Anda di halaman 1dari 22

Laboratorium / SMF Kedokteran Pediatri

Tutorial Klinik

Program Pendidikan Dokter Universitas Mulawarman


RSUD A.W.Sjahranie Samarinda

ASFIKSIA NEONATORUM

Disusun oleh:
Yusuf Taqwa (1410029021)

Pembimbing:
dr. Hendra, Sp. A

Dipresentasikan Dalam Rangka Tugas Kepaniteraan Klinik


Laboratorium/SMF Kedokteran Pediatri
FK UNMUL
Samarinda
Oktober 2015

BAB I
Laporan Kasus
1.1 ANAMNESIS
Identitas Pasien
Nama

: By. Ny. Juwita

Usia

: 0 bulan (11 Agustus 2015)

Jenis Kelamin

: Laki-Laki

MRS

: 13 Agustus 2015

Diperiksa tanggal

: 26 Agustus 2015

Identitas Orang Tua


Nama
Usia
Alamat
Pekerjaan
Pendidikan Terakhir
Perkawinan ke-

Ayah

Ibu

Tn. S
38 tahun
Jl. Sungai kapih RT. 17
Swasta
SMA
I

Ny. Nf
30 tahun
Jl. Sungai kapih RT. 17
IRT
SMA
I

Keluhan Utama
Tampak kebiruan pada daerah bibir dan ujung-ujung jari
Riwayat Penyakit Sekarang
Bayi lahir tanggal 11 Agustus 2015 ditolong oleh bidan di klinik bersalin. Pada saat lahir
bayi tidak langsung menangis dan setelah dirangsang bayi menangis pelan, tidak ada
muntah. Pasien datang dalam keadaan sesak (+), suara cairan ditenggorokan (-), batuk (-),
dan bayi tampak kekuningan didaerah wajah.
Riwayat Penyakit Keluarga
Ayah

: Riwayat HT disangkal
Riwayat DM disangkal
Riwayat Penyakit jantung disangkal

Ibu

: Riwayat HT disangkal
Riwayat DM disangkal
Riwayat penyakit jantung disangkal

Riwayat Kelahiran yang Lalu


Tahun

JK

BBL

Lahir
2015

2.700 gr

Keadaa

Komplikas

Penyakit

n Anak

Waktu Hamil

Hidup

Persalinan
Perdarahan
(-)
CPD (-)
Persalinan
lama (-)

Riwayat Kehamilan Ibu


I.

Penyakit dan Pengobatannya


Sebelum hamil ini :
-

Infeksi gonorhoeae

(-)

Infeksi Paru

(-)

Kelainan Ginjal

(-)

Pengobatan :
II.

Obat vitamin

Riwayat Persalinan
Usia Kehamilan : 38 minggu
Lama Persalinan : 30 menit
Jumlah Bayi

: tunggal

Air Ketuban

: Kehijauan

Letak Bayi

: Letak kepala

Jenis Persalinan : Spontan

Hipertensi (-)
DM (-)
Peny. Jantung
(-)

Persalinan

Spt
(diBidan)

III.

Keadaan Bayi Waktu Lahir


APGAR SCORE
Denyut Jantung
Usaha Bernapas
Warna Kulit
Reaksi Penghisapan
Tonus Otot
BB

: 2.700 gr

PB

: 49 cm

Ling. Kepala

: 34 cm

Ling. Dada

: 35 cm

Ling. Perut

: 33 cm

LiLa

: 11 cm

Interpretasi
TIDAK
DIKETAHUI

1.2 PEMERIKSAAN FISIK


Vital Sign
Nadi

: 158 kali/menit

Napas

: 56 kali/menit

Suhu

: 36,9 C

Pemeriksaan Head to Toe


Bentuk Kepala

: bulat
Ubun-ubun : moulase (+)
Tanda trauma (-)

Turgor Kulit

: cukup

Dyspneu

: (-)

Tonus

: cukup

Wajah

: simetris

Mata

: Sklera ikterik (-/-)


Konjungtiva anemis (-/-), perdarahan (-)
Kornea jernih
Pupil bulat

Sekret mata (-)


Telinga

: daun telinga lengkap, letak sejajar dengan epikantus. Lengkungan


jelas
letak telinga : simetris
Lanugo (+) dibelakang telinga
Pendengaran baik

Hidung

: lubang hidung : paten


Septum hidung terletak ditengah
Sekret (-)
Pernapasan cuping hidung (-)

Mulut

: sianosis bibir (+)


Bibir simetris dan menyambung
Lidah pendek
Gigi belum tumbuh
Palatum utuh dan menyambung

Leher

: pergerakan baik, tanda trauma (-)


Edema (-)
Pembesaran kelenjar tiroid (-)
Clavicula utuh, tanda fraktur (-)

Thorax

: bentuk simetrik
Puting susu normal
Payudara normal
Pergerakan paru

: hemithoraks simetrik

Pernapasan :

Jantung

Frekuensi

: 56 kali/menit

Retraksi

: (-)

Auskultasi

: wheezing (-/-), rhonki (-/-)

: ukuran

: normal

Frekuensi

: 158 kali/menit

S1S2 tunggal reguler


Bising jantung (-)

Abdomen

: bulat
Tali pusat (a/v lengkap),
Bising usus (+) normal
Organomegali (-)

Kulit

: ruam (-)
Lanugo (+) dipunggung
Edema (-)

Jaringan subkutan : tipis


Pembesaran Kelenjar

Genitalia

: leher

: (-)

Submandibula

: (-)

Ketiak

: (-)

Inguinal

: (-)

: Testis : desensus 2 buah


Penis , ukuran : 1x3cm
Lubang uretra terletak di tengah, hipospadia (-), epispadia (-),
sekret (-)

Anus

: (+)
Mekonium (-)

Extremitas atas

: lengkap, sama panjang


Pergerakan aktif
Jari lengkap
Telapak tangan dapat terbuka, garis tangan normal

Extremitas bawah : lengkap, sama panjang


Pergerakan aktif
Jari lengkap
Garis telapak kaki normal
Vertebra

: simetris, pembengkakan (-)

Refleks Neurologi
1. Refleks berkedip

:+

2. Refleks hisap

:+

3. Refleks palmar

: (+/+)

4. Refleks rooting

:+

5. Babinski

: (+/+)

6. Kesadaran

: GCS E4V5M6

7. Refleks plantar

: (+/+)

8. Uji ortolani

: (-/-)

Ballard Score
-

Maturitas Fisik

: Tidak diperiksa

Maturitas Neuromuskuler

: Tidak diperiksa

Pemeriksaan Saat Kedatangan


I.

Airway

: gurgling (-)

II.

Breathing

: sianosis (-)

III.

Circulation

: frekuensi
Irama

: 162 kali/menit
: irreguler

Kuat angkat : (+)

IV.

Disability

Edema

: (-)

Akral

: hangat

: GCS E4V5M6
GDS : low

1.3 PEMERIKSAAN PENUNJANG


Laboratorium

: WBC : 18.500

Na : 133

HGB : 21,1

K : 6,4

HCT : 60,7

Cl : 108

PLT : 180.000
Bil Total : 10,9
Direct : 0,7

Indirect : 0,3
Foto Roentgen

: (-)

1.4 DIAGNOSIS
Diagnosa Kerja : Asfiksia neonatorum
1.5 PENATALAKSANAAN
IGD
-

Pemasangan O2 nasal kanul

Ampicilin inj. 2 x 170 mg iv

IVFD KN 4A 90cc + Ca glukonase 6cc

Aminosteril 60cc

puasa

Ruang Nicu
-

Fototerapi 2x24 jam

Inj Meropenem 3x140mg

Ruang Perinatologi
-

Melanjutkan intervensi

1.6 PROGNOSIS
Dubia et Bonam
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 DEFINISI
Asfiksia adalah keadaan dimana bayi baru lahir tidak dapat bernapas secara spontan dan
teratur. Bayi dengan riwayat gawat janin sebelum lahir, umumnya akan mengalami asfiksia pada
saat dilahirkan. Masalah ini erat hubungannya dengan gangguan kesehatan ibu hamil, kelainan
tali pusat atau masalah yang mempengaruhi kesejahteraan bayi selama atau sesudah
persalinan(Asuhan Persalinan Normal, 2007).

Asfiksia neonatorum ialah keadaan dimana bayi tidak dapat segera bernafas secara
spontan dan teratur setelah lahir. Hal ini disebabkan oleh hipoksia janin dalam uterus dan
hipoksia ini berhubungan dengan faktor-faktor yang timbul dalam kehamilan, persalinan, atau
segera setelah bayi lahir. Akibat-akibat asfiksia akan bertambah buruk apabila penanganan bayi
tidak dilakukan secara sempurna, tindakan yang akan dikerjakan pada bayi bertujuan
mempertahankankelangsungan hidupnya dan membatasi gejala-gejala lanjut yang mungkin
timbul. (Wiknjosastro,1999).
2.2. ETIOLOGI / PENYEBAB ASFIKSIA
Beberapa kondisi tertentu pada ibu hamil dapat menyebabkan gangguan sirkulasi darah
uteroplasenter sehingga pasokan oksigen ke bayi menjadi berkurang. Hipoksia bayi di dalam
Rahim di tunjukan dengan gawat janin yang dapat berlanjut menjadi asfiksia bayi baru lahir,
beberapa faktor tertentu diketahui dapat menjadi penyebab terjadinya asfiskia pada bayi baru
lahir, diantaranya adalah faktor ibu, tali pusat dan faktor bayi berikut ini:
1. Faktor ibu
Preeklampsia dan eklampsia
Pendarahan abnormal (plasenta previa atau solusio plasenta)
Partus lama atau partus macet
Demam selama persalinan Infeksi berat (malaria, sifilis, TBC, HIV)
Kehamilan Lewat Waktu (sesudah 42 minggu kehamilan)
2. Faktor Tali Pusat
Lilitan tali pusat
Tali pusat pendek
Simpul tali pusat
Prolapsus tali pusat
3. Faktor Bayi
Bayi prematur (sebelum 37 minggu kehamilan)
Persalinan dengan tindakan ( sungsang, bayi kembar, distosia bahu, ekstraksi vakum, ekstrasi
forcep)

Kelainan bawaan (kongenital)


Air ketuban bercampur mekonium (warna kehijauan)

Penolong persalinan harus mengetahui faktor-faktor resiko yang berpotensi untuk


menimbulkanasfiksia.Apabila ditemukan adanya faktor risiko tersebut maka hal itu harus
dibicarakan denganibu dan keluarganya tentang kemungkinan perlunya tindakan resusitasi.Akan
tetapi, adakalanyafaktor risiko menjadi sulit dikenali atau (sepengetahuan penolong) tidak
dijumpai tetapi asfiksia tetap terjadi.Oleh karena itu, penolong harus selalu siap melakukan
resusitasi bayi pada setiap pertolongan persalinan.

2.3. PERUBAHAN PATOFIOLOGIS DAN GAMBARAN KLINIS


Pernafasan spontan BBL tergantung pada kondisi janin pada masa kehamilan dan
persalinan. Bila terdapat gangguan pertukaran gas atau pengangkut oksigen selama kehamilan
atau persalinanakan terjadi asfiksia yang lebih berat. Keadaan ini akan mempengaruhi fungsi sel
tubuh dan bila tidak teratasi akan menyebabkan kematian asfiksia yang terjadi dimuali suatu
peroide apnudisertai dengan penurunan frekuensi. Pada penderita asfiksia berat, usaha bernafas
tidak tampak dan bayi selanjutnya berada dalam periode apnue kedua.Pada tingkat ini
terjadi bradikardi dan penurunan TD.Pada asfiksia terjadi pula gangguan metabolisme dan
perubahan keseimbangan asam-basa padatubuh bayi.Pada tingkat pertama hanya terjadi asidosis
respioratorik. Bila berlanjut dalam tubuh bayi akan terjadi proses metabolisme an aerobic yang
berupa glikolisis glikogen tubuh, sehingga glikogen tubuh terutama pada jantung dan hati akan
berkurang. Pada tingkat selanjutnya akan terjadi perubahan kardiovaskular yang disebabkan
oleh beberapa keadaan diantaranya :
1. Hilangnya sumber glikogen dalam jantung akan memepengaruhi fungsi jantung.
2. Terjadinya asidosis metabolic yang akan menimbulkan kelemahan otot jantung.
3 . Pengisian udara alveolus yang kurang adekuat akan mengakibatkan tetap tingginya resistensi
pembuluh darah paru sehingga sirkulasi darah ke paru dan ke system sirkulasi tubuh lain akan
menhalami gangguan.

Gejala dan Tanda-tanda Asfiksia


Tidak bernafas atau bernafas megap-megap
Warna kulit kebiruan
Kejang
Penurunan kesadaran
2.4. DIAGNOSIS
Asfiksia yang terjadi pada bayi biasanya merupakan kelanjutan dari anoksia atau hipoksia
janin.Diagnosis anoksia atau hipoksia janin dapat dibuat dalam persalinan dengan ditemukannya
tanda tanda gawat janin.Tiga hal yang perlu mendapat perhatian yaitu :
1. Denyut jantung janin.
Peningkatan kecepatan denyut jantung umumnya tidak banyak artinya, akan tetapi
apabila frekuensi turun sampai ke bawah 100 kali per menit di luar his, dan lebih-lebih jika tidak
teratur,hal itu merupakan tanda bahaya.
2. Mekonium dalam air ketuban.
Mekonium pada presentasi sungsang tidak ada artinya, akan tetapi pada presentasi kepala
mungkin menunjukan gangguan oksigenasi dan harus di waspadai. Adanya meconium dalam air
ketuban pada presentasi kepala dapat merupakan indikasi untuk mengakhiri persalinan bila hal
itu dapat dilakukan dengan mudah.
3. Pemeriksaan PH darah janin
Dengan menggunakan amnioskop yang dimasukkan lewat serviks dibuat sayatan kecil pada kulit
kepala janin, dan di ambil contoh darah janin.Darah ini diperiksa pH nya adanya asidosis
menyebabkan turunnya pH. Apabila pH itu turun sampai dibawah 7,2 hal itu di anggap sebagai
tanda bahaya gawat janin mungkin disertai asfiksia.
2.5. PENILAIAN ASFIKSIA PADA BAYI BARU LAHIR
Aspek yang sangat penting dari resusitasi bayi baru lahir adalah menilai bayi,
menentukan tindakan yang akan dilakukan dan akhirnya melaksanakan tindakan resusitasi.
Upaya resusitasi yang efesien dan efektif berlangsung melalui rangkaian tindakan yaitu menilai

pengambilan keputusan dan tindakan lanjut,Penilaian untuk melakukan resusitasi semata-mata


ditentukan oleh tiga tanda penting, yaitu :

Pernafasan

Denyut jantung

Warna kulit

Nilai apgar tidak dipakai untuk menentukan kapan memulai resusitasi atau membuat
keputusan mengenai keputusan jalannya resusitasi.Apabila penilaian pernafasan menunjukan
bahwa bayi tidak bernafas atau pernafasan tidak kuat, harus segera ditentukan dasar pengambilan
kesimpulanuntuk tindakan vertilasi dengan tekanan positif (VTP).
2.6. PERSIAPAN ALAT RESUSITASI
Sebelum menolong persalinan, selain persalinan, siapkan juga alat-alat resusitasi dalam
keadaansiap pakai, yaitu :
1. Kain atau handuk.
2. Bahan ganjal bahu bayi, bahan ganjal dapat berupa kain, kaos, selendang, handuk kecil
lalu gulungkan setinggi 5 cm dan mudah disesuaikan untuk mengatur posisi kepala bayi.
3. Alat penghisap lendir
4 . Tabung dan sungkup atau balon dan sungkup neonatalpakai.
5 . Kotak alat resusitasi.
6 . Jam atau pencatat waktu. (Wiknjosastro, 2007).
Prinsip-prinsip resusitasi yang efektif :
1. Tenaga kesehatan yang slap pakai dan terlatih dalam resusitasi neonatal harus rnerupakan
timyang hadir pada setiap persalinan.
2. Tenaga kesehatan di kamar bersalin tidak hanya harus mengetahui apa yang harus
dilakukan,tetapi juga harus melakukannya dengan efektif dan efesien.
3. Tenaga kesehatan yang terlibat dalam resusitasi bayi harus bekerjasama sebagai suatu tim
yang terkoordinasi.
4. Prosedur resusitasi harus dilaksanakan dengan segera dan tiap tahapan berikutnya
ditentukankhusus atas dasar kebutuhan dan reaksi dari pasien.
5. Segera seorang bayi memerlukan alat-alat dan resusitasi harus tersedia clan siap pakai.

Resusitasi neonatus Secara garis besar pelaksanaan resusitasi mengikuti algoritma resusitasi
neonatal.
Langkah Awal Resusitasi ;
Pada pemeriksaan atau penilaian awal dilakukan dengan menjawab 4 pertanyaan:
apakah bayi cukup bulan?
apakah air ketuban jernih?
apakah bayi bernapas atau menangis?
apakah tonus otot bayi baik atau kuat?
Bila terdapat jawaban tidak dari salah satu pertanyaan di atas maka bayi memerlukan satu
atau beberapa tindakan resusitasi berikut ini secara berurutan(Nelson KB, 1991).
Persiapan resusitasi
Agar tindakan untuk resusitasi dapat dilaksanakan dengan cepat dan efektif, kedua faktor
utamayang perlu dilakukan adalah :
1. Mengantisipasi kebutuhan akan resusitasi lahirannya bayi dengan depresi dapat terjadi
tanpadiduga, tetapi tidak jarang kelahiran bayi dengan depresi atau asfiksia dapat diantisipasi
denganmeninjau riwayat antepartum dan intrapartum.
2. Mempersiapkan alat dan tenaga kesehatan yang siap dan terampil. Persiapan minumum
antaralain :
- Alat pemanas siap pakai
Oksigen
- Alat pengisap
- Alat sungkup dan balon resusitasi
- Alat intubasi
- Obat-obatan
2.7. PENANGANAN ASFIKSIA PADA BAYI BARU LAHIR
Tindakan resusitasi bayi baru lahir mengikuti tahapan tahapan yang dikenal sebagai ABC
resusitasi, yaitu :

1. Memastikan saluran terbuka

Meletakkan bayi dalam posisi kepala defleksi bahu diganjal 2-3 cm.

Menghisap mulut, hidung dan kadang trachea.

Bila perlu masukkan pipa endo trachel (pipa ET) untuk memastikan saluran pernafasan
terbuka.

2. Memulai pernafasan

Memakai rangsangan taksil untuk memulai pernafasan- Memakai VTP bila perlu seperti :
sungkup dan balon pipa ETdan balon atau mulut ke mulut(hindari paparan infeksi).

3. Mempertahankan sirkulasi

Rangsangan dan pertahankan sirkulasi darah dengan cara

Kompresi dada.

Pengobatan

Detail cara resusitasi


Langkah-Langkah Resusitasi
1. Letakkan bayi dilingkungan yang hangat kemudian keringkan tubuh bayi dan selimuti
tubuh bayi untuk mengurangi evaporasi.
2. Sisihkan kain yang basah kemudian tidurkan bayi terlentang pada alas yang datar.
3. Ganjal bahu dengan kain setinggi 1 cm ( sniffing positor)
4. Hisap lendir dengan penghisap lendir dari mulut, apabila mulut sudah bersih stop
5. Bila perlu masukkan pipa endo trachel (pipa ET) untuk memastikan saluran
pernafasanterbuka.
6. Memulai pernafasan

Memakai rangsangan taksil untuk memulai pernafasan

Memakai VTP bila perlu seperti : sungkup dan balon pipa ETdan balon atau mulut ke
mulut(hindari paparan infeksi).

7. Mempertahankan sirkulasi

Rangsangan dan pertahankan sirkulasi darah dengan cara kompresi dada.


Perbandingan kompresi jantung dengan ventilasi adalah 3 : 1, ada 2 cara kompresi
jantung :

Kedua ibu jari menekan stemun sedalam 1 cm dan tangan lain mengelilingi tubuh bayi.

Jari tengah dan telunjuk menekan sternum dan tangan lain menahan belakang tubuh bayi.
Lakukan penilaian denyut jantung setiap 30 detik setelah kompresi dada.

Denyut jantung 80x./menit kompresi jantung dihentikan, lakukan PPV sampai denyut
jantung> 100 x /menit dan bayi dapat nafas spontan.

Jika denyut jantung 0 atau < 10 x / menit, lakukan pemberian obat epineprin 1 : 10.000
dosis0,2 0,3 mL / kg BB secara IV.
1. Lakukan penilaian denyut jantung janin, jika > 100 x / menit hentikan obat.
2. Jika denyut jantung < 80 x / menit ulangi pemberian epineprin sesuai dosis diatas
tiap 3- 5menit.
3. Lakukan penilaian denyut jantung, jika denyut jantung tetap / tidak rewspon
terhadap di atasdan tanpa ada hiporolemi beri bikarbonat dengan dosis 2 MEQ/kg
BB secara IV selama 2 menit.(Wiknjosastro, 2007).

(1) langkah awal dalam stabilisasi


(a) Memberikan kehangatan
Bayi diletakkan dibawah alat pemancar panas (radiant warmer) dalam keadaan telanjang
agar panas dapat mencapai tubuh bayi dan memudahkan eksplorasi seluruh tubuh(Goodwin TM,
1992).
(b) Memposisikan bayi dengan sedikit menengadahkan kepalanya
Bayi diletakkan telentang dengan leher sedikit tengadah dalam posisi menghidu agar
posisi farings, larings dan trakea dalam satu garis lurus yang akan mempermudah masuknya
udara. Posisi ini adalah posisi terbaik untuk melakukan ventilasi dengan balon dan sungkup dan
atau untuk pemasangan pipa endotrakeal(Martin-Ancel A, 1995).
(c) Membersihkan jalan napas sesuai keperluan
Aspirasi mekonium saat proses persalinan dapat menyebabkan pneumonia aspirasi. Salah
satu pendekatan obstetrik yang digunakan untuk mencegah aspirasi adalah dengan melakukan
penghisapan mekonium sebelum lahirnya bahu (intrapartum suctioning) (Wiswell TE, 2000).
Bila terdapat mekonium dalam cairan amnion dan bayi tidak bugar (bayi mengalami
depresi pernapasan, tonus otot kurang dan frekuensi jantung kurang dari 100x/menit) segera

dilakukan penghisapan trakea sebelum timbul pernapasan untuk mencegah sindrom aspirasi
mekonium.Penghisapan trakea meliputi langkah-langkah pemasangan laringoskop dan selang
endotrakeal ke dalam trakea, kemudian dengan kateter penghisap dilakukan pembersihan daerah
mulut, faring dan trakea sampai glottis.
Bila terdapat mekonium dalam cairan amnion namun bayi tampak bugar, pembersihan
sekret dari jalan napas dilakukan seperti pada bayi tanpa mekonium(Perinasia, 2006).
(d) Mengeringkan bayi, merangsang pernapasan dan meletakkan pada posisi yang benar.
Bila setelah posisi yang benar, penghisapan sekret dan pengeringan, bayi belum bernapas
adekuat, maka perangsangan taktil dapat dilakukan dengan menepuk atau menyentil telapak
kaki, atau dengan menggosok punggung, tubuh atau ekstremitas bayi (Perinasia, 2006).
(1) ventilasi tekanan positif
(2) kompresi dada
(3) pemberian epinefrin dan atau pengembang volume (volume expander)
Keputusan untuk melanjutkan dari satu kategori ke kategori berikutnya ditentukan
dengan penilaian 3 tanda vital secara simultan (pernapasan, frekuensi jantung dan warna
kulit).Waktu untuk setiap langkah adalah sekitar 30 detik, lalu nilai kembali, dan putuskan untuk
melanjutkan ke langkah berikutnya(Perinasia, 2006).
Penilaian
Penilaian dilakukan setelah 30 detik untuk menentukan perlu tidaknya resusitasi lanjutan.
Tanda vital yang perlu dinilai adalah sebagai berikut:
(1) Pernapasan
Resusitasi berhasil bila terlihat gerakan dada yang adekuat, frekuensi dan dalamnya
pernapasan bertambah setelah rangsang taktil.Pernapasan yang megap-megap adalah pernapasan
yang tidak efektif dan memerlukan intervensi lanjutan(Perinasia, 2006).
(2). Frekuensi jantung
Frekuensi jantung harus diatas 100x/menit. Penghitungan bunyi jantung dilakukan
dengan stetoskop selama 6 detik kemudian dikalikan 10 sehingga akan dapat diketahui frekuensi
jantung permenit(Perinasia, 2006).

(3). Warna kulit


Bayi seharusnya tampak kemerahan pada bibir dan seluruh tubuh.Setelah frekuensi
jantung normal dan ventilasi baik, tidak boleh ada sianosis sentral yang menandakan hipoksemia.
Warna kulit bayi yang berubah dari biru menjadi kemerahan adalah petanda yang paling cepat
akan adanya pernapasan dan sirkulasi yang adekuat. Sianosis akral tanpa sianosis sentral belum
tentu menandakan kadar oksigen rendah sehingga tidak perlu diberikan terapi oksigen. Hanya
sianosis sentral yang memerlukan intervensi(Perinasia, 2006).
sianosis sentral belum tentu menandakan kadar oksigen rendah sehingga tidak perlu
diberikan terapi oksigen. Hanya sianosis sentral yang memerlukan intervensi(Perinasia, 2006).

Penghentian resusitasi
Bila tidak ada upaya bernapas dan denyut jantung setelah 10 menit, setelah usaha
resusitasi yang menyeluruh dan adekuat dan penyebab lain telah disingkirkan, maka resusitasi
dapat dihentikan. Data mutakhir menunjukkan bahwa setelah henti jantung selama 10 menit,
sangat tipis kemungkinan selamat, dan yang selamat biasanya menderita cacat berat (Vain NE,
2004).

2.8 PENCEGAHAN
Pemeriksaan antenatal yang teratur dan bermutu serta teliti, mengenali tanda-tanda sedini
mungkin, lalu diberikan pengobatan yang cukup supaya penyakit tidak menjadi Lebihberat.Harus
selalu waspada terhadap kemungkinan terjadinya preeklampsi kalau ada factor faktor
predesposisi.Penerangan tentang manfaat istirahat dan diet berguna dalam pencegahan.Diet
tinggi protein, dan rendah lemak, karbohidrat, garam dan penambahanberat badan yang tidak
berlebihan perlu dianjurkan.Mencari pada tiap pemeriksaan tanda-tanda preeklampsi dan
mengobatinya segera apabila ditemukan.Mengakhiri kehamilan sedapatdapatnya pada kehamilan
37 minggu ke atas apabila setelah dirawat tandatanda preeklampsi tidak juga dapat di hilangkan
(Wiknjosastro, 2007).

BAB 3
PEMBAHASAN

Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik, PasienBy. Ny. J datang bersama orang
tuanya ke IGD RSUD AWS Samarinda.Diagnosa ini ditegakkan berdasarkan hasil dari
anamnesa, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan laboratorium.
TEORI

KASUS
ANAMNESIS

Bayi lahir sekitar jam 09.00 tanggal 13 1. Faktor ibu


Agustus 2015 ditolong oleh bidan di klinik Preeklampsia dan eklampsia
bersalin. Pada saat lahir bayi merintih dan tidak Pendarahan abnormal (plasenta previa
menangis, tidak ada muntah, darah (-). Sesak (-), atau solusio plasenta)
suara cairan ditenggorokan (-), batuk (-), air Partus lama atau partus macet
ketuban berwarna kehijauan (+).

Demam selama persalinan Infeksi berat


(malaria, sifilis, TBC, HIV)
Kehamilan Lewat Waktu (sesudah 42
minggu kehamilan)
2. Faktor Tali Pusat
Lilitan tali pusat
Tali pusat pendek
Simpul tali pusat
Prolapsus tali pusat
3. Faktor Bayi
Bayi prematur (sebelum 37 minggu
kehamilan)

Persalinan

dengan

tindakan

( sungsang, bayi kembar, distosia bahu,


ekstraksi vakum, ekstrasi forcep)
Kelainan bawaan (kongenital)

Air ketuban bercampur mekonium


(warna kehijauan)

PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan Umum : lemah

1.

Denyut Jantung: 158 kali/menit


Napas

: 56 kali/menit

Suhu

: 36,9 C

Gejala biasanya dijumpai


dalam 24 jam pertama kehidupan

2.

Dijumpai sindroma klinis


yang terdiri dari kumpulan gejala :

Pemeriksaan fisik :

Kepala :

takipnea (frekuensi nafas >60


x/menit)

Ubun ubun datar

grunting atau nafas merintih

Mata/telinga :

retraksi dinding dada

Anemis (-/-),ikterik(-/-), nafas cuping hidung (-)

kadang dijumpai sianosis

Kulit :
Kemerahan, sianosis (+),
Thorax :
Simetris, retraksi intercosta (-)
Abdomen :
Datar, distensi (-), bising usus kesan normal
Ekstremitas :
-

Akral hangat, edema (-/-)


PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium: WBC : 18.500
Hb : 21,1

Laboratorium:
-

Hasil analisis gas darah tali pusat

HCT : 60,7

menunjukkan hasil asidosis pada

PLT : 180.000

darah tali pusat jika:

Na : 133

PaO2 < 50 mm H2O

K : 6,4

PaCO2 > 55 mm H2

Cl : 108

pH < 7,30 (Ghai, 2010)

Bil Total : 10,9


Direct : 0,7

Bila fasilitas tersedia dapat dilakukan

Indirect : 0,3
PENATALAKSANAAN
-

Pemasangan O2 nasal kanul

Manajemen Umum :

Ampicilin inj. 2 x 170 mg iv

o Jaga jalan nafas tetap bersih dan

IVFD KN 4A 90cc + Ca glukonase

terbuka

6cc

o Terapi oksigen

Aminosteril 60cc

o Antibiotik, diberikan dengan

Puasa

spektrum luas, biasanya dimulai


dengan ampisilin 50mg/Kg intravena
tiap 12 jam dan gentamisin, untuk
berat lahir < 2 kg dosis 3 mg/KgBB
per hari. Jika tidak terbukti ada
infeksi, pemberian antibiotik
dihentikan.

Anda mungkin juga menyukai