Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PRAKTIKUM

BIOKIMIA KLINIS
ANALISIS BIOKIMIA DARAH

Oleh :
KELOMPOK 2 D
Geraldi

(1113102000037)

Luthfia Wikhdatul A.

(1113102000019)

Ramaza Rizka

(1113102000076)

Sabilah Visa D. Syah

(1113102000018)

Sinthiya Nur Septiani

(1113102000038)

Dosen Pembimbing:
Lina Elfita, M.Si., Apt
Nurlaely Mida R., Ph.D
Endah W, M.Biomed

PROGRAM STUDI FARMASI


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA

SEPTEMBER/2015
BAB I
PENDAHULUAN
1.1

Latar Belakang
Manusia merupakan makhluk yang unik. Dari setiap sisi dari tubuh

manusia menjadi sebuah hal yang menarik untuk dipelajari. Kita juga
mengenal berbagai sistem organ yang mempunyai peran yang sangat
penting sesuai dengan peran fungsinya. Sistem organ dengan sistem kerja
masing masing saling berinteraksi dan menjadikan satu kesatuan yang
utuh.
Darah adalah cairan yang terdapat pada semua makhluk hidup
(kecuali tumbuhan) tingkat tinggi yang berfungsi untuk mengirimkan zatzat dan oksigen yang dibutuhkan oleh jaringan tubuh, mengangkut bahanbahan kimiahasil metabolisme, dan juga sebagai pertahanan tubuh
terhadap virus atau bakteri. Darah merupakan gabungan dari cairan, selsel dan partikel yang menyerupai sel, yang mengalir dalam arteri, kapiler
dan vena; yang mengirimkan oksigen dan zat-zat gizi ke jaringan dan
membawa karbon dioksida dan hasil limbah lainnya. Lebih dari separuh
bagian dari darah merupakan cairan (plasma), yang sebagian besar
mengandung garam-garam terlarut dan protein.

Protein utama dalam

plasma adalah albumin. Protein lainnya adalah antibodi (imunoglobulin)


dan protein pembekuan.
Glukosa diperlukan sebagai sumber energi terutama bagi sistem
syaraf dan eritrosit. Glukose juga dibutuhkan di dalam jaringan adipose
sebagai sumber gliserida-glisero, dan mungkin juga berperan dalam
mempertahankan kadar senyawa antara pada siklus asam sitrat di dalam
banyak jaringan tubuh.

1.2

Tujuan

Untuk pembuatan filtrat darah bebas protein dengan metode Folin-

Wu
Untuk mengetahui kadar gula darah dengan metode Folin-Wu
Untuk menghitung kadar kreatinin darah/plasma

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1

Gula Darah (Glukosa)


Glukosa

(suatu

glukosa

monosakarida)

adalah

salah

satu

karbohidrat terpenting yang digunakan sebagai sumber tenaga bagi


hewan dan tumbuhan. Glukosa merupakan salah satu hasil utama
fotosintesis dan awal bagi respirasi. Bentuk alami glukosa disebut juga
dekstrosa,
memiliki

terutamanya
berat

dalam

molekul

industri

180.18,

panagn.

termasuk

Glukosa

dalam

(C6H12O6)

heksosa

yaitu

monosakarida yang mengandung enam atom karbon (Lehniger 1982).


Glukosa merupakan aldehid (mengandung gugus OH), lima atom
karbon dan satu oksigenya membentuk cincin (cincin piranosa). Yaitu
bentuk paling stabil untuk aldosa berkarbon enam.Dalam cincin ini tiap
karbon terikat pada gugus samping hidroksil dan hydrogen, kecuali atom
kelimanya, yang terikat pada enam atom karbon ke enam di luar cincin,
yaitu membentuk CH2OH. Berikut gambar struktur glukosa:

Glukosa
monosakarida

(C6H12O6, berat
yang

molekul

mengandung

180.18)

enam atom

adalah heksosakarbon.

Glukosa

merupakan aldehida (mengandung gugus -CHO). Lima karbon dan satu


oksigennya membentuk cincin yang disebut "cincin piranosa", bentuk
paling stabil untuk aldosa berkabon enam. Dalam cincin ini, tiap karbon
terikat pada gugus samping

hidroksil dan hidrogen kecuali atom

kelimanya, yang terikat pada atom karbon keenam di luar cincin,


membentuk

suatu

gugus

CH2OH.Struktur

cincin

ini

berada

dalam

kesetimbangan dengan bentuk yang lebih reaktif, yang proporsinya


0.0026% pada pH 7.
Glukosa merupakan sumber tenaga yang terdapat dimana-mana
dalam biologi. Hal itu terjadi karena glukosa dibentuk dari formaldehida
pada keadaan abiotik, sehingga akan mudah tersedia bagi system
biokimia primitif. Hal yang lebih penting bagi organism tingkat atas
adalah kecenderungan glukosa, dibandingkan dengan gula heksosa
lainnya, yang tidak mudah bereksi secara nonspesifik dengan gugus
amino suatu protein. Reaksi ini (glikolisasi) mereduksi atau bahkan
merusak fungsi berbagai enzim. (Lehniger 1982).
Glukosa

dibentuk

dari

senyawa-senyawa

glukogenik

yang

mengalami gluconeogenesis (Murrat 2003). Glukogenesis memenuhi


kebutuhan akan glukosa pada saat karbohidrat tidak tersedia dalam
jumlah yang cukup dalam makanan. Pasokan glukosa yang terus-menerus
diperlukan sebagai energi, khususnya bagi sistem syaraf dan eritrosi.
Glukosa juga diperlukan didalam jaringan adipose sebagai sumber
gliserida-gliserol dan mungkin glukosa juga mempunyai peran didalam
mempertahankan kadar intermediet pada siklus asam sitrat di seluruh
jaringan tubuh. Selain itu, glukosa merupakan satu-staunya bahan bakar
yang memasoj energy bagi otot rangka pada keadaan anaerob (Murray
2003).
Kadar gula dalam tubuh
Kadar glukosa dalam tubuh makhluk hidup dapt digunakan untuk
memprediksi metabolism yang mungkin terjadi dalam sel dengan
kandungan gula yang tersedia. Jika kandungan 1 glukosa dalam tubuh
sangat

berlebih

maka

glukosa

tersebut

akan

mengalami

reaksi

katabolisme secara enzimatik untuk menghasilkan energi. Namun jika


kandungan glukosa tersebut di bawah batas minimum, maka asam piruvat
yang dihasilkan dari proses katabolisme bisa mengalami proses enzimatik
secara anabolisme melalui glukogenesis untuk mensintesis glukosa dan
memenuhi kadar normal glukosa dalam darah (Poediadji 1994).

Kadar gula darah bervariasi, tergantung status nutrisi. Kadar gula


normal manusia, beberapa jam setelah makan sekitar 80 mg/100 ml
darah, tetapi sesaat sehabis makan meningkat sampai 120 mg/100 ml.
Glukosa bersama asam lemak adalah molekul bahan bakar utama pemicu
metabolisme makhluk hidup. Organ pengguna bahan bakar terbanyak
adalah hati, otak, otot jantung dan jaringan adiposa. Mekanisme
homeostatik berperan untuk memasukkan glukosa ke dalam sel dan
penggunaanya oleh jaringan tubuh. Bila kadar gula turun, mekanisme
pelepasan gula simpanan glikogen dalam sel (atau dari glukoneogenesis)
terbuka, sehingga kadar normal tetap terpelihara. Sedangkan nilai normal
glukosa darah pada tikus yaitu 120,14 mg/dl dan nilai normal kreatinin
pada tikus adalah 0,2 0,8 mg/dL .
Glukosa terbentuk dari dua kelompok senyawa yang menjalani
glukoneogenesis (1) kelompok yang terlibat dalam perubahan netto
langsung menjadi glukosa, termasuk sebagian besar asam amino dan
propionat da (2) kelompok yang merupakan produk metabolisme glukosa
di jaringan. Oleh karena itu laktat yang dibentuk oleh glikolisis di otot
rangka dan eritrosit, diangkut ke hati dan ginjal tempat zat ini diubah
kembali menjadi glukosa, yang kembali tersedia melalui sirkulasi untuk
oksidasi di jaringan. Proses ini dikenal sebagai siklus Cori atau siklus asam
laktat.
2.2

Metode Folin-Wu
Metode ini digunakan dalam analisis kuantitatif gula dalam darah.

Prinsip pengukuran kadar glukosa darah dengan metode Folin Wu adalah


ion kupri akan direduksi oleh gula dalam darah menjadi kupro dan
mengendap menjadi Cu2O. Penambahan pereaksi fosfomolibdat akan
melarutkan Cu2O dan warna larutan menjadi biru tua, karena ada oksida
Mo. Dengan demikian, banyaknya Cu2O yang terbentuk berhubungan
linier dengan banyaknya glukosa di dalam darah. Filtrat yang berwarna
biru tua yang terbentuk akibat melarutnya Cu 2O karena oksida Mo dapat
diukur kadar glukosanya dengan menggunakan spektrofotometer pada
panjang gelombang 660 nm.

2.3

Kadar Kreatinin
Kreatinin merupakan produk sisa dari perombbakan kreatin fosfat

yang terjadi di otto yang merupakan zat racun dalam darah, terdapat
pada seseorang yang ginjalnya sudah tidak berfungsi dengan normal.
Sejumlah besar kreatinin yang terdapat dalam sirkulasi darah akan ditapis
keluar bersama dengan urin, dan tidak diserap kembali ke dalam darah.
Kreatin adalah asam organik bernitrogen yang terdapat secara almi di
dalam

hewan

vertebrata.

Kreatin

dapat

membantu

menyediakan

cadangan energi bagi jaringan otot dan saraf.


Kreatin ditemukan pertama kali oleh Derek Edward Bye pada tahun
1832 sebagai komponen dari otot rangka.nama kreatin sendiri berasal
dari bahasa yunani, dari kata kreas yang beartoi daging. Batas normal
ureum : 20 40 mg/dl. Bats normal kreatinin : 0,5 1,5 mg/dl
(Tanyuri,2008). Kreatinin terbentuk akibat penguraian otot. Tingkat
kreatinin dalam darah mengukur fungsi ginjal. Tingkat yang tinggi
biasanya karena masalah dalam ginjal. Rasio kadar asam urat / kreatinin
dalam urin sewaktu : rasio > 0.8 menandakan over-production. Bila rasio
ini > 0.9 menandakan adanya acute acid nephrophaty. Bila rasio ini < 0.7,
menandakan terjadinya hiperurisemia akibat gagal ginjal.
Kreatinin merupakan produk penguraian kreatin. Kreatin disintesis di
hati dan terdapat dalam hampir semua otot rangka yang berikatan
dengan dalam bentuk kreatin fosfat ()creatin phosphate, CP), suatu
senyawa penyimpan energi. Dalam sistem ATP ( adenosine triphosphate)
dari ADP (adenosine diphosphate), kreatin fosfat diubah menjadi kreatin
dengan katalisasi enzim kreatin kinase (creatine kinase, CK). Seiring
dengan pemakaian energi, sejumlah kecil diubah secara ireversibel
menjadi kreatinin, yang selanjutnya difi;ltrasi oleh glomelurus dan
diekskresikan dalam urin.
Jumlah kreatinin yang dikeluarkan seseorang setiap hari lebih
bergantung pada massa otot total dari pada aktivitas otot atau tingkat
metabolisme protein, walaupun keduanya

juga

menimbulkan efek.

Pembentukan kreatinin harian umumnya tetap, kecuali jika terjadi cidera


fisik yang berat atau penyakit degeneratif yang menyebabkan kerusakan
masif pada otot.
Sejumlah besar kreatini yang terdapat dalam sirkulasi darah akan
ditapis keluar bersama dengan urin, dan tidak diserap kembali kedalam
darah. Oleh karena itu rasio konsentrasi kreatinin di dalam darah dan urin,
dapat digunakan untuk menghitung rasio tapis kreatina (bahasa inggris :
creatine dearance , CrCl), yang setara dengan laju filtrasi glomerular
( Glomerular filtration rate, GFR).
Menurut literatur didapatkan kadar kreatinin dalam darah menurut
pembagian umur dan jenis kelamin:

Dewasa :

- laki-laki

: 0,6-1,3 mg/dl

- Perempuan

: 0,5-1,0 mg/dl. (wanita sedikit lebih

rendah karena massa otot yang lebih rendah


dari pada pria)

Anak

- bayi baru lahir

: 0,8-1,4 mg/dl.

- bayi

: 0,7-1,4 mg/dl.

- Anak (2-6 th)

: 0,3-0,6 mg/dl.

- Anak yang lebih tua

0,4-1,2

meningkat
bertambahnya

mg/dl.
seiring
usia,

Kadar

agak

dengan
akibat

pertambahan massa otot.

Lansia

: kadanya mungkin berkurang akibat penurunan massa

otot dan penurunan produksi kreatinin.


Pemeriksaan urin dan darah untuk mengetahui kadar kreatinin
biasanya menggunakan metode Jaffe Kinetik. Metode ini ditemukan
pertamna kali oleh Jaffe tahun 1886. Reaksi Jaffe berdasar pada reaksi
antara kreatinin dan pikrat pada suasanan basah yang akan membentuk

warna merah orannye dan terjadi perubahan absorbsi pada panjang


gelombang antara 505 nm dan 520 nm.
Keuntungan metode pikrat ialah murah, cepat, dan jumlah sampel
sedikit. Kadar normal kreatinin pada laki- laki adalah 0,6 1,1 mg/dl atau
16 24 mg/kg/hari. Pada perempuan kadar normal kreatininya adlah 0,5
0,9 mg/dl atau 11- 20 mg/kg/hari.
2.4 Metabolisme kreatinin
Kreatinin dibentuk di otot dari kreatin fosfat melalui dehidrasi
nonenzimatik irreversibel dan pengeluaran fosfat (gambar 1). Ekskresi
kreatinin dalam urin 24 jam setara dengan masa otot. Glisisn arginin dan
metionin ikut serta dalam biosintesis kreatin. Sintesis kreatin dituntaskan
melalui metilasi guanidoasetat oleh S-adenoasilmetionin.
Beberapa faktor yang mempengaruhi kadar kreatinin dalam darah,
diantaranya adalah :
-

Perubahan masa otot


Diet kaya daging meningkatkan kadar kreatinin sampai beberapa

jam swetelah makan


Aktivitas fisik yang berlebih dapat meningkatkan kadar kreatinin
Obat-obatan seperti sefalosporin, aldacton, aspirin dan cotrimexazole

dapat

mengganggu

sekresi

kreatinin

sehingga

meningkatkan kadar kreatinin darah


Kenaikan sekresi tubulus dan dekstruksi kreatinin internal.
Usia dan jelamin pada orang tua kadar kreatinin lebih tinggi dari
pada orang muda, serta pada laki-laki kadar kreatinin lebih tinggi
dari pada wanita.

BAB III
METODOLOGI
Tempat

: Laboratorium Biokimia Klinis Fakultas Kedokteran dan Ilmu


Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Waktu

: Jumat, 18 September 2015

3.1 Pembuatan Filtrat Darah Bebas Protein (Folin-Wu)


Alat dan Bahan :
- Darah segar

- Mikropipet

- Na tungstat 10%

- Gelas ukur

- Asam Sulfat 2/3 N

- Erlenmeyer

- Pereaksi Molish

- Corong

- Pereaksi Biuret

- Kertas saring

Cara Kerja :
1 Mengambil sampel darah menggunakan mikropipet
sebanyak 1 ml
2 Mengambil aquadest 7 ml, Na- tungstat 10% 1 ml, dan
HSO 1 ml
3 Memasukkan sampel darah ke dalam erlenmeyer ( bilas
darah yang masih menempel dengan sisa aquadest )
4 Memasukkan HSO sebanyak 1 ml kedalam erlenmeyer
5 Memasukkan Na-tungstat 10% sebanyak 1 ml kedalam
Erlenmeyer
6 Mendiamkan sampel uji selama 5 menit

7 Menyaring sampel menggunakan kertas saring dan


corong
8 Mengamati dan Menulis hasil filtrate bebas protein

Uji Biuret :
1 Mengambil 1 ml filtrate darah bebas protein dalam
tabung reaksi
2 Menambahkan Na- tungstat 0,5 ml
3 Menambahkan HSO 0,5 ml
4 Menambahkan pereaksi biuret
5 Mengamati dan menulis hasil uji biuret

3.2 Pengukuran Kadar Gula Darah ( Kuantitatif )


Alat dan Bahan :
- Filtrat darah bebas protein

- Tabung reaksi

- Larutan tembaga alkali - Spetrofotometer pada 420


nm
- Pereaksi fosfomolibdat - Gelas ukur
- Hot plate
Cara Kerja :
1 Menyiapkan 4 tabung reaksi ( 2 tabung uji, tabung
glukosa standar, dan tabung blanko)
2 Mengambil :
- filtrat darah bebas protein dan memasukkan kedalam
tabung reaksi + 0,5 ml tembaga alkali, memanaskan
diatas hot plate pada suhu 100C selama 8 menit dan

dinginkan selama 3 menit, + 0,5 ml asam


fosfomolibdat dan mengencerkan hingga 25 ml
( tabung uji 1 dan 2, dilakukan duplo )
- 0,5 ml larutan glukosa standar + 0,5 ml tembaga
alkali, memanaskan diatas hot plate pada suhu 100C
selama 8 menit dan dinginkan selama 3 menit, + 0,5
ml asam fosfomolibdat dan mengencerkan hingga 25
ml (tabung 3)
- 0,5 ml aquadest + 0,5 ml tembaga alkali,
memanaskan diatas hot plate pada suhu 100C
selama 8 menit dan dinginkan selama 3 menit, + 0,5
ml asam fosfomolibdat dan mengencerkan hingga 25
ml (tabung 4)
3 Mengukur absorbansi pada 420 nm
4 Mengamati dan menulis hasil absorbansi
3.3 Penetapan Kadar Kreatinin Darah ( Jaffe )
Alat dan Bahan :
- Filtrat darah bebas protein

- Tabung reaksi

- Larutan asam pikrat jenuh

- Gelas ukur

- Larutan standar kreatinin

- Larutan

NaOH 10%
- Spektrofotometer pada 520 nm

- Larutan

pikrat alkalis
Cara Kerja :
1 Menyiapkan 3 tabung reaksi ( tabung uji, tabung
standar, dan tabung blanko )

2 Mengambil 1 ml pikrat alkali dan 1 ml larutan kreatinin


standar
3 Mengambil :
- Filtrat darah bebas protein 0,5 ml, pikrat alkali 0,5 ml
dan NaOH 0,25 ml (tabung uji)
- Filtrat darah bebas protein 0,5 ml, larutan standar
kreatinin 0,5 ml, Aquadest 5 ml, pikrat alkali 0,5 ml
dan NaOH 0,25 ml (tabung standar)
- Filtrat darah bebas protein 0,5 ml, larutan standar
kreatinin 0,5 ml, aquadest 5 ml, pikrat alkali 0,5 ml
dan NaOH 0,25 ml ( tabung blanko)
4 Mengencerkan dengan aquadest hingga 10 ml
5 Mendiamkan selama 15 menit
6 Mengukur absorbansi sengan spektrofotometer pada
520 nm
Lampiran Foto
1. Pembuatan filtrat daah bebas protein (Folin-Wu)

2. Uji Biuret

3. Pengukuran kadar gula darah (kuantitatif)

4. Penetapan kadar kreatinin (Jaffe)

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
A. Pembuatan Filtrat Darah Bebas Protein (Follin Wu)
Filtrat uji Bluret: Negatif (-)
B. Pengukuran Kadar Gula Darah
TEST KE1
2
3
RATA-RATA

ABSORBANSI
UJI

STANDAR
0,824
0,949
0,809
0,8607

0,214
0,208
0,206
0,2093

Kadar Gula Darah (mg/dl):

ABSORBANSI

ABSORBANSI
BLANKO
0,027
0,029
0,026
0,0273

RuRb
100
0,2
RsRb
0,2
0,20930,0273
100
0,2
0,86070,0273
0,2

= 21,8 mg/dL
C. Pengukuran Kadar Kreatinin Darah
TEST KE1
2
3
RATA-RATA

ABSORBANSI
UJI
0,280
0,225
0,188
0,2310

Kadar Kreatinin Darah (mg/dL):

ABSORBANSI
STANDAR
0,244
0,217
0,225
0,2286

`ABSORBANSI
BLANKO
0,235
0,225
0,237
0,2323

Au Ab
15
100
( 5 0,006 )
mg/dl
As Ab
25 10 x 0,1

0,23100,2323
15
100
( 5 x 0,006 )
mg/ dl
0,22860,2323
25 10 0,1
= 0,6324 mg/dL
4.2 Pembahasan
Pada praktikum kali ini kami melakukan Analisis Biokimia Darah.
Pada pembuatan filtrate darah bebas protein kami menggunakan metode
Follin- Wu. Prinsip dari metode ini adalah dengan mereaksikan darah
dengan Na-tungstat 10 % dan asam sulfat 2/3 N , Fungsi dari Na-tungstat
10% sendiri adalah untuk mengendapkan protein dalam darah dan fungsi
dari asam sulfat 2/3 N adalah sebagai katalisator.Setelah di diamkan 5
menit lalu disaring .Hasil saringansendiri harus jernih apabila warna filtrat
masih keruh ulangi proses pengendapan. Hasil filtrate jernih tadi di uji
dengan uji bluret yang berfungsi untuk mengetahui keberadaan ikatan
peptida yang menandakan adanya protein dalam darah.Dalam praktikum
ini kami sudah mendapatkan filtrat yang jernih dalam sekali proses
pengendapan setelah itu di uji dengan uji bluret menghasilkan reaksi yang
negatif ini berarti filtrat telah siap dipakai untuk uji selanjutnya.
Dalam pengukuran kadar gula darah filtrat yang telah bebas protein
tadi dipanaskan dan dilarutkan dengan tembaga alkalis. Pemanasan ini
berfungsi untuk menambah laju reaksi Cu2O, sementara pendinginan
dimaksudkan untuk menghentikan laju reaksi dari Cu 2O itu sendiri. Usai
pendinginan, masing-masing larutan uji, blanko dan standar ditambahkan
2 ml asam fosfomilibdat lalu diencerkan hingga 25 ml yang selanjutnya
dibaca pada alat spektrofotometer UV Vis 420 nm. Pada penambahan
tembaga Alkalis, ion kupri (Cu+) akan direduksi oleh gula menjadi kupro
(Cu2+)

dan

mengendap

sebagai

Cu2O

(kuprooksida).

Dengan

menambahkan pereaksi fosfomolibdat, kuprooksida melarut lagi dan


warna larutan akan berubah menjadi biru kehijauan disebabkan oleh
adanya oksidasi Mo. Intensitas warna larutan adalah ukuran banyaknya
gula yang ada di dalam filtrat.

Nilai absorbansi uji, standar dan blanko masing masing diperoleh:


0,2093 ; 0,8607;0,0273 dan setelah dihitung diperoleh nilai kadar glukosa
darahnya adalah 21,8 mg/dL . Sampel darah yang dipakai adalah darah
dari tikus jantan (Rattus norvegicus) .Menurut Butler (1995) nilai normal
kadar gula pada tikus jantan adalah 60-150 mg/dL. Berarti kadar gula
dalam darah tikus jantan dibawah nilai normal kadar gula darah tikus
yaitu dikisaran 60 -150 mg/dL .
Dalam pengukuran kadar kreatinin dalam darah dengan metode
jaffe yaitu mereaksikan filtrat darah bebas protein dengan larutan pikrat
alkalis menghasilkan warna kemerahan. Larutan pikrat alkalis berperan
untuk mengikat kreatin secara tautomer sehingga menciptakan warna
merah yang dapat dideteksi pada alat spektrofotometri UV-Vis pada
panjang gelombang 520 nm. Nilai serapan (absorbansi) uji adalah 0,2310;
absorbansi blanko adalah 0,2323; absorbansi standar adalah 0,2286.
Sehingga kadar keratinin yang didapat adalah 0,6324 mg/dL. Hasil yang
diperoleh dapat dikategorikan normal karena nilai normal kadar kreatinin
pada tikus putih jantan adalah 0,20 -0,80 mg/dL.

DAFTAR PUSTAKA
Ganong W.F. 2008. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakatra : EGC.
K.Robert, murray,K. Daryd, Granner,A.Peter W. Victor Mayes,Rodwell.1999.
Biokimia Harper. Jakarta: EGC
Lehninger, Albert L. 1990. Dasar-dasar Biokimia Jilid I . Diterjemahkan oleh
Maggy Thenawijaya. Jakarta:Erlangga
Malole, M.B., dan Pramono, C.S.U. 1989. Penggunaan Hewan-Hewan
Percobaan di Laboratorium. Bogor: Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan

Direktorat

Jenderal

Pendidikan

Tinggi

Pusat

antaraUniversitas Bioteknologi, IPB, , 57, 104-106.


Murray, Robert K. 2009. Biokimia Harper Edisi 27. EGC

: Jakarta

Poedjiadji, Anna. 1994. Dasar-dasar Biokimia. Jakarta: UI Press.


S.David, R.Page, Soendoro.1997. Prinsip-Prinsip Biokimia Edisi kedua.
Jakarta: Erlangga

Anda mungkin juga menyukai