KERANGKA ACUAN
(KAK)
Depok, 2009
A. LATAR BELAKANG
Sejalan dengan pelaksanaan otonomi daerah dan desentralisasi fiskal, maka
Pemerintah Daerah diberikan kewenangan untuk menggali potensi
Pendapatan Asli Daerah (PAD) khususnya pajak daerah dan retribusi daerah.
Keseriusan untuk mendorong Pemda dalam menggali PAD ditunjukkan
dengan telah direvisinya UU Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah
dan Retribusi Daerah dengan UU Nomor 34 Tahun 2000 dan aturan
pelaksanaannya berupa PP Nomor 65 Tahun 2001 tentang Pajak Daerah dan
PP Nomor 66 Tahun 2001 tentang Retribusi Daerah. Isi pokok perubahan
UU No. 34 Tahun 2000 adalah dua hal, yaitu : (a) Perda Pajak Daerah dan
Retribusi Daerah tidak perlu mendapat pengesahan Pemerintah Pusat, dan
(b) Pemda diberi kebebasan untuk membuat pajak dan retribusi diluar dari
yang secara eksplisit tercantum dalam UU 34 tahun 2000, PP 65 dan PP 66
tahun 2001.
Adapun dalam Pasal 1 pada Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.65
Tahun 2001 tentang Pajak Daerah, yang di maksud dengan Pajak Daerah
adalah iuran wajib yang dilakukan oleh orang pribadi atau badan kepada
daerah tanpa imbalan langsung yang seimbang, yang dapat dipaksakan
berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku, yang digunakan
untuk membiayai penyelenggaraan pemerintah daerah dan pembangunan
daerah. Pajak Daerah sebagai salah satu sumber Pendapatan Asli Daerah,
diharapkan menjadi salah satu sumber pembiayaan penyelenggaraan
pemerintahan dan pembangunan daerah, untuk meningkatkan dan
memeratakan kesejahteraan masyarakat. Sebagaimana peraturan yang
mengatur tentang Pajak Daerah, dibedakan jenis pajak daerah untuk
pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten/kota. Di tingkat pemerintah
provinsi, salah satu diantaranya adalah Pajak Kendaraan Bermotor. Yang
dimaksud dengan kendaraan bermotor adalah semua kendaraan beroda dua
atau lebih beserta gandengannya yang digunakan di semua jenis jalan darat,
dan digerakkan oleh peralatan teknik berupa motor atau peralatan lainnya
yang berfungsi untuk mengubah suatu sumber daya energi tertentu menjadi
tenaga gerak kendaraan bermotor yang bersangkutan, termasuk alat-alat
berat dan alat-alat besar yang bergerak.
Saat ini di Kota Depok terdapat tidak kurang dari 100 ribu kendaraan
bermotor yang terdiri jenis bus, truk, pribadi, angkutan dan sepada motor.
Dari jumlah tersebut diperkirakan sebanyak 30-40 ribu kendaraan pribadi.
Jika rata-rata pajak kendaraan pribadi ini sebesar Rp 1 juta per tahun, maka
penerimaan pajak tidak kurang dari Rp 30 Milyar.