Tutorial Klinik
ASFIKSIA NEONATORUM
Disusun oleh:
Yusuf Taqwa (1410029021)
Pembimbing:
dr. Hendra, Sp. A
BAB I
Laporan Kasus
1.1 ANAMNESIS
Identitas Pasien
Nama
Usia
Jenis Kelamin
: Laki-Laki
MRS
: 13 Agustus 2015
Diperiksa tanggal
: 26 Agustus 2015
Ayah
Ibu
Tn. S
38 tahun
Jl. Sungai kapih RT. 17
Swasta
SMA
I
Ny. Nf
30 tahun
Jl. Sungai kapih RT. 17
IRT
SMA
I
Keluhan Utama
Tampak kebiruan pada daerah bibir dan ujung-ujung jari
Riwayat Penyakit Sekarang
Bayi lahir tanggal 11 Agustus 2015 ditolong oleh bidan di klinik bersalin. Pada saat lahir
bayi tidak langsung menangis dan setelah dirangsang bayi menangis pelan, tidak ada
muntah. Pasien datang dalam keadaan sesak (+), suara cairan ditenggorokan (-), batuk (-),
dan bayi tampak kekuningan didaerah wajah.
Riwayat Penyakit Keluarga
Ayah
: Riwayat HT disangkal
Riwayat DM disangkal
Riwayat Penyakit jantung disangkal
Ibu
: Riwayat HT disangkal
Riwayat DM disangkal
Riwayat penyakit jantung disangkal
JK
BBL
Lahir
2015
2.700 gr
Keadaa
Komplikas
Penyakit
n Anak
Waktu Hamil
Hidup
Persalinan
Perdarahan
(-)
CPD (-)
Persalinan
lama (-)
Infeksi gonorhoeae
(-)
Infeksi Paru
(-)
Kelainan Ginjal
(-)
Pengobatan :
II.
Obat vitamin
Riwayat Persalinan
Usia Kehamilan : 38 minggu
Lama Persalinan : 30 menit
Jumlah Bayi
: tunggal
Air Ketuban
: Kehijauan
Letak Bayi
: Letak kepala
Hipertensi (-)
DM (-)
Peny. Jantung
(-)
Persalinan
Spt
(diBidan)
III.
: 2.700 gr
PB
: 49 cm
Ling. Kepala
: 34 cm
Ling. Dada
: 35 cm
Ling. Perut
: 33 cm
LiLa
: 11 cm
Interpretasi
TIDAK
DIKETAHUI
: 158 kali/menit
Napas
: 56 kali/menit
Suhu
: 36,9 C
: bulat
Ubun-ubun : moulase (+)
Tanda trauma (-)
Turgor Kulit
: cukup
Dyspneu
: (-)
Tonus
: cukup
Wajah
: simetris
Mata
Hidung
Mulut
Leher
Thorax
: bentuk simetrik
Puting susu normal
Payudara normal
Pergerakan paru
: hemithoraks simetrik
Pernapasan :
Jantung
Frekuensi
: 56 kali/menit
Retraksi
: (-)
Auskultasi
: ukuran
: normal
Frekuensi
: 158 kali/menit
Abdomen
: bulat
Tali pusat (a/v lengkap),
Bising usus (+) normal
Organomegali (-)
Kulit
: ruam (-)
Lanugo (+) dipunggung
Edema (-)
Genitalia
: leher
: (-)
Submandibula
: (-)
Ketiak
: (-)
Inguinal
: (-)
Anus
: (+)
Mekonium (-)
Extremitas atas
Refleks Neurologi
1. Refleks berkedip
:+
2. Refleks hisap
:+
3. Refleks palmar
: (+/+)
4. Refleks rooting
:+
5. Babinski
: (+/+)
6. Kesadaran
: GCS E4V5M6
7. Refleks plantar
: (+/+)
8. Uji ortolani
: (-/-)
Ballard Score
-
Maturitas Fisik
: Tidak diperiksa
Maturitas Neuromuskuler
: Tidak diperiksa
Airway
: gurgling (-)
II.
Breathing
: sianosis (-)
III.
Circulation
: frekuensi
Irama
: 162 kali/menit
: irreguler
IV.
Disability
Edema
: (-)
Akral
: hangat
: GCS E4V5M6
GDS : low
: WBC : 18.500
Na : 133
HGB : 21,1
K : 6,4
HCT : 60,7
Cl : 108
PLT : 180.000
Bil Total : 10,9
Direct : 0,7
Indirect : 0,3
Foto Roentgen
: (-)
1.4 DIAGNOSIS
Diagnosa Kerja : Asfiksia neonatorum
1.5 PENATALAKSANAAN
IGD
-
Aminosteril 60cc
puasa
Ruang Nicu
-
Ruang Perinatologi
-
Melanjutkan intervensi
1.6 PROGNOSIS
Dubia et Bonam
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 DEFINISI
Asfiksia adalah keadaan dimana bayi baru lahir tidak dapat bernapas secara spontan dan
teratur. Bayi dengan riwayat gawat janin sebelum lahir, umumnya akan mengalami asfiksia pada
saat dilahirkan. Masalah ini erat hubungannya dengan gangguan kesehatan ibu hamil, kelainan
tali pusat atau masalah yang mempengaruhi kesejahteraan bayi selama atau sesudah
persalinan(Asuhan Persalinan Normal, 2007).
Asfiksia neonatorum ialah keadaan dimana bayi tidak dapat segera bernafas secara
spontan dan teratur setelah lahir. Hal ini disebabkan oleh hipoksia janin dalam uterus dan
hipoksia ini berhubungan dengan faktor-faktor yang timbul dalam kehamilan, persalinan, atau
segera setelah bayi lahir. Akibat-akibat asfiksia akan bertambah buruk apabila penanganan bayi
tidak dilakukan secara sempurna, tindakan yang akan dikerjakan pada bayi bertujuan
mempertahankankelangsungan hidupnya dan membatasi gejala-gejala lanjut yang mungkin
timbul. (Wiknjosastro,1999).
2.2. ETIOLOGI / PENYEBAB ASFIKSIA
Beberapa kondisi tertentu pada ibu hamil dapat menyebabkan gangguan sirkulasi darah
uteroplasenter sehingga pasokan oksigen ke bayi menjadi berkurang. Hipoksia bayi di dalam
Rahim di tunjukan dengan gawat janin yang dapat berlanjut menjadi asfiksia bayi baru lahir,
beberapa faktor tertentu diketahui dapat menjadi penyebab terjadinya asfiskia pada bayi baru
lahir, diantaranya adalah faktor ibu, tali pusat dan faktor bayi berikut ini:
1. Faktor ibu
Preeklampsia dan eklampsia
Pendarahan abnormal (plasenta previa atau solusio plasenta)
Partus lama atau partus macet
Demam selama persalinan Infeksi berat (malaria, sifilis, TBC, HIV)
Kehamilan Lewat Waktu (sesudah 42 minggu kehamilan)
2. Faktor Tali Pusat
Lilitan tali pusat
Tali pusat pendek
Simpul tali pusat
Prolapsus tali pusat
3. Faktor Bayi
Bayi prematur (sebelum 37 minggu kehamilan)
Persalinan dengan tindakan ( sungsang, bayi kembar, distosia bahu, ekstraksi vakum, ekstrasi
forcep)
Pernafasan
Denyut jantung
Warna kulit
Nilai apgar tidak dipakai untuk menentukan kapan memulai resusitasi atau membuat
keputusan mengenai keputusan jalannya resusitasi.Apabila penilaian pernafasan menunjukan
bahwa bayi tidak bernafas atau pernafasan tidak kuat, harus segera ditentukan dasar pengambilan
kesimpulanuntuk tindakan vertilasi dengan tekanan positif (VTP).
2.6. PERSIAPAN ALAT RESUSITASI
Sebelum menolong persalinan, selain persalinan, siapkan juga alat-alat resusitasi dalam
keadaansiap pakai, yaitu :
1. Kain atau handuk.
2. Bahan ganjal bahu bayi, bahan ganjal dapat berupa kain, kaos, selendang, handuk kecil
lalu gulungkan setinggi 5 cm dan mudah disesuaikan untuk mengatur posisi kepala bayi.
3. Alat penghisap lendir
4 . Tabung dan sungkup atau balon dan sungkup neonatalpakai.
5 . Kotak alat resusitasi.
6 . Jam atau pencatat waktu. (Wiknjosastro, 2007).
Prinsip-prinsip resusitasi yang efektif :
1. Tenaga kesehatan yang slap pakai dan terlatih dalam resusitasi neonatal harus rnerupakan
timyang hadir pada setiap persalinan.
2. Tenaga kesehatan di kamar bersalin tidak hanya harus mengetahui apa yang harus
dilakukan,tetapi juga harus melakukannya dengan efektif dan efesien.
3. Tenaga kesehatan yang terlibat dalam resusitasi bayi harus bekerjasama sebagai suatu tim
yang terkoordinasi.
4. Prosedur resusitasi harus dilaksanakan dengan segera dan tiap tahapan berikutnya
ditentukankhusus atas dasar kebutuhan dan reaksi dari pasien.
5. Segera seorang bayi memerlukan alat-alat dan resusitasi harus tersedia clan siap pakai.
Resusitasi neonatus Secara garis besar pelaksanaan resusitasi mengikuti algoritma resusitasi
neonatal.
Langkah Awal Resusitasi ;
Pada pemeriksaan atau penilaian awal dilakukan dengan menjawab 4 pertanyaan:
apakah bayi cukup bulan?
apakah air ketuban jernih?
apakah bayi bernapas atau menangis?
apakah tonus otot bayi baik atau kuat?
Bila terdapat jawaban tidak dari salah satu pertanyaan di atas maka bayi memerlukan satu
atau beberapa tindakan resusitasi berikut ini secara berurutan(Nelson KB, 1991).
Persiapan resusitasi
Agar tindakan untuk resusitasi dapat dilaksanakan dengan cepat dan efektif, kedua faktor
utamayang perlu dilakukan adalah :
1. Mengantisipasi kebutuhan akan resusitasi lahirannya bayi dengan depresi dapat terjadi
tanpadiduga, tetapi tidak jarang kelahiran bayi dengan depresi atau asfiksia dapat diantisipasi
denganmeninjau riwayat antepartum dan intrapartum.
2. Mempersiapkan alat dan tenaga kesehatan yang siap dan terampil. Persiapan minumum
antaralain :
- Alat pemanas siap pakai
Oksigen
- Alat pengisap
- Alat sungkup dan balon resusitasi
- Alat intubasi
- Obat-obatan
2.7. PENANGANAN ASFIKSIA PADA BAYI BARU LAHIR
Tindakan resusitasi bayi baru lahir mengikuti tahapan tahapan yang dikenal sebagai ABC
resusitasi, yaitu :
Meletakkan bayi dalam posisi kepala defleksi bahu diganjal 2-3 cm.
Bila perlu masukkan pipa endo trachel (pipa ET) untuk memastikan saluran pernafasan
terbuka.
2. Memulai pernafasan
Memakai rangsangan taksil untuk memulai pernafasan- Memakai VTP bila perlu seperti :
sungkup dan balon pipa ETdan balon atau mulut ke mulut(hindari paparan infeksi).
3. Mempertahankan sirkulasi
Kompresi dada.
Pengobatan
Memakai VTP bila perlu seperti : sungkup dan balon pipa ETdan balon atau mulut ke
mulut(hindari paparan infeksi).
7. Mempertahankan sirkulasi
Kedua ibu jari menekan stemun sedalam 1 cm dan tangan lain mengelilingi tubuh bayi.
Jari tengah dan telunjuk menekan sternum dan tangan lain menahan belakang tubuh bayi.
Lakukan penilaian denyut jantung setiap 30 detik setelah kompresi dada.
Denyut jantung 80x./menit kompresi jantung dihentikan, lakukan PPV sampai denyut
jantung> 100 x /menit dan bayi dapat nafas spontan.
Jika denyut jantung 0 atau < 10 x / menit, lakukan pemberian obat epineprin 1 : 10.000
dosis0,2 0,3 mL / kg BB secara IV.
1. Lakukan penilaian denyut jantung janin, jika > 100 x / menit hentikan obat.
2. Jika denyut jantung < 80 x / menit ulangi pemberian epineprin sesuai dosis diatas
tiap 3- 5menit.
3. Lakukan penilaian denyut jantung, jika denyut jantung tetap / tidak rewspon
terhadap di atasdan tanpa ada hiporolemi beri bikarbonat dengan dosis 2 MEQ/kg
BB secara IV selama 2 menit.(Wiknjosastro, 2007).
dilakukan penghisapan trakea sebelum timbul pernapasan untuk mencegah sindrom aspirasi
mekonium.Penghisapan trakea meliputi langkah-langkah pemasangan laringoskop dan selang
endotrakeal ke dalam trakea, kemudian dengan kateter penghisap dilakukan pembersihan daerah
mulut, faring dan trakea sampai glottis.
Bila terdapat mekonium dalam cairan amnion namun bayi tampak bugar, pembersihan
sekret dari jalan napas dilakukan seperti pada bayi tanpa mekonium(Perinasia, 2006).
(d) Mengeringkan bayi, merangsang pernapasan dan meletakkan pada posisi yang benar.
Bila setelah posisi yang benar, penghisapan sekret dan pengeringan, bayi belum bernapas
adekuat, maka perangsangan taktil dapat dilakukan dengan menepuk atau menyentil telapak
kaki, atau dengan menggosok punggung, tubuh atau ekstremitas bayi (Perinasia, 2006).
(1) ventilasi tekanan positif
(2) kompresi dada
(3) pemberian epinefrin dan atau pengembang volume (volume expander)
Keputusan untuk melanjutkan dari satu kategori ke kategori berikutnya ditentukan
dengan penilaian 3 tanda vital secara simultan (pernapasan, frekuensi jantung dan warna
kulit).Waktu untuk setiap langkah adalah sekitar 30 detik, lalu nilai kembali, dan putuskan untuk
melanjutkan ke langkah berikutnya(Perinasia, 2006).
Penilaian
Penilaian dilakukan setelah 30 detik untuk menentukan perlu tidaknya resusitasi lanjutan.
Tanda vital yang perlu dinilai adalah sebagai berikut:
(1) Pernapasan
Resusitasi berhasil bila terlihat gerakan dada yang adekuat, frekuensi dan dalamnya
pernapasan bertambah setelah rangsang taktil.Pernapasan yang megap-megap adalah pernapasan
yang tidak efektif dan memerlukan intervensi lanjutan(Perinasia, 2006).
(2). Frekuensi jantung
Frekuensi jantung harus diatas 100x/menit. Penghitungan bunyi jantung dilakukan
dengan stetoskop selama 6 detik kemudian dikalikan 10 sehingga akan dapat diketahui frekuensi
jantung permenit(Perinasia, 2006).
Penghentian resusitasi
Bila tidak ada upaya bernapas dan denyut jantung setelah 10 menit, setelah usaha
resusitasi yang menyeluruh dan adekuat dan penyebab lain telah disingkirkan, maka resusitasi
dapat dihentikan. Data mutakhir menunjukkan bahwa setelah henti jantung selama 10 menit,
sangat tipis kemungkinan selamat, dan yang selamat biasanya menderita cacat berat (Vain NE,
2004).
2.8 PENCEGAHAN
Pemeriksaan antenatal yang teratur dan bermutu serta teliti, mengenali tanda-tanda sedini
mungkin, lalu diberikan pengobatan yang cukup supaya penyakit tidak menjadi Lebihberat.Harus
selalu waspada terhadap kemungkinan terjadinya preeklampsi kalau ada factor faktor
predesposisi.Penerangan tentang manfaat istirahat dan diet berguna dalam pencegahan.Diet
tinggi protein, dan rendah lemak, karbohidrat, garam dan penambahanberat badan yang tidak
berlebihan perlu dianjurkan.Mencari pada tiap pemeriksaan tanda-tanda preeklampsi dan
mengobatinya segera apabila ditemukan.Mengakhiri kehamilan sedapatdapatnya pada kehamilan
37 minggu ke atas apabila setelah dirawat tandatanda preeklampsi tidak juga dapat di hilangkan
(Wiknjosastro, 2007).
BAB 3
PEMBAHASAN
Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik, PasienBy. Ny. J datang bersama orang
tuanya ke IGD RSUD AWS Samarinda.Diagnosa ini ditegakkan berdasarkan hasil dari
anamnesa, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan laboratorium.
TEORI
KASUS
ANAMNESIS
Persalinan
dengan
tindakan
PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan Umum : lemah
1.
: 56 kali/menit
Suhu
: 36,9 C
2.
Pemeriksaan fisik :
Kepala :
Mata/telinga :
Kulit :
Kemerahan, sianosis (+),
Thorax :
Simetris, retraksi intercosta (-)
Abdomen :
Datar, distensi (-), bising usus kesan normal
Ekstremitas :
-
Laboratorium:
-
HCT : 60,7
PLT : 180.000
Na : 133
K : 6,4
PaCO2 > 55 mm H2
Cl : 108
Indirect : 0,3
PENATALAKSANAAN
-
Manajemen Umum :
terbuka
6cc
o Terapi oksigen
Aminosteril 60cc
Puasa