berikut:
1. Status kawasan Kota Parepare terdiri atas budidaya pertanian, hutan lindung, dan hutan
produksi terbatas.
2. Luas hutan lindung sebesar 2.571 ha (26,78%) dari luas Kota Parepare dan hutan
produksi terbatas sebesar 595 ha (6,20%).
3. Jenis tanah di Kota Parepare didominasi oleh tanah hunitropepts (39,02%) dan tropodalfs
(36,84) kemudian berturut-turut tropudults (10,63%), dystrandepts (8,76%) dan
eutropepts (4,76%)
4. Geologi di Kota Parepare didominasi oleh Formasi Batuan Gunungapi Parepare (48,83%)
dan Formasi Terutama Tefrit Leusit (37,25%) kemudian berturut-turut Aluvium (5,76%),
Endapan aluvium, danau dan pant (5,09%) dan Formasi Batugamping Formasi Camba
(3,08%)
5. Penutupan lahan di Kota Parepare didominasi oleh tegalan (36,64%) dan semak
belukar/alang-alang (23,27%) kemudian berturut-turut sawah (15,37%), hutan sekunder
(7,82%), padang rumput (7,77%), kebun/perkebunan (0,44%), dan tubuh air (0,34%)
6. Kemiringan lereng di Kota Parepare didominasi oleh kelerengan 08% (36,90%) dan
kelerengan >40% (34,35%) kemudian berturut-turut kelerengan 1525% (14%),
kelerengan 8-15% (8,77%) dan kelerengan 2540 % (5,98%)
7. Ketinggian tempat dari permukaan laut Kota Parepare antara 0750 m dpl
8. Curah hujan tahunan Kota Parepare berkisar antara 1.5132078 mm/tahun dengan bulan
kering 34 bulan.

Anda mungkin juga menyukai