Anda di halaman 1dari 10

TUGAS BESAR SISTEM REFERENSI GEOMETRIK

ANALISI JARING GPS dan TRANSFORMASI KORDINAT


Oleh :
Muhamma Reza Hakim

151 12 021

Bagoes Dwi Ramdhani

151 12 065

Andika Virdian

151 12 105

Asisten:
-

Angga Trysa
Dianlisa Ekaputri
Nabila Sofia
Riko Maiyudi

Teknik Geodesi & Geomatika


Fakultas Ilmu & Teknologi Kebumian
Institut Teknologi Bandung
2014
BAB I

PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang
Metode sipat datar digunakan untuk mengukur beda tinggi antara titik titik di atas

permukaan dengan ketelitian yang cukup tinggi dibandingkan dengan metode lainnya.
Dalam pengukuran sipat datar, untuk mendapatkan titik tinggi yang akurat terlebih dahulu
dilakukan pengolahan beda tinggi kemudian dilakukan perataan jaringan (network
Adjusment). Perataan jaringan menggunakan metode kuadrat terkecil. Dengan metode ini
dimaksudkan untuk mencari suatu nilai akhir sehingga jumlah kuadrat dari residu adalah
minimum.
Diberikan data dari pengamatan serta jaring GPS. Dari data tersebut akan dilakukan
analisis terhadap jaring GPS yang telah diberikan dengan mengikuti langkah langkah dari
pra-perataan, uji hasil pertaan, eliminasi outlier, hingga perataan akhir.
Data pengamatan dari GPS tersebut lalu akan di-transformasikan kedalam datum
SRGI 2013. Untuk men-transformasikan data pengamatan tersebut digunakalnh
transformasi konform tiga-dimensi menggunakan model Bursa-Wolf.
1.2

Rumusan Masalah
Rumusan Masalah dari laporan ini adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana penerapan pra adjustment, pengujian pasca-perataan, pembuangan outlier,
dan final adjustment terhadap data jaring GPS?
2. Bagaimana mentransformasi koordinat titik lainke dalam sistem SRGI 2013
menggunakan metoda Bursa-Wolf?

1.3

Tujuan
Tujuan dari laporan ini adalah sebagai berikut :
1. Dapat menganalisa jaring yang meliputi pra adjustment, pengujian pasca-perataan,
pembuangan outlier, dan final adjustment.
2. Dapat mentransformasi koordinat titik lain ke dalam sistem SRGI 2013 menggunakan
metoda Bursa-Wolf.

BAB II
DASAR TEORI
Minimally dan Fully Constraint

Kontrol sangat diperlukan dalam setiap proses perataan. Bagaimanapun, kontrol tidak
dapat sepenuhnya sempurna, oleh sebab itu diperlukan cara bagaimana seharusnya
manajemen kontrol dilakukan. Jika pemobobotan dipusatkan pada stasiun kontrol yang
mengandung kesalahan (error), maka secara tidak langsung, perataan akan berkorelasi dengan
kontrol error dalam pengukuran. Dampak ini dapat dieliminasi dengan menggunakan jumlah
kontrol minimum yang diperlukan untuk menyelesaikan permasalahan baik secara posisional
maupun secara rotasional dalam ruang. Karenanya, jika koordinat dari salah satu stasiun dan
orientasi dari suatu titik diketahui dengan pasti selama proses perataan, maka pengamatan
tidak akan dibatasi oleh kontrol. Melainkan pengamatan tersebut hanya diratakan untuk
memenuhi kondisi geometrik dari internal jaringan. Jika digunakan jumlah kontrol yang lebih
dari jumlah kontrol minimum, ukuran lebih akan difaktorisasi dalam proses perataan.
Deteksi blunder secara statisti dapat membantu memisahkan kontrol yang buruk atau
adanya kesalahan sistematik dalam pengukuran. Dengan menggunakan perataan minimally
constrained, dapat dilakukan penyaringan blunder terhadap suatu set data. Setelah diyakini
blunder telah dihilangkan dari set data tersebut, perataan fully constrained dapat dilakukan.
Mengacu pada perataan fully constrained, tes perbandingan rasio antara variansi referensi
minimally constrained terhadap variansi referensi fully constrained. Rasio harus bernilai
1.Jika 2 variansi referensi dinyatakan memiliki nilai yang berbeda secara statistik, maka
terdapat 2 kemungkinan.Kemungkinan pertama adalah beberapa kontrol mungkin
mengandung kesalahan, dan kesalahan tersebut harus dipisahkan untuk kemudian
dieliminasi.Kemungkinan kedua adalah beberapa pengamatan mungkin mengandung
kesalahan sistematik. Karena kesalahan sistematik bukanlah tipe kesalahan yang bersifat
natural, kesalahan sistematik dianggap sebagai blunder dalam perataan fully constrained. Jika
ditemui kesalahan sistematik, kesalahan tersebut harus diidentifikasi dan dieliminasi dari set
data, serta dilakukan perataan ulang dengan kesalahan yang telah tereliminasi. Jika tidak
ditemui kesalahan sistematik, harus terus dilakukan perataan dengan kombinasi stasiun
kontrol yang berbeda sampai sumber permasalahan dapat diidentifikasi. Dengan cara ini,
stasiun kontrol dengan koordinat yang tidak pasti dapat secara langsung dipisahkan.
Perataan jaringan terkendala minimal, yaitu perataan dengan hanya menggunakan
satutitik kontrol (titiktetap). Perataan jarring bebas dilakukan untuk mengecek konsistensi
antar sesama data ukuran (tingkat presisinya).

Global Test

Global test adalah sebuah prosedur evaluasi yang dilakukan dalam perataan kuadrat
terkecil (least squares) untuk menilai kualitas pengukuran secara keseluruhan. Untuk
memvalidasi keseluruhan jaringan, total dari koreksi pengukuran dengan pembobotan yang
dihasilkan dari proses perataan, harus diuji kembali terhadap derajat kebebasan (Degree of
Freedom) dari jaringan. Uji tersebut dilakukan dengan metode distribusi chi-kuadrat (chisquare).
Jika hasil perataan dinyatakan sebanding dengan derajat kebebasan jaringan, maka
faktor variansi perataan dengan faktor variansi jaringan merupakan suatu kesatuan.Kondisi
ini menunjukkan bahwa pembobotan dalam pengukuran, tingkat ketidakpastian, dan batas
tolerasi masih dapat diandalkan secara statistik. Nilai yang lebih besar dari nilai lainnya
mengindikasikan satu atau lebih ketidakpastikan pengukuran sample bersifat over-optimistic,
dimana hasil koreksi bernilai lebih besar dibandingkan dengan ekspektasi. Sedangkan nilai
yang lebih kecil dari nilai lainnya mengindikasikan satu atau lebih pengukuran bernilai lebih
baik daripada yang diasumsikan dengan kombinasi set ketidakpastian pengukuran. Nilai yang
melebihi batas atas tingkat kepercayaan mengindikasikan kesalahan, dan perlu dilakukan
evaluasi ulang terhadap ketidakpastian dalam pengukuran menggunakan local test dan/ atau
disebabkan oleh ketidakpastian batas toleransi.
Walaupun dalam kenyataannya tidak selalu mungkin, tidak selalu penting, untuk
mencapai nilai kesebandingan hasil perataan dengan nilai derajat kebebasan jaringan, global
test dan local test sama pentingnya untuk menentukan apakah sebuah data memenuhi atau
tidak memenuhi syarat jaringan kontrol yang dapat diandalkan. Perataan jaringan terkendala
penuh, yaitu perataan dengan menggunakan lebih dari satu titik kontrol (titik tetap) dan data
ukuran yang kualitasnya dinyatakan baik oleh hasil analisis perataan jaring bebas. Perataan
jaring terikat dilakukan setelah perataan jaring bebas dianggap sukses. Koordinat titik-titik
yang diperoleh dari perataan jaring terikat dan sukses melalui proses kontrol kualitas akan
dinyatakan sebagai koordinat yang final.
Local Test
Local test adalah sebuah prosedur evaluasi yang dilakukan dalam setiap kali diperoleh
hasil pengukuran, dengan tujuan untuk menilai kualitas pengukuran dan ketidakpastian
(asumsi) yang digunakan dalam pengambilan sampel.Untuk memvalidasi setiap pengukuran
beserta ketidakpastiannya, ukuran dari setiap koreksi perataan pengukuran harus diuji untuk
membuktikan bahwa koreksi terdapat diantara batas atas dan batas bawah dari selang

kepercayaan yang sebelumnya telah ditetapkan nilainya. Local test digunakan untuk
menunjukkan beberapa hal, di antaranya
1. Pengukuran tidak mengandung gross error (blunder)
2. Pembobotan dalam pengukuran baik
3. Pengukuran memenuhi syarat presisi pengukuran yang ditetapkan sebelum dilakukan
pengukuran
4. Dalam kasus perataan, batas yang ditetapkan dapat diandalkan berdasarkan hasil uji
statistik
Local test seharusnya dilakukan menggunakan distribusi normal pada tingkat
kepercayaan 95 persen.Koreksi yang melebihi batas kepercayaan 95 persen mengindikasikan
kegagalan dalam mengeliminasi kesalahan dengan global test, dan harus dilakukan penetapan
kembali asumsi ketidakpastian dari pengukuran dan/ atau batas perataan.
Deteksi dan Eliminasi Outlier
Vi adalah perkiraan koreksi dalam pengukuran yang dapat digunakan untuk
memisahkan blunder. Vi, atau yang seringkali disebut sebagai standardized residual, dihitung
berdasarkan elemen diagonal dalam matriks Qvv (matriks kovaktor dari residu pengukuran),
dengan formulasi sebagai berikut
v i=

Dimana

vi

vi
qa

(1)

adalah standardized residual, Vi adalah residu hasil penghitungan, dan

qii adalah elemen diagonal matriks Qvv. Dengan matriks Qvv, standar deviasi dari residu akan
bernilai S0

qii . Oleh karena itu, pembagi persamaan diatas dikalikan dengan S 0, dan uji

statistik menggunakan t-student dilakukan.Jika residu berbeda secara signifikan dari nol,
makan pengukuran dimana dilakukan uji statistik diperhitungkan mengandung blunder. Uji
statistik untuk hipotesis ini adalah
ti =

vi
S0 qa

v i v i
=
S0 S 0

(2)

Jika blunder terdapat dalam suatu set data, maka nilai distribusi Fisher (F distribution)
akan naik, dan dilakukan uji statistik terhadap kenaikan ini. Seperti halnya uji statistik yang
lain, terdapat 2 jenis kesalahan. Yang pertama disebut sebagai kesalahan tipe I, dimana data
yang sebelumnya ditolak ternyata tidak mengandung blunder. Sedangkan kesalahan tipe II

terjadi ketika blunder yang terdapat dalam set data sebelumnya tidak terdeteksi. Hasil
pengukuran ditolak bila memenuhi.
|v i|
v i=
> S tingkat penolakan
qa 0

(3)

Karena kehadiran blunder dalam setiap set data akan berdampak pada keseluruhan
pengukuran, dan karena penolakan hasil pengukuran yang ditunjukkan oleh formulasi diatas
bergantung pada S0, yang dihitung dari hasil pengukuran yang selalu mengandung kesalahan,
maka kelompok pengukuran yang sama sekali tidak berkaitan dengan keseluruhan
pengukuran (outlier) harus dihilangkan.

Perambatan Kesalahan
Perambatan kesalahan ada pada pengukuran tidak langsung. Pengukuran tidak langsung
adalah pengukuran yang ditentukan denganv data dari hubungan matematis terhadap
pengukuran langsung. Perambatan kesalahan merupakan metode sederhana untuk
menentukan kesalahan sebuah nilai, dimana nilai tersebut dihitung dengan menggunakan dua
atau lebih nilai terukur dan dengan menyertakan perkiraan kesalahan yang diketahui.
Least Square
Metode Least Square adalah metode yang dipakai untuk mendapatkan penaksir koefisien
regresi. Dengan metode least square, kita bisa mendapatkan hasil terbaik dengan
meminimumkan nilai variansi dari parameter yang dicari. Secara matematis, metode ini
dirumuskan sebagai berikut: y=(AT A)-1 (AT L). Metode ini kita pakai ketika kita memiliki
persamaan yang lebih banyak daripada jumlah variabel yang kita butuhkan.
Pembobotan
Pembobotan adalah ukuran yang kita berikan agar kita bisa mendapatkan hasil yang lebih
baik dari parameter yang kita dapatkan. Semakin besar bobot yang kita berikan, maka akan
semakin baik nilai yang akan kita dapatkan. Secara matematis, pembobotan ini dirumuskan
sebagai berikut: y=(AT PA)-1 (AT PL), dimana P adalah matriks bobot. ). Bobot dari
pengukuran tunggal dapat didefinisikan sebagai satuan yang berbanding terbalik dengan
2
varian pengukuran ( x , sehingga:

P=

k
x2

(I.12)

Dalam hal ini k adalah konstanta sebagai pembanding nilai pengamatan. Bila suatu
pengamatan mempunyai bobot yang sama dengan satu (P = 1) dan nilai varian pengukuran
2
sama dengan varian apriori ( 0 , maka:

l=

k
02

(I. 13)

Dari kedua persamaan (1.12) dan (1.13) akan diperoleh persamaan di bawah
ini:
02
P= 2
x

(I. 14)

Dalam hal ini:


0

: varian apriori
: varian pengukuran
Pada saat pengukuran tidak saling berkorelasi sehingga matriks varian kovarian

pengukuran merupakan suatu matriks diagonal, yaitu:


1/ 12
0
0
1
2
L = 0
1/ 2
0
0
0
1 / n2

(I. 14)

Perataan Jaringan dengan GPS


Ketelitian vektor baseline yang dihasilkan dari pengukuran GPS tergantung jumlah
satelit yang teramat satu sesi, geometri satelit, dan panjangnya baseline (Subarya,
1996).Untuk menjaga konsistensi ketelitian titik-titik dalam jaringan, distribusi titik-titik
harus didesain secara merata dan teratur.secara umum jaring dengan panjang baseline yang
seragam mempunyai ketelitian yang lebih baik dibandingkan dengan jaringan dengan panjang
baseline bervariasi.
Pinem (2006) melakukan penelitian tentang ketelitian hasil perataan jaring minimum
constraint dan hasil perataan jaring over constraint pada jaring GPS orde 3 di Kabupaten
Wonosobo, hasil penelitian menunjukan bahwa perbedaan nilai koordinat yang dihasilkan

dari peratan jaring minimum constraint dan perataan jaring over constrains tidak berbeda
secara statistik atau mempunyai tingkat akurasi yang sama secara statistik.
Pada pengolahan data hasil survei jaring GPS, ada 2 tahapan yang harus dilakukan, yaitu
pengolahan baseline dan perataan jaring GPS. Tahap pengolahan baseline harus dilakukan
lebih dahulu karena hasil pengolahan baseline yang berupa besar vektor baseline beserta
matrik varians-covariansinya selanjutnya digunakan sebagai data pengamatan dan bobot
pengamatan pada proses perataan jaring GPS.
Tahap perataan jaring GPS merupakan suatu tahap penyatuan dari vektor-vektor baseline
yang selanjutnya dihitung untuk mendapatkan koordinat titik-titik jaring GPS yang
unik.Tahap perataan jaring GPS ini digunakan untuk menciptakan konsistensi pada data
vektor baseline, mendistribusikan kesalahan sesuai dengan ketelitian pengukuran,
menganalisis kualitas baseline dan mengintegrasikan datum atau referensi jaring GPS
terhadap sistem referensi geodesi yang ada.Secara ilustrasi konsep perataan jaring GPS
dijelaskan pada Gambar 1.

Gambar 1. Konsep Perataan Jaring GPS

Ketelitian Data dan Sumber Kesalahan Penentuan Posisi dari GPS


Ketelitian data GPS pada dasarnya akan tergantung pada tiga faktor yaitu : jenis data
(pseudorange atau fase), kualitas dari receiver GPS yang digunakan pada saat pengamatan,
serta level dari kesalahan dan bias yang mempengaruhi data pengamatan. Karena pada survei
dengan GPS data yang umum digunakan adalah data fase, maka hanya dua faktor terakhir
yang perlu mendapatkan perhatian yang lebih serius.

Awalnya, penentuan posisi yang diturunkan dari GPS diasumsikan sangat akurat dan
bebas dari kesalahan.Tetapi, ternyata terdapat beberapa sumber kesalahan penentuan posisi
dari GPS pada waktu menurunkan persamaan teoritis dari beberapa meter sampai puluhan
meter. Sumber kesalahan tersebut antara lain:

Penundaan ionosfer
Kesalahan clock satellite dan receiver
Kesalahan Multipath
Pengurangan/Pelemahan Ketelitian

DAFTAR PUSTAKA

Ghilani, Charles D.2006.Adjustment Computations Spatial Data Analysis.New Jersey.John


Wiley & Sons, Inc.
Kuncoro, Henri.2014.Prpagation Error.komputasi geodetik II.ppt.Bandung.Great.

http://geodesy.gd.itb.ac.id/hzabidin/wp-content/uploads/2007/05/gps-10.pdf diakses
tanggal 11 Mei 2014 jam 20.00
Chapra, S.C. dan Raymond P.C. (2010). Numerical Methods for Engineers 6th edition.
McGraw-Hill: New York. ISBN 978-0-07-340106-5.

Anda mungkin juga menyukai