Anda di halaman 1dari 10

STANDAR AIR MINUM SEHAT

Air merupakan hal esensial untuk keberlangsungan hidup dan seharusnya menjadi suplai
yang adekuat, aman serta mudah diakses oleh semua orang. Meningkatkan akses pada air minum
sehat berdampak menguntungkan pada kesehatan.
KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN RI NOMOR 907/MENKES/SK/VII/2002 tentang
Syarat Syarat dan Pengawasan Kualitas Air Minum.
Air minum adalah air yang melalui proses pengolahan atau tanpa proses pengolahan yang
memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung diminum. Jenis air minum meliputi:
a.
b.
c.
d.

Air yang didistribusikan melalui pipa untuk keperluan rumah tangga


Air yang didistribusikan melalui tangki air
Air kemasan
Air yang digunakan untuk produksi bahan makanan dan minuman yang disajikan kepada
masyarakat; harus memenuhi syarat kesehatan air minum (persyaratan bakteriologis,
kimia, radioaktif dan fisik).

Persyaratan Kualitas Air Minum


1. Bakteriologis
Penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri patogen, virus, dan parasit sebagian besar
merupakan risiko kesehatan yang berhubungan dengan air minum. Masalah kesehatan
ditentukan dari tingkat keparahan dan insidensi penyakit yang berhubungan dengan
pathogen, infektivitas dan jumlah populasi yang terpapar.
Pada patogen yang ditransmisi melalui rute fecal-oral, air minum menjadi salah satu
sarana transmisi. Air minum yang terhindar bakteri tidak hanya berhubungan dengan
kontaminasi feses. Beberapa organisme dapat tumbuh pada sistem distribusi air pipa ( contoh
Legionella) atau muncul dari sumber air (contoh: Dracunculus medinensis).

Gambar Jalur Tansmisi Penyebaran Penyakit dan Jenis Patogen

Pemeriksaan bakteriologis merupakan pemeriksaan yang paling baik dan sensitif untuk
mendeteksi kontaminasi air oleh kotoran manusia. Organisme yang diperiksa pada pemeriksaan
bakteriologis antara lain :

Organisme koliform : contoh organisme koliform adalah E. coli dan Klebsiella aerogeus.
Keberadaan E. coli merupakan indikator pasti adanya kontaminasi tinja manusia. Koliform
tinja digunakan sebagai pemeriksaan bakteriologis karena jumlah organisme ini banyak dalam
usus manusia, dan jarang ditemukan di air. Selain itu organisme ini dapat bertahan hidup

lama, dan mudah dikultur, serta resisten terhadap proses purifikasi air secara alamiah.
Streptokokus tinja : pemeriksaan ini bersifat uji pembuktian adanya kontaminasi tinja manusia
pada sampel air pada kasus kasus dimana kontaminasi tidak dapat ditentukan secara jelas

dengan menggunakan pemeriksaan koliform tinja saja.


Clostridium perfringens dan Clostridium welchii: keberadaan organisme ini bersama E. coli
dapat membuktikkan adanya kontaminasi yang baru, apabila hanya ditemukan organisme ini
tanpa E. coli berarti kontaminasi telah terjadi pada waktu yang lampau.

Pemeriksaan bakteriologis yang biasa dilakukan pada air adalah :

Presumptive Coliform Test

Pemeriksaan ini dengan cara estimasi jumlah paling memungkinkan organisme koliform di
dalam 100 cc air.

Colony Count
Pemeriksaan ini hanya memberikan gambaran perkiraan secara umum derajat pencemarany

ang terjadi. Pemeriksaan ini harus dilakukan beberapa kali pada sumber yang sama dengan
interval waktu.

Pemeriksaan Streptokokus Tinja dan Clostridium perfringens


Apabila pemeriksaan sampel air tidak jelas, tetapi ditemukan streptokokus tinja dan

Clostridium perfringens maka terdapat indikasi kuat adanya kontaminasi sumber air oleh tinja
manusia.
Tabel Jumlah Verifikasi Kualitas Mikroba

2. Kimiawi

Umumnya pendekatan pada paparan kimia untuk air minum bervariasi tergantung dari
kontibusi dari sumber air tersebut (jenis sumber air, polusi, cara pengelolaan) serta bahan
material dan kimia yang digunakan untuk produksi dan distribusi air minum.

Tabel Bahan-Bahan Inorganik (yang memiliki pengaruh langsung terhadap kesehatan)

Tabel Bahan-Bahan Anorganik (yang dapat menimbulkan keluhan terhadap konsumen)

3. Radioaktif
Dalam air minum dapat terkandung substansi radioaktif yang berisiko terhadap kesehatan
manusia. Risiko ini umumnya lebih kecil jika dibandingkan dengan risiko pada air minum yang
terpapar mikroorganisme ataupun bahan kimia.
Tabel Parameter Radiaktif

4. Fisik
Air minum yang baik tidak hanya memenuhi tiga kriteria di atas, tetapi juga harus memenuhi
kriteria fisik yakni warna, rasa, bau, suhu dan kekeruhan. Pemeriksaan fisik meliputi :

Pemeriksaan turbiditas air : pemeriksaan ini memeriksa kekeruhan air, dengan menggunakan
alat turbidimeter dengan batasan turbiditas kurang dari 5 unit

Pemeriksaan warna air : pemeriksaan dilakukan dengan kalorimeter, batasan yang

diperbolehkan adalah kurang dari 15 unit


Bau dan rasa : pemeriksaan bau dan pemeriksaan rasa air bersifat subjektif sehingga sulit
dinyatakan secara kualitatif maupun kuantitatif.

Tabel Parameter Fisik Air Minum

TATA CARA PELAKSANAAN PENGAWASAN KUALITAS AIR MINUM


Pengawasan kualitas air minum dalam hal ini meliputi:
1. Air minum yang diproduksi oleh suatu perusahaan, baik pemerintah maupun swasta yang
didistribusikan ke masyarakat dengan sistem perpipaan.
2. Air minum yang diproduksi oleh suatu perusahaan, baik pemerintah maupun swasta,
didistribusikan kepada masyarakat dengan kemasan dan atau kemasan isi ulang.
Kegiatan pengawasan ini dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota yang meliputi :
1. Pengamatan lapangan atau inspeksi sanitasi. Pada air minum perpipaan maupun air minum
kemasan, dilakukan pada seluruh unit pengolahan air minum, mulai dari sumber air baku,

instalasi pengolahan, proses pengemasan bagi air minum kemasan, dan jaringan distribusi
sampai dengan sambungan rumah bagi air minum perpipaan.
2. Pengambilan sampel. Jumlah, frekuensi dan titik sampel air minum harus dilaksanakan
sesuai kebutuhan, dengan ketentuan minimal sebagai berikut :
a. Untuk Penyediaan Air Minum Perpipaan
Pemeriksaan kualitas bakteriologi : Jumlah minimal sampel air minum perpipaan
pada jaringan distribusi.

Pemeriksaan kualitas kimiawi : Jumlah sampel air minum perpipaan pada jaringan

distribusi minimal 10% dari jumlah sampel untuk pemeriksaan bakteriologi.


Titik pengambilan sampel air : Harus dipilih sedemikian rupa sehingga mewakili
secara keseluruhan dari sistem penyediaan air minum tersebut, termasuk sampel air

baku.
b. Untuk Penyediaan Air Minum Kemasan dan atau Kemasan isi ulang
Pemeriksaan kualitas bakteriologi (disampaikan kepada pemakai jasa selambatlambatnya 7 hari)
Jumlah minimal sampel air minum pada penyediaan air minum kemasan dan atau
kemasan isi ulang adalah sebagai berikut: air baku diperiksa minimal satu sampel tiga
bulan satu kali, sedangkan air dalam kemasan minimal dua sampel satu bulan satu

kali.
Pemeriksaan kualitas kimiawi (disampaikan kepada pemakai jasa selambat-lambatnya
10 hari)
Jumlah minimal sampel air minum adalah sebagai berikut: air baku diperiksa minimal
satu sampel enam bulan satu kali, sedangkan air dalam kemasan minimal satu sampel
tiga bulan satu kali.

Pengawasan kualitas air minum dilaksanakan secara berkala minimal setiap tiga bulan oleh
Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota melalui kegiatan:

a. Inspeksi sanitasi dan pengambilan sampel air termasuk air pada sumber air baku, proses
produksi, jaringan distribusi, air minum isi ulang dan air minum dalam kemasan.
b. Pemeriksaan kualitas air dilakukan di tempat / di lapangan dan atau di laboratorium
c. Analisis hasil pemeriksaan laboratorium dan pengamatan lapangan.
d. Memberi rekomendasi untuk mengatasi masalah yang ditemui dari hasil kegiatan a, b, c
yang ditujukan kepada pengelola penyediaan air minum.
e. Tindak lanjut upaya penanggulangan / perbaikan dilakuakn oleh pengelola penyedia air
minum.
f. Penyuluhan kepada masyarakat.

DAPUS
1. KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN RI NOMOR 907/MENKES/SK/VII/2002
TANGGAL 29 JULI 2002 TENTANG SYARAT-SYARAT DAN PENGAWASAN
KUALITAS AIR MINUM

2. WORLD HEALTH ORGANIZATION. 2011. Guidelines for Drinking-water Quality


FOURTH EDITION

Anda mungkin juga menyukai