Anda di halaman 1dari 4

Pengelolaan Sepakbola Nasional Dalam Perpektif Hukum

(Sinergi PSSI dengan Negara)


Oleh : Gersom Refandy Kadang
untuk memenuhi persyaratan mengikuti seminar PSSI dalam acara Days of Law
Career 2015
Sepakbola merupakan cabang olahraga paling populer dan paling digemari di seluruh
dunia. Pernyataan tersebut barangkali tidak terbantahkan, bahkan rasanya tidak diperlukan
sebuah penelitian ilmiah untuk mendapatkan pengesahan atas pernyataan tersebut. Situs
most-popular.net (2006, March 20) berdasarkan hasil survei yang dilakukan oleh Fdration
Internationale de Football Association (FIFA) pada tahun 2001 menyatakan bahwa sepakbola
adalah olahraga paling populer dimainkan hari ini. Survei ini menunjukkan bahwa lebih dari
240 juta orang memainkan olahraga sepakbola di lebih dari 200 negara di hampir setiap
bagian dari dunia.
Natakusumah (2009)1 menyatakan bahwa saat pertama kali sepakbola modern digagas
dan kemudian disebarluaskan oleh orang Inggris ke segala penjuru dunia, mungkin tak ada
yang mengira kalau suatu saat nanti sepakbola akan menjadi sebuah kekuatan maha dahsyat
yang mempengaruhi banyak aspek kehidupan di dunia ini. Sepakbola mungkin hanya sebuah
permainan, namun efek dan pengaruh dari permainan tersebut telah jauh merasuk ke bidangbidang lain seperti sosial keagamaan, teknologi informasi, hiburan, politik, dan bahkan
ekonomi. Seperti contohnya, kini sepakbola sering dikaitkan sebagai lambing pemersatu
bangsa, lihat saja saat Tim Nasional (Timnas) Indonesia baik senior mapun junior, seluruh
elemen masyarakat berpadu mendukung Timnas Indonesia. Sejenak melupakan perbedaanperbedaan yang ada di dalam masyarakat dan carut marutnya pengelolaan sepakbla nasional,
satu suara dukungan kepada Timnas selalu terdengar dikala pemain-pemain Timnas beraksi di
lapangan. Begitu hebatnya pengaruh dari sepakbola juga menjalar hingga aspek-aspek
kehidupan dan bermasyarakat lainnya.
Kompetisi sepak bola professional sebagai salah satu cabang olahraga yang paling
digemari di dunia memberikan sumbangan dan kesempatan yang sangat besar bagi pemajuan
kesejahteraan umum, menurut Hinca Pandjaitan saat ini kesejahteraan umum tersebut tidak
hanya terjadi di negara dimana kompetisi sepakbola itu dipertandingkan, tetapi juga di negara
1 Arief Natakusumah, Drama itu Bernama Sepakbola, (Jakarta: Elex Media Komputndo, 2009),
hlm.3.

dimana kompetisi sepakbola itu dipertandingkan, tetapi juga di negara-negara yang membuat
kompetisi sepakbola itu menjadi komoditas ekonomi.2 Contohnya adalah English Premiere
League (Liga Sepakbola Profesional Inggris) dan Serie A Italia (Liga Sepakbola Profesional
Italia) dimana kompetisi itu hanya terjadi di negara Inggris dan Italia namun pengaruh
bisnisnya meluas hingga Negara-negara di luar Inggris, termasuk di Indonesia saat ini.
Berdasarkan perkembangan sepakbola di dunia maka dibentuklah suatu wadah yang
bisa menyelenggarakan sepakbola secara internasional. Wadah tersebut berbentuk suatu
badang federasi internasional yang bernama Federation Internationale de Football
Association (FIFA). FIFA didirikan pada tahun 1904 dan bermarkas di Zurich, Swiss. Dalam
fungsinya,

FIFA

mempunyai

fungsi

seperti

meyelenggarakan

turnamen-turnamen

intenasional yang diikuti oleh negara-negara anggota dan FIFA jugalah yang membentuk
peraturan-peraturan yang terkait dengan sepakbola dan mengikat seluruh anggota-anggota
FIFA.
Dalam perkembangan sepakbola saat ini, kompetisi sepakbola banyak memberikan
kesempatan kerja yang sangat besar bagi masyarakat, seperti pemain sepakbola, pengelola
sepakbola, dan pihak-pihak lain yang ikut terlibat dalam bisnis sepakbola ini. Pada tahun
2006 saja sudah ada 270 juta orang aktif dalam sepakbola, yang terdiri atas 265 juta pemain
laki-laki maupun perempuan dan 5 juta perangkat pertandingan yang bertugas menjalankan
pertandingan sepakbola. Angka ini naik 10% dari survei yang dilakukan tahun 2000.
Berdasarkan data tersebut juga, 85 juta pemain yang aktif di sepakbola Asia, ada 7.094.000
pemain di Indonesia.3
Dengan adanya perkembangan sepakbola yang pesat di Indonesia, maka sudah sewajarnya
diperlukan suatu wadah yang menampung semua kegiatan yang berhubungan dengan
sepakbola agar sepakbola bias dimainkan secara terorganisir dan professional. Indonesia
sebagai anggota dari FIFA membentuk suatu wadah organisasi yang bergerak di bidang
sepakbola yang disebut sebagai federasi sepakbola Indonesia atau disebut juga Persatuan
Sepakbola Seluruh Indonesia (PSSI) didirikan di Yogyakarta pada tanggal 19 April 1930,
yang status badan hukumnya didaftarkan pada Departemen Kehakiman melalui Surat
2 Hinca Pandjaitan, Kedaulatan Negara vs Kedaulatan FIFA Dalam Kompetisi Sepakbola
Profesional untuk Memajukan Kesejahteraan Umum, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2011),
hlm 4.
3 Ibid.

Keputusan Menteri Kehakiman Nomor J.A.5/11/b tanggal 2 Februari 1953, Berita Negara
Republik Indonesia Nomor 18 tanggal 3 Maret 1953.4
PSSI di Indonesia berstatuskan sebagai organisasi olahraga, keberadaan ini didasarkan pada
ketentuan di dalam Pasal 35 ayat (1) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 3 tahun
2005 Tentang Sistem Keolahragaan Nasional (UU SKN) yaitu dalam pengelolaan
keolahragaan, masyarakat dapat membentuk induk organisasi cabang olahraga5
Di dalam statuta PSSI disebut bahwa keberadaan PSSI merupakan anggota dari FIFA6
selaku organisasi sepakbola dunia, AFC selaku organisasi sepakbola di Asia 7, AFF selaku
organisasi sepakbola di Asia Tenggara. Oleh karena itu, dalam pembentukan peraturan atau
susunan organisasi, PSSI haruslah mengikuti ketentuan yang diatur di FIFA sehingga dalam
kiprahnya PSSI tidak boleh menyimpang dari peraturan yang dibuat FIFA karena seperti yang
dijelaskan di dalam Pasal 1 ayat (13) Surat Keputusan Musyawarah Nasional Luar Biasa
PSSI (MUNASLUB PSSI) Tahun 2009 bahwa sepakbola merupakan permainan yang
dikuasai dan dikontrol oleh FIFA.8
Satu hal yang perlu dicermati, yaitu PSSI di Indonesia sudah jelas berstatus sebagai
anggota FIFA di dunia Internasional dan sebagai organisasi olahraga yang berstatuskan
sebagai badan hokum di Negeri Indonesia yang dimana keberadaanya merupakan sebagai
anggota dari Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) dan Komite Olimpiade Indonesia
(KOI). UU SKN memecah KONI menjadi KONI dan KOI, padahal sebelumnya KOI berada
bawah KONI. KONI melakukan pembinaan dalam negeri dan penyelenggaraan Pekan
Olahraga Nasional, KOI melakukan kegiatan pengiriman atlet keluar negeri dan
penyelenggaran pekan olahraga internasional di Indonesia.

4 PSSI, Pedoman Dasar PSSI 2009, Ps. 3 poin 3.3

5 Republik Indonesia, Undang-Undang tentang Sistem Keolahragaan Nasional, UU No. 3 tahun


2005, LN No. 89 Tahun 2005, TLN No. 4535, Ps. 35 ayat (1).
6 PSSI, Statuta PSSI 2014, Ps. 2.
7 PSSI, Statuta PSSI 2014, Ps. 2.
8 PSSI, Surat Keputusan Musyawarah Nasional Luar Biasa PSSI Tahun 2009, ps. 1 ayat (13).

Pemerintah sebagai pelaksana utama fungsi penyelenggaraan Negara berwenang


untuk mengatur dan mengurus keolahragaan nasional khusnya sepakbola di Indonesia.
Kewenangan tersebut dilimpahkan kepada Menteri Pemuda dan Olahraga berdasrkan UU SK
dan Peraturan Pemerintah (PP) nomor 16 Tahun 2007 Tentang Penyelenggaraan
Keolahragaan khususnya dalam Pasal 2.9
Sebagai penutup terlihatlah bahwa adanya sinergi dan hubungan kerja sama antara
pemerintah sebagai penyelenggara Negara dengan PSSI sebagai badan hukum publik yang
menyelenggarakan kegiatan persepakbolaan di Indonesia.

9 Republijk Indonesia, Peraturan Pemerintah tentang Penyelenggaraan Keolahragaan, PP No. 16


Tahun 2007, LN. No 35 Tahun 2007, TLN. No 4702, Ps. 2.

Anda mungkin juga menyukai