1 Biodiesel
Biodiesel adalah bahan bakar dari minyak nabati yang memiliki sifat menyerupai minyak
diesel atau solar. Biodiesel merupakan salah satu sumber energi alternatif yang renewable
biodegradable, serta mempunyai beberapa keunggulan dari segi lingkungan dibanding dengan
solar. Oleh karena itu, Indonesia perlu mulai mengembangkan biodiesel mengingat ketersediaan
bahan baku yang berlimpah dan produksi minyak bumi Indonesia menurun. Biodiesel dapat
digunakan langsung sebagai bahan bakar pada mesin diesel, tanpa adanya modifikasi mesin atau
dalam bentuk blending dengan solar pada berbagai konsentrasi dari 5% sampai 50%,
pencampuran 20% biodiesel ke dalam solar menghasilkan produk bahan bakar tanpa mengubah
fisik nyata. Produk ini di Amerika dikenal sebagai diesel B-20 yang sudah dipakai untuk bahan
bakar bus. Karena sifatnya yang biogdegradable, biodiesel sangat cocok untuk digunakan di
perairan sebagai bahan bakar kapal atau perahu, baik untuk komersial maupun rekreasi. Aplikasi
lainnya adalah bahan bakar bus dan kendaraan umum perkotaan (Agriana, 2011).
Biodiesel umumnya diproduksi dari refined vegetable oil menggunakan proses transesterifikasi.
Proses ini pada dasarnya bertujuan mengubah (tri, di, mono) gliserida berberat molekul dan
berviskositas tinggi yang mendominasi komposisi refined fatty oil menjadi Fatty Acid Methyl
Ester (FAME). Biodiesel tergolong bahan bakar yang dapat diperbaharui karena diproduksi dari
hasil pertanian, antara lain dari jarak pagar, kelapa, sawit, kedele, jagung, rape seed, kapas,
kacang tanah. Selain itu biodiesel juga bisa dihasilkan dari lemak hewan dan minyak ikan
(Anonim, 2008).
Tabel 1.1 Standar Biodiesel Berdasarkan ASTM D6751 (ASTM, 2003)
Property
Flash Point (closed cup)
Water & Sediment
Kinematic viscosity, 40oC
Sulfated Ash
Sulfur
Test
Method
D 93
D 2709
D 445
D 874
D 5453
D 130
D 613
D 2500
D 4530
D 664
D 6584
Grade S15
Limits
130 min
0,050 max
1,9-6,0
0,020 max
0,0015 max
(15)
No. 3 max
47 min
Report
0,050 max
0,80 max
0,020
Grade S500
Limits
130 min
0,050 max
1,9-6,0
0,020 max
0,05
max
(500)
No. 3 max
47 min
Report
0,050 max
0,80 max
0,020
Units
o
C
% volume
mm2/s
% mass
%
mass
(ppm)
o
C
% mass
mg KOH/g
% mass
Total glycerin
Phosphorus content
Distillation temperature
D 6584
D 4951
D 1160
0,240
0,001 max
360 max
0,240
0,001 max
360 max
% mass
% mass
o
C
seperti
gravitational settling, filtrasi, pencucian dengan air atau asam serta penggunaan absorbent
diketahui tidak efisien dari segi ekonomi, karena besarnya konsumsi waktu dan energi
(Atadashi, 2011). Teknologi baru mulai digunakan untuk menggantikan teknologi konvensional
tersebu. Teknologi yang digunakan adalah pemurnian biodiesel tanpa air, menggunakan
adsorbent sintetis (magnesium silicate-Magnesol) dan resin penukar ion (Purolite) untuk
menghilangkan katalis homogen, garam asam lemak (sabun) dan gliserol yang terdapat dalam
biodiesel setelah reaksi (Berrios and Skelton, 2008).
Ferrero et al (2014) telah melakukan penelitian pemurnian biodiesel dengan menggunakan
heterogeneous Ca-based catalyst. Proses ini merupakan proses tanpa menggunakan air sehingga
lebih eco-friendly. Biodiesel yang berasal dari soybean oil diproses melalui proses
transesterifikasi menggunakan katalis heterogen (CaO), dimana CaO berbentuk padatan.
Pemurnian menggunakan 2 proses yang berbeda tahapan, yaitu :
1. Sampel dimurnikan langsung menggunakan resin penukar ion dan keramik membrane (direct
process). Membrane keramik yang digunakan berukuran pori sebesar 0.05 dan 0.1 m. Hasil dari
proses ini menunjukkan bahwa direct process tidak efisien untuk pemurnian biodiesel yaitu tidak
dapat menghilangkan kandungan Ca.
2.
r2 = 0.96
Dimana :
Y
XC
= konsentrasi katalis
XT
= temperatur
Evaluasi terhadap sampel setelah penyimpanan menunjukkan bahwa acid value, peroxide value
dan viscositas meningkat, sementara iodine value menurun seiring waktu.
Serrano et al (2013) menambahkan zat aditif komersil pada biodiesel selama penyimpanan. Zat
aditif yang ditambahkan adalah AO1 Antioxidant (Hindered Phenol based antioxidant), AO2
Antioxidant (Hindered phenol/amine based antioxidant), AO3 Antioxidant (Propyl Gallate based
antioxidant) dan AO4 (Antioxidant Mixed tocopherols based antioxidant). Penambahan zat aditif
ini dimaksudkan untuk menambah stabilitas biodiesel selama penyimpanan.
References:
Agriana, Dias. 2011. Biodiesel.
http://turipanam.info/2011/07/19/biodiesel/
Alves, M.J., Suellen M.N., Lara G.P., Maria I.M., Vicelma L.C., Miria R., 2013. Biodiesel
purification using micro and ultrafiltration membranes. Renewable Energy. 58, 15-20.
Anonim. 2008. Biodiesel.
http://ocw.usu.ac.id/course/download/tkk-322_handout_biodiesel.pdf
Atadashi, I.M., M.K. Aroua, A.A. Aziz, 2011. Biodiesel separation and purification: a review.
Renewable Energy. 36, 437443.
Berrios, M., R.L. Skelton, 2008. Comparison of purification methods for biodiesel. Chemical
Engineering Journal. 144, 459465.
Boulifi, N. E., A.Bouaid, M.Martinez, J.Aracil, 2013. Optimization and oxidative stability of
biodiesel production from rice brain oil. Renewable Energy. 53, 141-147.
Ferrero, G.O., M.F. Almeida, M.C.M. Alvim-Ferraz , J.M. Dias, 2014. Water-free process for eco-