Anatomi
normal!
dan
histologi
anorektal
dan di bawah hati membelok ke kiri. Lengkungan ini disebut fleksura hepatica
(fleksura coli dextra) dan dilanjutkan dengan colon transversum.
2.2.3. Colon Transversum
Merupakan bagian usus besar yang paling besar dan paling dapat bergerak
bebas karena tergantung pada mesocolon, yang ikut membentuk omentum
majus. Panjangnya antara 45-50 cm, berjalan menyilang abdomen dari fleksura
coli dekstra sinistra yang letaknya lebih tinggi dan lebih ke lateralis. Letaknya
tidak tepat melintang (transversal) tetapi sedikit melengkung ke bawah
sehingga terletak di regio umbilicalis.
2.2.4. Colon descenden
Panjangnya lebih kurang 25 cm, terletak di bawah abdomen bagian kiri, dari
atas ke bawah, dari depan fleksura lienalis sampai di depan ileum kiri,
bersambung dengan sigmoid, dan dibelakang peritoneum.
2.2.5. Colon sigmoid
Disebut juga colon pelvinum. Panjangnya kurang lebih 40 cm dan berbentuk
lengkungan huruf S. Terbentang mulai dari apertura pelvis superior (pelvic brim)
sampai peralihan menjadi rectum di depan vertebra S-3. Tempat peralihan ini
ditandai dengan berakhirnya ketiga teniae coli, dan terletak + 15 cm di atas
anus. Colon sigmoideum tergantung oleh mesocolon sigmoideum pada dinding
belakang pelvis sehingga dapat sedikit bergerak bebas (mobile).
2.2.6. Rectum
Bagian ini merupakan lanjutan dari usus besar, yaitu colon sigmoid dengan
panjang sekitar 15 cm. Rectum memiliki tiga kurva lateral serta kurva
dorsoventral. Mukosa dubur lebih halus dibandingkan dengan usus besar.
Rectum memiliki 3 buah valvula : superior kiri, medial kanan dan inferior kiri.
2/3 bagian distal rectum terletak di rongga pelvic dan terfiksir, sedangkan 1/3
bagian proksimal terletak dirongga abdomen dan relatif mobile. Kedua bagian
ini dipisahkan oleh peritoneum reflectum dimana bagian anterior lebih panjang
dibanding bagian posterior. Saluran anal (anal canal) adalah bagian terakhir dari
usus, berfungsi sebagai pintu masuk ke bagian usus yang lebih proksimal,
dikelilingi oleh spinkter ani (eksternal dan internal ) serta otot-otot yang
mengatur pasase isi rectum kedunia luar. Spinkter ani eksterna terdiri dari 3
sling : atas, medial dan depan.
2.3. Fungsi Colon dan Rectum
Usus besar atau colon mengabsorbsi 80% sampai 90% air dan elektrolit dari
kimus yang tersisa dan mengubah kimus dari cairan menjadi massa semi padat.
Usus besar hanya memproduksi mucus. Sekresinya tidak mengandung enzim
atau hormon pencernaan. Sejumlah bakteri dalam colon mampu mencerna
sejumlah kecil selulosa dan memproduksi sedikit kalori nutrien bagi tubuh dalam
setiap hari. Bakteri juga memproduksi vitamin K, riboflavin, dan tiamin, dan
berbagai gas. Usus besar mengekskresi zat sisa dalam bentuk feses.
Fungsi utama dari rectum dan canalis anal ialah untuk mengeluarkan massa
feses yang terbentuk dan melakukan hal tersebut dengan cara yang terkontrol.
Fungsi rectum berhubungan dengan defekasi sebagai hasil refleks. Apabila feses
masuk ke dalam rectum, terjadi peregangan rectum sehingga menimbulkan
gelombang peristaltik pada colon descendens dan colon sigmoid mendorong
feses ke arah anus, sfingter ani internus dihambat dan sfingter ani internus
melemas sehingga terjadi defekasi. Feses tidak keluar secara terus menerus dan
sedikit demi sedikit dari anus berkat adanya kontraksi tonik otot sfingter ani
internus dan externus.
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/20869/4/Chapter%20II.pdf
3.
Anemia merupakan salah satu gejala KKR. Anemia pada pasien keganasan
secara umum memang sering terjadi terkait dengan penyebab dan mekanisme
yang kompleks dan multifaktor.
Pada keganasan kolorektal sebagaimana keganasan saluran cerna yang
lain, anemia yang terjadi dikaitkan dengan perdarahan akut ataupun kronik
selain juga merupakan akibat reaksi sel kanker dengan sistem imun dan sistem
inflamasi. Insidensi anemia pada pasien KKR yang pernah diteliti berbeda-beda
mengingat kriteria anemia yang digunakan juga berbeda.
S. Sadahiro dkk melaporkan bahwa tidak ada perbedaan signifikan kadar
Hb diantara pasien laki-laki dan perempuan (p=0.319), sebagaimana juga
ditemukan dalam penelitian ini (p=0.328). Dalam penelitian tersebut digunakan
kadar Hb<10 g/dl sebagai kriteria anemia baik untuk laki-laki maupun
perempuan yang pada penelitian ini merupakan cut-off point anemia ringan dan
anemia sedang-berat.
http://eprints.undip.ac.id/23410/1/Luluk.pdf
pustaka:
Kelompok kerja adenoma kolorektal Indonesia. Pengelolaan karsinoma
kolorektal: suatu panduan klinis nasional [homepage on the internet]. 2004
[updated 2004 November; cited 2010 January 23]. Available from:
www.hompedin.org.
Mayer RJ. Gastrointestinal Tract Cancer. In: Fauci AS, Kasper DL, editors.
Harrisons Principles of Internal Medicine 17th ed Vol I. New York: McGrawHill Medical, 2008; p.573-578.
American cancer society. What are the key statistics for colorectal cancer?
[homepage on the internet]. 2009 [updated 2009 May 18; cited 2010
January 9]. Available from: www.cancer.org.
Kar AS. Pengaruh anemia pada kanker terhadap kualitas hidup dan hasil
pengobatan [homepage on the internet]. 2006 [no date ; cited 2010
January 22]; Available from: digilib.usu.ac.id.
Saba H. I. Anemia in cancer patient. Moffitt cancer center [cited 2010 July
30]; Available from: www.moffitt.org.
Nahon S, et al. Predictive factors of GI lesions in 241 women with iron
deficiency anemia [homepage on the internet]. 2002 [updated 2001
September 27; cited 2010 March 8]. Available from: Wiley online library.
4.
Every symptom in the above list can be caused by a variety of conditions (a list
of which is referred to as the differential diagnosis). Cancer may be a common
or uncommon cause of each item.
http://www.news-medical.net/health/Cancer-Symptoms.aspx
Masa keras yang menonjol ke dalam lumen, dengan permukaan yang noduler.
Pertumbuhan yang abnormal mengakibatkan tumor ini sering mengalami
ulserasi, dengan dasar ulkus yang nekrotik tepi yang menaik, mengalamai
indurasi dan noduler. Permukaan ulkus mengeluarkan pus dan darah.
Gastroenterologi, Sujono Hadi
1.
2.
3.
4.
5.
6.
http://uptodate.com
pustaka:
Zuccaro G Jr. Management of the adult patient with acute lower
gastrointestinal bleeding. American College of Gastroenterology. Practice
Parameters Committee. Am J Gastroenterol 1998; 93:1202.
Jensen DM, Machicado GA. Diagnosis and treatment of severe hematochezia.
The role of urgent colonoscopy after purge. Gastroenterology 1988; 95:1569.
Zuckerman GR, Trellis DR, Sherman TM, Clouse RE. An objective measure of
stool color for differentiating upper from lower gastrointestinal bleeding. Dig
Dis Sci 1995; 40:1614.
Wilcox CM, Alexander LN, Cotsonis G. A prospective characterization of
upper gastrointestinal hemorrhage presenting with hematochezia. Am J
Gastroenterol 1997; 92:231.
Browder W, Cerise EJ, Litwin MS. Impact of emergency angiography in
massive lower gastrointestinal bleeding. Ann Surg 1986; 204:530.
Gostout CJ, Wang KK, Ahlquist DA, et al. Acute gastrointestinal bleeding.
Experience of a specialized management team. J Clin Gastroenterol 1992;
14:260.
7. Zuckerman GR, Prakash C. Acute lower intestinal bleeding. Part II: etiology,
therapy, and outcomes. Gastrointest Endosc 1999; 49:228.
8. Strate LL. Lower GI bleeding: epidemiology and diagnosis. Gastroenterol Clin
North Am 2005; 34:643.
9. Boley SJ, Sammartano R, Adams A, et al. On the nature and etiology of
vascular ectasias of the colon. Degenerative lesions of aging.
Gastroenterology 1977; 72:650.
10. Boley SJ, DiBiase A, Brandt LJ, Sammartano RJ. Lower intestinal bleeding in
the elderly. Am J Surg 1979; 137:57.
11. Korkis AM, McDougall CJ. Rectal bleeding in patients less than 50 years of
age. Dig Dis Sci 1995; 40:1520.
12. Painter NS, Burkitt DP. Diverticular disease of the colon, a 20th century
problem. Clin Gastroenterol 1975; 4:3.
13. WELCH CE, ALLEN AW, DONALDSON GA. An appraisal of resection of the
colon for diverticulitis of the sigmoid. Ann Surg 1953; 138:332.
14. Meyers MA, Alonso DR, Gray GF, Baer JW. Pathogenesis of bleeding colonic
diverticulosis. Gastroenterology 1976; 71:577.
15. Ramanath HK, Hinshaw JR. Management and mismanagement of bleeding
colonic diverticula. Arch Surg 1971; 103:311.
16. Rege RV, Nahrwold DL. Diverticular disease. Curr Probl Surg 1989; 26:133.
17. Casarella WJ, Kanter IE, Seaman WB. Right-sided colonic diverticula as a
cause of acute rectal hemorrhage. N Engl J Med 1972; 286:450.
18. McGuire HH Jr. Bleeding colonic diverticula. A reappraisal of natural history
and management. Ann Surg 1994; 220:653.
19. Bjarnason I, Macpherson AJ. Intestinal toxicity of non-steroidal antiinflammatory drugs. Pharmacol Ther 1994; 62:145.
20. Wilcox CM, Alexander LN, Cotsonis GA, Clark WS. Nonsteroidal
antiinflammatory drugs are associated with both upper and lower
gastrointestinal bleeding. Dig Dis Sci 1997; 42:990.
21. Strate LL, Liu YL, Huang ES, et al. Use of aspirin or nonsteroidal antiinflammatory drugs increases risk for diverticulitis and diverticular bleeding.
Gastroenterology 2011; 140:1427.
22. Foutch PG. Diverticular bleeding: are nonsteroidal anti-inflammatory drugs
risk factors for hemorrhage and can colonoscopy predict outcome for
patients? Am J Gastroenterol 1995; 90:1779.
23. Foutch PG, Rex DK, Lieberman DA. Prevalence and natural history of colonic
angiodysplasia among healthy asymptomatic people. Am J Gastroenterol
1995; 90:564.
24. Foutch PG. Angiodysplasia of the gastrointestinal tract. Am J Gastroenterol
1993; 88:807.
25. Gupta N, Longo WE, Vernava AM 3rd. Angiodysplasia of the lower
gastrointestinal tract: an entity readily diagnosed by colonoscopy and
primarily managed nonoperatively. Dis Colon Rectum 1995; 38:979.
26. Dignan CR, Greenson JK. Can ischemic colitis be differentiated from C difficile
colitis in biopsy specimens? Am J Surg Pathol 1997; 21:706.
27. Fernndez E, Linares A, Alonso JL, et al. Colonoscopic findings in patients
with lower gastrointestinal bleeding send to a hospital for their study. Value
of clinical data in predicting normal or pathological findings. Rev Esp Enferm
Dig 1996; 88:16.
28. Macrae FA, St John DJ. Relationship between patterns of bleeding and
Hemoccult sensitivity in patients with colorectal cancers or adenomas.
Gastroenterology 1982; 82:891.
29. Rogers BH. Endoscopic diagnosis and therapy of mucosal vascular
abnormalities of the gastrointestinal tract occurring in elderly patients and
associated with cardiac, vascular, and pulmonary disease. Gastrointest
Endosc 1980; 26:134.
5. Mengapa
bergantian?
diare
dan
konstipasi
Every symptom in the above list can be caused by a variety of conditions (a list
of which is referred to as the differential diagnosis). Cancer may be a common
or uncommon cause of each item.
http://www.news-medical.net/health/Cancer-Symptoms.aspx
suka
makan
sayur
Disruption of a single gene may also result from integration of genomic material
from a DNA virus or retrovirus, and such an event may also result in the
expression of viral oncogenes in the affected cell and its descendants.
http://www.news-medical.net/health/Cancer-Pathophysiology.aspx
Masa keras yang menonjol ke dalam lumen, dengan permukaan yang noduler.
Pertumbuhan yang abnormal mengakibatkan tumor ini sering mengalami
ulserasi, dengan dasar ulkus yang nekrotik tepi yang menaik, mengalamai
indurasi dan noduler. Permukaan ulkus mengeluarkan pus dan darah.
Gastroenterologi, Sujono Hadi
Masa keras yang menonjol ke dalam lumen, dengan permukaan yang noduler.
Pertumbuhan yang abnormal mengakibatkan tumor ini sering mengalami
ulserasi, dengan dasar ulkus yang nekrotik tepi yang menaik, mengalamai
indurasi dan noduler. Permukaan ulkus mengeluarkan pus dan darah.
Gastroenterologi, Sujono Hadi
10. DD
a.Hemorrhoid
Hemorrhoid atau wasir adalah dilatasi varikosus vena dari pleksus
hemorrhoidal inferior atau superior, akibat dari peningkatan tekanan vena
yang persisten. Keadaan ini merupakan masalah yang sangat umum
terjadi dan telah dilaporkan dari ratusan tahun yang lalu. Survey di negara
barat menyebutkan bahwa setengah dari populasi berumur diatas 40
tahun menderita penyakit ini dengan insidensi tertinggi antara 45 sampai
65 tahun dan ditemukan seimbang antara pria dan wanita.
Penyakit ini bisa disertai gejala mulai dari ringan hingga berat.
Walaupun penyakit ini tidak mengancam jiwa, tetapi dapat menyebabkan
perasaan yang sangat tidak nyaman dan diperlukan tindakan. Hemorrhoid
timbul akibat kongesti vena yang disebabkan gangguan aliran balik vena
hemoroidalis. Beberapa faktor risiko telah diajukan adalah faktor
kerusakan dari tonus sphincter atau defisiensi sphincter ani, hereditas,
obstruksi vena, kebiasaan defekasi dan akibat langsung prolaps dari
lapisan pembuluh darah. Yang mengakibatkan obstruksi vena yaitu
kehamilan, asites, tumor pelvis, sirosis hepatis dan hemorrhoid dengan
akibat langsung prolaps dari lapisan pembuluh darah dapat terjadi karena
factor endokrin, umur, kehamilan, konstipasi dan juga tegangan yang lama
saat defekasi.
b. Polip adenoma
Polip Adenoma sering dijumpai pada usus besar. Insiden terbanyak
pada umur sesudah dekade ketiga, namun dapat juga dijumpai pada semua
umur dan laki-laki lebih banyak dibanding dengan perempuan. Polip
adenomatosum lebih banyak pada colon sigmoid (60%), ukuran bervariasi
antara 1-3 cm, namun terbanyak berukuran 1 cm. Polip terdiri dari 3 bagian
yaitu puncak, badan dan tangkai. Polip dengan ukuran 1,2 cm atau lebih
dapat dicurigai adanya adenokarsinoma. Semakin besar diameter polip
semakin besar kecurigaan keganasan. Perubahan dimulai dibagian puncak
polip, baik pada epitel pelapis mukosa maupun pada epitel kelenjar, meluas
ke bagian badan dan tangkai serta basis polip. Risiko terjadinya kanker
meningkat seiring dengan meningkatnya ukuran dan jumlah polip.
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/20869/4/Chapter%20II.pdf
c.Ca colon
Kanker colorectal berasal dari jaringan kolon (bagian terpanjang di
usus besar) atau jaringan rektum (beberapa inci terakhir di usus besar
sebelum anus). Sebagian besar kanker colorectal adalah adenocarcinoma
(kanker yang dimulai di sel-sel yang membuat serta melepaskan lendir dan
cairan lainnya).
Penelitian menemukan faktor-faktor risiko berikut ini untuk kanker
colorectal:
Polip di usus (Colorectal polyps): Polip adalah pertumbuhan pada
dinding dalam kolon atau rektum, dan sering terjadi pada orang
berusia 50 tahun ke atas. Sebagian besar polip bersifat jinak (bukan
kanker), tapi beberapa polip (adenoma) dapat menjadi kanker.
Usia di atas 50: Kanker colorectal lebih biasa terjadi pada usia manusia
yang semakin tua. Lebih dari 90 persen orang yang menderita penyakit ini
didiagnosis setelah usia 50 tahun ke atas.
1. Stadium 0: Kanker ditemukan hanya pada lapisan terdalam di kolon atau
rektum. Carcinoma in situ adalah nama lain untuk kanker colorectal
Stadium 0.
2. Stadium I: Tumor telah tumbuh ke dinding dalam kolon atau rektum.
Tumor belum tumbuh menembus dinding.
3. Stadium II: Tumor telah berkembang lebih dalam atau menembus dinding
kolon atau rektum. Kanker ini mungkin telah menyerang jaringan di
sekitarnya, tapi sel-sel kanker belum menyebar ke kelenjar getah bening.
4. Stadium III: Kanker telah menyebar ke kelenjar getah bening di
sekitarnya, tapi belum menyebar ke bagian tubuh yang lain.
5. Stadium IV: Kanker telah menyebar ke bagian tubuh yang lain, misalnya
hati atau paru-paru.
6. Kambuh: Kanker ini merupakan kanker yang sudah diobati tapi kambuh
kembali setelah periode tertentu, karena kanker itu tidak terdeteksi.
Penyakit ini dapat kambuh kembali dalam kolon atau rektum, atau di
bagian tubuh yang lain.
Tes skrining akan membantu dokter menemukan polip atau kanker sebelum ada
gejalanya. Deteksi dini kanker colorectal biasanya juga meningkatkan efektivitas
pengobatan kanker. Tes skrining berikut ini dapat digunakan untuk mendeteksi
polip, kanker, atau ketidaknormalan lainnya.
Tes darah samar pada feses/kotoran (Fecal occult blood test
-FOBT): Terkadang kanker atau polip mengeluarkan darah, dan FOBT
dapat mendeteksi jumlah darah yang sangat sedikit dalam kotoran. Karena
tes ini hanya mendeteksi darah, tes-tes lain dibutuhkan untuk menemukan
sumber darah tersebut. Kondisi jinak (seperti hemoroid), juga bisa
menyebabkan darah dalam kotoran.
Sigmoidoskopi: Dokter akan memeriksa rektum Anda dan bagian bawah
kolon dengan tabung cahaya (sigmoidoskop). Jika ditemukan polip
(pertumbuhan jinak yang dapat menjadi kanker), maka polip bisa diangkat.
Kolonoskopi: Dokter akan memeriksa rektum dan seluruh kolon dengan
menggunakan tabung panjang bercahaya (kolonoskop). Jika ditemukan
polip (pertumbuhan jinak yang dapat menjadi kanker), maka polip bisa
diangkat.
Transformasi
Sel-sel kanker dibentuk dari sel-sel normal dalam suatu proses rumit yang
disebut transformasi, yang terdiri dari tahap inisiasi dan promosi.
1. Fase inisiasi
Pada tahap inisiasi terjadi suatu perubahan dalam bahan genetik sel yang
memancing sel menjadi ganas. Perubahan dalam bahan genetik sel ini
disebabkan oleh suatu agen yang disebut karsinogen, yang bisa berupa
bahan kimia, virus, radiasi (penyinaran) atau sinar matahari. Tetapi tidak
semua sel memiliki kepekaan yang sama terhadap suatu karsinogen.
Kelainan genetik dalam sel atau bahan lainnya yang disebut promotor,
menyebabkan sel lebih rentan terhadap suatu karsinogen. Bahkan gangguan
fisik menahunpun bisa membuat sel menjadi lebih peka untuk mengalami
suatu keganasan.
2. Fase promosi
Pada tahap promosi, suatu sel yang telah mengalami inisiasi akan berubah
menjadi ganas. Sel yang belum melewati tahap inisiasi tidak akan
terpengaruh oleh promosi. Karena itu diperlukan beberapa faktor untuk
terjadinya keganasan (gabungan dari sel yang peka dan suatu karsinogen).
http://blogs.unpad.ac.id/kankerpayudara/materi/kanker-payudara-dimensifisiologi/