Anda di halaman 1dari 14

ANATOMI DAN FISIOLOGI MATA

Mata adalah cerminan jiwa, demikian kata pepatah. Sehingga tidak ada salah jika kita
membahas secara tuntas anatomi dan fisiologi mata. Anatomi dan fisiologi mata perlu
diketahui lebih dalam, untuk mempelajari lebih lanjut kelainan-kelanainan yang biasa
diderita yang berkaitan dengan kelainan pada mata.
Secara struktural anatomis, bola mata berdiameter 2,5 cm dimana 5/6 bagiannya
terbenam dalam rongga mata, dan hanya 1/6 bagiannya saja yang tampak pada bagian
luar. Perhatikan gambar dibawah ini:

Gambar

diatas

adalah

gambar

anatomi

mata.

Bagian-bagian
mata

mempunyai

fungsi-fungsi
tertentu.

Fungsi-

fungsi dari anatomi mata adalah sebagai berikut:

Sklera: Melindungi bola mata dari kerusakan mekanis dan menjadi tempat
melekatnya bola mata.

Otot-otot mata, adalah Otot-otot yang melekat pada mata, terdiri dari: muskulus
rektus superior (menggerakan mata ke atas) dan muskulus rektus inferior
(mengerakan mata ke bawah).

Kornea: memungkinkan lewatnya cahaya dan merefraksikan cahaya.

Badan Siliaris: Menyokong lensa dan mengandung otot yang memungkinkan lensa
untuk beroakomodasi, kemudian berfungsijuga untuk mengsekreskan aqueus
humor.

Iris: Mengendalikan cahaya yang masuk ke mata melalui pupil, mengandung


pigmen.

Lensa: Memfokuskan pandangan dengan mengubah bentuk lensa.

Bintik kuning (Fovea): Bagian retina yang mengandung sel kerucut.

Bintik buta: Daerah syaraf optic meninggalkan bagian dalam bola mata

Vitreous humor: Menyokong lensa dan menjaga bentuk bola mata

Aquous humor: Menjaga bentuk kantong bola mata

Otot, Saraf dan Pembuluh darah Pada Mata


Otot yang menggerakan bola mata dengan fungsi ganda dan untuk pergerakan mata
tergantung pada letak dan sumbu penglihatan sewaktu aksi otot. Otot penggerak bola
mata terdiri enam otot yaitu:

Muskulus oblik
inferior
memiliki

aksi

primer eksotorsi
dalam abduksi,
dan

memiliki

aksi

sekunder

elevasi dalam adduksi, abduksi dalam elevasi.

Muskulus oblik superior memiliki aksi primer intorsi dalam aduksi, dan aksi
sekunder berupa depresi dalam aduksi, dan abduksi dalam depresi.

Muskulus rektus inferior memiliki aksi primer berupa gerakan depresi pada
abduksi, dan memiliki aksi sekunder berupa gerakan ekstorsi pada abduksi, dan
aduksi dalam depresi.

Muskulus rektus lateral memiliki aksi gerakan abduksi.

Muskulus rektus medius memiliki aksi gerakan aduksi

Muskulus rektus superior memiliki aksi primer yaitu elevasi dalam abduksi dan
aksi sekunder berupa intorsi dalam aduksi serta aduksi dalam elevasi.

Beberapa otot bekerja sama menggerakkan mata. Setiap otot dirangsang oleh saraf
kranial tertentu. Tulang orbita yang melindungi mata juga mengandung berbagai saraf
lainnya.

Saraf

optikus

membawa gelombang
saraf yang dihasilkan
di dalam retina ke
otak

Saraf

lakrimalis

merangsang
pembentukan air mata
oleh kelenjar air mata

Saraf lainnya menghantarkan sensasi ke bagian mata yang lain dan merangsang
otot pada tulang orbita.

Arteri oftalmika dan arteri retinalis menyalurkan darah ke mata kiri dan mata kanan,
sedangkan darah dari mata dibawa oleh vena oftalmika dan vena retinalis. Pembuluh
darah ini masuk dan keluar melalui mata bagian belakang.
Struktur pelindung
Struktur di sekitar mata melindungi dan memungkinkan mata bergerak secara bebas ke
segala arah. Struktur tersebut melindungi mata terhadap debu, angin, bakteri, virus, jamur

dan bahan-bahan berbahaya lainnya, tetapi juga memungkinkan mata tetap terbuka
sehingga cahaya masih bisa masuk.

Orbita adalah rongga bertulang yang mengandung bola mata, otot-otot, saraf,
pembuluh darah, lemak dan struktur yang menghasilkan dan mengalirkan air mata.

Kelopak

mata

merupakan lipatan
kulit

tipis

yang

melindungi

mata.

Kelopak

mata

secara

refleks

segera

menutup

untuk

melindungi

mata

dari

benda

asing, angin, debu dan cahaya yang sangat terang.

Ketika

berkedip,

kelopak

mata

membantu
menyebarkan
cairan ke seluruh
permukaan

mata

dan ketika tertutup,


kelopak mata mempertahankan kelembaban permukaan mata. Tanpa kelembaban
tersebut, kornea bisa menjadi kering, terluka dan tidak tembus cahaya. Bagian dalam
kelopak mata adalah selaput tipis (konjungtiva) yang juga membungkus permukaan mata.

Bulu mata merupakan rambut pendek yang tumbuh di ujung kelopak mata dan
berfungsi membantu melindungi mata dengan bertindak sebagai barrier
(penghalang).

Kelenjar kecil di ujung kelopak mata menghasilkan bahan berminyak yang


mencegah penguapan air mata.

Kelenjar lakrimalis terletak di puncak tepi luar dari mata kiri dan kanan
dan menghasilkan air mata yang encer.

Air mata mengalir


dari mata ke dalam
hidung melalui 2
duktus
setiap

lakrimalis;
duktus

memiliki lubang di
ujung kelopak mata
atas dan bawah, di
dekat hidung. Air
mata

berfungsi

menjaga kelembaban dan kesehatan mata, juga menjerat dan membuang partikel-partikel
kecil yang masuk ke mata. Selain itu, air mata kaya akan antibodi yang membantu
mencegah terjadinya infeksi.
Bola mata mempunyai 3 lapis dinding yang mengelilingi rongga bola mata. Ketiga lapis
dinding ini dari luar ke dalam adalah sebagai berikut:

Sklera
Sklera

merupakan

jaringan ikat dengan


serat

yang

berwarna

kuat;
putih

buram (tidak tembus


cahaya), kecuali di
bagian depan bersifat
transparan,

disebut

kornea. Konjungtiva
adalah

lapisan

transparan yang melapisi kornea dan kelopak mata. Lapisan ini berfungsi melindungi
bola mata dari gangguan.
Koroid
Koroid berwarna coklat kehitaman sampai hitam merupakan lapisan yang berisi banyak
pembuluh darah yang memberi nutrisi dan oksigen terutama untuk retina. Warna gelap
pada koroid berfungsi untuk mencegah refleksi (pemantulan sinar). Di bagian depan,
koroid membentuk badan siliaris yang berlanjut ke depan membentuk iris yang berwarna.
Di bagian depan iris bercelah membentuk pupil (anak mata). Melalui pupil sinar masuk.
Iris berfungsi sebagai diafragma, yaitu pengontrol ukuran pupil untuk mengatur sinar
yang masuk. Badan siliaris membentuk ligamentum yang berfungsi mengikat lensa mata.
Kontraksi dan relaksasi dari otot badan siliaris akan mengatur cembung pipihnya lensa.

Retina

Retina adalah selembar tipis jaringan saraf yang semitransparan,


multilapis yang melapisi bagian dalam dua per tiga posterior dinding bola
mata. Retina membentang ke depan hampir sama jauhnya dengan korpus
siliare, dan berakhir di tepi ora serrata. Pada orang dewasa, ora serrata
berada sekitar 6,5 mm di belakang garis Schwalbe pada sisi temporal dan
5,7 mm di belakang garis ini pada sisi nasal. Permukaan luar retina
sensorik bertumpuk dengan lapisan epitel berpigmen retina sehingga
juga bertumbuk dengan membrane Bruch, koroid dan sklera. Disebagian
besar tempat, retina dan epitelium pigmen retina mudah terpisah hingga
membentuk suatu ruang subretina, seperti yang terjadi pada ablasio
retina. Tetapi pada diskus optikus dan ora serrata, retina dan epitelium
pigmen retina saling melekat kuat sehingga membatasi perluasan cairan
subretina pada ablasio

retina.

Hal

ini berlawanan

dengan

ruang

subkhoroid yang dapat terbentuk antara khoroid dan sklera yang meluas
ke taji sklera. Dengan demikian ablasi koroid meluas melewati ora
serrata, dibawah pars plana dan pars plikata. Lapisan - lapisan epitel
permukaan dalam korpus siliare dan permukaan posterior iris merupakan
perluasan ke anterior retina dan epitelium pigmen retina. Permukaan
dalam retina menghadap ke vitreus.2
Lapisan-lapisan retina mulai dari sisi luar ke dalam adalah sebagai
berikut:
1. Epitelium pigmen retina
Merupakan lapisan terluar dari retina. Epitel pigmen retina terdiri
dari satu lapisan sel mengandung pigmen dan terdiri atas sel-sel
silindris dengan inti di basal. Daerah basal sel melekat erat
membran Bruch dari koroid. Fotoreseptor dipelihara oleh epitel
pigmen retina, yang berperan pada proses penglihatan. Epitel
pigmen ini bertanggung jawab untuk fagositosis segmen luar
fotoreseptor, transportasi vitamin, mengurangi hamburan sinar,
serta membentuk sawar selektif antara koroid dan retina.3, 4, 5
2. Lapisan fotoreseptor segmen dalam dan luar batang dan kerucut.
Sel-sel batang dan kerucut di laisan fotoreseptor mengubah
rangsangan cahaya menjadi suatu impuls saraf yang dihantarkan
oleh

jaras-jaras

penglihatan

ke

korteks

penglihatan

ocipital.

Fotoreseptor

tersusun

sehingga

kerapatan

sel-sel

kerucut

meningkat di di pusat makula (fovea), dan kerapatan sel batang


lebih tinggi di perifer. Pigmen fotosensitif di dalam sel batang
disebut rodopsin. Sel kerucut mengandung tiga pigmen yang belum
dikenali sepenuhnya yang disebut iodopsin yang kemungkinan
menjadi dasar kimiawi bagi tiga warna (merah,hijau,biru) untuk
penglihatan warna. Sel kerucut berfungsi untuk penglihatan siang
hari (fotopik). Subgrup sel kerucut responsif terhadap panjang
gelombang pendek, menengah, dan panjang (biru, hijau merah).
Sel batang berfungsi untuk penglihatan malam (skotopik). Dengan
bentuk penglihatan adaptasi gelap ini terlihat beragam corak abuabu,

tetapi

warnanya

tidak

dapat

dibedakan.

Waktu

senja

(mesopik) diperantarai oleh kombinasi sel kerucut dan batang.2,4,


5
3. Membrana limitans externa
4. Lapisan inti luar sel fotoreseptor, Ini terdiri dari inti dari
batang dan kerucut.3,6
5. Lapisan pleksiformis luar,

yang

mengandung

sambungan

sambungan sel bipolar dan sel horizontal dengan fotoreseptor .3,6


6. Lapisan inti dalam badan sel bipolar, amakrin dan sel horizontal
7. Lapisan pleksiformis dalam, yang mengandung sambungan
sambungan sel ganglion dengan sel amakrin dan sel bipolar .3,6
8. Lapisan sel ganglion, Ini terutama mengandung sel badan sel
ganglion (urutan kedua neuron visual 7 pathway). Ada dua jenis sel
ganglion.3,6
9. Lapisan serat saraf, yang mengandung akson akson sel ganglion
yang berjalan menuju ke nervus optikus.3,6
10. Membrana limitans interna. Ini adalah lapisan

paling dalam dan

memisahkan retina dari vitreous. Itu terbentuk oleh persatuan


ekspansi terminal dari serat yang Muller, dan pada dasarnya adalah
dasar membran.3,6

Gambar 1.
Lapisan retina dari luar ke dalam (3)
Retina mempunyai tebal 0,1 mm pada ora serrata dan 0,23 mm pada
kutub posterior.

Di tengah tengah retina posterior terdapat makula.

Secara klinis makula dapat didefinisikan sebagai daerah pigmentasi


kekuningan yang disebabkan oleh pigmen luteal (xantofil) yang berdiameter
1,5 mm. Secara histologis makula merupakan bagian retina yang lapisan
ganglionnya mempunyai lebih dari satu lapis sel. Secara klinis, makula
adalah bagian yang dibatasi oleh arkade arkade pembuluh darah retina
temporal. Di tengah makula sekitar 3,5 mm di sebelah lateral diskus optikus
terdapat fovea yang secara klinis jelas jelas merupakan suatu cekungan
yang memberikan pantulan khusus bila dilihat dengan oftalmoskop.2
Fovea merupakan zona avaskular di retina pada angiografi fluoresens.
Secara histologi, fovea ditandai dengan menipisnya lapisan inti luar dan
tidak adanya lapisan lapisan parenkim karena akson akson sel
fotorreceptor (lapisan serat Henle) berjalan oblik dan pergeseran secara
sentrifugal lapisan retina yang lebih dekat ke permukaan dalam retina.
Foveola adalah bagian paling tengah pada fovea, disini fotoreseptornya
adalah sel kerucut dan bagian retina yang paling tipis. Semua gambaran
histologis

ini

memberikan

diskriminasi

visual

yang

halus.

Ruang

ekstraseluler retina yang normalnya kosong potensial paling besar di


makula dan penyakit yang menyebabkan penumpukan bahan di ekstrasel
dapat menyebabkan daerah ini menjadi tebal sekali.2

Gambar 2.
Anatomi makula (6)

Retina menerima darah dari dua sumber yaitu khoriokapilaria yang


berada tepat diluar membrana Bruch, yang mendarahi sepertiga luar retina
termasuk lapisan pleksiformis luar dan lapisan inti luar, fotorreceptor, dan
lapisan epitel pigmen retina serta cabang cabang dari arteri sentralis
retinae yang mendarahi dua pertiga sebelah dalam. Fovea sepenuhnya
diperdarahi oleh khoriokapilaria dan mudah terkena kerusakan yang tak
dapat diperbaiki kalau retina mengalami ablasi. Pembuluh darah retina
mempunyai lapisan endotel yang tidak berlubang yang membentuk sawar
darah retina. Lapisan endotel pembuluh khoroid dapat ditembus. Sawar
darah retina sebelah luar terletak setinggi lapisan epitel pigmen retina.2,3
2.

Anatomi Tambahan pada Mata


Anatomi tambahan pada mata terdiri dari alis mata, kelopak mata, bulu mata dan aparatus
lakrimalis.

Alis

mata:

terdiri

dari

rambut kasar
yang terletak
melintang di
atas

mata,

fungsinya
untuk melindungi mata dari cahaya dan keringat juga untuk kecantikan.

Kelopak mata: ada 2, yaitu atas dan bawah. Kelopak mata atas lebih banyak
bergerak dari kelopak yang bawah dan mengandung musculus levator pepebrae
untuk menarik kelopak mata ke atas (membuka mata). Untuk menutup mata
dilakukan oleh otot otot yang lain yang melingkari kelopak mata atas dan bawah
yaitu musculus orbicularis oculi. Ruang antara ke-2 kelopak disebut celah mata

(fissura pelpebrae), celah ini menentukan melotot atau sipit nya seseorang.
Pada sudut dalam mata terdapat tonjolan disebut caruncula lakrimalis yang
mengandung kelenjar sebacea (minyak) dan sudorifera (keringat).

Bulu mata: ialah barisan bulu-bulu terletak di sebelah anterior dari kelenjar
Meibow. Kelenjar sroacea yang terletak pada akar bulu-bulu mata disebut kelenjar
Zeis. Infeksi kelenjar ini disebut Lordholum (bintit).

Apparatus lacrimalis: terdiri dari kelenjar lacrimal, ductus lacrimalis, canalis


lacrimalis, dan ductus nassolacrimalis.

I.

Diagnosis
Ablasio retina ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan
oftalmologi dan pemeriksaan penunjang.
1. Anamnesis
Gejala umum pada ablasio retina yang sering dikeluhkan
penderita adalah:
a. Floaters (terlihatnya benda melayang laying) yang terjadi
karena adanya kekeruhan di vitreus oleh adanya darah, pigmen
retina yang lepas atau degenerasi vitreus itu sendiri.1,2,3
b. Photopsi/light flashes (kilatan cahaya), tanpa adanya sumber
cahaya di sekitarnya, yang umumnya terjadi sewaktu mata
digerakkan dalam keremangan cahaya atau dalam keadaan
gelap.3
c. Penurunan

tajam

penglihatan,

penderita

mengeluh

penglihatannya sebagian seperti tertutup tirai yang semakin


lama semakian luas. Pada keadaan yang telah lanjut, dapat
terjadi penurunan tajam penglihatan yang berat.1,3,6
Pada ablasio regmatogenosa, pada tahap awal masih relative
terlokalisir, tetapi jika hal tersebut tidak diperhatikan oleh penderita
maka akan berkembang menjadi lebih berat jika berlangsung sedikit
sedikit demi sedikir menuju ke arah makula. Keadaan ini juga tidak
menimbulkan rasa sakit tiba- tiba kehilangan penglihatan terjadi ketika
kerusakannya sudah parah. Pasien seperti biasanya mengeluhkan
kemunculan tiba tiba awan gelap atau kerudung didepan mata.2,3

Selain itu perlu di anamnesa adanya faktor predisposisi yang


menyebakan teradi ablasio
riwayat

pembedahan

pengangkatan

korpus

retina seperti adanya riwayat trauma,

sebelumnya
alienum

seperti

inoukler,

ekstraksi

riwayat

katarak,

penyakit

mata

sebelumnya (uveitis, perdarahan vitreus, amblopia, galukoma, dan


retinopati diabetik). Riwayat keluarga dengan sakit mata yang sama
serta penyakit serta panyakit sistemik yang berhubungan dengan
ablasio retina (diabetes melitus, tumor, sickle cell leukimia, eklamsia,
dan prematuritas).1,2,3
2. Pemeriksaan oftalmoskopi
Adapun tanda tanda yang dapat ditemukan pada keadaan
ini antar lain :
a. Pemeriksaan visus. Dapat terjadi penurunan tajam penglihatan
akibat terlibatnya makula lutea atau kekeruhan media refrakta
atau badan kaca yang menghambat sinar masuk. Tajam
penglihatan akan sangat terganggu bila makula lutea ikut
terangkat. 1,2,3
b. Tekanan

intraokuler

biasanya

sedikit

lebih

atau

mungkin

normal.1,3
c. Pemeriksaan funduskopi. Merupakan salah satu cara terbaik
untuk

mendiagnosa

ablasio

retina

dengan

menggunakan

oftalmoskop indirek binokuler. Pada pemeriksaan ini retina yang


mengalami ablasio tampak sebagai membran abu abu merah
muda yang menutupi gambaran vaskuler koroid. Jika terdapat
akumulasi cairan pada ruang subretina, didapatkan pergerakkan
undulasi retina ketika mata bergerak. Pembuluh darah retina
yang terlepas dari dasarnya berwarna gelap, berkelok kelok
dan membengkok di tepi ablasio. Pada retina yang terjadi
ablasio telihat lipatan lipatan halus. Satu robekan pada retina
terlihat agak merah muda karena terdapat pembuluh koroid
dibawahnya. 1,3,6
d. Electroretinography (ERG) adalah dibawah normal atau tidak
ada.3

Ultrasonography mngkonfirmasikan diagnosis. Ini adalah nilai khusus pada


pasien media berkabut terutama dihadapan padat katarak.3

1. Ilyas, Sidarta. Ilmu Penyakit Mata edisi ketiga. 2010. Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia: Jakarta. p.1-10, 183-6
2. Vaughan, Daniel G. Asbury, Taylor. 2000. Oftalmologi umum (General
ophthalmology) edisi 17. EGC: Jakarta. p. 12-199
3. Khurana. Diseases of retina in comprehensive ophthalmology 4th edition. New
Age International Limited Publisher: India. p. 249- 279.
4. Junqueira LC, Jose C. Histologi Dasar Teks & Atlas. Edisi 10. Jakarta: EGC;
2007. Hal. 470-464
5. Reynolds,J. Olitsky,S. Anatomy and Physiology of Retina In : Pediatric retina.
2011. Springer-verlag : Berlin Heidelberg. Page 39-50.
6. American Academy Ophtalmology. Retina and Vitreous: Section 12 2007-2008.
Singapore: LEO; 2008. p. 9-299

(1)Ablasio retina traksional


Etiologi

Penyebab utama dari ablasio retina tipe traksi yaitu retinopati diabetes proliferative,
retinopathy of prematurity, proliferative sickle cell retinopathy.
Patogenesis
Terjadi pembentukan yang dapat berisi fibroblas, sel glia, atau sel epitel pigmen
retina. Awalnya terjadi penarikan retina sensorik menjauhi lapisan epitel di sepanjang
daerah vascular yang kemudian dapat menyebar ke bagian retina midperifer dan makula.
Pada ablasio tipe ini permukaan retina akan lebih konkaf dan sifatnya lebih terlokalisasi
tidak mencapai ke ora serata. 1
Pada mata diabetes terjadi perlekatan yang kuat antara vitreus ke area proliferasi
fibrovaskular yang tidak sempurna. Selanjutnya terjadi kontraksi progresif dari membran

fibrovaskular di daerah perlekatan vitreoretina yang apabila menyebabkan traksi


pembuluh darah baru akan menimbulkan perdarahan vitreus.
Traksi vitroretinal statis dibagi menjadi; (1) Traksi tangensial, disebabkan oleh kontraksi
membran fibrovaskular epiretina pada bagian retina dan distorsi pembuluh darah retina.
(2) Traksi anteroposterior, disebabkan oleh kontraksi membran fibrovaskular yang
memanjang dari retina bagian posterior. (3) Traksi bridging disebabkan oleh kontraksi
membran fibrovaskular yang akan melepaskan retina posterior dengan bagian lainnya
atau arkade vaskular.2
Gejala Klinis
Fotopsia dan floater sering kali tidak ditemukan. Sedangkan defek lapang
pandang biasanya timbul lambat.
Melalui pemeriksaan oftalmologis akan didapati bentukan yang konkaf dengan tanpa
adanya robekan, dengan elevasi retina tertinggi di daerah traksi vitreoretinal. Pompa oleh
retina akan menurun sehingga tidak terjadi turn over cairan.2

Terapi
Pada vitrektomi pars plana dilakukan pengambilan agen penyebab traksi. Selanjutnya
dapat pula dilakukan tindakan retinotomi dengan penyuntikan perfluorokarbon untuk
meratakan permukaan retina.2

1. 2. Kanski JJ, Bowling B, editors. Clinical Ophthalmology: a systemic


approach. 7th ed. Elsevier, 2011

Anda mungkin juga menyukai